Anda di halaman 1dari 65

MODUL PRAKTIKUM

MEDIA dan REAGENSIA II

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIK

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM


VISI dan MISI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Visi

Menjadi Institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di


tingkat Nasional dan Asia tahun 2028.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter,


dan kompeten yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan globalisasi;
2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif
terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat;
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan
nilai dan tanggung jawab sosial; dan
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.
VISI dan MISI

FAKULTAS FARMASI

Visi

Menghasilkan lulusan yang unggul dan professional dalam mutu pendidikan di


bidang Farmasi Klinis dan Komunitas serta Mikrobiologi Molekuler Klinis yang
Mampu Bersaing di tingkat Nasional dan Asia Tahun 2022.

Misi

1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem


yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan
prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul, kompeten, dan
excellent service;
2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal
di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat;
3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian bidang Farmasi
Klinis dan Komunitas dan Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan
menggunakan pendekatan riset dalam bidang Farmasi dan Teknologi
Laboratorium Medik;
4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis
riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Farmasi dan
Teknologi Laboratorium Medik; dan
5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan,
organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri.
VISI dan MISI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

Visi

Menjadi program studi yang unggul dan professional dalam bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis Tahun 2022

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan Teknologi Laboratorium Medik yang unggul


dan excelent service dalam bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis;
2. Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif diberbagai
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat;
3. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian di bidang
Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan menggunakan pendekatan riset dalam
bidang Teknologi Laboratorium Medik;
4. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis; dan
5. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan,
organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya
Modul dari Mata Kuliah media dan reagensia II ini dapat diselesaikan. Modul
ini disusun untuk menambah bahan bacaan mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan media dan reagensia II

Modul bakteriologi I ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa


Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Farmasi Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam dalam menempuh matakuliah media dan
reagensia II Modul ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi
teoritis.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas selesainya modul ini. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu segala
masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan modul
ini.

Lubuk Pakam, Juli 2020


DAFTAR ISI

Visi Dan Misi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam ......................... i


Visi Dan Misi Fakultas Farmasi ............................................................... ii
Visi Dan Misi Program Studi Teknologi Laboratorium Medik .................. iii
Kata Pengantar .......................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................... v

BAB 1 Konsep Dasar Media .................................................................... 1


BAB 2 Komposisi Media .......................................................................... 11
BAB 3 Media Transport ............................................................................ 13
BAB 4 Media Pemupuk ............................................................................ 16
BAB 5 Media Differensial ........................................................................ 18
BAB 6 Media Selektif ............................................................................... 23
Bab 7 Media Pemeriksaan Mpn ................................................................. 25
BAB 8 Media Penyimpanan ...................................................................... 29
BAB 9 Media Untuk Pemeriksaan Jamur .................................................. 33
BAB 10 Media Biokimia Reaksi Dan Identifikasi Jenis Gula-Gula ........... 42
BAB 11 Media Biokimia Rekasi Dan Identifikasi Jenis Tsia ..................... 45
BAB 12 Media Biokimia Rekasi Dan Identifikasi Jenis Vp,
Mr, Dan Indol .............................................................................. 50
BAB 13 Media Biokimia Rekasi Dan Identifikasi Jenis Urea .................... 57
BAB 14 Media Biokimia Rekasi Dan Identifikasi Jenis
Simon Citrat …………………………………………….. 60
BAB
KONSEP DASAR MEDIA
I
A. Pengertian Media

Media merupakan suatu campuran bahan-bahan tertentu dengan aquadest yang

dapat menimbulkan mikro organisme pada derajat keasaman dan inkubasi

tertentu, atau bahan yang di gunakan untuk memperkembangakan mikro

organisme di laboratorium secara invitro. Sebelum di gunakan media harus dalam

keadaan steril, artinya tidak di tumbuhi oleh mikroba lain yang tidak di harapkan.

Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan

bakteri didalam skala laboratorium. Media perbenihan harus dapat menyediakan

energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media harus mengandung

sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik (Radji,

2010). Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media perbenihan

disebut inokulum. Bakteri yang tumbuh dan berkembangbiak dalam media

perbenihan itu disebut biakan bakteri (Radji, 2010).

Persyaratan-persyaratan agar media dapat di tumbuhi dan mikroba dapat

berkembang dengan baik yaitu :

1. Dalam media harus terkandung semua unsur hara yang di perlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.

2. Media harus mempunyai tekanan osmosa dan PH yang sesuai dengan

kebutuhan mikroba.

3. Media harus keadaan steril

B. Kepentingan Media
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu

substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan

harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak

diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti toge, kentang,

daging, telur, wortel, dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa

kimia, organik maupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakan mikroba, dinamakan media.

Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media,

diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:

1. Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba.

2. Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan

pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba.

3. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya belum ditanami mikroba

yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.

C. Persyaratan Media

Untuk dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang

diharapkan, media memiliki persyaratan. Persyaratan tersebut meliputi:

1. Susunan makanan

Unsur-unsur yang diperlukan dalam media meliputi air, sumber karbon,

sumber nitrogen, vitamin, mineral dan gas. Bakteri peka terhadap

kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga kondisi tetap selalu

lembab. Untuk sumberkarbon dapat digunakan senyawa karbon sederhana

seperti CO2, CH4 atau senyawa karbon kompleks seperti gula (misal:
glukosa, laktosa, sukrosa dan lain sebagainya). Senyawa Nitrogen dapat

berasal dari senyawa nitrogen sederhana seperti NH3 atau nitrogen yang

lebih kompleks seperti pepton dan asam amino. Mineral yang sering

dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S dan Cl. Beberapa

bakteri membutuhkan vitamin K (misal : Bacteriodes melanogenicus) dan

juga gas (misal:Gonococcus membutuhkan CO2), namun ada juga bakteri

tertentu justru mati jika ada oksigen (bakteri anaerob).

2. Temperatur

Bakteri agar dapat tumbuh optimal membutuhkan suhu tertentu.

Umumnya bakteri patogen membutuhkan suhu sekitar 37oC sesuai dengan

suhu tubuh manusia walaupun ada juga bakteri yang membutuhkan suhu

tinggi seperti Camphylobacter (42oC).

3. Tekanan osmose

Secara umum untuk pertumbuhannya, bakteri membutuhkan media

isotonik. Apabila media bersifat hipotonik maka bakteri akan mengalami

plasmoptysis dan apabila bersifat hipertonik, bakteri akan mengalami

plasmolysis.

4. Derajat keasaman (pH)

Sebagian besar bakteri membutuhkan pH sekitar netral. Namun beberapa

bakteri butuh perlakuan khusus sebagai contoh bakteri Vibrio yang

membutuhkan pH alkali sekitar 8-10 untuk dapat tumbuh optimal.

5. Sterilitas
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan

pemeriksaan mikrobiologi, karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah

bakteri penyebab. Jika media yang digunakan tidak steril maka tidak dapat

dibedakan apakah yang tumbuh merupakan bakteri yang dibutuhkan atau

hanya sekedar bakteri kontaminan.

D. Jenis-Jenis Media

Bentuk susunan dan sifat media di tentukan oeh senyawa penyusun media,

persentase campuran dn tujuan penggunaan. Bentuk media di tentukan oleh

ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin, dsb. Bentuk

media di kenal 3 jenis yaitu : media padat, media cair dan media semi solid.

1. Macam-macam Media berdasar sifat fisiknya

a. Media Padat

Media yang digunakan untuk kultur/pertumbuhan bakteri atau

mempelajari koloni bakteri dalam bentuk padat, dapat diletakan di

petri disk ataupun tabung. Media dapat berbentuk padat datar, padat

tegak maupun padat miring.

Contoh media padat


b. Media cair

Media dalam wujud cair yang digunakan untuk

perbenihan/memperkaya sebelum dikultur pada media padat. Media ini

tidak dapat digunakan untuk mempelajari koloni. Contoh media cair:

media kaldu, alkali pepton, 7H9 dan lain-lain.

Contoh media cair

c. Media semisolid (setengah padat)

Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas

bakteri.

Contoh media semisolid


2. Macam-Macam Media Berdasarkan Kegunaannya

Macam-macam media berdasarkan kegunaan atau tujuannya. yaitu media

untuk pembiakan secara umum, media yang diperkaya, media pembiakan

selektif, media pembiakan diferensiasi, serta media kombinasi selektif dan

diferensiasi. Penjabaran media tersebut sebagai berikut:

a. Media Umum

Media umum merupakan media padat yang mengandung bahan-bahan

semi alamiah, digunakan untuk pembiakan secara umum mengandung

unsur-unsur untuk pertumbuhan mikroorganisme secara umum tanpa

mengandung unsur penghambat tertentu. Dapat digunakan untuk

menumbuhkan bakteri dan jamur.

b. Media Transport

Media transport adalah media yang digunakan untuk membawa

spesimen dari suatu tempat ke tempat lain, agar mikroba yang ada di

dalamnya (akan diperiksa), tetap terjaga kehidupannya sehingga

memudahkan untuk mendiagnosis atau untuk keperluan lain. Macam-

macam media transport di antaranya Stuart, Amies, Carry and Blair,

alkali pepton dan lain-lain. Penggunaan masing-masing media adalah

sebagai berikut:

1. Media Stuart merupakan media yang digunakan untuk media

transport terutama kuman perut (gram negatif). Misal spesimen

yang berasal dari feses.


2. Media Amies merupakan modifikasi dari media stuart, dapat untuk

spesimen dari sekret atau luka, bagus untuk membawa spesimen

dengan kecurigaan gonorrhoea

3. Media Carry and Blair merupakan media dengan konsistensi semi

solid, memiliki pH 7,2± 0,2 dengan standar pembuatan media,

merupakan transport umum

4. Media Alkali pepton digunakan untuk kecurigaan bakteri vibrio

c. Media Diperkaya

Media diperkaya/media kaya adalah media yang ditambahkan zat-zat

organik yang diperoleh dari makhluk hidup misal darah, telur dan lain-

lain. Media ini dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri yang tidak

dapat tumbuh pada media sederhana misal Gonococcus, Streptococcus

dan Pneumococcus.

1. Media Selektif

Media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan

mikroorganisme jenis tertentu dan menghambat pertumbuhan flora

campuran lain. Selektifitas ini diperoleh dengan menambahkan

bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada media. Contoh media

ini adalah Grup A Selective Strep Agar dengan 5% darah domba.

2. Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) merupakan

media selektif untuk bakteri Vibrio colera.

3. Media Salmonella & Shigella Agar (SSA), media ini digunakan

untuk menyeleksi bakteri Salmonella dan Shigella


d. Media Diferensial

Sedangkan media diferensial adalah media yang mengandung unsur

yang memungkinkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme jenis tertentu

dari kultur murni atau campuran. Identifikasi ini biasanya berdasarkan

penampakan dari mikroorganisme, seperti warna koloni atau adanya

presipitat. Contoh media ini adalah :

1. Media Mac Conkey : pada media ini dapat dibedakan bakteri yang

memfermentasikan laktosa dan yang tidak memfermentasikan

laktosa

2. Media Klinger Iron Agar (KIA): pada media ini dapat diketahui

bakteri yang memfermentasikan laktosa dan glukosa serta

pembentukan H2S

3. Triple Sugar Iron Agar (Agar TSI) yang digunakan untuk

mengidentifikasi organisme intestinal gram negatif berdasarkan

kemampuannya untuk memfermentasikan dektrosa, laktosa, dan

sukrosa, serta menghasilkan sulfida (Rachdie. 2006).

e. Media Kombinasi

Media jenis ini dapat berupa media yang tidak diperkaya, seperti

Trypticase Soy Agar, maupun media yang diperkaya, misalnya

Trypticase Soy Agar dengan 5% darah domba. Media berdasarkan

Komposisi :

1. Media Sintetis, yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui

jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac

Conkey Agar.
2. Media semi sintetis, yaitu media yang sebagian komposisinya

diketahui secara pasti, misalnya Potato Dextrose Agar (PDA) yang

mengandung agar, dextrose, dan ekstrak kentang.

3. Media nonsintetis, yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang

tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak

dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart

Infusion Agar, Pancreatic Extract.

4. Media berdasarkan Tujuan

a. Media untuk isolasi (media umum) Media ini mengandung

semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, missal :

Nutrient Broth, Blood Agar

b. Media Selektif/ penghambat Media yang selain mengandung

nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut

dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang

pertumbuhan mikroba yang diinginkan.

c. Media diperkaya (Enrichment) Media diperkaya adalah media

yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan

mikroba dan ditambah komponen kompleks, seperti darah,

serum, dan kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif

untuk mikroba tertentu.

d. Media untuk peremajaan kultur

e. Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan

kultur
f. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik Media ini

digunakan untuk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme

suatu mikroba. Contohnya, Koser’s Citrate media, yang

digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam

sitrat sebagai sumber karbon

g. Media untuk karakterisasi bakteri Media yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-

kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya

perubahan kimia.

h. Media Differensial Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi

mikroba dari campurannya berdasarkan karakter spesifik yang

ditunjukkan pada media differensial, misalnya TSIA yang

mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna,

ukuran koloni, dan perubahan warna media disekeliling koloni.


BAB
KOMPOSISI MEDIA
II

A. Pengertian dan Fungsi Media Pertumbuhan

Media pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya.

Mikroba memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit

untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan

isolate mikroba menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

pertumbuhannya(Alderberg.1982).

B. Dasar – Dasar Pembuatan Media

Media berisi bahan-bahan yang berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi ;

1. Bahan Dasar

a. Air (H2O) sebagai pelarut

b. Agar-agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media agar

sulit didegradasi oleh mikroba pada umumnya dan mencair pada suhu

45°C

c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah

polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannya

adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menuraikannya

dibanding agar.

d. Silica gel yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya

juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus untuk memadatkan

media bagi mikroba autotrof obligat.

2. Nutrisi; Protein / peptide/asam amino. Komponen protein yang diperlukan

mikroorganism adalah peptone, tergantung kebutuhannya dapat berupa


meat peptone maupun no meat peptone (Casein dan soya peptone) ataupun

campuran dari keduanya

3. Energi ; bahan yang dipakai adalah karbohidrat, yang paling banyak

digunakan adalah glukosa .

4. Logam dan mineral ; dapat dibagi menjadi -Makro komponen ; Misal

;Na,K,C1,C2 Mg,Fe -Mikro komponen ; Misal ;Zn,Mn,Bi Logam dan

mineral terkandung di dalam peptone, butter dan agar sehingga sering kali

tidak tercantum di dalam resep.

5. Buffer ; untuk pertumbuhan mikro organisme tertentu dibutuhkan pH

medium yang optimum. Contoh bahan butter : rostat, citrate, asetat dan

asam amino spasitik.

6. Indikator : penambahan indikator merupakan cara efektif untuk

mendekteksi termentesi Karbohidrat spesifik.

7. Bahan selektif ; Bahan selektif dapat berupa bahan kimia atau antibiotika

yang ditambakan pada media bertujuan untuk menekan pertumbuha mikro

organisme yang tidak diinginkan sehinga hanya mikro organisme yang

diingikan yang tumbuh .

8. Gelling agents : Biasanya adalah agar, agar untuk media diproses sehingga

dihasilkan agar yang toksisitasnya rendah, jernik,kandungan mineralnya

rendah dan kemampuan dirusinya tinggi .

9. Komponen –komponen lain mungkin ditambahakn untuk tujuan tertentu.

Contohnya : Faktor pertumbuhan, untuk mikro organisme yang sulit

tumbuh . Darah penuh: untuk mendektesi enzyme hemolytic.


BAB
MEDIA TRANSPORT III

A. Definisi Media Transport

Media yang dibuat dengan tujuan melindungi mikroorganisme untuk tetap

hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda.Digunakan untuk pemeriksaan

bakteriologi dengan cara swab, misal rectal swab, swab tenggorok, pus

(luka,genitalia). Contoh media transport yaitu media Cary and Blair, media

Amies, media Stuart(Purwoko,2007).

B. Macam-Macam Media Transport

1. Media Stuart Media yang ditemukan pertama kali oleh Dr. R.D Stuart dan

merupakan media transport sampel untuk swab pertama kali. Media Stuart

digunakan utnuk isolasi bakteri gram negative dan gram positif.

a. Komposisi media :

1. Sodium Glycerophosphate 10.0 gr

2. Calcium Chloride 0.1 gr

3. Metcaptoacetic Acid 1.0 ml

4. Distilled water 1,0 L

b. Cara pembuatan :

1. Larutkan 14.1 gr media dalam 1 liter air suling

2. Dipanaskan hingga homogeny

3. Dimasukkan ke dalam botol atau tabung bertutup

4. Disterilkan autoclave dengan suhu 121C selama 15 menit

5. Didiamkan pada suhu kamar


2. Media Cary and Blair Merupakan media modifikasi dari media Stuart asli,

tetapi khusus untuk media transport dari sampl untuk isolasi bakteri

pathogen atau bakteri gram negative.

a. Komposisi media :

1. Disodium Hydrogen Phospate 1.10 gr

2. Sodium Thioglycollate 1.50gr

3. Sodium Chloride 5.00 gr

4. Calcium Chloride 0.09 gr

5. Bacteriological Agar 5.60 gr

6. Destilated Water 1.0 liter

b. Cara pembuatan:

1. Ditimbang 1.5 gr sodium chloride

2. 1.1 gr disodium hydrogen, 5 gr bacteriological agar, dilarutkan

aquades 990 ml

3. Didiamkan pada suhu 50C dan ditambahkan 9 ml larutan calcium

chloride 1%

4. Disesuaikan pH (8,4)

5. Dimasukkan 7-10 ml ke dalam botol bertutup

6. Disterilkan autoclave 121C selama 15 menit

7. Simpan dalam suhu kamar

3. Media Amies Merupakan media modifikasi dari media Stuart, dan

digunakan untuk mengisolasi bakteri gram negative.


a. Komposisi media :

1. Sodium Chlorid 3.00 gr

2. Pottasium Chlorid 0.20 gr

3. Calcium Chlorid 0.10 gr

4. Magnesium Chlorid 0.10 gr

5. Monopottasium Phospate 0.20 gr

6. Disodium Phospate 1.15 gr

7. Sodium Thioglycollate1.00 gr

8. Distilled Water 1.00 liter


BAB 4

MEDIA PEMUPUK

A. Pengertian Media Pemupuk

Media Pemupuk merupakan media yang menguntungkan pertumbuhan kuman-


kuman tertentu tertentu karena mengandung bahan-bahan tambahan ataupun
bahan penghambat yang menekan tumbuhnya competitor Media ini juga bertujuan
untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diduga terlalu sedikit dalam
bahan sampel sehingga akan mudah untuk dihitung atau dianalisa lebih lanjut.
Contoh media pemupuk yaitu NaCl broth, Pepton Alkalia(PA), Selenite broth,
Buillon (NB)(Uriwiria,1985).

B. Jenis Media Pemupuk

a. Media NaCl Broth Media untuk pertumbuhan kuman Staphylococcus aureus,


dengan pembiakan secara invitro.

Komposisi media :

(1) Beff extract 3 gr(2) Peptone 10 gr(3) Sodium Chloride 100 gr

Carapembuatan: :
(1) Ditimbang pepton a gram, NaCl b gram, beef extract c gram

(2) Dimasukkan erlenmeyer

(3) Dilarutkan dengan aquades

(4) Dipanaskan hingga homogen

(5) Di cek pH

(6) Dituang pada tabung reaksi

(7) Disterilkan autoclave


b. Media Pepton Alkalis Media untuk pertumbuhan bakteri Vibrio cholera, dengan
pembiakan kuman secara invitro

Komposisi media :(1) Peptone 10 gr(2) Na chloride 10 gr(3) Aquades 1 liter

Cara pembuatan : (1) Ditimbang pepton sebanyak 0.24 gr dan NaCl 0.24 gr (2)
Dimasukkan Erlenmeyer ditambah aquades (3) Dipanaskan hingga homogen (4)
Di cek pH (5) Dituang pada tabung reaksi (6) Disterilkan autoclave.

c.Media Selenite Broth Media untuk pertumbuhan bakteri Salmonella dan


Shigella, dengan pembiakan kuman secara invitro.

d. Media Buillon Media untuk pertumbuhan bakteri E.coli, dengan pembiakan


kuman secara invitro.
Komposisi media :(1) Peptone 5 gr(2) Beef extract 3 gr
(3) Aquades 1 lter (standart 8 gr/1000 ml)
Cara pembuatan : (1) Ditimbang media x gr (2) Ditambah aquades x ml (3)
Dipanaskan hingga larut (4) Dituang dalam tabung (5) Disterilkan autoclave
BAB 5

MEDIA DIFFERENSIAL

A. Pengertian Media Differensial

Media diferensial adalah media yang mengandung unsur yang


memungkinkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme jenis tertentu dari
kultur murni atau campuran. Identifikasi ini biasanya berdasarkan
penampakan dari mikroorganisme, seperti warna koloni atau adanya
presipitat. Media yang karena adanya komposisi kimiawi dapat memberikan
ciri khusus pada genus kuman tertentu(Bridson1998).

B. Jenis-Jenis Media Differensial


a. Mac Conkey :
Untuk membedakan kuman-kuman tidak meragi lactose.
Fungsi : Media Mac Conkey adalah media yang digunakan untu
mengidentifikasi kuman yang meragi laktosa dan tidak meragi laktosa.
Kuman-kuman yang meragi laktosa akan menghasilkan asam dan merubah
pH media menjadi asam dengan adanya indicator Neutral red maka media
akan berwarna merah muda. Kuman-kuman yang tidak meragi laktosa
tidak menghasilkan asam melainkan senyawa yang bersifat basa/alkali
sehingga pH media menjadi basa dengan adanya indicator Neutral red
maka media akan berwarna kuning. MC juga dipakai untuk mengisolasi
kuman Gram negatif karena menghambat pertumbuhan kuman Gram
positif,
Prosedur :
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan dan sterilkan Petri yang akan
digunakan
2. Lakukan perhitungan media Mac Conkey sesuai jumlah Petri yang akan
dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat (telah
diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen dan
larut sempurna
7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri label
nama (identitas).
10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5
lb pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit.
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Apabila
segera digunakan, tuang media dari Erlenmeyer ke Petri dengan volume 15-
20 mL. ratakan membentuk pola angka delapan secara perlahan.
12. Tunggu sampai media memadat
13. Media siap pakai dapat disimpan pada pada suhu 2 – 8 °C atau suhu
kamar dan selalu di buat setiap hari.
b. E M B
Untuk membedakan golongan Enterobacte – riaceae terutama
techerichia coli dengan Enterobacter aerogenes. Mac Conkey dan EMB
dipakai untuk mengisolasi kuman Gram negatif karena menghambat
pertumbuhan kuman Gram positif.
Fungsi : Media EMB adalah media yang digunakan untuk membedakan
golongan Enterobacteriaceae terutama Eecherichia coli dengan Enterobacter
aerogenes. Pada media EMB Eecherichia coli akan menunjukkan
pertumbuhan dengan warna hijau metalik. EMB juga dipakai untuk
mengisolasi kuman Gram negatif karena menghambat pertumbuhan kuman
Gram positif.
Prosedur :
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan dan sterilkan alat terutama Petri yang
akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media EMB sesuai jumlah Petri yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5.Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat (telah
diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen dan
larut sempurna
7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri label
nama (identitas)
10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5
lb pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Apabila
segera digunakan, tuang media dari Erlenmeyer ke Petri dengan volume 15-
20 mL. ratakan membentuk pola angka delapan secara perlahan. 12. Tunggu
sampai media memadat
13. Media siap pakai dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
c. CLED medium (Crystine Lactose Electrolyte Deficient) :
- Media untuk deteksi adanya kuman dalam urin.
-perbedaan koloni pada pertumbuhan memberikan nilai diagostik.
d. KIA
untuk indentifikasi Enterobacteriaceae berdasarkan fermentasi 2 (
dua) macam gula serta produksi H2S . Perhatian : siap pakai disimpan
pada suhu 2-8 °C kecuali mac Conkey dapat suhu kamar dan selalu di buat
setiap hari .

e. BLOOD AGAR PLATE (BAP)

Media BAP adalah media differensial yang diperkaya dengan


penambahan darah, terutama darah domba. Namun, bisa diganti dengan
golongan darah O manusia. Karena golongan darah O tdk mengandung
antigen. Media ini sering digunakan untuk perbenihan kuman/bakteri
coccus atau Staphylococcus yang memang membutuhkan media kaya
nutrisi agar bisa berkembang.

Fungsi : Media BAP berfungsi untuk membedakan kuman coccus


atau Staphylococcus golongan hemolitik dan non hemolitik yang dilihat
dari kemampuan mereka dalam melisiskan darah. Kemampuan hemolitik
khususnya untuk kuman Staphylococcus dapat dibedakan menjadi
hemolisis beta, hemolisis alfa, dan hemolisis gamma. Pada media BAP
hemolisis ini ditandai dengan pembentukan zona bening yang berada
disekeliling koloni kuman.

Prosedur :
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat dan sterilkan Petri
yang akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media Blood Agar Base sesuai jumlah Petri
yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat
(telah diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen
dan larut sempurna 7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri
label nama (identitas) 10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf
pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu 121 °C selama 15 menit
dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Lakukan pengambilan darah pada saat menunggu media Blood
agar base turun suhunya. Darah yang diambil adalah 8%-10% dari total
media yang dibuat. Media BAP yang sudah dingin dengan kisaran
suhu 50°-70° C. kemudian masukkan darah segar ke dalam Erlenmeyer
dengan perlahan lewat dinding Erlenmeyer. Ratakan dengan mengocok
perlahan agar homogeny.
12. Tuang media dari Erlenmeyer ke Petri steril dengan volume 15-20
mL. ratakan membentuk pola angka delapan secara perlahan. 13.
Tunggu sampai media memadat 14. Media siap pakai dapat disimpan
pada suhu kamar, kecuali Selenite broth disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
BAB 6
MEDIA SELEKTIF

A. Pengertian Media Selektif


Media selektif : media yang kompleks yang sangat selektif terhadap
kuman – kuman tertentu.
B. Berikut Jenis Media Selektif.

1. MANITOL SALT AGAR (MSA)


FUNGSI : Untuk mengisolasi kuman golongan Staphylococcus yang
mampu memfermentasi mannitol dan tahan terhadap kadar garam tinggi.
Golongan Staphylococcus yang dapat menunjukkan pertumbuhan yang
khas adalah golongan S.aureus. indicator pada media MSA ini adalah
phenol red
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan media MSA untuk jumlah dan volume plate atau
Petri yang dibutuhkan 3. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, media
MSA, dan catat hasilnya
4. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api
spirtus
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu
asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tutup erlenmeyer dengan kapas kasa, bungkus cawan petri kosong
dengan koran, sterilkan di autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC
dan tekanan 1,5 atm atau 2 atm. Catatan : cawan Petri juga bisa disterilkan
sebelum praktikum dilakukan
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri dengan teknik aseptic
tentunya
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan
11. Biarkan memadat
12. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2 - 8°C
2. Salmonella Shigella Agar (SSA)
FUNGSI : Media selektif untuk isolasi kuman golongan Salmonella dan
Shigella
PROSEDUR

: 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Sterilkan sehari sebelum praktikum untuk Petri, gelas arloji,
Erlenmeyer, gelas ukur yang kaca, spatula (semua alat gelas). Catatan:
media SSA tidak boleh di autoklaf sehingga alat-alat yang digunakan
harus disterilkan terlebih dahulu
3. Lakukan perhitungan media SSA untuk jumlah dan volume plate atau
Petri yang dibutuhkan 4. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong steril,
media SSA, dan catat hasilnya. Ingat teknik aseptik
5. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer steril dengan teknik
aseptic
6. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api
spirtus
7. Suam-suam dengan air kran
8. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu
asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri steril dengan teknik
aseptic tentunya dengan melewatkan mulut Erlenmeyer ke api Ingat tanpa
ada autoklaf sehingga langsung di tuang
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan.
Biarkan memadat
11. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2-8 °C
3. Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)
FUNGSI : Media selektif untuk isolasi kuman golongan Vibrio cholera
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Sterilkan sehari sebelum praktikum untuk Petri, gelas arloji,
Erlenmeyer, gelas ukur yang kaca, spatula (semua alat gelas). Catatan:
media TCBS tidak boleh di autoklaf sehingga alat-alat yang digunakan
harus disterilkan terlebih dahulu
3. Lakukan perhitungan media TCBS untuk jumlah dan volume plate atau
Petri yang dibutuhkan 4. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong steril,
media TCBS, dan catat hasilnya. Ingat teknik aseptik
5. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer steril dengan teknik
aseptic
6. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api
spirtus
7. Suam-suam dengan air kran 8. pH media dengan melihat ketentuan di
etiket bahan. (apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu
basa tambahkan HCl)
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri steril dengan teknik
aseptic tentunya dengan melewatkan mulut Erlenmeyer ke api Ingat tanpa
ada autoklaf sehingga langsung di tuang
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan
11. Biarkan memadat
12. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2-8 °C
INGAT : MEDIA TCBS tidak boleh disimpan lebih dari 5 hari
BAB 7

MEDIA PEMERIKSAAN MPN

A. Pengertian MPN(Most Probable Number)

MPN adalah suatu metode untuk menaksir suatu populasi mikrobial


dilahan, perairan dan produk agrikultur. Metoda ini digunakan untuk
menaksir populasi mikrobial berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik
dari jasad renik yang sedang terhitung. Menetapkan adanya
bakteri Coliform dalam contoh air dan memperoleh indeks berdasarkan tabel
MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah Coliform dalam sampel.

Menurut Peleczar et all.1985, ada dua macam ragam tanaman yang sering
digunakan yaitu ragam I untuk spesimen yang sudah diolah atau angka
kumannya diperkirakan rendah, digunakan ragam 5x10, 1x1, 1x0,1 ml.
Ragam II untuk spesimen yang belum diolah atau angka kumannya
diperkirakan tinggi (misalnya air sumur, air sungai, air mata air dan
sebagainya)., digunakan ragam 5x10, 5x1, 5x0,1 ml, mungkin dapat
dilanjutkan dengan 5x0,01 ml.

B. Metode Mpn Terbagi Atas Tiga Tahap

1. Uji Penduga (Presumptive test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran


bakteri Coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli.

2. Uji Penegasan (Corfirmed test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang
positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 24 - 48 jam,
suspensi ditanamkan pada media Eosin MethylenBiru Agar (EMBA) Secara
Aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.
3. Uji Pelengkap (Completed test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk


menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada
uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan
medium agar miring Nutrien Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara
aseptik.

C. Macam-macam MPN
1. LACTOSE BROTH 1 (LB1)
Fungsi : Untuk mendeteksi coliform dalam air, makanan dan
produk susu; sebagai kaldu pemerkaya untuk Salmonella dan
mempelajari fermentasi lactose oleh bakteri pada umumnya.
PROSEDUR : 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan media LB untuk jumlah dan ml tabung
yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, lalu media LB, dan
catat hasilnya
4. Pindahkan atau media yang sudah ditimbang dari gelas arloji ke
Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan diatas api spirtus hingga
larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. Lakukan pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan.
(apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa
tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi yang telah diberi tabung durham.
INGAT tabung durham tidak boleh terbalik dimana mulut tabung
menghadap ke dasar tabung.
9. Lakukan teknik mengocok dengan di tahan pada ujung jempol
menutup mulut tabung, tujuannya agar tidak ada ruang udara dalam
tabung durham yang bisa mengacaukan identifikasi kuman
nantinya.
10. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan
di autoclave 15 menit dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5 atau 2
atm
11. Setelah steril miringkan tabung yang berisi media dengan
langkah pertama hilangkan embun dengan memutar mutar media
baru dimiringkan ingat hanya ada lereng saja
12. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan.
Media LB1 siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.

BAB 8

MEDIA PENYIMPANAN

A. Pengertian Media Penyimpanan


Penyimpanan reagensia adalah suatu tindakan menyimpan
bahan reagensia sesuai dengan sifat reagen masing-masing, kedalam
suatu tempat yang memenuhi kriteria yang tidak merusak bahan
reagensia tersebut
1. Petugas memeriksa reagen yang diterima
2. Memeriksa keadaaan kemasan reagen ( masih tersegel/tidak
terbuka,tidak rusak/robek)
3.Memeriksa tanggal kadarluarsa
4.Memeriksa keadaan fisik reagen secara visual ( tidak terjadi
perubahan warna,adanya endapan,jamur,tau kontaminasi bahan lain)
5.Perhatikan suhu penyimpanan reagen yang akan di simpan
Selanjutnya.

.Penyimpanan reagensia harus sesuai dengan suhu penyimpanan


yang ada pada kit reagensia tersebut. Penyimpanan reagensia
dapat di simpan pada suhu ruangan 15 – 30 derajat atau suhu dingin2 –
8 0 (lemari pendingin).
a) Penyimpanan Reagensia pada suhu ruangan
1. Reagensia disimpan pada tempat yang bersih dan kering yang
sudah di sediakan.
2. Penyimpanan reagensia di dalam ruangan harus
memperhatikan suhu ruangan tersebut harus sesuai
3. Jangan menyimpan reagensia di dekat sumber panas, seperti
di dekat jendala kaca, lampu, sterilisator dll.
4. Jangan menyimpan reagensia pada tempat yang lembab atau dekat
dengan air, seperti di bawah pendingin ruangan, dekat kran air, atau
bahan – bahan yang mengandung air.
5. Penyimpanan reagensia tidak boleh di tumpuk dengan bahan lain
yang dapat mengkontaminasi atau mencemari reagensia.

Tata cara Penyimpanan Reagensia pada lemari pendingin


1.Reagen di simpan pada rak bagian dalam lemari pendingin
pastikan suhu sudah sesuai dengan mengecek pengukuran suhu
lemari pendingin.
2.Tidak diperbolehkan menyimpan reagensia pada rak daun
pintu lemari pendingin karena suhu akan tidak stabil sewaktu membuka
lemari pendingin.
3.Tidak diperbolehkan terlalu sering membuka tutup pintu
lemari pendingin karena akan mempengaruhi temperature lemari
pendingin
4. Jika reagen diperlukan dalam keadaan dingin agar menyiapkan bok
pendingin (cool box) untuk penyimpanan reagensia sementara
agar tidak sering membuka tutup pintu lemari pendingin
B. Jenis Media Penyimpanan
a. Nutrient agar ;
Merupakan media nutrient agar yang tempatnya di tabung. Hanya
terdapat lereng tanpa dasar. Media serba guna yang digunakan untuk
subculture, pemeliharaan kuman maupun untuk mengecek kemurnian
kuItur yang didapat dari plate
Fungsi Untuk subculture, pemeliharaan kuman maupun untuk mengecek
kemurnian kultur.
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan reagen media NA untuk jumlah dan ml tabung
yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, lalu media, dan catat
hasilnya
4. Pindahkan atau media yang sudah ditimbang dari gelas arloji ke
Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan diatas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. Lakukan pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila
pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril miringkan tabung yang berisi media dengan langkah
pertama hilangkan embun dengan memutar mutar media baru
dimiringkan ingat hanya ada lereng saja
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
NAS siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.
b. Semisolid agar : media untuk penyimpanan kuman media siap pakai
disimpan pada suhu 2-8 °C.
Fungsi : media semisolid berfungsi sebagai media kultur atau
penyimpanan kuman. Media ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya
pergerakan kuman
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan masing-masing bahan untuk jumlah dan ml
tabung yang dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, masing-masing
bahan/reagen medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan masing-masing bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH
terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril letakkan pada rak tabung dengan posisi tabung tegak.
Tunggu sampai padat
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
semisolid siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.

BAB 9
MEDIA UNTUK PEMERIKSAAN JAMUR
A. Media Pertumbuhan Jamur

Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak


jumlah, menguji sifat-sifat fisologi, dan menghitung jumlah mikroba. Proses
pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada medium. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
merupakan media yang digunakan untuk mengisolasi jamur. Konsistensi media
SDA berbentuk padat (Solid) dan tersusun dari bahan sintesis. Fungsi dari media
SDA yaitu, isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni, untuk budidaya jamur
patogen, komensal dan ragi, digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, serta
secara klinis membantu dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi.

Komposisi media SDA yaitu Mycological peptone 10 g, Glucose 40 g,


dan Agar 15 g. Mycological peptone berfungsi menyediakan nitrogen dan
sumber vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam
media SDA, glukosa sebagai sumber energi dan agar berfungsi sebagai bahan
pemadat. Kebanyakan jamur terdapat di alam dan tumbuh dengan cepat pada
sumber nitrogen dan karbohidrat yang sederhana. Secara tradisional, agar
Sabouraud, yang mengandung glukosa dan pepton modifikasi (pH 7,0), telah
dipakai karena tidak cepat mendorong pertumbuhan bakteri.

B. Syarat Media Pertumbuhan Jamur


Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan
persyaratan antara lain (Shilmy, 2017):

1. Media harus mempunyai tekanan osmose Sel mikroba dengan media


harus memiliki tekanan osmose yang sama, oleh karena itu untuk
pertumbuhannya jamur membutuhkan media yang isotonis.

2. Derajat keasaman (pH) yang sesuai Jamur tumbuh baik dalam kondisi asam
yang tidak menguntungkan bagi bakteri. Umumnya fungi menyenangi pH di
bawah 7,0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup
rendah, yaitu pH 4,5-5,5.

3. Temperatur Jamur tumbuh paling baik pada sekitar suhu kamar yang normal.
Pada umumnya, lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan
jamur karena untuk pertumbuhannya dibutuhkan kelembaban yang tinggi.
Umumnya, jamur patogen memerlukan temperatur optimum 30-370C sesuai
dengan temperatur tubuh.

4. Media harus steril Pemeriksaan mikrobiologis tidak mungkin dilakukan apabila


media yang digunakan tidak steril, karena mikroorganisme yang diidentifikasi
atau diisolasi tidak akan dapat dibedakan dengan pasti apakah mikroorganisme
tersebut berasal dari material yang diperiksa ataukah hanya kontaminan. Untuk
mendapatkan suatu media yang steril maka setiap tindakan (pengambilan media,
penuangan media dan lain-lain) dikerjakan secara aseptik dan alat-alat yang
digunakan harus steril.

5. Media tidak mengandung zat-zat penghambat Beberapa jamur memproduksi


komponen penghambat bagi mikrobia lain, contohnya Penicillium chrysogenum
dengan produksi penisilinnya, Aspergillus clavatus, klavasin. Beberapa komponen
kimia bersifat mikrostatik, menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam
sorbat, propionat, asetat) atau bersifat fungisida yang mematikan jamur. 6. Media
mengandung nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme Nutrisi yang mudah
digunakan oleh mikrooganisme meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam
seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe,
vitamin, air, dan energi.

C. Pertumbuhan Jamur

Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi. Kurva


tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada kapang atau kekeruhan media
pada khamir dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhan mempunyai beberapa fase
(Gandjar, 2006) antara lain :

1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan


enzim-enzim untuk mengurai substrat;

2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi
fase aktif;

3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat


banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting
dalam kehidupan fungi.

4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat
memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-
sel;

5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati
relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal.
Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase stasioner;
6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali
lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup. Umumnya pertumbuhan fungi
dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006): 1. Substrat Substrat merupakan sumber nutrien
utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi
mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka fungi
tersebut harus mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh
fungi. Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim
yang proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian
protein. Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi, maka
fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam lemak hasil
uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan
enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan
nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.

2. Kelembapan Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Umumnya


fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
dan banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih
rendah, yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan
70%, misalnya Wallemia sebi, A.glaucus, banyak strain A.tamarii dan A.flavus.

3. Suhu Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan,


fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikorofil, mesofil, dan termofil. Fungi
psikorofil adalah fungi yang dengan kemampuan untuk tumbuh pada atau
dibawah 0 0C dan suhu maksimum 200C. Hanya sebagian kecil spesies fungi
yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10- 350C, suhu
optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22- 250C).
Sebagian besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang hidup
pada suhu minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50- 600C.
Contohnya A.fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C. Mengetahui kisaran suhu
pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu
akan digunakan di industri. Misalnya, fungi yang termofil atau termotoleran
(C.tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei),dapat memberikan produk
yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu karena metabolisme funginya,
sehingga industri tidak memerlukan penambahan alat pendingin.

4. Derajat keasaman lingkungan pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan


fungi, karena enzim- enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai
dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah
7.0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu
pH 4.5-5.5. Mengetahui sifat tersebut adalah sangat penting untuk industri agar
fungi yang ditumbuhkan menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada
produksi asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi
antibiotik, dan juga untuk mencegah pembusukan bahan pangan.

5. Bahan Kimia Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan


fungi. Senyawa formalin disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk
waktu tertentu sebelum dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan
kapang yang bersifat selulolitik, seperti Chaetomium globosum, A.niger, dan
Cladosporium cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau meninggalkan
noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga menurunkan kualitas
bahan tersebut. Selama pertumbuhan, fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dibutuhkan dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap serangan oleh mikroorganisme
lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan
senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk mencegah
berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

D. Cara Menghitung Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah


sel per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan
isi kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata
bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua para meter
tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang
lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas
mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna (Pratiwi, 2008).
 Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara
langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu

1. Metode Total Count

Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti


hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan
bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993). Jika setetes kultur dimasukkan
kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui volumenya, maka
jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut memiliki
keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak
dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 102 sel/ml)
(Purwoko, 2007). Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang
berukuran sangat kecil seperti bakteri karena kekebalan hemositometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa objektif celup minyak. Hal ini dibatasi
dengan cara mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan
lain lagi ialah kadang-kadang cenderung bergerombol sehingga sukar
membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan
gerombolan sehinggga tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpalan
seperti dinatrium
etilanadiamina tetra asetat dan tween-80 sebanyak 0,1%. Keuntungan metode
ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan
(Hadioetomo, 1993).

2.Metode Turbidimetrik

Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka
metode cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu
tetapi juga memerlukan media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus
demikian tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran
kekeruhan biakan dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993). Secara rutin jumlah
sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas) kultur.
Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode
turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan
sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding
lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan
berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel,
semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak
dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup.
Metode Berat Kering Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode
berat kering. Metode tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau
disentrifugasi, kemudian bagian yang disaring atau yang mengendap hasil
sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang
hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode
tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur
dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi
substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).

4. Metode Elektronic Counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang


kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua
sisi orifice mengukur tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat
bakteri melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini
adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat
menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa
digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi,
2008).

5. Metode Plating Techique

Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible)


dan di dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan
memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU
(colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan
menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plat dengan
jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah
sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat
hitung dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme pada sampel
makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang
sesuai dan perhitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu
berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).

6. Metode filtrasi membran

Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan
bantuan vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media
yang sesuai dan jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat
menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan
kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung
dapatdilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :
1.Metode Viable Count
Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh
menjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara
ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari
sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak dapat
di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu
diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap
pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan yang
dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk
sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-
400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2)).
2. Metode Aktivitas
Metabolik Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit
tertentu, misalnya asam atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang
terdapat di dalam media. Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan
jumlah vitamin yang di hasilkan mikroorganisme.

3. Metode Berat Sel Kering


Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi
berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat
kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering
(desikator) dan ditimbang beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan yang
dihitung sebagai berat sel kering.

D.Prosedur Media Pertumbuhan


a. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
FUNGSI : NAP merupakan media nutrient agar yang ada di dalam
plate/Petridisk. media ini merupakan media umum atau universal yang
digunakan untuk mengisolasi berbagai jenis kuman/mikroba heterotrof
seperti contoh dalam perhitungan Total mikrorganisme kosmopolit. Jadi
semua bakteri/mikroba bisa tumbuh dengan baik disini.
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Buatlah larutan kloramfenikol dengan cara melarutkan pada pZ steril.
Caranya ambil pZ steril 10 mL masukkan ke dalam tabung reaksi.
Masukkan 250 mg dosis kloramfenikol dan larutkan sampai homogen.
Ingat teknik Aseptik
3. Lakukan perhitungan media SDA untuk jumlah dan volume plate atau
Petri yang dibutuhkan
4. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, bahan, dan catat hasilnya
5. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer
6. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api
spirtus
7. Suam-suam dengan air kran
8. Ph media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila Ph terlalu
asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Tutup erlenmeyer dengan kapas kasa, bungkus cawan petri kosong
dengan koran, sterilkan di autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC
dan tekanan 1,5 atm atau 2 atm. Catatan : cawan Petri juga bisa disterilkan
sebelum praktikum dilakukan
10. Campurkan larutan kloramfenikol yang telah dibuat ke dalam
Erlenmeyer yang berisi media SDA secara aseptic dengan ketentuan media
SDA sudah tidak terlalu panas.
11. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri dengan teknik aseptic
tentunya
12. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan
13. Biarkan memadat
14. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2 – 8°C
BAB 10

MEDIA BIOKIMIA REKASI dan IDENTIFIKASI JENIS GULA GULA

A. Identifikasi Jenis Gula Gula


Media Gula-gula Media gula-gula merupakan media
biokimia reaksi untuk identifikasi kuman/bakteri khususnya untuk
Deteksi fermentasi oleh kuman. Media gulagula dalam praktikum
kali ini terdapat lima macam yang mewakili pengujian diantaranya
Glukosa, Sukrosa, Laktosa, Maltosa dan Mannosa. Media gulagula
ini dimasukkan ke dalam tabung yang dilengkapi dengan tabung
durham.
Tabung durham digunakan untuk mengetahui adanya gas.
Tidak ada perbedaan bahan atau reagen dalam pembuatan media
gula-gula ini. Sehingga, untuk membedakan adalah dengan
memberikan warna pada tutup kasa media gula-gula. Glukosa akan
ditandai dengan tutup merah, Sukrosa ditandai dengan tutup biru,
Laktosa ditandai dengan tutup kuning, Maltosa ditandai dengan
tutup hijau dan Mannosa ditandai dengan tutup putih. Media gula-
gula yang ditumbuhi kuman dan dikatakan positif akan membentuk
asam dan gas. Asam ini yang menyebabkan penurunan pH
sehingga media akan berubah warna menjadi kuning dan keruh.
Perubahan warna media ini tidak lepas dari peran indicator dalam
media yaitu Brom Tymol Blue (BTB).
B. Prosedur Media dengan Gula-gula
Alat : - Gelas ukur - Gelas arloji - Beaker glass - Tabung reaksi
kecil atau tabung gula-gula - Tabung durham - Neraca Triple Beam
Balance - Rak tabung reaksi - Kasa Asbes - Pipet tetes - Pengaduk
kaca/ spatula - Bunsen / kaki tiga - pH meter/kertas pH - Korek api
- Wadah spirtus
Bahan/Reagen : - water pepton - Glukosa, Sukrosa, Laktosa,
Maltosa, dan Mannosa - Indikator BTB 0,4% - Larutan NaOH 0,1
N - Aquadest - Larutan HCL 0,1 N - Kapas dan kasa
Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat yang akan
digunakan
2. Lakukan perhitungan untuk media water pepton dan gula-gula
sesuai jumlah tabung yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media water pepton menggunakan gelas
arloji sebagai wadah untuk setiap bahan dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke beaker glass
5. Larutkan menggunakan aquadest sebanyak ml yang dibuat (telah
diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener
homogen dan larut sempurna
7. Lakukan penimbangan media gula-gula dengan neraca TBB
sambil menunggu media water pepton mendidih
8. Angkat beaker glass dan di suam-suam
9. Dilakukan uji pH menggunakan pH media, ketentuan pH bisa
dilihat pada etiket bahan atau reagen (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
10. Jika pH sudah sesuai pisahkan media water pepton ke masing-
masing beaker glass dengan volume yang sudah ditentukan dan
dihitung di awal
11. Masukkan masing-masing media gula-gula (glukosa, sukrosa,
laktosa, maltose dan mannose) pada beaker glass yang telah dibagi
dan berisi water pepton
12. Aduk sampai larut sempurna dan tambahkan indicator BTB
dengan perbandingan 1:1 yakni 1 perhitungan gula-gula di awal
dan 1 perbandingan BTB (Kalau gram gula-gula masing-masing
ketemu 0,3 maka BTB yang ditambahkan ya 0,3 ml)
13. Ukur pH kembali media gula-gula jangan sampai pH rendah
atau mendekati asam. pH harus basa dengan kriteria warna biru
kehijauan atau hijau kebiruan 14. Tuang campuran/larutan media
gula-gula kesetiap tabung reaksi yang di dalamnya sudah diberi
tabung durham dengan volume yang sama. INGAT tabung durham tidak boleh
terbalik dimana mulut tabung menghadap ke dasar tabung.
15. Lakukan teknik mengocok dengan di tahan pada ujung jempol menutup
mulut tabung, tujuannya agar tidak ada ruang udara dalam tabung durham yang
bisa mengacaukan identifikasi kuman nantinya.
16. Setelah itu tutup dengan kapas kasa yang telah diberi warna sesuai warna
gula-gula yang telah ditentukan dan beri label nama (identitas)
17. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb
pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
18. Media gula-gula yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
gula-gula siap pakai dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C. NB: Pelarut media gula-
gula bukanlah akuades tetapi water pepton
BAB 11
MEDIA BIOKIMIA REKASI dan IDENTIFIKASI JENIS
TSIA

A. Pengertian Media Tsia


TSIA agar adalah media deferensial yang digunakan dalam
menentukan fermentasi karbohidrat dan produksi H2S. Selain
itu, ujia TSIA ini juga dapat mendeteksi adanya gas hasil dari
metabolisme karbohidrat. TSIA membedakan bakteri
berdasarkan fermentasi mereka laktosa, glukosa dan sukrosa
dan produksi hidrogen sulfida. TSIA yang paling sering
digunakan dalam identifikasi.Enterobacteriaceae, meskipun
berguna untuk bakteri gram negatif lainnya. Hasil dari
pengamatan untuk uji TSIA pada E. coli menunjukan hasi A /A
dengan gas positif dan H2S negatif. Warna kuning pada
keseluruhan media tersebut dikarenakan E. coli pada media
TSIA dapat memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa.
Gas positif dikarenakan gas yang dihasilkan oleh fermentasi
karbohidrat akan muncul sebagai celah di media atau akan
mengangkat agar-agar dari bagian bawah tabung.
Media uji motilitas digunakan untuk menentukan motilitas
dari suatu mikroorganisme. Uji motilitas sering kali digunakan
dalam diferensiasi dari Enterobacteriaceae. Hasil pengamatan
uji motilitas pada E. coli adalah positif, hal ini ditunjukan
adanya pertumbuhan bakteri disekitar area penusukan.
Pergerakan dari bakteri tersebut dikarenakan media semisolid
(uji motilitas) dirancang dengan mengurangi konsentrasi agar
pada media yaitu sekitar 0,4% pada media yang hanya cukup
untuk mempertahankan bentuknya sementara memungkinkan
pergerakan bakteri bergerak. (Leboffe, 2011). Hasil dari
pengamatan untuk uji gula-gula adalah positif kecuali manitol.
Fermentasi karbohidrat adalah proses metabolisme oleh
molekul organik yang bertindak memberikan donor elektron
serta satu atau lebih produk organik yang bertindak sebagai
penerima elektron. Fermentasi glukosa dimulai dengan
memproduksi piruvat. Produk akhir fermentasi piruvat meliputi
berbagai asam, alkohol, dan H2 atau Gas CO2. Produk akhir
yang spesifik tergantung pada organisme tertentu. Setiap media
terdiri dari bahan dasar yang ditambahkan karbohidrat yang
dapat difermentasi. Bahan dasar tersebut termasuk di dalamnya
adalah pepton dan indikator pH. Setiap karbohidrat dapat
digunakan, namun umumnya yang sering digunakan adalah
glukosa , laktosa , dan sukrosa. Tabung Durham diletakkan
terbalik dalam masing-masing tabung sebagai indikator adanya
produksi gas. Produksi asam dari fermentasi karbohidrat
menurunkan pH di bawah netral dan ternyata Deaminasi dari
asam amino pepton menghasilkan amonia (NH3), yang
meningkatkan pH. Produksi gas ditunjukkan dengan adanya
gelembung pada tabung Durham. Kemampuan media ini untuk
mendeteksi produksi asam tergantung pada waktu inkubasi dan
kemampuan fermentor untuk menghasilkan kelebihan yang
relatif asam terhadap amonia yang dihasilkan dari proses
deaminasi.
hasil uji biokimia untuk E. coli umumnya isolat uji
memfermentasi laktosa dan menghasilkan asam dan gas, indol
dan metil red positif, oksidase negatif, tidak menggunakan sitrat
sebagai sumber energi dan motil, sedangkan uji lainnya memberikan hasil
yang bervariasi.

B. Prosedur Media Tsia


Merupakan media untuk membedakan kuman golongan
Enterobacteriaceae dengan membaca perubahan pada media.
Terdapat Empat pembacaan dalam media TSIA. Ada lereng,
dasar, adanya H2S, dan adanya Gas. Lereng dan dasar ini
berkaitan dengan perubahan pH media. Karena adanya
indicator Phenol Red. H2S berkaitan dengan bentukan warna
hitam pada media, sedangkan keberadaan gas dapat dilihat dari
media yang terangkat atau pecahnya media.
Alat : - Gelas ukur
- Gelas arloji
- Beaker glass
- Tabung reaksi kecil atau tabung gula-gula
- Neraca Triple Beam Balance
- Rak tabung reaksi
- Kasa Asbes
- Pipet tetes
- Pengaduk kaca/ spatula
- Bunsen / kaki tiga
- pH meter/kertas Ph
- Korek api
- Wadah spirtus Bahan/Reagen : - Media TSIA - Larutan
NaOH 0,1 N - Aquadest - Larutan HCL 0,1 N - Kapas dan kasa
Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat yang akan
digunakan
2. Lakukan perhitungan untuk jumlah tabung yang akan
dibuat
3. Lakukan penimbangan untuk setiap bahan dengan
neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke beaker glass
5. Larutkan menggunakan aquadest sebanyak ml yang
dibuat (telah diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener
homogen dan larut sempurna
7. Angkat beaker glass dan di suam-suam 8. Dilakukan uji
pH menggunakan pH media, ketentuan pH bisa dilihat pada
etiket bahan atau reagen (apabila pH terlalu asam tambahkan
NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl) 9. Jika pH sudah
sesuai tuang campuran/larutan media kesetiap tabung dengan
volume yang sama
10. Setelah itu tutup dengan kapas kasa dan beri label
nama (identitas) 11. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf
pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu 121 °C selama 15
menit dengan total keseluruhan 45-60 menit 12. Media TSIA
yang sudah jadi di dalam tabung kemudian dimiringkan dengan
ketentuan ada dasar dan lereng. Perbandingan dasar : lereng
adalah 3 : 1 13. Tunggu sampai padat, Media yang sudah jadi
siap untuk digunakan atau disimpan. Media TSIA siap pakai
dapat disimpan pada suhu kamar, kecuali Selenite broth
disimpan pada suhu 2 – 8 °C.

BAB 12
MEDIA BIOKIMIA REKASI dan IDENTIFIKASI JENIS VP,
MR, dan INDOL

A. Pengertian Media VP
VP adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi acetoin
dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan
menambahkan alpha-naftol dan kalium hidroksida dengan
kaldu Voges Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri.
Warna merah cherry menunjukkan hasil yang positif,
sedangkan warna kuningcoklat menunjukkan hasil negatif. Tes
ini tergantung pada pencernaan glukosa menjadi
acetylmethylcarbinol. Jika glukosa pecah, maka akan bereaksi
dengan alpha-naftol (VP reagen 1) dan kalium hidroksida (VP
reagen 2) untuk membentuk warna merah. Alpha-naftol dan
kalium hidroksida adalah bahan kimia yang mendeteksi
acetoin.

Asetil-metil carbinol (acetoin) adalah perantara dalam


produksi butilen glikol. Dalam tes ini dua reagen, 40% KOH
dan alpha-naftol ditambahkan setelah inkubasi dan terkena
oksigen. Jika terdapat acetoin, acetoin akan teroksidasi dengan
adanya udara dan KOH menjadi diacetyl. Diacetyl kemudian
bereaksi dengan komponen guanidin dari pepton, adanya alpha-
naftol menghasilkan warna merah. Peran alpha-naftol adalah
untuk katalis dan penguat warna. Hasil pengamatan untuk uji
VP adalah negatif yang ditunjukan tidak adanya perubahan
warna terhadap larutan VP.
B. Prosedur Media VN
Merupakan media cair yang letaknya di dalam tabung.
Komposisi kedua media ini sama. Perbedaan terletak pada
komposisi, reagen tetes serta hasil fermentasi oleh bakteri.
Dalam identifikasi keduanya sama-sama akan membentuk
cincin warna merah. 1. Voges Praskaeur (VP)
Fungsi : Untuk mengetahui pembentukan asetil metal
karbinol (asetoin) dari hasil fermentasi dan untuk membedakan
bakteri E.coli dengan Enterobacter aerogenus.
ALAT :
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Gelas arloji
4. Gelas ukur
5. Tabung gulagula
6. Pipet tetes
7. Neraca TBB
8. Kaki 3
9. Rak tabung
10. Kasa abses
11. Api spirtus
12. Spatula
13. Korek api
BAHAN :
1. Akuades
2. Pepton from meat
3. K2HPO4
4. Glukosa
5. NaOH 0,1 N
6. HCl 0,1 N
7. pH media 8. Kapas, kasa dan spirtus

PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan masing-masing bahan untuk jumlah dan
ml tabung yang dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, masing-masing
bahan/reagen medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan masing-masing bahan dari gelas arloji ke Beaker
glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga
larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH
terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan
HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan
di autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril letakkan pada rak tabung dengan posisi tabung
tegak. Tunggu sampai padat
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan.
Media semisolid siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8
°C.
C. Pengertian Methyl Red(Mr)
Uji MR bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme dalam
memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari fermentasi
glukosa. Beberapa bakteri menghasilkan sejumlah besar asam dari fermentasi.
Methyl Red adalah indikator pH, yang tetap berwarna merah pada pH 4,4 atau
kurang. Setelah inkubasi, indikator pH Methyl Red ditambahkan ke dalam kultur
bkteri. Methyl Red berwarna merah pada pH di bawah 4,4 (hal ini menunjukkan
hasil positif) dan kuning pada pH di atas 6,0. Warna oranye menunjukkan pH
menengah dan dianggap hasil negative.

Hasil pengamatan untuk Uji MR pada isolat bakteri E. coli adalah positif
yang ditunjukkan dengan larutan berwarna merah.

D.Prosedur Methyl Red (MR)

ALAT :
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Gelas arloji
4. Gelas ukur
5. Tabung gulagula
6. Pipet tetes
7. Neraca TBB
8. Kaki 3
9. Rak tabung
10. Kasa abses
11. Api spirtus
12. Spatula
13. Korek api
BAHAN : 1. Akuades 2. Pepton from meat 3. K2HPO4 4.
Glukosa 5. NaOH 0,1 N 6. HCl 0,1 N 7. pH media 8. Kapas,
kasa dan spirtus

PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan masing-masing bahan untuk jumlah dan ml tabung
yang dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, masing-masing
bahan/reagen medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan masing-masing bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu
asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril letakkan pada rak tabung dengan posisi tabung tegak.
Tunggu sampai padat 11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan
atau disimpan. Media semisolid siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu
2 – 8 °C.

E. Pengertian Media Indol

Media indol merupakan salah satu media biokimia reaksi dalam


identifikasi kuman/bakteri yang dapat membentuk indol. Media indol yang
telah ditanami kuman akan menunjukkan positif apabila terbentuk cincin
warna merah pada media setelah ditambahkan reagen indol atau kovac.
Enzim triptofanase akan mengubah triptofan menjadi indol.

Uji indol bertujuan mengidentifikasi kemampuan bakteri


menghasilkan indol dengan menggunakan enzim tryptophanase. Produksi
indol di dalam media dimungkinkan karena adanya tryptophan. Bakteri
yang memiliki enzim tryptophanase menghidrolisis tryptophan. menjadi
indol, piruvat dan amonia. Hal ini digunakan sebagai bagian dari prosedur
IMViC, sebuah tes yang dirancang untuk membedakan antara anggota
keluarga Enterobacteriaceae.

Tryptophan adalah asam amino esensial, yang teroksidasi oleh


beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam piruvat
dan amonia. Uji indol dilakukan dengan inokulasi organisme uji ke dalam
tryptophan broth, yang mengandung tryptophan. Indol yang dihasilkan
dideteksi dengan menambahkan reagen Kovac’s ini yang menghasilkan
cincin berwarna merah. Lapisan alkohol berkonsentrasi warna merah
berbentuk cincin terdapat di bagian atas. Hasil indol positif dinyatakan
dengan adanya cincin merah hal ini disebabkan karena Indol bereaksi
dengan aldehida. Hasil uji indol pada isolat bakteri E. coli adalah positif
yang ditunjukan adanya cincin merah pada bagian atas. Escherichia coli
dan anggota lain dari organisme tingkat rendah memfermentasi gula
melalui jalur asam yang merubah gas CO2 menjadi H2 dalam jumlah yang
sedikit yang dihasilkan melalui fermentasi.
a. Prosedur Media Indol

Alat :

- Gelas ukur

- Gelas arloji

- Beaker glass

- Tabung reaksi kecil atau tabung gula-gula

- Neraca Triple Beam Balance

- Rak tabung reaksi

- Kasa Asbes

- Pipet tetes

- Pengaduk kaca/ spatula

- Bunsen / kaki tiga

- pH meter/kertas pH

- Korek api

- Wadah spirtus

Bahan/Reagen : - water pepton - Larutan NaOH 0,1 N - Aquadest - Larutan HCL


0,1 N - Kapas dan kasa

Prosedur

1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat yang akan digunakan

2. Lakukan perhitungan untuk jumlah tabung yang akan dibuat

3. Lakukan penimbangan menggunakan gelas arloji sebagai wadah untuk setiap


bahan dengan neraca TBB

4. Pindahkan media dari gelas arloji ke beaker glass


5. Larutkan menggunakan aquadest sebanyak ml yang dibuat (telah diukur dengan
gelas ukur) 6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen
dan larut sempurna

7. Angkat beaker glass dan di suam-suam

8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media, ketentuan pH bisa dilihat pada


etiket bahan atau reagen (apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila
terlalu basa tambahkan HCl)

9. Jika pH sudah sesuai tuang campuran/larutan media kesetiap tabung dengan


volume yang sama

10. Setelah itu tutup dengan kapas kasa dan beri label nama (identitas)

11. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada
suhu 121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit

12. Letakkan pada rak tabung dengan posisi tegak

13. Media indol yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
indol siap pakai dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
BAB 13

MEDIA BIOKIMIA REKASI dan IDENTIFIKASI JENIS UREA

A. Identifikasi Urea

Hasil pengamatan dari uji urea yang telah dilakukan adalah negatif, hal
ini ditunjukan karena tidak ada perubahan warna pada media uji urea. Uji
Urease berguna untuk mengidentifikasi organisme yang mampu
menghidrolisis urea yang dapat menghasilkan amonia dan karbon dioksida
terutama untuk mengetahui mikrooeganisme tersebut mempunyai enzim
urease atau tidak. Urease merupakan enzim konstitutif yang
menghidrolisis urea menjadi karbon dioksida dan ammonia ( NH2 ) 2CO +
H2O → CO2 + 2NH3.

Urea dihidrolisis menjadi amonia oleh organisme positif urease akan


mengatasi buffer dalam jangka menengah dan mengubahnya dari oranye
menjadi merah muda . hasil pengamatan untuk uji uraease pada E. coli
menunjukan hasil negati, hal ini dikarenakan Organisme negatif urease
baik tidak menghasilkan perubahan warna dalam media atau mengubahnya
kuning dari produk asam.

B. Prosedur Identifikasi Urea


Fungsi : Untuk mendeteksi rapid urease activity pada golongan proteus
dan non rapid urease activity pada golongan Enterebacteriacea.
ALAT : 1. Beaker glass 2. Erlenmeyer 3. Gelas arloji 4. Gelas ukur 5.
Tabung gula-gula 6. Pipet tetes 7. Neraca TBB 8. Kaki 3 9. Kasa abses
10. Api spirtus 11. Spatula 12. Korek api.
BAHAN : 1. Akuades 2. media base urea 3. Hanstoff 4. NaOH 0,1 N
5. HCl 0,1 N 6. pH media 7. Kapas, kasa dan spirtus
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Sterilkan satu hari sebelum praktikum untuk alat gelas dan akuades
yang digunakan dalam pembuatan Hanstoff
LANGKAH 1
1. Lakukan perhitungan media base urea untuk jumlah dan ml tabung
yang dibutuhkan
2. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, reagen medianya base
urea, dan catat hasilnya
3. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
4. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
5. Suam-suam dengan air kran
6. Lakukan pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan.
(apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa
tambahkan HCl)
7. Tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan
di autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
LANGKAH 2
8. Sambil menunggu proses autoklaf selesai lakukan pembuatan media
Hanstoff
9. Lakukan Perhitungan media Hanstoff
10. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong yang sudah disterilkan,
media Hanstoff dan catat hasilnya.ingat dengan teknik aseptic.
Perbandingan base urea dengan hanstoff adalah 10:1
11. Larutkan dengan akuades steril dan homogenkan
12. Campurkan larutan hanstoff dengan base urea agar dengan teknik
aseptic dan homogenkan
13. Tuang ke dalam tabung reaksi dengan melewatkan mulut
Erlenmeyer pada api
14. Miringkan atau tidurkan tabung. Tunggu sampai padat. Ingat hanya
ada lereng saja.
15. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
urea siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.
BAB 14
MEDIA BIOKIMIA REKASI DAN IDENTIFIKASI JENIS SIMON
CITRAT

A. Identifikasi Jenis Simon Citrat


Tes Citrat bertujuan mendeteksi kemampuan suatu organisme
untuk memanfaatkan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energi. Bakteri diinokulasi pada medium yang mengandung natrium
sitrat dan indikator pH bromothymol biru. Media juga mengandung
garam amonium anorganik, yang digunakan sebagai satu-satunya
sumber nitrogen. Pemanfaatan sitrat melibatkan enzim citrat
permease, yang memecah sitrat menjadi oksaloasetat dan asetat.
Oksaloasetat lebih lanjut dipecah menjadi piruvat dan CO2. Produksi
Na2CO3 serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam
amonium masing-masing menghasilkan pH basa. Hal ini
menyebabkan perubahan warna medium dari hijau menjadi biru.

Uji citrat dilakukan dengan inokulasi mikroorganisme ke dalam


media sintetis organik, "Simons Citrate broth" apabila natrium sitrat
adalah satu-satunya sumber karbon dan energi. Bromothymol blue
digunakan sebagai indikator saat asam sitrat dimetabolisme,
menghasilkan karbondioksida yang menggabungkan natrium dengan
air untuk membentuk natrium karbonat yang merupakan produk
alkaline yang menghasilkan perubahan warna dari hijau menjadi biru
dan hal ini menunjukkan tes tersebut positif. (Sridhar, 2006). Hasil
pengamatan untuk uji Citrat adalah negatif yang ditunjukan tidak
adanya perubahan warna terhadap media uji citrat.

B. Prosedur Simon Citrate (SC)


Fungsi : Media Simon Citrat merupakan media padat yang
letaknya di dalam tabung. Media ini digunakan Untuk membedakan
golongan Enterobacteriaceae berdasarkan penggunaan citrate sebagai
sumber karbon. Indicator media ini adalah BTB. Positif bila pH media
menjadi basa yakni warna media dari hijaubiru. ALAT : 1. Beaker
glass 2. Erlenmeyer 3. Gelas arloji 4. Gelas ukur 5. Tabung gulagula 6.
Pipet tetes 7. Neraca TBB 8. Kaki 3 9. Kasa abses 10. Api spirtus 11.
Spatula 12. Korek api
BAHAN : 1. Akuades 2. media simon citrat 5. NaOH 0,1 N 6. HCl 0,1
N 7. pH media 8. Kapas, kasa dan spirtus

PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan media SC untuk jumlah dan ml tabung yang
dibutuhkan 3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, reagen
medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH
terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril miringkan atau tidurkan tabung. Tunggu sampai
padat. Ingat hanya ada lereng saja.
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
SC siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.
DAFTAR PUSTAKA

Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Bridson.E.Y.1998, The Oxoid Manual,England
Peleczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.

Rachdie. (2006). Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. Stanier


Roger, Edward

Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Soewarsono, 1993, Petunjuk Pembuatan Media dan Reagensia, Balai
Laboratorium Kesehatan : Surabaya

Uriawiria. D. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa Bandung.

Anda mungkin juga menyukai