Anda di halaman 1dari 5

Hanif Shaifa Risma

P1337434119101

D3 TLM Reguler B

A. Judul : Identifikasi Cacing Ascaris lumbricoides


B. Tujuan : mengetahui jenis telur cacing Ascaris lumbricoides dan morfologi cacing
dewasa baik jantan maupun betina.
C. Prinsip :
Diagnosa secara laboratorium Ascaris lumbricoides diperlukan tinja sebagai
sampelnya. Cara menyiapkan sediaan tinja untuk pemeriksaan tergantung pada
kebutuhan yaitu untuk mencari cacing dewasa, larva atau telurnya.
D. Alat dan Bahan :
Alat
1. Mikroskop
2. Petri disk
3. Pinset
4. Sentrifuge
5. Objek glass
6. Cover glass

Bahan
a. Preparat baru :
1. sampel feses segar
2. NaCl fisiologis
3. eosin
4. lugol
b. Preparat awetan
1. Preparat awetan telur cacing Ascaris lumbricoides
2. Preparat awetan cacing dewasa Ascaris lumbricoides baik betina
maupun jantan

E. Dasar Teori :
Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing terbanyak yang menyebabkan infeksi
pada manusia. Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides ini cukup tinggi di negara
berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan negara maju. Tingginya angka
kejadian Ascariasis ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya telur disertai
dengan daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif. Parasit ini lebih banyak
ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu 25°- 30°C sehingga
sangat baik untuk menunjang perkembangan telur cacing Ascaris lumbricoides
tersebut.
Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing soil transmited helminths yaitu
penyebaran cacing melalui tanah.sumber penularan yang paling sering adalah sayuran
yang mengandung telur Ascaris lumbricoides yang infeksius (telur yang berembrio)
selain melalui tanah juga bisa melalui debu. Penularan dari sumber sumber penularan
ini lebih dipermudah lagi karena telur Ascaris lumbricoides tahan terhadap asam,
alkohol juga bahan-bahan pengawet yang sering digunakan dalam rumah tangga.
Adapun klasifikasi cacing Ascaris lumbricoides sebagai berikut :
Phylum : Nemathelminthes
Sub phylum : Ascaridoidea
Ordo : Ascaridida
Family : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Dan untuk siklus hidup yang dimiliki Ascaris lumbricoides adalah Telur yang infektif
bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva menembus dinding
usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah
sampai ke jantung menuju paru-paru, larva di paru-paru menembus dinding alveolus,
masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring dan
menimbulkan iritasi.Penderita akan batuk karena adanya rangsangan larva ini. Larva
di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi
dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa
membutuhkan waktu kurang lebih 2
Bulan. Cacing dewasa dapat hidup di usus halus selama 1 tahun dan kemudian
dikeluarkan dari tubuh.
Hospes definitif : manusia
Stadium infektif : telur berisi embrio
Stadium diagnostik : telur dalam feses atau cacing yang dikeluarkan dari tubuh.
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan cacing Ascaris lumbricoides ini
menggunakan metode natif, metode apung atau flotasi, dan metode konsentrasi.
F. Prosedur Kerja ;
Pra Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Tempat penampung feses yang bersih dan bertutup disiapkan
3. Pada botol/ pot penampung diberi label atau identitas siswa
4. Siswa diminta untuk menampung feses dengan bantuan orang tuanya
5. Jelaskan bahwa feses yang di tampung sebesar satu ruas jari atau sebesar biji
kacang
6. Sampel dibawa oleh siswa pada hari berikutnya
7. Setelah sampel terkumpul lakukan pemeriksaan di ruang laboratorium
parasitologi.

a. Metode apung
Metode apung dengan disentrifugasi
1. 200 ml NaCl jenuh (33%) dimasukan ke dalam beker glass
2. 10 gram feses sampel diambil menggunakan lidi dan dimasukan ke dalam
larutan NaCl jenuh (33%) kemudian diaduk sampai larut
3. Feses yang sudah larut kemudian disaring menggunakan penyaring teh
4. Larutan yang sudah disaring kemudian dituangkan ke dalam tabung
disentrifugasi sebanyak ¾ bagian dan dimasukan ke sentrifugator selama 5
menit
5. Permukaan sampel pada tabung sentrifugasi diambil dengan menggunakan
jarum ose dan di oleskan pada objek glass, kemudian di tutup dengan
menggunakan cover glass.
6. Diamati dibawah mikroskop
Metode apung tanpa disentrifugasi
1. 200 ml NaCl jenuh(33%) dimasukkan ke dalam beker glass
2. 10 gram feses sampel diambil menggunakan lidi dan dimasukan ke dalam
larutan NaCl jenuh (33%) kemudian diaduk sampai larut
3. Feses yang sudah larut kemudian disaring menggunakan penyaring teh 
4. Hasil saringan dituangkan ke dalam tabung reaksi sampai cembung pada
bagian permukaan tabung reaksi
5. Diamkan selama 5-10 menit kemudian ditutup dengan cover glass dan segera
diangkat
6. Cover glass diletakan diatas objek glass dengan cairan berada diantara objek
glass dan cover glass
7. Diamati di bawah mikroskop
b. Metode natif
1. Teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologis atau eosin 2% atau lugol pada kaca
benda yang sudah dibersihkan
2. Ambil feses dengan lidi dan simpan pada larutan tersebut
3. Ratakan dengan lidi dan ditutup dengan cover glass
4. Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 dan 40 kali
c. Metode konsentrasi
1. Masukkan 1 gram feses ke dalam tabung reaksi, kemudian diberi aquadest
lalu dihomogenkan
2. Masukkan ke dalam sentrifus, kemudian diputar selama 1 menit pada 3000
RPM
3. Larutan dibuang, pipet sedimen dengan menggunakan pipet Pasteur dan
letakkan di objek gelas kemudian ditutup dengan cover glass
4. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 dan 40 kali
G. Hasil pengamatan :
H. Referensi
https://www.academia.edu/19669009/LAPORAN_PRAKTIKUM_PEMERIKSAAN_FESES
https://www.slideshare.net/mobile/awebellz1/laporan-praktikum-parasitologi-dasar-1
https://www.academia.edu/25444209/Ascaris_lumbricoides
http://scholar.unand.ac.id/4863/2/pendahuluan-bab6pdf.pdf
http://repository.unimus.ac.id/3120/4/BAB%20II%20%281%29.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai