Visi
Misi
FAKULTAS FARMASI
Visi
Misi
Visi
Menjadi program studi yang unggul dan professional dalam bidang Mikrobiologi
Molekuler Klinis Tahun 2022
Misi
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya
Modul dari Mata Kuliah media dan reagensia II ini dapat diselesaikan. Modul
ini disusun untuk menambah bahan bacaan mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan media dan reagensia II
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas selesainya modul ini. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu segala
masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan modul
ini.
keadaan steril, artinya tidak di tumbuhi oleh mikroba lain yang tidak di harapkan.
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik (Radji,
1. Dalam media harus terkandung semua unsur hara yang di perlukan untuk
kebutuhan mikroba.
B. Kepentingan Media
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu
substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan
harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak
diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti toge, kentang,
daging, telur, wortel, dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media,
3. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya belum ditanami mikroba
yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.
C. Persyaratan Media
Untuk dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang
1. Susunan makanan
kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga kondisi tetap selalu
seperti CO2, CH4 atau senyawa karbon kompleks seperti gula (misal:
glukosa, laktosa, sukrosa dan lain sebagainya). Senyawa Nitrogen dapat
berasal dari senyawa nitrogen sederhana seperti NH3 atau nitrogen yang
lebih kompleks seperti pepton dan asam amino. Mineral yang sering
dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S dan Cl. Beberapa
2. Temperatur
suhu tubuh manusia walaupun ada juga bakteri yang membutuhkan suhu
3. Tekanan osmose
plasmolysis.
5. Sterilitas
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan
bakteri penyebab. Jika media yang digunakan tidak steril maka tidak dapat
D. Jenis-Jenis Media
Bentuk susunan dan sifat media di tentukan oeh senyawa penyusun media,
ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin, dsb. Bentuk
media di kenal 3 jenis yaitu : media padat, media cair dan media semi solid.
a. Media Padat
petri disk ataupun tabung. Media dapat berbentuk padat datar, padat
bakteri.
a. Media Umum
b. Media Transport
spesimen dari suatu tempat ke tempat lain, agar mikroba yang ada di
sebagai berikut:
c. Media Diperkaya
organik yang diperoleh dari makhluk hidup misal darah, telur dan lain-
dan Pneumococcus.
1. Media Selektif
1. Media Mac Conkey : pada media ini dapat dibedakan bakteri yang
laktosa
2. Media Klinger Iron Agar (KIA): pada media ini dapat diketahui
pembentukan H2S
e. Media Kombinasi
Media jenis ini dapat berupa media yang tidak diperkaya, seperti
Komposisi :
Conkey Agar.
2. Media semi sintetis, yaitu media yang sebagian komposisinya
kultur
f. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik Media ini
perubahan kimia.
Media pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
isolate mikroba menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya(Alderberg.1982).
1. Bahan Dasar
b. Agar-agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media agar
sulit didegradasi oleh mikroba pada umumnya dan mencair pada suhu
45°C
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
dibanding agar.
mineral terkandung di dalam peptone, butter dan agar sehingga sering kali
medium yang optimum. Contoh bahan butter : rostat, citrate, asetat dan
7. Bahan selektif ; Bahan selektif dapat berupa bahan kimia atau antibiotika
8. Gelling agents : Biasanya adalah agar, agar untuk media diproses sehingga
bakteriologi dengan cara swab, misal rectal swab, swab tenggorok, pus
(luka,genitalia). Contoh media transport yaitu media Cary and Blair, media
1. Media Stuart Media yang ditemukan pertama kali oleh Dr. R.D Stuart dan
merupakan media transport sampel untuk swab pertama kali. Media Stuart
a. Komposisi media :
b. Cara pembuatan :
tetapi khusus untuk media transport dari sampl untuk isolasi bakteri
a. Komposisi media :
b. Cara pembuatan:
aquades 990 ml
chloride 1%
4. Disesuaikan pH (8,4)
7. Sodium Thioglycollate1.00 gr
MEDIA PEMUPUK
Komposisi media :
Carapembuatan: :
(1) Ditimbang pepton a gram, NaCl b gram, beef extract c gram
(5) Di cek pH
Cara pembuatan : (1) Ditimbang pepton sebanyak 0.24 gr dan NaCl 0.24 gr (2)
Dimasukkan Erlenmeyer ditambah aquades (3) Dipanaskan hingga homogen (4)
Di cek pH (5) Dituang pada tabung reaksi (6) Disterilkan autoclave.
MEDIA DIFFERENSIAL
Prosedur :
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat dan sterilkan Petri
yang akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media Blood Agar Base sesuai jumlah Petri
yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat
(telah diukur dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen
dan larut sempurna 7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri
label nama (identitas) 10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf
pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu 121 °C selama 15 menit
dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Lakukan pengambilan darah pada saat menunggu media Blood
agar base turun suhunya. Darah yang diambil adalah 8%-10% dari total
media yang dibuat. Media BAP yang sudah dingin dengan kisaran
suhu 50°-70° C. kemudian masukkan darah segar ke dalam Erlenmeyer
dengan perlahan lewat dinding Erlenmeyer. Ratakan dengan mengocok
perlahan agar homogeny.
12. Tuang media dari Erlenmeyer ke Petri steril dengan volume 15-20
mL. ratakan membentuk pola angka delapan secara perlahan. 13.
Tunggu sampai media memadat 14. Media siap pakai dapat disimpan
pada suhu kamar, kecuali Selenite broth disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
BAB 6
MEDIA SELEKTIF
Menurut Peleczar et all.1985, ada dua macam ragam tanaman yang sering
digunakan yaitu ragam I untuk spesimen yang sudah diolah atau angka
kumannya diperkirakan rendah, digunakan ragam 5x10, 1x1, 1x0,1 ml.
Ragam II untuk spesimen yang belum diolah atau angka kumannya
diperkirakan tinggi (misalnya air sumur, air sungai, air mata air dan
sebagainya)., digunakan ragam 5x10, 5x1, 5x0,1 ml, mungkin dapat
dilanjutkan dengan 5x0,01 ml.
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang
positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 24 - 48 jam,
suspensi ditanamkan pada media Eosin MethylenBiru Agar (EMBA) Secara
Aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.
3. Uji Pelengkap (Completed test)
C. Macam-macam MPN
1. LACTOSE BROTH 1 (LB1)
Fungsi : Untuk mendeteksi coliform dalam air, makanan dan
produk susu; sebagai kaldu pemerkaya untuk Salmonella dan
mempelajari fermentasi lactose oleh bakteri pada umumnya.
PROSEDUR : 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan media LB untuk jumlah dan ml tabung
yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, lalu media LB, dan
catat hasilnya
4. Pindahkan atau media yang sudah ditimbang dari gelas arloji ke
Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan diatas api spirtus hingga
larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. Lakukan pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan.
(apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa
tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi yang telah diberi tabung durham.
INGAT tabung durham tidak boleh terbalik dimana mulut tabung
menghadap ke dasar tabung.
9. Lakukan teknik mengocok dengan di tahan pada ujung jempol
menutup mulut tabung, tujuannya agar tidak ada ruang udara dalam
tabung durham yang bisa mengacaukan identifikasi kuman
nantinya.
10. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan
di autoclave 15 menit dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5 atau 2
atm
11. Setelah steril miringkan tabung yang berisi media dengan
langkah pertama hilangkan embun dengan memutar mutar media
baru dimiringkan ingat hanya ada lereng saja
12. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan.
Media LB1 siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.
BAB 8
MEDIA PENYIMPANAN
BAB 9
MEDIA UNTUK PEMERIKSAAN JAMUR
A. Media Pertumbuhan Jamur
2. Derajat keasaman (pH) yang sesuai Jamur tumbuh baik dalam kondisi asam
yang tidak menguntungkan bagi bakteri. Umumnya fungi menyenangi pH di
bawah 7,0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup
rendah, yaitu pH 4,5-5,5.
3. Temperatur Jamur tumbuh paling baik pada sekitar suhu kamar yang normal.
Pada umumnya, lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan
jamur karena untuk pertumbuhannya dibutuhkan kelembaban yang tinggi.
Umumnya, jamur patogen memerlukan temperatur optimum 30-370C sesuai
dengan temperatur tubuh.
C. Pertumbuhan Jamur
2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi
fase aktif;
4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat
memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-
sel;
5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati
relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal.
Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase stasioner;
6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali
lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup. Umumnya pertumbuhan fungi
dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006): 1. Substrat Substrat merupakan sumber nutrien
utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi
mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka fungi
tersebut harus mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh
fungi. Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim
yang proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian
protein. Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi, maka
fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam lemak hasil
uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan
enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan
nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
2.Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka
metode cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu
tetapi juga memerlukan media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus
demikian tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran
kekeruhan biakan dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993). Secara rutin jumlah
sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas) kultur.
Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode
turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan
sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding
lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan
berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel,
semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak
dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup.
Metode Berat Kering Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode
berat kering. Metode tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau
disentrifugasi, kemudian bagian yang disaring atau yang mengendap hasil
sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang
hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode
tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur
dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi
substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan
bantuan vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media
yang sesuai dan jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat
menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan
kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung
dapatdilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :
1.Metode Viable Count
Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh
menjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara
ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari
sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak dapat
di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu
diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap
pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan yang
dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk
sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-
400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2)).
2. Metode Aktivitas
Metabolik Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit
tertentu, misalnya asam atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang
terdapat di dalam media. Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan
jumlah vitamin yang di hasilkan mikroorganisme.
BAB 12
MEDIA BIOKIMIA REKASI dan IDENTIFIKASI JENIS VP,
MR, dan INDOL
A. Pengertian Media VP
VP adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi acetoin
dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan
menambahkan alpha-naftol dan kalium hidroksida dengan
kaldu Voges Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri.
Warna merah cherry menunjukkan hasil yang positif,
sedangkan warna kuningcoklat menunjukkan hasil negatif. Tes
ini tergantung pada pencernaan glukosa menjadi
acetylmethylcarbinol. Jika glukosa pecah, maka akan bereaksi
dengan alpha-naftol (VP reagen 1) dan kalium hidroksida (VP
reagen 2) untuk membentuk warna merah. Alpha-naftol dan
kalium hidroksida adalah bahan kimia yang mendeteksi
acetoin.
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan masing-masing bahan untuk jumlah dan
ml tabung yang dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, masing-masing
bahan/reagen medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan masing-masing bahan dari gelas arloji ke Beaker
glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga
larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH
terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan
HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan
di autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril letakkan pada rak tabung dengan posisi tabung
tegak. Tunggu sampai padat
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan.
Media semisolid siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8
°C.
C. Pengertian Methyl Red(Mr)
Uji MR bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme dalam
memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil dari fermentasi
glukosa. Beberapa bakteri menghasilkan sejumlah besar asam dari fermentasi.
Methyl Red adalah indikator pH, yang tetap berwarna merah pada pH 4,4 atau
kurang. Setelah inkubasi, indikator pH Methyl Red ditambahkan ke dalam kultur
bkteri. Methyl Red berwarna merah pada pH di bawah 4,4 (hal ini menunjukkan
hasil positif) dan kuning pada pH di atas 6,0. Warna oranye menunjukkan pH
menengah dan dianggap hasil negative.
Hasil pengamatan untuk Uji MR pada isolat bakteri E. coli adalah positif
yang ditunjukkan dengan larutan berwarna merah.
ALAT :
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Gelas arloji
4. Gelas ukur
5. Tabung gulagula
6. Pipet tetes
7. Neraca TBB
8. Kaki 3
9. Rak tabung
10. Kasa abses
11. Api spirtus
12. Spatula
13. Korek api
BAHAN : 1. Akuades 2. Pepton from meat 3. K2HPO4 4.
Glukosa 5. NaOH 0,1 N 6. HCl 0,1 N 7. pH media 8. Kapas,
kasa dan spirtus
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan masing-masing bahan untuk jumlah dan ml tabung
yang dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, masing-masing
bahan/reagen medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan masing-masing bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu
asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril letakkan pada rak tabung dengan posisi tabung tegak.
Tunggu sampai padat 11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan
atau disimpan. Media semisolid siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu
2 – 8 °C.
Alat :
- Gelas ukur
- Gelas arloji
- Beaker glass
- Kasa Asbes
- Pipet tetes
- pH meter/kertas pH
- Korek api
- Wadah spirtus
Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat yang akan digunakan
10. Setelah itu tutup dengan kapas kasa dan beri label nama (identitas)
11. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada
suhu 121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
13. Media indol yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
indol siap pakai dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
BAB 13
A. Identifikasi Urea
Hasil pengamatan dari uji urea yang telah dilakukan adalah negatif, hal
ini ditunjukan karena tidak ada perubahan warna pada media uji urea. Uji
Urease berguna untuk mengidentifikasi organisme yang mampu
menghidrolisis urea yang dapat menghasilkan amonia dan karbon dioksida
terutama untuk mengetahui mikrooeganisme tersebut mempunyai enzim
urease atau tidak. Urease merupakan enzim konstitutif yang
menghidrolisis urea menjadi karbon dioksida dan ammonia ( NH2 ) 2CO +
H2O → CO2 + 2NH3.
PROSEDUR :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan perhitungan media SC untuk jumlah dan ml tabung yang
dibutuhkan 3. Lakukan penimbangan Gelas Arloji Kosong, reagen
medianya, dan catat hasilnya
4. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Beaker glass
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan di atas api spirtus hingga larut
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH
terlalu asam tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tuang media ke tabung reaksi
9. Tutup tabung dengan kapas kasa, tutup dengan koran, sterilkan di
autoclave 15 menit dengan suhu 121oC, tekanan 1,5 atau 2 atm
10. Setelah steril miringkan atau tidurkan tabung. Tunggu sampai
padat. Ingat hanya ada lereng saja.
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Media
SC siap pakai dapat disimpan pada suhu suhu 2 – 8 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Bridson.E.Y.1998, The Oxoid Manual,England
Peleczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.