Anda di halaman 1dari 64

UNTAD

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA RUANG RAWAT


INAP PUSKESMAS BULILI TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1)
Program Studi Kedokteran FK
Universitas Tadulako

I MADE SIWA MERTHA


N 101 13 045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

AGUSTUS 2017
ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 21 Agustus 2017

Penulis,

I Made Siwa Mertha

N 101 13 045

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Identifikasi Bakteri Udara Pada Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili Tahun
2017” dengan baik. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter FK Universitas Tadulako.

Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Bapak tercinta I Made


Wardana dan Mama tercinta Ni Ketut Niti Asih yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan, bimbingan, dan doa selama kehidupan penulis.

Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari
hambatan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Indah
Puspasari Kiay Demak, M.Med, Ed selaku pembimbing I dan Ibu dr. Gabriella
Lintin selaku pembimbing II yang telah sabar, tulus dan ikhlas untuk meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran-saran yang
sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada:


1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E, M.Si sebagai Rektor Universitas
Tadulako.
2. Bapak dr. Muh. Mansyur Romy, S.U., PA (K) sebagai Dekan FK UNTAD.
3. Bapak Dr. dr. M. Sabir, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik FK
UNTAD
4. Ibu drg. Tri Setyawati, M.Sc sebagai Wakil Dekan Bagian Umum dan
Keuangan FK UNTAD.
5. Bapak dr. Muh Ardi Munir M.Kes, Sp.OT, FICS, M.H sebagai Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan FK UNTAD.
6. Bapak dr. Hasanudin, Sp.JP sebagai penguji I
7. Ibu dr. Miranti, M.Kes sebagai penguji II
8. Ibu Andi Nur Asrinawati, S.Si, M.Kes sebagai penguji III

iv
9. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan FKIK UNTAD dan Dosen Luar Biasa
Universitas Gadjah Mada yang telah banyak memberikan Ilmu dan motivasi
kepada penulis selama menjalani perkuliahan
10. Bapak dan Ibu pegawai Bagian Akademik FK UNTAD
11. Bapak dan Ibu pegawai Tata Usaha FK UNTAD
12. Kakak-Kakak Laboran semua departemen FK UNTAD
13. Direktur dan segenap jajaran RSUD Undata Palu yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.
14. Teman-teman Rumah Singgah yaitu Yudit Setiawan, Yevan Harry Brata
Adjimat, Nalto Mentara, Moh. Wahid Agung, I Made Andi Saputra, I
Made Mustika, Aldhy Wijaya Kusuma Ananda, Agung Cahya Pratama,
Yogi Setiawan, Moh. Sakti Marzuki, dan Ahmad Febriady yang selalu
memberikan semangat, doa dan menemani masa perkuliahan.
15. Teman-teman Kelompok 9, Adelia, Rifaldy Taslim, Dewi Intan, Henni, Mas
Isal, Kak Kiki Apriliani, Opa Kiki Patodo, Muslim, Desi, Nina,
Khairunnisa, dan Widya Nurul Fatimah yang telah memberikan dukungan
kepada penulis.
16. Teman-teman Agama Hindu “Bali Ceria” Luh Ayu Febina, Aldy Wijaya,
Made Mustika, Agung Cahya, Ayu Debi, Gita Dewi, Dwiki Andriyani, Ni
Putu Mona, Dewi Suryani, Made Andi, Adi Mahardika, Luh Dita, Melly
Oltaviani terimakasih sudah menemani hari-hari penulis dari awal semester
sampai sekarang.
17. Keluarga besar P13XUS yang selalu memberikan semangat, doa dan menemani
masa perkuliahan.
18. Organisasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter (HMPD) yang banyak
memberikan penulis pengalaman berharga.
19. Terimakasih juga kepada kakak 01factorius, Oste09en, Card10, Achi11es,
A12thron dan adik-adik At14s, V15cera dan 2016 atas kebersamaan dan
dukungan selama penulis menjalani perkuliahan.
20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

v
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan dalam skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Palu, 21 Agustus 2017


Penulis,

I Made Siwa mertha


N 101 13 015

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………….ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………...iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….…....ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………...…………x
ABSTRACT…………………………………………………………………………xi
ABSTRAK……………………………………………………………………...…..xii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... …...1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... …...2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................2
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... …...3
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ …...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka.......................................................................................5
1. Tinjauan Tentang Puskesmas…………………………………….5
2. Tinjauan Tentang Bakteri ....................................................... ….10
B. Kerangka Teori .................................................................. ........... ….18
C. Kerangka Konsep .......................................................................... ….19
D. Landasan Teori ...................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. ….20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... ….20
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... ….20
D. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... . ….21
E. Definisi Operasional ...................................................................... ….21

vii
F. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. ….21
G. ProsedurPenelitian ..............................................................................22
H. Alur Penelitian ............................................................................... ….26
I. Jenis dan Sumber Data Penelitian ................................................. ….27
J. Pengelolaan Data ........................................................................... ….27
K. Penyajian Data ............................................................................... ….27
L. Teknik Analisis Data ..................................................................... ….27
M. Etika Penelitian…. ......................................................................... ….27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Peneitian…………………………………………...………….29
B. Pembahasan………………………………………….…………........30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.……………………………………………………........34
B. Saran………………………………………………………………...34
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................35
LAMPIRAN .............................................................................................................37

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Sel Bakteri………………...………………...... 11


Gambar 2.2 Bakteri Bentuk Bulat................................................. 12
Gambar 2.3 Bakteri Bentuk Basil…………………………………... 12
Gambar 2.4 Bakteri Bentuk Spiral……………………………….…. 13
Gambar 2.5 Kerangka Teori………………………………………... 18

Gambar 2.6 Kerangka Konsep…………………...……………….... 19


Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................ 27

ix
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Klasifikasi Umum Fenotip Dari Bakteri………............ 13
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Bakteri………………………….. 30

x
IDENTIFICATION OF AIRBORNE BACTERIA IN INPATIENT ROOM AT
BULILI PRIMARY HEALTH CENTER PERIOD OF 2017

I Made Siwa Mertha*, Indah Puspasari Kiay Demak**, Gabriella Lintin***


*Medical Student, Faculty of Medicine, Tadulako University
**Department of Clinical Skill Lab, Faculty of Medicine, Tadulako University
***Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Tadulako University

ABSTRACT

Background: Nosocomial infections are still a concern in the scope of health


because it can harm patients treated at the hospital or other health care facilities. All
microorganisms including bacteria, viruses, fungi and parasites can cause
nosocomial infections. Airborne transmission is generally easy to occur in closed
spaces such as in hospital buildings, wards, nursing rooms, or in clinical
laboratories.
Objective: The objective was to identify airborne bacteria in inpatient wards of
Puskesmas Bulili in 2017.
Method: This research was quantitative research with descriptive observational
research research design. Sampling technique was total sampling. The sample in this
research were airborne bacteria in inpatient room of Puskesmas Bulili.
Results: In the results of the study, bacteria were found in the inpatient wards of
Puskesmas Bulili, of which 16 samples were 5 samples for Staphylococcus aureus
(31.25%), 4 samples for Serratia mercescens (25%), 2 samples for Staphylococcus
epidermidis ( 12.5%), 2 samples for Staphylococcus sp (12.5%), 2 samples for
Serratia sp (12.5%), and 1 sample for Enterobacter sp (6.25%).
Conclussion: There are types of bacteria that are spread by air in the Inpatient
Room of Puskesmas Bulili. The largest number of bacteria is Staphylococcus aureus,
this bacteria can cause nosocomial infection.

Keywords: Bacterial Identification, Inpatient Room of Puskesmas Bulili, Nosocomial


Infection.

xi
IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA RUANG RAWAT INAP
PUSKESMAS BULILI TAHUN 2017

I Made Siwa Mertha*, Indah Puspasari Kiay Demak**, Gabriella Lintin***

*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko


**Bagian Skill Lab, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko
***Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan


karena dapat merugikan pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur
dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruang yang terututup seperti di dalam gedung
Rumah Sakit, bangsal, kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
Tujuan: untuk mengidentifikasi bakteri udara di ruang rawat inap Puskesmas Bulili
tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian studi observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dengan cara
total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri udara di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili.
Hasil: Pada hasil penelitian didapatkan jenis-jenis bakteri di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, diantaranya dari 16 sampel yaitu 5 sampel untuk Staphylococcus
aureus (31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens (25%), 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2
sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk Enterobacter sp (6,25%)..
Kesimpulan: Terdapat jenis-jenis bakteri yang tersebar melalui udara dalam Ruang
Rawat Inap Puskesmas Bulili. Bakteri terbanyak adalah Staphylococcus aureus,
bakteri ini dapat mengakibatkan infeksi nosokomial.

Kata Kunci: Identifikasi Bakteri, Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili, Infeksi
Nosokomial.

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan karena dapat
merugikan pasien yang dirawat di rumah sakit ataupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Hal ini terbukti dengan tingginya angka infeksi nosokomial di dunia, yaitu
pada negara berkembang sekitar 10 per 100 pasien yang dirawat menderita infeksi
nosokomial, sedangkan pada negara maju sekitar 7 per 100 pasien yang dirawat
menderita infeksi nosokomial (WHO, 2015).
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection). Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap
orang, namun adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit
untuk dideteksi. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruang
yang terututup seperti di dalam gedung rumah sakit atau Puskesmas, bangsal, kamar
perawatan, atau pada laboratorium klinik (Darmadi, 2008).
Menurut Kemenkes RI (2014) Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Berdasarkan besarnya potensi risiko kesehatan pada Puskesmas yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat, terutama pada puskesmas rawat inap Bulili,
dimana ISPA menempati urutan pertama sebagai penyakit yang paling sering diderita
oleh masyarakat, penyehatan sarana dan bangungan Puskesmas sangat penting dalam
rangka mewujudkan lingkungan yang sehat yang dapat memberikan perlindungan
bagi petugas kesehatan ataupun pasien, terutama bagi pasien yang menjalani
perawatan di Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap, sehingga terjadinya

1
2

infeksi nosokomial pada Puskesmas rawat inap dapat dicegah (Profil Puskesmas
Bulili, 2017).
Persyaratan kualitas udara ruang rawat yang ditetapkan oleh Kementrian
kesehatan maksimum 500 CFU/m³ masih belum sepenuhnya terpenuhi. Misalnya, di
ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus Penyakit Menular Jakarta ditemukan bahwa
dari 167 spesimen hapus tangan dan kuku petugas yang diperiksa terdapat 85,1%
yang tidak steril yang mengandung 31,6% kuman batang berspora; 17,9% bakteri
Coliform; 12,9% Staphylococcus epidermidis; 7,9% Pseudomonas aeruginosa; 7,3%
Clostridium spp.; 6,2% Klebsiella spp.; 5,1% Streptococcus haemolyticus; 4,5%
Clostridium welchii; 2,8% Proteus spp.; 2,3% E. coli; 1,1% Staphylococcus aureus;
dan 0,6% Pseudomonas spp. Ini berarti, ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus
Penyakit Menular Jakarta masih menjadi tempat yang sangat rentan terhadap
penularan penykit infeksi (Abdullah, 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti beranggapan perlu melakukan
penelitian terhadap bakteri yang ada dalam udara pada ruang rawat inap sehingga
dapat diketahui kualitas mikrobiologi udara yang terdapat di ruang rawat inap pada
Puskesmas dengan fasilitas rawat inap di Puskesmas Bulili.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah "Bagaimanakah saja jenis bakteri udara
yang terdapat di ruang rawat inap Puskesmas Bulili tahun 2017?".

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui variasi bakteri udara yang terdapat di Ruang Rawat Inap
Puskesms Bulili tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili Tahun
2017.
2. Untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif.
3

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti: Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada tingkat strata 1
serta dapat menambah pengetahuan peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah.
2. Bagi Masyarakat: Bagi masyarakat diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat
menambah pengetahuan mengenai jenis bakteri yang ada di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili.
3. Bagi Puskesmas Bulili: Diharapkan dapat menjadi salah satu data tentang jenis
bakteri yang ada di ruang rawat inap Puskesmas Bulili.
4. Bagi Dunia Pendidikan: Diharapkan dapat menjadi acuan atau tambahan
informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut
.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan tentang identifikasi bakteri di ruang rawat inap :
1. Saleh (2015), dengan judul penelitian ” Pola Bakteri Aerob Penyebab Infeksi
Nosokomial Pada Ruangan Neonatal Intensive Care Unit (Nicu) Blu Rsup
Prof. Dr. R. D Kandou Manado". Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu untuk melihat pola bakteri aerob penyebab infeksi
nosokomial yang dilakukan pada ruangan Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) BLU RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada November 2014
hingga Januari 2015. Sampel yang diteliti berjumlah 30 sampel dan di ambil
berdasarkan kategori ruang perawatan, perabotan ruangan, peralatan medis
dan udara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 11 spesies bakteri yaitu
Bacillus subtilis 13 sampel (43,3%), Serratia liquefaciens 4 sampel (13,3%),
Lactobacillus 3 sampel (10%), Enterobacter agglomerans 2 sampel (6,7%)
dan Klebsiella pneumoniae 2 sampel (6,7%), Proteus mirabilis 1 sampel
(3,3%), Proteus vulgaris 1 sampel (3,3%), Streptococcus non hemolitikus 1
sampel (3,3%), Diplokokus 1 sampel (3,3%), Kokus gram positif 1 sampel
(3,3%) dan Kokus gram negatif 1 sampel (3,3%).
2. Ramadhan (2016) dengan judul penelitian “Identifikasi Bakteri Udara Di
Ruang Rawat Inap Pada Puskesmas Dengan Fasilitas Rawat Inap Di
Kecamatan Lindu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri di
4

Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lindu tahun 2016. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal pada tanggal 10 April – 24 April 2016. Hasilnya dari
12 sampel, pada minggu pertama didapatkan hasil identifikasi bakteri yaitu 2
sampel Staphylococcus Sp, 1 sampel Staphylococcus epidermidis dan 1
sampel Micrococcus luteus. Pada minggu kedua, didapatkan 1 sampel
Staphylococcus Sp, 1 sampel Staphylococcus epidermidis, 1 sampel
Staphylococcus warneri, dan 1 sampel Micrococcus varian. Pada minggu
ketiga, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1 sampel Micrococcus
luteus, 1 sampel Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel Pseudomonas
coccovenenan. Total pertumbuhan bakteri selama 3 minggu pengambilan
sampel yaitu 4 sampel untuk Staphylococcus sp, 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis, 2 sampel untuk Micrococcus luteus, 1 sampel
untuk Staphylococcus warneri, 1 sampel untuk Micrococcus varian , 1
sampel untuk Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel untuk
Pseudomonas coccovenenans.
3. Ananda (2015) dengan judul penelitian “Identifikasi Variasi Bakteri Di
Ruang Rawat Inap Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD UNDATA Tahun
2015”. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasikan bakteri di Ruang
Rawat Inap Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD Undata tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan pada 25 Mei – 13 Juni 2015. Hasilnya terdapat dari
12 sampel, variasi bakteri yang didapatkan 6 sampel untuk Staphylococcus
epidermidis (50%), 3 sampel untuk Micrococcus varians (25%) 2 sampel
untuk Staphylococcus aureus (16,66%), 1 sampel untuk Enterobacter
aerogenes (8,33%).
Berdasarkan 3 penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, perbedaan yang
terdapat dengan penelitian ini adalah terdapat pada waktu, tempat, dan metode
penelitian seta lokasi pengambilan sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
a. Definisi
Menurut Kemenkes RI (2014) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas
adalah salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
Puskesmas Bulili adalah ialah satu dari sekian Layanan Kesehatan
milik pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan puskesmas
yang difasilitasi dengan fasilitas rawat inap. Lokasi Puskesmas Bulili terletak
di Jl.Adam Malik No. 2, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu (Profil
Puskesmas Bulili,2017)
b. Tugas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Kemenkes RI, 2014).
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas dapat menyelenggarakan
fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Kemenkes RI,
2014).
Fungsi puskesmas pada era BPJS menjadi sangat sentral dan wajib.
Salah satu unsur penting dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan adalah

5
6

ketersediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan yang berasal dari gudang


farmasi milik pemerintah dan berpengaruh langsung terhadap kecepatan
pelayanan di Puskesmas (Kurniawan, 2014).
d. Kategori Puskesmas
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya Puskesmas dikategorikan
menjadi:
1) Puskesmas kawasan perkotaan
2) Puskesmas kawasan pedesaan
3) Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Sedangkan berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya Puskesmas
dikategorikan menjadi :
1) Puskesmas non rawat inap
2) Puskesmas rawat inap
Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan
normal, sedangkan puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi
tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
sesuai pertimbangan pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
e. Ketentuan Puskesmas Rawat Inap
Seperti yang telah dibahas sebelumnya Puskesmas rawat inap adalah
Puskesmas yang diberi tambahan fasilitas dan sumber daya untuk
melaksanakan fungsi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan cara
memberikan pelayanan rawat inap bagi masyarakat yang membutuhkan.
Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut Puskesmas terlebih dahulu harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Ketentuan tersebut antara lain :
1) Letak Puskesmas strategis, dan dapat dijadikan pusat rujukan antara
atau pusat rujukan dari puskesmas non rawat inap
7

2) Rawat inap hanya diperbolehkan selama 5 hari. Pasien yang


membutuhkan perawatan >5 hari harus dirujuk ke Rumah Sakit.
3) Harus dilengkapi sumber daya untuk mendukung pelayanan rawat inap.
4) Puskesmas kawasan perkotaan hanya dapat menyelenggarakan
pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur paling banyak 5
tempat tidur.
5) Puskesmas di kawasan pedesaan hanya dapat menyelenggarakan
pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur paling banyak 10
tempat tidur, namun dalam kondisi tertentu berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah tempat tidur dapat ditambah dengan tetap
mempertimbangan ketersediaan sumber daya yang ada (Kemenkes RI,
2014).
f. Kegiatan Puskesmas Rawat Inap
Dalam memenuhi tugas Puskesmas sebagai pelaksana pembangunan
kesehatan di Indonesia, maka Puskesmas rawat inap yang berfungsi sebagai
pusat rujukan dan rujukan antara dari Puskesmas non rawat inap serta
sebagai pelayan kesehatan tingkat pertama bagi masyarakat di wilayah
kerjanya, Puskesmas rawat inap dapat melakukan kegiatan-kegiatan sesuai
peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, kegiatan tersebut antara
lain :
1) Merawat penderita yang memerlukan rawat inap secara tuntas sesuai
standar operasional prosedur dan standar pelayanan.
2) Merawat penderita gawat darurat secara tuntas ataupun merawat
sementara sampai kondisi stabil sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan, sesuai standar operasional prosedur dan standar pelayanan.
3) Observasi penderita dalam rangka diagnostik.
4) Pertolongan persalinan normal dan atau persalinan dengan penyulit,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI,
2014).
8

g. Persyaratan Ruang Rawat Inap


Ruang rawat inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan
dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih
dari 24 jam. Dalam rangka mendukung fungsi Puskesmas rawat inap, maka
dipandang perlu untuk menentukan pedoman teknis fasilitas ruang rawat
inap Puskemas yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, keselamatan,
kemudahan, dan kenyamanan. Ruang rawat inap yang aman dan nyaman
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan
pasien. Oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus memenuhi
persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang
sehat, aman, dan nyaman (Kemenkes RI, 2014).
1) Persyaratan Bangunan
Untuk menciptakan ruang rawat inap yang sehat, aman, dan nyaman,
maka bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman,
dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesbilitas, serta terletak
jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, dan bising dari
mesin/generator. Pintu masuk ke ruang rawat inap harus terdiri dari pintu
ganda, masing-masing dengan lebar 90 cm, dan 40 cm. Pintu masuk ke
kamar mandi pasien minimal lebarnya 85 cm dan membuka ke luar
kamar mandi. Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang
mudah pemeliharaannya, dan cukup rapat. Bukaan jendela harus dapat
mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari dalam ruangan, ke luar
ruangan (Kemenkes RI, 2014).
2) Persyaratan Kesehatan Bangunan
a) Sistem Ventilasi
Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan ruang
rawat inap harus mempunyai sistem ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan ruang
rawat inap harus mempunyai kisi-kisi pada pintu dan jendela yang
dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. Pada ruang rawat
9

inap dan koridor minimal terjadi 4 kali pertukaran udara per jam
(Kemenkes RI, 2014).
b) Sistem Sanitasi
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan
Ruangrawat inap harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan (Kemenkes RI, 2014).
c) Sistem Pengkondisian Udara
Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di
dalam bangunan ruang rawat inap serta mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang berbahaya serta berpengaruh besar terhadap
kesembuhan pasien, pengelola bangunan ruang rawat inap harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara. Kelembaban
relatif dipertahankan 30 - 60%, dan temperatur ruangan
dipertahankan sekitar 20°C - 26°C (Kemenkes RI, 2014).
Apabila ruang rawat inap menggunakan alat pengkondisian
udara, unit pengkondisian udara tersebut bisa menjadi sumber
mikroorganisme yang datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini
harus diganti pada jangka waktu yang tertentu. Apabila
menggunakan sistem pengkondisian udara sentral, maka saluran
udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur (Kemenkes RI,
2014).
Meskipun telah dicegah dan diatur sedemikian rupa, seperti
pembersihan ruangan yang intensif, pemakaian sistem pendingin
udara, dan menjaga kelembaban ruang, mikroorganisme seperti
bakteri tetap akan ada pada udara di ruang rawat inap. Oleh karena
itu Menteri Kesehatan mensyaratkan agar udara di dalam ruang
rawat harus bebas kuman patogen dengan angka total kuman tidak
lebih dari 500 koloni/m³ udara (Abdullah, 2012).
10

2. Tinjauan Umum Tentang Bakteriologi


a. Definisi
Bakteri adalah salah satu kelompok mikroorganisme bersel tunggal
dengan konfigurasi prokariotik (tidak mempunyai selubung inti). Bentuk
DNA bakteri ialah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoid.1 Bakteri
pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 μm kali 2,0-5,0 μm.2 Struktur
bakteri terdiri dari inti/nukleus, sitoplasma, membran sitoplasma, dinding sel,
kapsul, flagel, pili/fimbriae dan endospora. Inti/nukleus memiliki benang
DNA yang panjangnya kira-kira 1 mm. Dinding sel berfungsi untuk menjaga
tekanan osmotik, pembelahan sel, biosintesis, diterminan dari antigen
permukaan bakteri (Faraknimella, T.L. et al., 2015).
b. Struktur sel bakteri
1) Dinding sel
a) Struktur kompleks, semi kaku, tebal 10-23 nanomikron, mengelilingi
membran sitoplasma (Hartati, 2012).
b) Fungsi: memberi bentuk sel dan melindungi sel dari pengaruh luar sel
(Hartati, 2012).
2) Membran plasma
a) Merupakan struktur tipis di bawah dinding sel dan membungkus
sitoplasma sel, tersusun fosfolipid dan protein membentuk struktur
fosfolipid bilayer yang terdiri dari bagian kepala dan ekor.
b) Fungsi: sebagai membran selektif permeabel (semipermeabel) yaitu
barrier selektif terhadap bahan/materi yang masuk dan keluar sel
(Hartati, 2012).
3) Sitoplasma
Tersusun dari:
a) Nuclear area atau nucleoid: mengandung benang DNA.
b) Ribosom: organel bermembran sebagai tempat sintesis protein.
c) Inclusion: organel reverse deposit sebagai tempat akumulasi nutrient
jumlah banyak dan digunakan bila defisiensi faktor lingkungan
(Hartati, 2012).
11

(Hartati, 2012)
Gambar 2.1 Struktur sel bakteri
c. Klasifikasi Bakteri
1) Berdasarkan morfologi
Pratiwi (2008) Ada beberapa bentuk dasar bakteri, yaitu :
a) Bulat (Cocci)
Bentuk kokus umumnya bulat atau oval. Bila kokus membelah
diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain. Cocci yang tetap
berpasangan setelah membelah disebut diplococci. Cocci yang
membelah namun tetap melekat akan membentuk struktut menyerupai
rantai disebut streptococci. Cocci yang membelah dalam 2 bidang dan
tetap melekat akan membentuk kelompok 4 coccus yang disebut
tetrad. Cocci yang membelah dalam 3 bidang dan tetap melekat akan
membentuk kubus dengan 8 coccus disebut sacrina, sedangkan cocci
yang membelah pada banyak bidang dan membentuk kumpulan
menyerupai buah anggur yang disebut staphylacocci.
12

(Hartati, 2012)
Gambar 2.2. Bakteri bentuk bulat (coccus) (Hartati, 2012)
b) Batang (Bacilli)
Membelah hanya melalui sumbu pendeknya (dalam satu
bidang). Sebagian besar bacilli tampak sebagian besar tunggal.
Diplobacilli muncul dari pasangan bacilli setelah pembelahan dan
streptobacilli muncul dalam bentuk rantai. Beberapa bacilli tampak
menyerupai cocci, dan disebut coccobacilli.

(Hartati, 2012).
Gambar 2.3 Bakteri bentuk basil.

c) Lengkung (Spirali)
Bentuk spiral bakteri memiliki satu atau lebih lekukan dan
tidak dalam bentuk lurus. Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan
menjadi beberapa jenis. Bakteri yang berbentuk batang melengkung
13

menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri yang berpilin kaku disebut


spirillia, sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut
spirochaeta.

(Hartati,2012)
Gambar 2.4. Bakteri bentuk spiral.

NAMA MORFOLOGI TIPE DARI INFEKSI

Staphiloccocus bulat Bergerombol Clusters

Streptococci cocus
Berantai Skin pharyngitis,
berpasangan

Enterococcus coccus
Berantai
berpasangan UTI, GI,

Basilus Membentuk spora Anthrax,


Clostridia basil, spora Former Tetanus,
Tabel 2.1. Klasifikasi umum fenotip dari bakteri

Pada Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi fenotipik umum


bakteri untuk Gram positif. Jenis lain dari bakteri klasifikasi yang
umum digunakan didasarkan pada prokariota dari bakteri yang
meliputi fungsi dan struktur mereka seperti lendir, kapsul,
peptidoglikan, membran sitoplasma, flagela, pili, dan produk-produk
14

yang dikeluarkan. Tujuan utama dari klasifikasi fenotipik adalah


untuk menghasilkan cluster strain dan membangun hirarki bakteri
spesies sebagai anggota spesies yang berbeda dapat berbagi tingkat
tinggi kemiripan. Meningkatkan tingkat adaptasi bakteri terhadap
lingkungan manusia membuktikan bahwa identifikasi patogen di
tingkat spesies bakteri tidak memuaskan. Oleh jenis bakteri diagnosis
adalah diperlukan, yang melibatkan klasifikasi patogen di bawah
tingkat spesies. Sampai saat ini, biologi dan analisis data mikrobiologi
memerlukan jumlah ekstensif campur tangan manusia. Prosedur Ini
juga mengkonsumsi banyak waktu dan energi dan adalah biaya yang
besar. Hal itu penting untuk mengurangi jumlah intervensi manusia
dalam rangka untuk menangani volume data yang meningkat selain
berusaha untuk mencapai akurasi data tingkat yang memadai.
Disebabkan oleh prosedur manual tidak efisien dalam
mengklasifikasikan bakteri.
2) Berdasarkan dinding sel
Tekanan osmotik didalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfer,
karena adanya transpor aktif yang menyebabkan tingginya konsentrasi
larutan dalam sel. Karena adanya dinding sel kuman yang relatif sangat
kuat, maka meskipun tekanan osmotiknya tinggi, sel kuman tidak akan
pecah. Dinding sel ini terdiri dari lapisan peptidoglikan, yang disebut juga
sebagai lapisan murein atau mukopeptida (Susiana, 2008).
d. Bakteri Pada Ruang Rawat Inap Puskesmas
Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri,
adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering
ataupun terhembus oleh tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara biasanya
akan menempel pada permukaan tanah, lantai, maupun ruangan. Bakteri yang
berasal dari udara terutama yang mengakibatkan infeksi di rumah sakit
misalnya Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Pneumococcus,
Coliform, virus hepatitis, Clostridium sp., (Wuland, 2012).
15

Puskesmas rawat inap sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi


masyarakat harus memiliki ruang rawat inap yang memenuhi syarat kesehatan,
baik kualitas udaranya, konstruksinya maupun fasilitasnya. Di dalam ruangan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penyakit dapat menular melalui
peralatan, bahan-bahan yang digunakan, makanan dan minuman, petugas
kesehatan, dan pengunjung. Penularan mikroorganisme kepada manusia terjadi
dengan mekanisme tertentu, misalnya dengan tiupanangin, tetesan air atau
droplet, percikan batuk atau bersin, percakapan, dan kontak dengan permukaan
tanah (Abdullah, 2012).
e. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara Identifikasi Bakteri, antara lain :
1) Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan
dan pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang
alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses
pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan. Cara yang paling baik
adalah dengan membuat sediaan tetesan gantung (Kusnadi, 2012).
Teknik pewarnaan pada pemeriksaan mikroskopis dikelompokkan
menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel bakteri terhadap zat
pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan.
a) Untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan
pewarnaan acidfast /tahan asam untuk Mycobacterium.
b) Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagel, pewarnaan
kapsul, pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser
atau Albert digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin
bodies) pada Corynebacterium diphtheriae.
Untuk semua prosedur pewarnaan mikrobiologis dibutuhkan
pembuatan apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik
pewarnaan yang spesifik. Caranya tidak sulit tetapi membutuhkan kehati-
hatian dalam pembuatannya (Kusnadi, 2012).
16

2) Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang
dapat menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat
keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Medium
pembiakan terdiri dari :
a) Medium Pembiakan Dasar
Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang
mengandung bahan yang umum diperlukan oleh sebagian besar
mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat medium pembiakan lain. Medium ini dibuat dari 3 g ekstrak
daging, 5 g pepton dan 1000 ml air. Dinamakan juga bulyon nutrisi .
Dengen penambahan 15 agar-agar diperoleh apa yang dinamakan agar
nutrisi atau bulyon agar (Kusnadi, 2012).
b) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)
Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar
dengan penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan
bakteri tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat
tumbuh dengan baik. Untuk keperluan ini ke dalam medium
pembiakan dasar sering ditambahkan darah, serum, cairan tubuh,
ekstrak hati dan otak (Kusnadi, 2012).
c) Medium Pembiakan Selektif
Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang
diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat
dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan bahan tertentu bakteri
yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Yang termasuk ke dalam
media selektif dan differensial diantaranya :
a. Agar Garam Mannitol
Mengandung konsentrasi garam tinggi (7,5% NaCl), yang dapat
menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri, kecuali
17

Staphylococcus. Staphylococcus ini memperlihatkan suatu zona


berwarna kuning di sekeliling pertumbuhannya, Staphylococcus
yang tidak melakukan fermentasi tidak akan menghasilkan
perubahan warna (Kusnadi, 2012).
b. Agar Darah
Darah dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya unsur
dalam pembiakan mikroorganisme terpilih seperti Streptococcus
sp. Darah juga akan memperlihatkan sifat hemolysis yang dimiliki
Streptococcus.
a) Gamma hemolisis: tidak terjadi liysis sel darah merah, tidak
adanya perubahan medium di sekitar koloni.
b) Alpha hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dengan reduksi
hemoglobin menjadi metahemoglobin menghasilkan lingkaran
kehijauan sekitar pertumbuhan bakteri.
c) Beta hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dilengkapi
kerusakan dan penggunaan hemoglobin oleh mikroorganisme
menghasilkan zonabeningsekeliling koloni (Kusnadi, 2012).
c. Agar MacConkey
Menghambat pengaruh kristal ungu terhadap pertumbuhan bakteri
Gram positif, selanjutnya bakteri Gram-negatif dapat diisolasi.
Medium dilengkapi dengan karbohidrat (laktosa), garam empedu,
dan “neutral red” sebagai pH indikator yang mampu membedakan
bakteri enterik sebagai dasar kemampuannya untuk memfermentasi
laktosa (Kusnadi, 2012).

3) Uji Biokimia
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari
interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen
kimia. Selain itu dilihat kemampuannya menggunakan senyawa tertentu
sebagai sumber karbon dan sumber energi (Irianto, 2008).
18

B. Kerangka Teori

Puskesmas

Sanitasi Ruang rawat


lingkungan inap

Gram Negatif,
Gram Positif

Pasien Bakteri
Udara Morfologi :
-kokus
-batang
-spiral

Agar Darah

Isolasi dan Identifikasi Media Pertumbuhan


bakteri
MacConkey
Agar

Pewarnaan Gram Uji Biokimia

Bakteri

Keterangan : = Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.5 Kerangka Teori


19

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bakteri Udara Ruang Rawat Inap

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

D. Landasan Teori
Lingkungan puskesmas yang bersih merupakan awal dari kesembuhan suatu
penyakit. Keadaan udara di dalam ruang rawat inap turut berperan dalam
kesembuhan pasien. Pengaturan lingkungan perawatan harus dilakukan dengan baik.
Lingkungan sebagai tempat berkumpul orang memungkinkan terjadinya peningkatan
interaksi antara orang yang terinfeksi dan orang-orang beresiko terinfeksi. Pasien
dengan infeksi yang dirawat atau mikroorganisme patogen merupakan sumber
potensial dari infeksi baik pada pasien ataupun tenaga kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004, persyaratan kualitas udara yaitu tidak ada bakteri patogen
dan indeks angka kuman pada ruang rawat inap adalah maksimum 500 CFU/m³
(Izzah, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian observational deskriptif. Dalam penelitian
observasional deskriptif, peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai fenomena
yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan secara apa adanya, dan tidak dilakukan
analisis mengapa fenomena tersebut terjadi (Sastroasmoro, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Puskesma Bulili dan
laboratorium kesehatan daerah provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini mulai
dilakukan pada bulan Juli tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu :
a) Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah bakteri yang terdapat pada udara.
b) Populasi terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah bakteri udara yang terdapat
pada udara di ruang rawat inap Puskesmas Bulili pada saat penelitian
dilakukan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah koloni bakteri yang terdapat pada
cawan petri setelah proses pengambilan sampel. Untuk menentukan besar
sampel yang menggambarkan keseluruhan obyek belum ada ketentuan yang
pasti karena ukuran sampel tidak dapat digeneralisasi. Untuk itu pada penelitian
ini peneliti mengukur pada 4 titik pengamatan dengan menggunakan 2 buah
cawan petri pada setiap titik pengamatan di ruang rawat inap Puskesmas Bulili.

20
21

D. Teknik Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Probability Sampling
dengan cara Total Sampling. Pada teknik ini pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.

E. Definisi Operasional
Menurut Sastroasmoro (2014) definisi operasional adalah suatu batasan yang
dibuat oleh peneliti terhadap konsep yang akan ditelitinya, sehingga tidak ada makna
ganda dari istilah yang digunakan oleh seorang peneliti. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa definisi operasional, yaitu :
a) Ruangan rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita
tinggal/ mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana
pelayanan kesehatan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan,
dan rahabilitasi medik (Epa, 2008).
b) Bakteri udara adalah jenis bakteri udara yang diperoleh pada sampel yang diambil
dari medium agar darah dan agar MacConkey yang diletakkan di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili dan telah dilakukan isolasi dan identifikasi. Kemudian
dilanjutkan dengan uji biokimiawi yang dicocokkan dengan tabel perbandingan
karakteristik dari masing-masing bakteri (Putra, 2015).
c) Kultur bakteri adalah perkembangbiakan mikroorganisme atau sel jaringan hidup
dalam media khusus yang kondusif bagi pertumbuhannya, yang dilaksanakan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Sulawesi Tengah (Dorland, 2006).

F. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat Penelitian
a. Cawan petri
b. Inkubator
c. Loop/Ose
d. Mikroskop
e. Object Glass
22

f. Pembakar bunsen
g. Pipet steril
h. Tabung reaksi
i. Rak tabung
j. Mikropipet

2. Bahan Penelitian
a. Air suling
b. MacConkey agar
c. Blood agar
d. KIA agar
e. BHIA agar
f. Larutan pewarnaan gram (Gentian violet, lugol, decolorisation,dan
safranin)
g. SIM medium
h. Citrat medium
i. Glukosa medium
j. Laktosa medium
k. Sukrosa medium
l. Maltosa medium
m. Mannitol medium
n. Metil red medium
o. Urea medium
p. Acid medium (Labkesda Sulawesi Tengah, 2015).

G. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Penelitian
a. Persiapan cawan petri
1) Cawan petri terbagi menjadi 2 :
a) 4 cawan petri yang mengandung Media agar darah digunakan untuk
isolasi bakteri gram positif.
23

b) 4 cawan petri yang mengandung MacConkey Agar digunakan untuk


isolasi bakteri gram negatif.
2) Cawan petri yang telah berisi agar darah dan MacConkey agar
dibungkus menggunakan aluminium foil hingga semua cawan petri
tertutup.
3) Cawan petri yang telah terbungkus aluminium foil selanjutnya
diletakkan pada wadah cooler box yang telah berisi es batu.
4) Cawan petri siap untuk dibawa ke tempat pengambilan sampel.
(Labkesda Sulawesi Tengah, 2015).
b. Teknik pengambilan sampel identifikasi bakteri adalah :
1) Teknik sedimentasi menggunakan cawan petri yang mengandung
Media agar darah dan MacConkey Agar
2) Sampel diambil dengan cara meletakkan 8 buah cawan petri yang
masing-masing berisi 4 Media agar darah dan 4 MacConkey agar yang
kemudian ditempatkan pada 4 titik ruangan yang diletakkan diatas
meja/lantai.
3) Cawan petri dibiarkan terbuka dan terpapar selama 15 menit. Setelah itu
cawan petri ditutup dan dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
4) Jumlah keseluruhan sampel adalah 16 sampel dengan perincian berikut
: 8 sampel pada minggu pertama, dan diulangi prosedur yang sama pada
minggu kedua dengan jumlah sampel 8 (Labkesda Sulawesi Tengah,
2015).

c. Isolasi Bakteri
1) Cawan petri yang mengandung media agar darah dan MacConkey agar
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
2) Setelah diinkubasi, koloni bakteri yang diperkirakan paling banyak
pada agar darah kemudian dipindahkan pada agar BHIA (Brain Heart
Infusion Agar), sedangkan koloni bakteri terbanyak pada MacConkey
24

agar dipindahkan pada KIA (Kliger Iron Agar). Media BHIA dan KIA
ini kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
3) Setelah 24 jam, pada agar KIA diamati warna dasar, warna lereng, dan
adanya H2S serta gas yang terbentuk. Sedangkan pada agar BHIA
diamati apakah terdapat pertumbuhan bakteri atau tidak.
4) Setelah diamati, kemudian bakteri yang tumbuh pada media KIA dan
BHIA dapat digunakan untuk melakukan pewarnaan gram serta uji
biokimia. (Labkesda Sulawesi Tengah, 2015)
d. Pewarnaan Gram
1) Ambil koloni bakteri dari media BHIA atau KIA menggunakan ose,
lalu oleskan secara sirkular pada kaca objek yang telah dipanaskan
dan ditetesi aquades sebelumnya.
2) Tunggu hingga aquades mengering pada kaca objek.
3) Setelah kering, lakukan fiksasi preparat dengan cara meletakkan kaca
objek pada api bunsen.
4) Prosedur pewarnaan gram siap dilakukan.
5) Lumuri preparat dengan larutan gentian violet, tunggu selama 1 menit.
6) Cuci preparat dengan air mengalir selama 1 menit
7) Lumuri preparat dengan larutan lugol selama 1 menit
8) Cuci preparat dengan air mengalir selama 1 menit
9) Lumuri preparat dengan larutan decolorisation selama 1 menit
10) Cuci preparat dengan air mengalir selama 1 menit
11) Lumuri preparat dengan larutan safranin selama 1 menit
12) Cuci preparat dengan air mengalir selama 1 menit
13) Keringkan preparat pada rak pengering
14) Tetesi preparat dengan minyak imersi untuk pengamatan di mikroskop
dengan perbesaran 100x
15) Amati preparat di mikroskop dengan perbesaran 100x. (Labkesda
Sulawesi Tengah, 2015)
25

e. Identifikasi bakteri
Sampel bakteri yang terdapat pada pertumbuhan media BHIA dan
KIA selanjutnya dilakukan prosedur uji biokimia untuk identifikasi
bakteri. Uji biokimia yang dilakukan yaitu uji SIM (Sulfur, indol,
Motility), sitrat, glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa, mannitol, metil red,
urea, dan acid. (Labkesda Sulawesi Tengah, 2015)
26

H. Alur Penelitian

Ruang rawat inap Puskesmas Bulili

Cawan petri (MacConkey Agar dan Media agar


darah) dibiarkan terbuka selama 15 menit

Isolasi pada inkubator dengan


suhu 37°C selama 24 jam

Tidak ada Ada pertumbuhan


pertumbuhan bakteri bakteri

Media agar MacConkey


Tidak ada bakteri darah Agar

Media isolasi Media isolasi


(BHIA) Pewarnaan gram (KIA)

Bakteri Gram Bakteri Gram


Positif Negatif

Uji Biokimia
Sesuaikan dengan
Karakteristik Bakteri
Jenis Bakteri

Gambar 3.1 Alur Penelitian


27

I. Jenis dan Sumber Data Penelitian


Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan
dari hasil kultur media yang ditempatkan di ruang rawat inap Puskesmas Bulili.

J. Pengolahan Data
1. Editing
Editing ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap data
primer yang diperoleh.
2. Coding
Memberikan kode pada semua variabel untuk mempermudah dalam
pengolahan data yang dilakukan.
3. Entry
Memasukkan data ke program komputer.
4. Tabulating
Menyusun seluruh data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel maupun grafik.
5. Describing
Menggambarkan seluruh data yang berupa tabel maupun grafik dalam bentuk
narasi atau kalimat.

K. Penyajian Data
Data-data yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk tabel.

L. Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan melihat
pertumbuhan bakteri pada cawan petri di ruang rawat inap Puskesmas Bulili.

M. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada
28

instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat persetujuan tersebut


barulah dilakukan penelitian (Yurisa, 2008)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dan laboratorium kesehatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah
pada tanggal 31 Juli 2017 - 09 Agustus 2017, didapatkan dari total 16 media
sampel semua mengalami pertumbuhan bakteri. Adapun hasil dari penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Bakteri


Frekuensi
No Bakteri Total %
Minggu I Minggu II

1 Staphylococcus aureus 2 3 5 31,25

2 Serratia mercescens 2 2 4 25
Staphylococcus
1 1 2 12,5
3 epidermidis
4 Staphylococcus sp 1 1 2 12,5
5 Serratia sp 1 1 2 12,5
6 Enterobacter sp 1 0 1 6,25

Total 8 8 16 100

(Sumber : Data Primer, 2017).


Berdasarkan data di atas terdapatnya 16 sampel, yang dimana terdapat
pertumbuhan bakteri pada semua sampel yaitu 16 sampel (100%) dan tidak ada
sampel yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri. Dari 16 sampel yang ada
semuanya dilanjutkan untuk dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri, pewarnaan
gram serta tahap akhir yakni uji biokimia agar mendapatkan hasil jenis bakteri.
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan jenis bakteri dari 16 sampel yaitu 5
sampel untuk Staphylococcus aureus (31,25%), 4 sampel untuk Serratia

29
30

mercescens (25%), 2 sampel untuk Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel


untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2 sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1
sampel untuk Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif
terbanyak adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.

B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dari tanggal 31 Juli 2017
- 09 Agustus 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri udara di
Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dimana ISPA menempati urutan pertama
sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat. Pada penelitian ini,
dilakukan pengambilan sampel bakteri udara di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili
setelah pembersihan dilakukan oleh petugas kebersihan dan pengambilan sampel
terdiri atas 1 ruangan dengan cara meletakkan media agar darah dan Mac Conkey
pada ruangan sebanyak 4 titik di ruangan.
Dari hasil penelitian Bakteri udara yang di temukan di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili adalah Staphylococcus aureus, Serratia mercescens,
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus sp, Serratia sp, dan Enterobacter sp.
Pada penelitian ini bakteri yang paling banyak ditemukan adalah bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri ini ditemukan pada setiap minggunya. Penelitian ini
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Saleh, dengan judul penelitian ”Pola
Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial Pada Ruangan Neonatal Intensive Care
Unit (Nicu) Blu Rsup Prof. Dr. R. D Kandou Manado". Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yaitu untuk melihat pola bakteri aerob penyebab infeksi
nosokomial yang dilakukan pada ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
BLU RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada November 2014 hingga Januari
2015. Sampel yang diteliti berjumlah 30 sampel dan di ambil berdasarkan kategori
ruang perawatan, perabotan ruangan, peralatan medis dan udara. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan 11 spesies bakteri, dimana bakteri yang paling banyak yaitu
31

Bacillus subtilis 13 sampel (43,3%), Serratia liquefaciens 4 sampel (13,3%),


Lactobacillus 3 sampel (10%), Enterobacter agglomerans 2 sampel (6,7%) dan
Klebsiella pneumoniae 2 sampel (6,7%), Proteus mirabilis 1 sampel (3,3%), Proteus
vulgaris 1 sampel (3,3%), Streptococcus non hemolitikus 1 sampel (3,3%),
Diplokokus 1 sampel (3,3%), Kokus gram positif 1 sampel (3,3%) dan Kokus gram
negatif 1 sampel (3,3%). Pada penelitian Ramadhan dengan judul penelitian
“Identifikasi Bakteri Udara Di Ruang Rawat Inap Pada Puskesmas Dengan
Fasilitas Rawat Inap Di Kecamatan Lindu”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lindu tahun
2016. Penelitian ini dilakukan pada tanggal pada tanggal 10 April – 24 April 2016.
Hasilnya dari 12 sampel bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus
sp. Pada minggu pertama didapatkan hasil identifikasi bakteri yaitu 2 sampel
Staphylococcus Sp, 1 sampel Staphylococcus epidermidis dan 1 sampel Micrococcus
luteus. Pada minggu kedua, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1 sampel
Staphylococcus epidermidis, 1 sampel Staphylococcus warneri, dan 1 sampel
Micrococcus varian. Pada minggu ketiga, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1
sampel Micrococcus luteus, 1 sampel Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel
Pseudomonas coccovenenan. Total pertumbuhan bakteri selama 3 minggu
pengambilan sampel yaitu 4 sampel untuk Staphylococcus sp, 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis, 2 sampel untuk Micrococcus luteus, 1 sampel untuk
Staphylococcus warneri, 1 sampel untuk Micrococcus varian , 1 sampel untuk
Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel untuk Pseudomonas coccovenenans.
Pada penelitian Ananda dengan judul penelitian “Identifikasi Variasi Bakteri Di
Ruang Rawat Inap Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD UNDATA Tahun 2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasikan bakteri di Ruang Rawat Inap
Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD Undata tahun 2015. Penelitian ini dilakukan
pada 25 Mei – 13 Juni 2015. Hasilnya terdapat dari 12 sampel bakteri terbanyak
yaitu Staphylococcus epidermidis, variasi bakteri yang didapatkan 6 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (50%), 3 sampel untuk Micrococcus varians (25%) 2
sampel untuk Staphylococcus aureus (16,66%), 1 sampel untuk Enterobacter
aerogenes (8,33%).
32

Melihat perbedaan jenis bakteri yang didapatkan penelitian kali ini dengan
penelitian sebelumnya, bahwa ada bakteri yang tidak didapatkan dari penelitian
sebelumnya yaitu bakteri seperti Serratia sp, Enterobacter sp, dan Serratia
mercescens. Perbedaan bakteri yang didapatkan ini bisa diakibatkan berbagai macam
faktor seperti dalam proses pengambilan sampel bakteri, isolasi dan identifikasi
sampel bakteri, serta waktu dan lokasi penelitian yang berbeda.
Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus aureus, yang
merupakan bakteri paling banyak didapatkan melalui udara pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif.
Staphylococcus aureus menyebar melalui droplet dan skuama kulit yang mencemari
baju, seprai dan sumber lingkungan lain. Staphylococcus aureus juga dapat
menyebabkan beberapa infeksi pada kulit seperti bisul dan impetigo, pada tulang
seperti osteomielitis, Invasif berupa septikemia (seperti endokarditis infektif), pada
pernapasan yaitu pneumonia. Pada negara berkembang, lebih dari 50% kematian
pada balita disebabkan karena infeksi saluran pernapasan akut pneumonia, yakni
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Diperkirakan kematian
akibat pneumonia sebagai penyebab utama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di
Indonesia mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi dan balita. (Elliot, et al., 2013).
Bakteri Serratia mercescens merupakan bakteri gram negatif dan masuk
dalam famili Enterobactericeae. Bakteri ini dapat menyebabkan pneumonia,
bakteremia dan endokarditis terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit
(Jawetz, 2013).
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit, saluran
napas, dan saluran cerna manusia. Bakteri ini penyebab endokarditis bakterial dan
penyebab infeksi utama dari alat plastik yang dimasukkan ke tubuh manusia
misalnya kateter sehingga bakteri ini dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius
(Elliot, et al., 2013).
Bakteri Staphylococcus sp merupakan bakteri gram positif biasa tersusun
dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Bakteri ini banyak ditemukan di
udara dan penyebab infeksi manusia. Beberapa tipe Staphylococcus merupakan flora
normal kulit dan membran mukosa manusia, tipe lainnya dapat menimbulkan
33

supurasi, infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal. Staphylococcus sp


dapat ditransportasikan melalui droplet pengunjung, keluarga pasien, atau pasien
sendiri (Jawets, 2013).
Serratia Sp adalah bakteri gram negatif dalam famili enterobacteriaceae .
beberapa spesies dari serratia adalah bakteri oportunistik bagi manusia. Serratia
marcescens dan serratia liquefaciens yang sering ditemui pad infeksi nasokomial.
Serratia marcescens adalah flora normal yang ada ada sistem pencernan. Bakteri ini
juga biasanya berkolonisasi pada sistem pernpasan dan saluran kemih sehingga
dapat menyebabkan infeksi. Serratia liquefaciens bisa didapatkan pada air, makanan,
dan pada susu. Bakteri ini berbahaya ketika jumlahnya melebihi batas pada saluran
pencernaan (Gani, 2008).
Enterobacter sp,menurut (Jawetz 2013). Bakteri ini adalah bakteri gram
negatif yang merupakan flora normal usus dan bersifat patogen di udara. Apabila
melebihi batas angka kuman, bakteri ini dapat masuk ke saluran nafas kemudian
beredar dalam darah sehingga menyebabkan meningitis. Adanya bakteri
Enterobacter sp yang didapatkan diudara dapat terkait dengan kotoran manusia yang
terbawa oleh aliran udara pada ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili.
Dengan diketahuinya pencemaran bakteri udara di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, maka perlu dilakukan upaya pencegahan infeksi karena pada
umumnya pasien yang dirawat mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, sehingga
sangat rentan terhadap infeksi. Ada beberapa cara mengendalikan jumlah populasi
bakteri, diantaranya adalah dengan melakukan upaya pencegahan yang dilakukan
harus melibatkan seluruh pasien, keluarga pasien, serta tenaga medis untuk menjaga
higienitas ruang rawat inap, melakukan desinfeksi, penggunaan antiseptik dan
antibiotik yang terkontrol, serta melakukan sterilisasi. Prinsip cleaning dan sanitasi
adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, diantaranya adalah 5 sampel untuk Staphylococcus aureus
(31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens (25%), 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2
sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif terbanyak
adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.

B. Saran
Dari kesimpulan yang didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti Lainnya
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai variasi bakteri di Ruang
Rawat Inap Puskesmas Bulili dan di lakukan uji resistensi antibiotika.
2. Bagi Puskesmas Bulili
Sebaiknya perlu meningkatkan kebersihan lingkungan dan ruangan rumah
sakit khususnya pada ruangan Rawat Inap Puskesmas Bulili mengingat ruang
rawat inap merupakan salah satu tempat infeksi nosokomial terbanyak dan melihat
keadaan pasien yang dirawat pada ruang rawat inap merupakan pasien yang
memiliki faktor resiko terinfeksi bakteri dan lama perawatan dibangsal sehingga
untuk pertumbuhan dari bakteri penyebab infeksi nosokomial itu sendiri dapat di
kontrol dengan baik.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T., 2012. Lingkungan Fisik dan Angka Kuman Udara Ruangan di Rumah
Sakit Umum Haji Makassar, Sulawesi Selatan. FKM Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial, Probematika dan Pengendaliannya. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta.
Dorland, N., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta
Elliott et al. 2013. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi. EGC. Jakarta
EPA, U. S., 2008. Indoor Air Facts 4 (revised) Sick building syndrome.
Environmental Protection.
Faraknimella, T.L., Robert, B., Pemsi, M. W., Jimmy, P., 2015. Uji Efek Antibakteri
Jamur Endofit Akar Tumbuhan Bakau (Sonneratia Alba) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus Dan Escherichiae Coli. Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 3, Nomor 3. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ramtulangi,
Manado.
Gani,A.2008. Metode Diagnostik Bakteriologi. Balai besar laboratorium kesehatan
provinsis sulawesi selatan, Makassar.
Hartati, A. S., 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. NuhaMedika,
Yogyakarta.
Irianto, K., 2008. Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Yrama Widya. Jakarta
Izzah, N., 2015. Kualitas Udara Pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat
Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah Tangerang Selatan Dengan
Parameter Jamur. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Jawets, Melnick, Adelberg, 2013. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. EGC, Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. Jakarta
Kurniawan, D., 2014. Identifikasi Waste dan Rancangan Perbaikan Dengan
Menggunakan Fishbone Diagram dan Lean Thinking di UPTD Gudang Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Universitas Airlangga. Surabaya
Kusnadi, 2012. Identifikasi Bakteri. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Labkesda Sulawesi Tengah. 2017. Panduan Pengambilan Sampel Identifikasi
Bakteri. Laboratorium Kesehatan Daerah. Sulawesi Tengah

35
36

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga Medical Series, Bandung


Profil Puskesmas Bulili, 2017.
Putra, AF., 2015. Identifikasi Bakteri Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
Undata Tahun 2015. FKIK Universitas Tadulako. Palu
Sastroasmoro, S., 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto.
Jakarta
Susiana, 2008. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
WHO, 2015. Patient Safety, World Alliance for Safer Health Care. Geneva
Wuland, F., 2012. Identifikasi Bakteri Udara Sesudah Gerakan Jum'At Bersih Di
Ruang Operasi Rumah Sakit Roemani Semarang. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang
Yurisa, W., 2008. Etika Penelitian Kesehatan. Universitas Riau. Riau
LAMPIRAN

37
38

Lampiran 1
Data Penelitian Uji Biokimia Bakteri
1. Minggu Pertama
A.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Conkey - - + + +/- + - + - + - - Seratia sp
1
(KIA)
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/- + + + - - + -
2
(BHIA) epidermidis
+, Coccus

B.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Enterobacter
Conkey - - + - +/+ + + + + + - +
1
(KIA) sp
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/+ + + + - + - -
2
(BHIA) sp
+, Coccus

C.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc Seratia
Conkey - - + - +/- D + + - + - - marcenscens
1
(KIA)
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/- + + + + + + +
2
(BHIA) aureus
+, Coccus
39

D.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Serratia
Conkey - - + - +/- + + + + - - -
1
(KIA) mercescens
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + + +/- + + + + + + +
2
(BHIA) aureus
+, Coccus
40

2. Minggu Kedua
A.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Conkey - - + + +/- + - + - + - - Setratia sp
1
(KIA)
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/- + + + - - + -
2
(BHIA) epidermidis
+, Coccus

B.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Staphylococcus
Conkey - - + - +/- + + + + + + +
1
(KIA) aureus
+,Coccus

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/+ + + + - + - -
2
(BHIA) sp
+, Coccus

C.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc Seratia
Conkey - - + - +/- D + + - + - - marcenscens
1
(KIA)
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + - +/- + + + + + + +
2
(BHIA) aureus
+, Coccus
41

D.
Gambaran Uji biokimia
No Bakteri
Mikroskop S I M Sitrat Glu Lak Suk Mal Man MR Urea Acid
Agar Mc
Serratia
Conkey - - + - +/- + + + + - - -
1
(KIA) mercescens
-,Batang

Agar
Staphylococcus
Darah - - + + +/- + + + + + + +
2
(BHIA) aureus
+, Coccus

Keterangan:
S : Sitrat Glu : Glukosa Mal : Maltosa
I : Indol Lak : Laktosa Man : Manitol
M : Motalitas Suk : Sukrosa MR : Metyl Red
Lampiran 2

Dokumetasi hasil Penelitian

Gambar 1. Pengambilan sampel Bakteri udara di ruang rawat inap Puskesmas Bulili

Gambar 2. Hasil pembiakan Bakteri pada Media MC. conkey

42
43

Gambar 3. Pembiakan Koloni Bakteri Pada Media Agar Darah

Gambar 4. Peneliti Melakukan Penanaman Koloni dari Agar Mac Conkey dan Agar
Darah ke Agar BHIA dan KIA.
44

Gambar 5. Pembiakan Koloni bakteri pada media KIA ( Kligler Iron Agar) & BHIA
( Brain Heart Infusion Agar)

Gambar 6. Peneliti melakukan pewarnaan gram


45

Gambar 7. Pewarnaan Gram

Gambar 8. Peneliti melakukan Uji Biokimia


46

Gambar 9. Hasil Uji Biokimia


Lampiran 3
Hasil Pewarnaan Gram

Bakteri gram (+) Bakteri gram (+)


Staphylococcus sp Staphylococcus Aureus

Bakteri gram (+) Bakteri gram (-) Enterobacter


Staphylococcus Epidermidis sp

47
48

Bakteri gram (-) Serratia Bakteri gram (-) Serratia sp


mercencens
49
50
51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : I Made Siwa Mertha


Stambuk : N 101 13 045
Tempat/Tanggal Lahir : Mamuju, 15 September 1995
Alamat : Jl. Adam Malik II, Lrg.Gembira No. 4, Kec. Palu Selatan
Nomor HP : +6281245025402
E-mail : mertha_siwa@yahoo.com
Facebook : Siwa Mertha
Instagram : @siwamertha
Id Line : Ciwa45

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SDN 01 Inpres Kastabuana (2001-2007)
SMP : SMP Negeri 4 Pasangkayu (2007-2010)
SMA : SMA Negeri 3 Pasangkayu (2010-2013)
Universitas : Universitas Tadulako, Program Studi Kedokteran FK
Universitas Tadulako (2013-sekarang)

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK Universitas Tadulako
2. Anggota UPHDM UNTAD (2013-2014)

Anda mungkin juga menyukai