PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biji-bijian dapat diartikan sebagai kelompok padi-padian atau
serealia. Dalam pengertian ini biji- bijian dapat dihasilkan oleh famili
rumput-rumputan yang kaya karbohidrat sehingga dapat dikonsumsi
sebagai makanan pokok. Contoh dari biji-bijian serealia yaitu padi (Oryza
Sativa), jagung (Zea Mays), gandum (Triticium Sp.), cantel atau sorghum
(Sorghum Sp.), serta biji-bijian lain yang jarag dijumpai di Indonesia
seperti : barley (Hordeum Vulgare), rye (Secale Cerealia), dan padi liar
(Zizania Aquatic) (Nurnafitrisni, 2010).
Serealia merupakan tumbuhan yang termasuk keluarga rumput-
rumputan (Gramineae) yang menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian dan
memiliki jenis yang beragam tergantung tempat tumbuhnya. Jagung
banyak tumbuh di wilayah Amerika, sedangkat jewawut atau millet dan
sorghum banyak tumbuh di Afrika.andungan gizi yang paling banyak
dimiliki seralia yakni karbohidrat dan sisanya adalah protein, vitamin B,
sedikit asam amino essensial, dan kalsium yang rendah (Nurnafitrisni,
2010). Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana cara memilih
seralia, menyimpan seralia, mengetahui tanda-tanda kerusakan serealia,
cara pencegahan kerusakan nya serta hasil olahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui perubahan serealia pada letak
penyimpanan yang berbeda ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan serealia ?
3. Bagaimana cara membuat olahan setengah jadi bahan serealia ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan serealia pada letak penyimpanan yang
berbeda.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan serealia
3. Untuk mengetahui cara membuat olahan setengah jadi bahan serealia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Millet
Jewawut atau millet adalah salah satu jenis serealia yang
merupakan famili Poaceae. Tiga jenis jewawut yang populer di Indonesia
yaitu jenis brownstop, pearl millet, dan jenis proso atau Italian millet.
Menurut Olivieri dan Hauser (1997), pearl millet memiliki jumlah
kromosom 14 pasang dengan potensi hasil 3,5 ton per hektar. Jenis pear l
millet tersebut termasuk tanaman serealia ekonomi minor penting dari
golongan tanaman semusim. Klasifikasi dari jewawut disajikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Kelas : Monocotyledon
Keluarga : Poaceae
Genus : Pennisetum
Sumber : Nurmala, 1997
3
B. Karakteristik Millet
Millet merupakan salah satu jenis serealia yang baik ditanam pada
kondisi kering, dengan kesuburan tanah yang rendah, dan pada suhu
tinggi. Pertumbuhannya baik di tanah yang berkadar garam tinggi atau pH
rendah. Millet dapat tumbuh di daerah dimana tanaman sereal lain seperti
jagung atau gandum,tidak dapat bertahan.
4
berubah bentuk menjadi poligonal pada saat berada dalam area corneus
dan endosperm.
5
antioksidan potensial, juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap
Bacillus cereus pada minimum inhibitory concentration (MIC) sebesar
30% dengan luas zona penghambatan sebesar 15 mm.
- Mencegah Cardiovaskular Disease (CVD)
Cho et al (2000) yang menyatakan bahwa ekstrak heksan jewawut
dapat menghambat pembentukan 3-hidroksi-3-metilglutaril CoA
(HMG-CoA) reduktase pada sel hati tikus
- Menurunkan Kadar Kolesterol
Rooney et al (1992) yang menyatakan bahwa dedak jewawut memiliki
kemampuan menurunkan kadar kolestrol lebih baik dibanding jagung
dan gandum
- Memiliki Aktivitas Karsinogenik
Rensburg (1981) yang melaporkan bahwa populasi masyarakat di
Eropa yang mengkonsumsi jewawut memiliki resiko kanker
esorphagus lebih rendah dibanding populasi masyarakat Eropa yang
mengkonsumsi serealia seperti jagung dan gandum
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Praktikum Penyimpanan
Waktu dan Tanggal
Hari/Tanggal : Jum’at/ 30 Maret 2018
Waktu : 08.00-Selesai
Tempat: Laboratorium Teknologi Pangan
Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Timbangan Digital
b. Kantong Kain
c. Gelas Ukur 100 ml
2. Bahan :
a. Millet 300 gram
Langkah Kerja
1. Masukkan milet kedalam gelas ukur 100 ml untuk mengetahui
dan meghitung densitas kamba pada milet.
2. Setelah timbang berat milet yang ada pada 100 ml gelas ukur.
3. Kemudian timbang milet masing-masing 125 gram sebanyak 2
kali
4. Masukkan milet pada 2 kantong kain, masing-masing disimpan
diletakkan dirak dan di lantai.
5. Lakukan pengamatan mutu serealia dan kacang sebelum dan
selama penyimpanan 1 bulan (Lakukan pengamatan tiap
minggu)
B. Praktikum Olahan Setengah Jadi
Waktu dan Tanggal
Hari/Tanggal : Jum’at/ 30 Maret 2018
Waktu : 08.00-Selesai
Tempat: Laboratorium Teknologi Pangan
Alat dan Bahan
7
1. Alat :
a. Pisau
b. Pengukus
c. Blender
d. Penggiling Mie
e. Plastik
f. Loyang
g. Baskom
2. Bahan :
a. Jagung 250 g
b. Ubi Ungu 250 g
c. Kedelai 250 g
d. Tepung Terigu 150 g
e. Bawang Putih 3 siung
f. Garam 1 sendok teh
g. Ketumbar ½ sendok teh
h. Air Kapur
Langkah Kerja
1. Kupas ubi ungu, kemudian kukus ubi ungu hinggan lunak
(kurang lebih 10 menit)
2. Jemur jagung hingga kering kemudian rendam dengan air
kapur selama satu malam, hal ini dilakukan untuk
menghasilkan jagung yang lunak.
3. Kemudian rebus jagung hingga lunak, lalu haluskan jagung
dengan blender.
4. Semua bahan dicampr menjadi satu hingga kalis.
5. Giling menggunakan penggiling mie, cetak dengan pipih
memanjang.
8
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
9
B. Data Pengamatan Millet B (Disimpan di lantai)
Minggu Berat Kerusakan Kotor Densitas Benda Organoleptik
(g) (%) (%) Kamba Asing
I 125 0,392 - 0,6924 - Warna :
Cream/Coklat
Susu
Bau : Khas
Milet
II 145,56 0,433 - 0,732 - Warna :
Cream/Coklat
Susu
Bau : Khas
Milet
Tekstur:
Lembab
III 146,46 0,123 - 0,7403 - Warna :
Cream/Coklat
Susu
Bau : Tengik
Tekstur:
Lembab
IV 144,33 0,256 - 0,7624 - Warna :
Cream/Coklat
Susu
Bau : Tengik
Tekstur:
Lembab
10
C. Pengamatan Olahan Setengah Jadi
Hasil olahan setengah jadi yang kami buat memiliki bahan utama
ubi ungu, jagung dan juga kedelai. Dari bahan tersebut kami dapat
menghasilkan sekitar 500 g stick setengah jadi. Hasil olahan setengah jadi
kami berbentuk stick tipis, memiliki warna ungu, dan rasa yang gurih.
Apabila di goreng warna akan berubah menjadi ungu kecoklatan akan
tetapi tidak memudarkan rasa gurih pada stick kami. Kelebihan dari stick
kami adalah mudah cara membuatnya, bahan mudah dibeli, harga
terjangkau serta menyehatkan sehingga dapat dijadikan camilan sehari-
hari. Namun kekurangan nya adalah pada perubahan warna stick ketika
digoreng, dikarenakan warna menjdai coklat dan sedikit tidak cantik
11
BAB V
PEMBAHASAN
12
hari rak tersebut memungkinkan terkena paparan sinar matahari tidak
langsung.
B. Milet B (Disimpan di lantai)
Kerusakan yang terjadi pada milet B tidak jauh berbeda dengan
kerusakan yang terjadi pada milet A hanya saja terdapat perbedaan tekstur
pada milet karena perbedaan letak penyimpanan. Dari hasil pengamatan
diatas dapat diketahui bahwa tanda-tanda kerusakan millet berlangsung
pada minggu ke II sedangkan perubahan aroma terjadi pada minggu ke II.
Kerusakan pada millet ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain :
- Tumbuhnya aktivitas mikroba yang merugikan seperti menimbulkan
bau, gas, atau penyimpangan warna.
- Suhu : Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempercepat
kerusakan serealia. Suhu dapat merusak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung yaitu terjadinya perubahan sifat fisik
dan secara tidak langsung dengan mempercepat aktivitas enzim dan
mikroba pembusuk. Adanya perubahan, aroma dan tekstur juga
disebabkan adanya suhu yang tidak sesuai pada penyimpanan millet B
(Bisa jadi terlalu lembab).
- Kadar Air : Penguapan air menyebabkan pelayuan, pengeringan dan
kadang-kadang kehilangan vitamin. Pada milet B yang disimpan di
lantai, dapat menyebabkan kadar air pada milet B lebih dari batas
normal yaitu 13-14%. Serta kelembapan relatif kesetimbangan (RH)
sekitar 70% dan massa udara 0,70 pada suhu normal 27-30 0C.
Akibatnya milet B lembab dan menimbulkan bau tengik. Sehingga
pada milet B rata-rata terjadi peningkatan berat bersih. Pada milet B
yang disimpan di lantai yang memiliki kelembaban yang tinggi dan
tanpa alas juga dapat mempengaruhi adanya kerusakan pada milet. Hal
ini dikarenakan kelembaban dapat masuk kedalam karung dan dapat
mempengaruhi organoleptik pada milet.
- Cahaya atau Sinar : Kerusakan bahan pangan karena cahaya/sinar jelas
terlihat pada makanan yang berwarna. Warna bahan pangan atau
makanan dapat menjadi pucat. Sinar seperti juga oksigen dapat
13
merusak vitamin, misalnya vitamin B2, vitamin A dan vitamin C. Milet
B disimpan di lantai yang letaknya sulit terkena paparan sinar matahari
sehingga pada milet B warna yang dihasilkan adalah merah tua dan
tekstur nya lembab.
14
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perubahan Penyimpanan
a. Milet A : Memiliki bau yang tengik, perubahan warna
menjadi lebih pucat dan memiliki tekstur yang kering.
b. Milet B : Memiliki bau yang tengik, perubahan warna
menjadi lebih pucat dan memiliki tekstur yang lembab.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan serealia
a. Aktivitas mikroba
b. Suhu
c. Kadar Air
d. Cahaya atau Sinar
B. Saran
Penyimpanan millet baik millet A maupun millet B tidak dapat
dikatan benar, dikarenakan penyimpanan tersebut bukan merupakan
penyimpanan serealia yang baik dan benar. Alangkah baiknya jika serelia
dapat disimpan dengan baik dengan cara di vakum, tidak terkena sinar
matahari langsung atau juga dapat diberi alas jika akan diletakkan dilantai.
Hal tersebut dapat memperpanjang umur millet sehingga millet dapat
digunakan hingga waktu pengolahan tiba.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17