V1 x ppm1 = V2 x ppm2
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
V1 = 1,0 mL
b. Baku Seri 0,4
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,4 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,4 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 2,0 mL
c. Baku Seri 0,6
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,6 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,6 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 3,0 mL
d. Baku Seri 0,8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,8 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,8 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 4,0 mL
e. Baku Seri 1,0
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 1,0 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 1,0 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 5,0 mL
Data Pengukuran Dengan Spektrofotometer
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Nitrit = x Konsentrasi Baku x Pengenceran Sampel =…..ppm
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢
0,145 𝑛𝑚
Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = 0,135 𝑛𝑚 x 0,2 x 5
VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dimana kadar nitrit
pada sampel air kode 2 yaitu sebesar 1,0740 ppm dengan besar kesalahan 7,4 %.
VIII. Lampiran
Larutan Baku Larutan Larutan Baku Seri Nitrit (0,2 , 0,4 , 0,6
Nitrit Blanko , 0,8 , 1,0)
Sampel kode Larutan Baku Seri Nitrit setelah Sampel kode 2 Nitrit
2 penambahan reagen griess setelah penambahan
reagen griess
Emilia, I. 2019. Analisa Kandungan Nitrat Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Program Studi Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI
Palembang. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020 (Jurnal Indobiosains. Vol
1. No. 1 Edisi Februari 2019 http://univpgri-
palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/biosains).
Hendrawati, dkk. 2001. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat,
Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di
Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2 Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(https://media.neliti.com/media/publications/106716-ID-analisis-kadar-
phosfat-dan-n-nitrogen-am.pdf).
Sembiring, R.P. 2018. Penentuan Kadar Nitrit (NO2) Pada Air Minum dalam
Kemasan (AMDK) dengan Metode Spektrofotometri Visible di PT. Tirta
Sibayakindo Berastagi. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2020
(http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7955).
PRAKTIKUM II
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama
seperti blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
C. Perlakuan Sampel
Dipipet sampel air (kode 1) sebanyak 10,00 mL, dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL.
Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama seperti
blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
Setelah Blanko, Larutan Baku dan Sampel volumenya sama yaitu 40 mL
Ditambahkan semua labu ukur dengan reagen difenilkarbazida sebanyak
2,5 mL.
Tepatkan dengan aquadest, homogenkan, tuang ke dalam kuvet
spektrofotometer.
Dibaca dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
(waktu kestabilan 10 menit).
VII. Perhitungan dan Hasil
Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Seri Chrom
Rumus : V1 x N1 = V2 x N2
a. Baku Seri 0,2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,2 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 1,0 mL
b. Baku Seri 0,4
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,4 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,4 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 2,0 mL
c. Baku Seri 0,6
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,6 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,6 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 3,0 mL
d. Baku Seri 0,8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,8 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,8 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 4,0 mL
e. Baku Seri 1,0
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 1,0 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 1,0 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿
V1 = 5,0 mL
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Chrom = x Konsentrasi Baku x Pengenceran Sampel
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢
=…..ppm
0,179 𝑛𝑚
1. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) = 0,157 𝑛𝑚 x 0,2 x 5
0,194 𝑛𝑚
2. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = 0,157 𝑛𝑚 x 0,2 x 5
1,2356−1
2. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = x 100%
1
Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = 23,56 %
Absorbansi
0.7
0.4
0.3 Absorbansi
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Axis Title
VIII. Pembahasan:
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar chrom (Cr -) pada sampel air
(kode 1). Praktikum ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi chrom dalam air
pada sampel kode 1. Chrom adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan
sulit dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Cromium merupakan logam tahan korosi
(tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Sifat yang sangat menonjol
adalah mudah teroksidasi dengan udara membentuk lapisan kromium oksida pada
permukaan. Lapisan tersebut bersifat kaku, tahan korosi, tidak berubah warna
terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam klorida, sedikit larut dalam asam
sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat. Logam berat bersifat toksik bagi makhluk
hidup baik melalui udara, air dan makanan yang terkontaminasi oleh logam berat,
logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasi. Logam Cr yang masuk ke lingkungan dapat berasal dari berbagai
sumber, tetapi sumber umum yang diduga paling banyak berpengaruh yaitu dari
aktivitas industri, pertambangan, kegiatan rumah tangga dan zat sisa pembakaran
serta mobilitas bahan bakar. Akibat dampak buruk yang diakibatkan oleh Cr (VI)
maka pemerintah mengeluarkan PP No. 82 tahun 2001 mengenai kadar maksimum
Cr (VI) untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan sebesar 0,05
mg/L.
Pada praktikum kali ini penetapan kadar chrom pada sampel air (kode 1)
dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri. Dimana Chrom
merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi flavonoid (dengan
membuka cincin γ-piron). Reaksi pembentukan kompleks Cr(VI)-kuersetin
diperkirakan menjalani reaksi seperti pada pembentukan kompleks Cr(VI)-
difenilkarbazida. Pada reaksi dengan mekanisme tersebut, ion Cr(III) akan
terbentuk dari proses oksidasi kuersetin oleh Cr(VI) yang kemudian akan
membentuk kompleks dengan kuersetin yang telah teroksidasi menghasilkan warna
violet.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar chrom pada
sampel air kode 1 yaitu sebesar 1,1401 ppm dengan besar kesalahan 14,01 % dan
kadar chrom pada sampel air kode 1 (duplo) yaitu sebesar 1,2356 ppm dengan besar
kesalahan 23,56 %. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan
kadar nitrit, diantaranya :
1. Penepatan larutan pada garis ambang batas. Dimana apabila larutan yang
digunakan tidak berwarna (bening) berarti garis miniskus batas bawah yang
dilihat harus pas dengan skala dan sebaliknya apa bila larutan yang digunakan
berwarna maka garis miniskus atas yang dilihat harus pas dengan skala.
2. Penggunaan buret, pastikan sebelum penggunaanya semua alat di bilas terlebih
dahulu serta lakukan pembilasan dengan menggunakan larutan yang akan di
masukan ke dalam wadah atau alat yang akan digunakan. Serta pastikan buret
tidak dalam keadaan bocor. Apabila ingin menambahkan larutan yang ada di
dalam buret pastikan garisnya tepat.
3. Pembacaan di alat spektrofotometer , dimana larutan yang ada di dalam kuvet
sebelum diukur absorbansinya pastikan kuvet dalam keadaan bersih dan kering.
Kuvet yang digunakan sebaiknya sekali pakai. Agar alat spektrofotometer
menyerap warna yang dihasilkan bisa maksimal.
4. Waktu inkubasi yang tepat, dari penambahan reagen griess hingga pembacaan
dengan alat spektrofotometer.
IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dimana kadar chrom
pada sampel air kode 1 yaitu sebesar 1,1401 ppm dengan besar kesalahan 14,01 %
dan kadar chrom pada sampel air kode 1 (duplo) yaitu sebesar 1,2356 ppm dengan
besar kesalahan 23,56 %. Banyak faktor yang menyebabkan kesalahan yang terjadi
begitu besar, diantaranya: penggunaan kuvet yang berulang kali, pembilasan alat
yang digunakan kurang baik dan ketepatan pada saat memberi larutan baku.
X. Lampiran
XI. Daftar Pustaka
Andini, A. 2017. Analisa Kadar Kromium VI [Cr (VI)] Air di Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo. Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586. Surabaya. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(https://media.neliti.com/media/publications/231125-analisa-kadar-
kromium-vi-cr-vi-air-di-ke-bf7f4300.pdf).
Bugis H, Daud A, Birawida A. 2013. Studi Kandungan Logam Berat Kromium VI
(Cr VI) Pada Air Dan Sedimen Disungai Pangkajene Kabupaten
Pangkep. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Makassar. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4023/JURNA
L%20PENELITIAN_HALIJA%20BUGIS%20K11108536%20-
%20Copy.pdf?sequence=1).
Departemen Kesehatan. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Gomez, V. and Callao, M.P. 2006. Chromium Determination and Speciation since
2000. TRAC-Trends in Analytical Chemistry, 25, 1006-1015.
Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(http://dx.doi.org/10.1016/j.trac.2006.06.010).
Pratiwi, D.T. 2013. Penentuan Kadar Kromium Dalam Limbah Industri Melalui
Pemekatan Dengan Metode Kopresipitasi Menggunakan Cu-Pirolidin
Dithiokarbamat. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmupengetahuanalam Universitas Negeri Semarang. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2020 (https://lib.unnes.ac.id/17857/1/4350408031.pdf).
PRAKTIKUM III
Prinsip dari penentuan kadar klorida pada analisa ini adalah berdasarkan
pada metode Mohr dimana sampel air minum yang dititrasi dengan AgNO3
akan bereaksi dengan klorida pada sampel membentuk endapan putih AgCl
dan titik akhir titrasi ditandai dengan Ag+ berlebih yang akan bereaksi
dengan indicator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
coklat kemerahan (merah bata).
Diketahui :
Vol. AgNO3 (1) = 9,80 mL
Vol. AgNO3 (2) = 9,40 mL
Normalitas NaCl = 0,0199 N
Vol. NaCl = 10,00 mL
N AgNO3 = 0,0203 N
N AgNO3 = 0,0211 N
Diketahui :
Vol. AgNO3 (1) = 4,40 mL
Vol. AgNO3 (2) = 4,50 mL
Vol. Sampel 1 = 50,00 mL
Vol. Sampel 2 = 50,00 mL
BA Cl = 35,45
Normalitas AgNO3 = 0.0207 N
= 64,57 mg/L
= 66,04 mg/L
X. Kesimpulan :
Dari praktikum yang telah dilakukan untuk penetapan kadar klorida
pada smapel air tambak rejo dapat disimpulkan hasil rata-rata kadar klorida
sebesar 65,31 mg/L.
XI. Lampiran :