Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM I

I. Judul : Penetapan Kadar Nitrit Pada Sampel Air


II. Tujuan : Untuk mengetahui kadar nitrit dalam suatu sampel air.
III. Metoda : Spektrofotometri
IV. Dasar Teori :
Air merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan karena semua
makhluk hidup di dunia ini memerlukan air. Kurang dari 0,5% air secara langsung dapat
digunakan untuk kepentingan manusia. Pada umumnya kualitas air dari suatu sumber
air permukaan dapat dilihat atau diamati dari kandungan oksigen terlarutnya (DO),
kebutuhan biologi akan oksigen (BOD) dan kebutuhan kimiawi akan oksigen (COD).
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi keseimbangan oksigeen dalam air antara
lain kehadiran nitrogen dalam air. Nitrit sangat berbahaya bagi kesehatan karena
bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengagkut
oksigen lagi. Pada air buangan tertentu menimbulkan nitrosamine yang menyebabkan
kanker. Nitrit merupakan salah satu parameter kunci dari standard air minum dalam
kemasan (Emilia, 2019).
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemaran yang dapat
berupa gas, bahan – bahan terlarut, dan partikulat. Pancemaran memasuki badan air
dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan pertanian, limbah
domestic dan perkotaan, pembuangan limbah industry, dan lain – lain.
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi. Nitrit biasanya tidak
bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan
nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi pengolahaan air buangan, air sungai dan system
drainase. Kadar nitrit juga mempengaruhi lingkungan. Kadar nitrit yang tinggi akan
mencemari air alam. Untuk itu, diperlukan analisa Nitrit dalam air alam. Nitrifikasi
yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang
penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosamonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi
nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan
bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energy dari proses kimiawi. Di
perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit,
lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen
(Sembiring, 2018).
Berdasarkan PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 Kadar
maksimum nitrit dalam air minum dan air bersih adalah 1 mg/L. Selain itu ada beberapa
peraturan yang mengatur baku mutu untuk nitrit, yaitu:
 PP No. 82 Tahun2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk nitrat dan nitrit
dibagi menjadi 4 kelas air. Nirat untuk kelas 1 – 2 Kadar maksimumnya 10 mg/L
sedangkan untuk kelas 3-4 kadar maksimumnya 20 mg/L. Nitrit untuk kelas 1 –
3 kadar maksimumnya 0,06 mg/ L sedangkan untuk kelas 4 tidak dipersyaratkan.
Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-
6989.9-2004). Pada kisaran kadar 0,01 mg/L -1,0 mg/L. Dalam suasana asam (pH 2-
2,5), nitrit akan bereaksi dengan Sulfanilamid (SA) dan N-(1-naphthyl) ethylene
diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang
berwarna merah keunguan. Penambahan larutan griess dalam sampel menghasilkan
perubahan warna yang dapat diukur pada spektrofotometri. Metode yang sering
digunakan untuk analisis nitrit dan nitrat adalah metode spektrofotometri karena dapat
dilakukan dengan spektrofotometer sederhana yang dapat diukur pada panjang
gelombang 520 nm (Hendrawati, 2001).
V. Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam Bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini, antara lain: praktikum kali ini, antara lain:
 Buret  Air Sampel (Kode: 2)
 Statif  Reagen griess
 Corong kaca  Aquadest
 Beaker glass
 Labu ukur 100 mL, 50 mL
 Pipet volume
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Kuvet
 Ball filer
 Rak kuvet
 Spektrofotometri
 Tissue
VI. Langkah Kerja :
A. Pembuatan Blanko
 Dimasukkan aquadest sebanyak 40 mL ke dalam labu ukur 50 mL.
Jangan di add (tepatkan) terlebih dahulu dengan tanda batas.
B. Pembuatan Larutan Baku Nitrit
 Membuat baku nitrit 10 ppm sebanyak 100 mL dari baku 100 ppm

V1 x ppm1 = V2 x ppm2

10 mg/L dari 100 mg/L NO2-


 Larutan baku NO2- 100mg/L dipipet 10,00 mL dengan pipet
volume. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
 Ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Tutup labu ukur dan
dihomogenkan.
 Dimasukkan larutan baku ke dalam buret sampai tanda batas.
 Membuat baku nitrit seri (0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1,0) ppm sebanyak 50
mL menggunakan labu ukur (dari baku nitrit 10 ppm)

V1 x ppm1 = V2 x ppm2

 Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama


seperti blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
C. Perlakuan Sampel
 Dipipet sampel air (kode 2) sebanyak 10,00 mL, dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL.
 Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama seperti
blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
 Setelah Blanko, Larutan Baku dan Sampel volumenya sama yaitu 40 mL
 Ditambahkan semua labu ukur dengan reagen griess sebanyak ujung
sedotan.
 Tepatkan dengan aquadest, homogenkan, tuang ke dalam kuvet
spektrofotometer.
 Dibaca dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm
(waktu kestabilan 10 menit).
V. Perhitungan dan Hasil
 Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Seri Nitrit
Rumus : V1 x N1 = V2 x N2
a. Baku Seri 0,2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,2 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 1,0 mL
b. Baku Seri 0,4
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,4 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,4 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 2,0 mL
c. Baku Seri 0,6
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,6 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,6 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 3,0 mL
d. Baku Seri 0,8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,8 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,8 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 4,0 mL
e. Baku Seri 1,0
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 1,0 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 1,0 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 5,0 mL
Data Pengukuran Dengan Spektrofotometer

KONSENTASI (ppm) ABSORBANSI (ʎ 520 nm)


Blanko 0,000
Baku NO2- 0,2 0,135
Baku NO2- 0,4 0,188
Baku NO2- 0,6 0,204
Baku NO2- 0,8 0,252
Baku NO2- 1,0 0,272
Sampel Air (Kode 2) 0,145

 Perhitungan Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2)

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Nitrit = x Konsentrasi Baku x Pengenceran Sampel =…..ppm
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢

0,145 𝑛𝑚
Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = 0,135 𝑛𝑚 x 0,2 x 5

Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = 1,0740 x 0,2 x 5


Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = 1,0740 ppm
 Perhitungan Besar Kesalahan (%)
1,0740−1
Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = x 100%
1

Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 2) = 7,4 %

KURVA BAKU NITRIT


VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar nitrit (NO2-) pada sampel air
(kode 2). Praktikum ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi nitrit dalam air pada
sampel kode 2. Nitrit ( NO2 ) merupakan salah satu bentuk senyawa Nitrogen, dalam
hal ini nitrit adalah derivat senyawa nitrogen. Proses oksidasi pada ammonia menjadi
nitrit memerlukan oksigen bebas dalam air. Reaksi terjadi dalam satu tahap saja.
Adanya nitrit ( NO2 ) dalam air minum / air bersih dapat di deteksi dan di analisa. Dalam
hal ini nitrit di tentukan dengan alat spektrofotometer. Sampel air kode 2 ini ditentukan
konsentrasi nitritnya dengan menggunakan spektrofotometri. Dari praktikum yang
telah dilakukan didapatkan hasil kadar nitrit pada sampel air kode 2 yaitu sebesar
1,0740 ppm dengan besar kesalahan 7,4 %.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan kadar nitrit,
diantaranya :
1. Penepatan larutan pada garis ambang batas. Dimana apabila larutan yang
digunakan tidak berwarna (bening) berarti garis miniskus batas bawah yang
dilihat harus pas dengan skala dan sebaliknya apa bila larutan yang digunakan
berwarna maka garis miniskus atas yang dilihat harus pas dengan skala.
2. Penggunaan buret, pastikan sebelum penggunaanya semua alat di bilas terlebih
dahulu serta lakukan pembilasan dengan menggunakan larutan yang akan di
masukan ke dalam wadah atau alat yang akan digunakan. Serta pastikan buret
tidak dalam keadaan bocor. Apabila ingin menambahkan larutan yang ada di
dalam buret pastikan garisnya tepat.
3. Pembacaan di alat spektrofotometer , dimana larutan yang ada di dalam kuvet
sebelum diukur absorbansinya pastikan kuvet dalam keadaan bersih dan kering.
Kuvet yang digunakan sebaiknya sekali pakai. Agar alat spektrofotometer
menyerap warna yang dihasilkan bisa maksimal.
4. Waktu inkubasi yang tepat, dari penambahan reagen griess hingga pembacaan
dengan alat spektrofotometer .

VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dimana kadar nitrit
pada sampel air kode 2 yaitu sebesar 1,0740 ppm dengan besar kesalahan 7,4 %.
VIII. Lampiran

Larutan Baku Larutan Larutan Baku Seri Nitrit (0,2 , 0,4 , 0,6
Nitrit Blanko , 0,8 , 1,0)

Sampel kode Larutan Baku Seri Nitrit setelah Sampel kode 2 Nitrit
2 penambahan reagen griess setelah penambahan
reagen griess

Larutan Blanko,baku seri, dan sampel yang siap di ukur


absorbansinya dengan alat spektrofotometer
IX. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI 06-6989.9-2004). Air
dan Air Limbah- Bagian 9 : Cara Uji Nitrit (NO2-N) secara Spektrofotometri.
Jakarta. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI-06-
6989.9-2004-Cara-Uji-Nitrit-Secara-Spektrofotometri.pdf).

Emilia, I. 2019. Analisa Kandungan Nitrat Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Program Studi Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI
Palembang. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020 (Jurnal Indobiosains. Vol
1. No. 1 Edisi Februari 2019 http://univpgri-
palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/biosains).

Hendrawati, dkk. 2001. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat,
Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di
Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2 Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(https://media.neliti.com/media/publications/106716-ID-analisis-kadar-
phosfat-dan-n-nitrogen-am.pdf).

Sembiring, R.P. 2018. Penentuan Kadar Nitrit (NO2) Pada Air Minum dalam
Kemasan (AMDK) dengan Metode Spektrofotometri Visible di PT. Tirta
Sibayakindo Berastagi. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2020
(http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7955).
PRAKTIKUM II

I. Judul : Penetapan Kadar Chrom


II. Tujuan : Untuk mengetahui kadar chrom dalam suatu sampel air
III. Metode : Spektrofotometri
IV. Dasar Teori :
Air menjadi salah satu sumber utama dalam menjaga keberlangsungan
hidup seluruh makhluk hidup, tanpa air tidak akan ada kehidupan di dunia ini. Air
yang layak konsumsi memiliki ciri tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan
tidak ada endapan padat terlarut. Salah satu logam berat yang berbahaya bagi
kesehatan jika terkandung dalam air adalah Chrom (VI) [Cr(VI)] bersifat
karsinogenik bagi tubuh (Andini, 2017).
Chrom adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Cromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24.Cromium merupakan logam tahan
korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Sifat yang sangat
menonjol adalah mudah teroksidasi dengan udara membentuk lapisan kromium
oksida pada permukaan. Lapisan tersebut bersifat kaku, tahan korosi, tidak berubah
warna terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam klorida, sedikit larut dalam
asam sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat. Karena sifat-sifat tersebut, maka
dalam pemakaiannya banyak digunakan sebagai bahan paduan untuk meningkatkan
ketahanan korosi sebagai bahan pelapis (Pratiwi, 2013).
Chrom (VI) [Cr(VI)] dapat masuk ke badan perairan dengan dua cara, yaitu
cara alamiah dan non alamiah. Masuknya Cr secara alamiah seperti erosi atau
pengikisan pada batuan mineral dan debu-debu atau partikel Cr yang ada di udara
akan dibawah turun oleh air hujan (Depkes, 2009). Masuknya Cr secara non
alamiah lebih berkaitan dengan aktifitas manusia seperti buangan limbah industri
dan rumah tangga ke badan air. Logam berat bersifat toksik bagi makhluk hidup
baik melalui udara, air dan makanan yang terkontaminasi oleh logam berat, logam
tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasi (Bugis dkk, 2013). Logam Cr yang masuk ke lingkungan dapat berasal
dari berbagai sumber, tetapi sumber umum yang diduga paling banyak berpengaruh
yaitu dari aktivitas industri, pertambangan, kegiatan rumah tangga dan zat sisa
pembakaran serta mobilitas bahan bakar (Bugis dkk, 2013). Akibat dampak buruk
yang diakibatkan oleh Cr (VI) maka pemerintah mengeluarkan PP No. 82 tahun
2001 mengenai kadar maksimum Cr (VI) untuk keperluan air baku air minum dan
kegiatan perikanan sebesar 0,05 mg/L (Bugis dkk, 2013).
Beberapa teknik analisis telah dikembangkan untuk penetapan kadar Cr(III)
dan Cr(VI) pada suatu contoh. Teknik spektrofotometri merupakan teknik yang
paling banyak digunakan yaitu sebesar 90% untuk penetapan Cr(VI) maupun
Cr(III) secara individu maupun simultan dengan atau tanpa tahapan prekonsentrasi
dan separasi secara tradisional maupun sistem alir (Gomez & Callao 2006).
Penentuan kadar Cr terutama Cr(VI) menggunakan spektrofotometri sinar
tampak umumnya menggunakan reagen organik yang dapat dioksidasi dan
pembentukan ion asosiasi. Pada spektrofotometri sinar tampak ini kadar Cr(VI) dan
Cr(III) tidak dapat ditentukan secara simultan karena reagen yang diberikan hanya
untuk spesi Cr tertentu saja. Untuk mengetahui kadar kedua spesi tersebut maka
terdapat perlakuan oksidasi Cr(III) menjadi Cr(VI) atau sebaliknya reduksi Cr(VI)
menjadi Cr(III) sehingga diperoleh kadar Cr total maka dengan pengurangan kadar
Cr total dan Cr(VI) atau Cr(III) yang telah ditentukan dapat diperoleh kadar spesi
Cr lainnya (Gomez & Callao 2006).
Reagen yang paling umum digunakan untuk menentukan kadar Cr(VI)
secara spektrofotometri konvensional sinar tampak yaitu 1,5 difenilkarbazida akan
tetapi gangguan dari Fe(III), No(VI), Cu(II) dan Hg(II) sangat mempengaruhi hasil
yang diperoleh dan hanya membentuk kompleks yang stabil selama 30 menit
dengan adanya bufer fosfat. Penggunaan reagen ion asosiasi yang akan membentuk
kelat dengan Cr(VI) seperti nitrotetrazolium biru, tetrafenilarsonium klorida dan
tetrafenilfosfonium bromida (Gomez & Callao 2006).
Cr(VI) merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi flavonoid
(dengan membuka cincin γ-piron). Reaksi pembentukan kompleks Cr(VI)-kuersetin
diperkirakan menjalani reaksi seperti pada pembentukan kompleks Cr(VI)-
difenilkarbazida. Pada reaksi dengan mekanisme tersebut, ion Cr(III) akan
terbentuk dari proses oksidasi kuersetin oleh Cr(VI) yang kemudian akan
membentuk kompleks dengan kuersetin yang telah teroksidasi menghasilkan warna
violet (Gomez & Callao 2006).
V. Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam Bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini, antara lain: praktikum kali ini, antara lain:
 Buret  Air Sampel (Kode: 1)
 Statif  Reagen difenilkarbazida
 Corong kaca  Aquadest
 Beaker glass
 Labu ukur 100 mL, 50 mL
 Pipet volume
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Kuvet
 Ball filer
 Rak kuvet
VI. Prosedur Kerja :
 Spektrofotometri
A. Pembuatan Blanko
 Tissue
 Dimasukkan aquadest sebanyak 40 mL ke dalam labu ukur 50 mL.
Jangan di add (tepatkan) terlebih dahulu dengan tanda batas.
B. Pembuatan Larutan Baku Chrom
 Membuat baku chrom 10 ppm sebanyak 100 mL dari baku 100 ppm

V1 x ppm1 = V2 x ppm2

10 mg/L dari 100 mg/L Cr -


 Larutan baku Cr -
100mg/L dipipet 10,00 mL dengan pipet
volume. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
 Ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Tutup labu ukur dan
dihomogenkan.
 Dimasukkan larutan baku ke dalam buret sampai tanda batas.
 Membuat baku chrom seri (0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1,0) ppm sebanyak 50
mL menggunakan labu ukur (dari baku chrom 10 ppm)

V1 x ppm1 = V2 x ppm2
 Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama
seperti blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
C. Perlakuan Sampel
 Dipipet sampel air (kode 1) sebanyak 10,00 mL, dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL.
 Ditambahkan aquadest hingga setiap labu ukur volumenya sama seperti
blanko yaitu sebanyak 40 mL. Jangan ditepatkan dahulu.
 Setelah Blanko, Larutan Baku dan Sampel volumenya sama yaitu 40 mL
 Ditambahkan semua labu ukur dengan reagen difenilkarbazida sebanyak
2,5 mL.
 Tepatkan dengan aquadest, homogenkan, tuang ke dalam kuvet
spektrofotometer.
 Dibaca dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
(waktu kestabilan 10 menit).
VII. Perhitungan dan Hasil
 Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Seri Chrom
Rumus : V1 x N1 = V2 x N2
a. Baku Seri 0,2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,2 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 1,0 mL
b. Baku Seri 0,4
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,4 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,4 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 2,0 mL
c. Baku Seri 0,6
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,6 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,6 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 3,0 mL
d. Baku Seri 0,8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 0,8 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 0,8 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 4,0 mL
e. Baku Seri 1,0
V1 x N1 = V2 x N2
V1 . 10,00 mL = 50 mL . 1,0 mL
50 𝑚𝐿 𝑥 1,0 𝑚𝐿
V1 =
10,00 𝑚𝐿

V1 = 5,0 mL

Data Pengukuran Dengan Spektrofotometer

KONSENTASI (ppm) ABSORBANSI (ʎ 540 nm)


Blanko 0,000
Baku Cr - 0,2 0,157
Baku Cr - 0,4 0,240
Baku Cr - 0,6 0,343
Baku Cr - 0,8 0,480
Baku Cr - 1,0 0,570
Sampel Air (Kode 1) 0,179
Sampel Air (Kode 1) 0,194
Duplo

 Perhitungan Kadar Nitrit Sampel Air (Kode 1)

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Chrom = x Konsentrasi Baku x Pengenceran Sampel
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢
=…..ppm

0,179 𝑛𝑚
1. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) = 0,157 𝑛𝑚 x 0,2 x 5

Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) = 1,1401 ppm

0,194 𝑛𝑚
2. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = 0,157 𝑛𝑚 x 0,2 x 5

Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = 1,2356 ppm


 Perhitungan Besar Kesalahan (%)
1,1401−1
1. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) = x 100%
1
Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) = 14,01 %

1,2356−1
2. Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = x 100%
1
Kadar Chrom Sampel Air (Kode 1) Duplo = 23,56 %

KURVA BAKU CHROM

Absorbansi
0.7

0.6 y = 0.5603x + 0.0182


R² = 0.9935
0.5
Axis Title

0.4

0.3 Absorbansi

0.2 Linear (Absorbansi)

0.1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Axis Title

VIII. Pembahasan:
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar chrom (Cr -) pada sampel air
(kode 1). Praktikum ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi chrom dalam air
pada sampel kode 1. Chrom adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan
sulit dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Cromium merupakan logam tahan korosi
(tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Sifat yang sangat menonjol
adalah mudah teroksidasi dengan udara membentuk lapisan kromium oksida pada
permukaan. Lapisan tersebut bersifat kaku, tahan korosi, tidak berubah warna
terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam klorida, sedikit larut dalam asam
sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat. Logam berat bersifat toksik bagi makhluk
hidup baik melalui udara, air dan makanan yang terkontaminasi oleh logam berat,
logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasi. Logam Cr yang masuk ke lingkungan dapat berasal dari berbagai
sumber, tetapi sumber umum yang diduga paling banyak berpengaruh yaitu dari
aktivitas industri, pertambangan, kegiatan rumah tangga dan zat sisa pembakaran
serta mobilitas bahan bakar. Akibat dampak buruk yang diakibatkan oleh Cr (VI)
maka pemerintah mengeluarkan PP No. 82 tahun 2001 mengenai kadar maksimum
Cr (VI) untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan sebesar 0,05
mg/L.
Pada praktikum kali ini penetapan kadar chrom pada sampel air (kode 1)
dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri. Dimana Chrom
merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi flavonoid (dengan
membuka cincin γ-piron). Reaksi pembentukan kompleks Cr(VI)-kuersetin
diperkirakan menjalani reaksi seperti pada pembentukan kompleks Cr(VI)-
difenilkarbazida. Pada reaksi dengan mekanisme tersebut, ion Cr(III) akan
terbentuk dari proses oksidasi kuersetin oleh Cr(VI) yang kemudian akan
membentuk kompleks dengan kuersetin yang telah teroksidasi menghasilkan warna
violet.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar chrom pada
sampel air kode 1 yaitu sebesar 1,1401 ppm dengan besar kesalahan 14,01 % dan
kadar chrom pada sampel air kode 1 (duplo) yaitu sebesar 1,2356 ppm dengan besar
kesalahan 23,56 %. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan
kadar nitrit, diantaranya :

1. Penepatan larutan pada garis ambang batas. Dimana apabila larutan yang
digunakan tidak berwarna (bening) berarti garis miniskus batas bawah yang
dilihat harus pas dengan skala dan sebaliknya apa bila larutan yang digunakan
berwarna maka garis miniskus atas yang dilihat harus pas dengan skala.
2. Penggunaan buret, pastikan sebelum penggunaanya semua alat di bilas terlebih
dahulu serta lakukan pembilasan dengan menggunakan larutan yang akan di
masukan ke dalam wadah atau alat yang akan digunakan. Serta pastikan buret
tidak dalam keadaan bocor. Apabila ingin menambahkan larutan yang ada di
dalam buret pastikan garisnya tepat.
3. Pembacaan di alat spektrofotometer , dimana larutan yang ada di dalam kuvet
sebelum diukur absorbansinya pastikan kuvet dalam keadaan bersih dan kering.
Kuvet yang digunakan sebaiknya sekali pakai. Agar alat spektrofotometer
menyerap warna yang dihasilkan bisa maksimal.
4. Waktu inkubasi yang tepat, dari penambahan reagen griess hingga pembacaan
dengan alat spektrofotometer.

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dimana kadar chrom
pada sampel air kode 1 yaitu sebesar 1,1401 ppm dengan besar kesalahan 14,01 %
dan kadar chrom pada sampel air kode 1 (duplo) yaitu sebesar 1,2356 ppm dengan
besar kesalahan 23,56 %. Banyak faktor yang menyebabkan kesalahan yang terjadi
begitu besar, diantaranya: penggunaan kuvet yang berulang kali, pembilasan alat
yang digunakan kurang baik dan ketepatan pada saat memberi larutan baku.

X. Lampiran
XI. Daftar Pustaka
Andini, A. 2017. Analisa Kadar Kromium VI [Cr (VI)] Air di Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo. Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586. Surabaya. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(https://media.neliti.com/media/publications/231125-analisa-kadar-
kromium-vi-cr-vi-air-di-ke-bf7f4300.pdf).
Bugis H, Daud A, Birawida A. 2013. Studi Kandungan Logam Berat Kromium VI
(Cr VI) Pada Air Dan Sedimen Disungai Pangkajene Kabupaten
Pangkep. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Makassar. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4023/JURNA
L%20PENELITIAN_HALIJA%20BUGIS%20K11108536%20-
%20Copy.pdf?sequence=1).
Departemen Kesehatan. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Gomez, V. and Callao, M.P. 2006. Chromium Determination and Speciation since
2000. TRAC-Trends in Analytical Chemistry, 25, 1006-1015.
Diakses pada tanggal 1 Maret 2020
(http://dx.doi.org/10.1016/j.trac.2006.06.010).
Pratiwi, D.T. 2013. Penentuan Kadar Kromium Dalam Limbah Industri Melalui
Pemekatan Dengan Metode Kopresipitasi Menggunakan Cu-Pirolidin
Dithiokarbamat. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmupengetahuanalam Universitas Negeri Semarang. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2020 (https://lib.unnes.ac.id/17857/1/4350408031.pdf).
PRAKTIKUM III

I. Judul : Penetapan Kadar Klorida


II. Tujuan : Untuk mengetahui kadar klorida dalam suatu sampel air
III. Metode : Titrasi Argentometri Mohr
IV. Prinsip : Dalam suasana netral sedikit basa (pH 7 – 10) klorida
dapat diendapkan oleh larutan perak nitrat.
V. Dasar Teori :
Air merupakan suatu sumber daya alam yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat sehari-hari Sumber air harus dijaga dan dilindungi
oleh setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi agar dapat dimanfaatkan
dan digunakan dengan baik. Masalah utama sumber daya air meliputi
kuantitas air terutama air bersih yang selalu menurun sehingga kebutuhan
manusia tidak terpenuhi. Secara umum air digunakan untuk banyak
keperluan misalnya industri, pertanian, rumah tangga, dan transportasi
(Earnestly, 2018).
Air merupakan senyawa kimia hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2)
dengan unsur oksigen (O) yang membentuk senyawa H2O Air dapat berupa
air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kualitas air bersih
harus memenuhi persyaratan kesehatan, antara lain: persyaratan fisika,
kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Salah satu parameter kimia yang harus
diketahui bahwa kadarnya di bawah kadar maksimum yang diperbolehkan
adalah parameter ion klorida. Klorida merupakan anion yang mudah larut
dalam sampel air. Anion klorida (Cl- ) merupakan anion anorganik yang
terdapat dalam sampel perairan yang jumlahnya lebih banyak daripada
anion-anion halogen yang lain. Ion klorida Cl- dalam larutan bisa dalam
senyawa natirum klorida, kalium klorida, kalsium klorida. Kelebihan ion
klorida dalam air minum dapat merusak ginjal. Akan tetapi, kekurangan ion
klorida dalam tubuh juga dapat menurunkan tekanan osmotik cairan
ekstraseluler yang menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan menetapkan batas maksimum kadar ion klorida
dalam air bersih adalah sebesar 600 mg/L. Hal tersebut bertujuan dalam
pengawasan kualitas air yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan
(Kusumaningrum,dkk. 2014).
Kebanyakan klorida diproduksi untuk pembuatan senyawa klorin untuk
sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Kerugian dari
penggunaan senyawa klorida yaitu dapat mengiritasi sistem pernafasan,
dalam bentuk gas dapat mengiritasi lapisan lendir dan dalam bentuk cair
bisa membakar kulit (Agung, 2009).
Penentuan kadar klorida dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya adalah metode titrasi argentometri. Argentometri merupakan
metode yang klasik untuk analisis kadar klorida dengan menggunakan
AgNO3 sebagai standarnya. Kelebihan analisis klorida dengan cara ini yaitu
pelaksanaannya mudah dan cepat, memiliki ketelitian dan keakuratan yang
cukup tinggi dan dapat digunakan untuk menentukan kadar yang memiliki
sifat yang berbeda-beda.
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indicator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam
suasana netral atau sedikit basa (pH 7 – 10). Dalam suasana asam, perak
kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :

Asam : 2 CrO42- + 2 H- CrO72- + H2O


Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH
2 AgOH Ag2O + H2O

Prinsip dari penentuan kadar klorida pada analisa ini adalah berdasarkan
pada metode Mohr dimana sampel air minum yang dititrasi dengan AgNO3
akan bereaksi dengan klorida pada sampel membentuk endapan putih AgCl
dan titik akhir titrasi ditandai dengan Ag+ berlebih yang akan bereaksi
dengan indicator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
coklat kemerahan (merah bata).

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)


Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
VI. Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam Bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini, antara lain: praktikum kali ini, antara lain:
 Buret  Sampel Air Tambak Rejo
 Statif  Larutan AgNO3
 Corong kaca  Larutan NaCl
 Beaker glass  Serbuk MgO
 Erlenmeyer  Larutan K2CrO4 5%
 Pipet volume  Aquadest
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Kuvet
 Ball filer
 Rak kuvet
VII. Prosedur Kerja :
 Spektrofotometri
A. Standarisasi Larutan AgNO3
 Tissue
 Dipipet 10,00 mL larutan NaCl dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 1,5 sendok spatula serbuk
MgO dan 1 mL indicator Larutan K2CrO4 5%.
 Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah
bata (kocok kuat).
 Catat volume AgNO3 yang dibutuhkan.
 Lakukan langkah ini duplo.
B. Penetapan Kadar Klorida
 Dipipet 50,0 mL sampel dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 1,5 sendok spatula serbuk MgO dan 1
mL indicator Larutan K2CrO4 5%.
 Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah
bata (kocok kuat).
 Catat volume AgNO3 yang dibutuhkan.
 Lakukan langkah ini duplo.
VIII. Perhitungan dan Hasil :
A. Standarisasi Larutan AgNO3

Volume NaCl O,O199 N (mL) Volume AgNO3 (mL)


10,00 9, 80 mL
10,00 9,40 mL
Volume Rata - Rata 0,0207 N

 Diketahui :
Vol. AgNO3 (1) = 9,80 mL
Vol. AgNO3 (2) = 9,40 mL
Normalitas NaCl = 0,0199 N
Vol. NaCl = 10,00 mL

a. V NaCl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3


10,00 mL . 0,0199 mL = 9,80 mL . N AgNO3
0,199
N AgNO3 =
9,80

N AgNO3 = 0,0203 N

b. V NaCl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3


10,00 mL . 0,0199 mL = 9,40 mL . N AgNO3
0,199
N AgNO3 =
9,40

N AgNO3 = 0,0211 N

c. Rata – Rata Normalitas AgNO3


0,0203 𝑁+ 0,0211 𝑁
N AgNO3 =
2
= 0.0207 N
B. Penetapan Kadar Klorida

Volume Sampel (mL) Volume AgNO3 0,0207 N (mL)


50,00 4,40 mL
50,00 4,50 mL
Volume Rata - Rata 65,31 mg/L

 Diketahui :
Vol. AgNO3 (1) = 4,40 mL
Vol. AgNO3 (2) = 4,50 mL
Vol. Sampel 1 = 50,00 mL
Vol. Sampel 2 = 50,00 mL
BA Cl = 35,45
Normalitas AgNO3 = 0.0207 N

a. Kadar Klorida Sampel 1


1000
Cl- (1) = x ( V.N ) AgNO3 x BA Cl = ……..mg/L
𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
= 50,00 x ( 4,40 x 0,0207 ) x 35,45

= 64,57 mg/L

b. Kadar Klorida Sampel 2


1000
Cl- (2) = x ( V.N ) AgNO3 x BA Cl = ……..mg/L
𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
= 50,00 x ( 4,50 x 0,0207 ) x 35,45

= 66,04 mg/L

c. Rata – Rata Kadar Klorida


64,57 + 66,04
2
= 65,31 mg/L
IX. Pembahasan :
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Dalam suasana asam, perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Pada titik ekivalen maka ion perak nitrat berlebih
akan bereaksi dengan ion kromat yang ada memberikan perak kromat yang
berwarna cokelat merah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kualitas air bersih
harus memenuhi persyaratan kesehatan, antara lain: persyaratan fisika,
kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan
menetapkan batas maksimum kadar ion klorida dalam air bersih adalah
sebesar 600 mg/L. Hal tersebut bertujuan dalam pengawasan kualitas air
yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan.
Dari praktikum yang telah dilakukan untuk penetapan kadar klorida
pada smapel air tambak rejo didapatkan hasil rata-rata kadar klorida sebesar
65,31 mg/L. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sampel air tambak
rejo yang diuji masih memenuhi standar klorida yang masih aman atau
masih memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak untuk digunakan
masyarakat sesuai dengan peruntukannya.

X. Kesimpulan :
Dari praktikum yang telah dilakukan untuk penetapan kadar klorida
pada smapel air tambak rejo dapat disimpulkan hasil rata-rata kadar klorida
sebesar 65,31 mg/L.
XI. Lampiran :

Hasil Standarisasi AgNO3 (terbentuk


endapan merah bata)

Hasil Titrasi Penetapan Kadar Klorida


Pada Sampel Air Tambak Rejo (terbentuk
endapan merah bata)
XII. Daftar Pustaka :
Agung, T.U. 2009. Analisis kadar khlorida Pada Air dan Air Limbah
Dengan Metode Argentometri. KTI. Universitas Sumatera Utara.
Medan. Diakses pada tanggal 2 Maret 2020
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/13905/
09E02375.pdf?sequence=1)
Earnestly, Femi. 2018. Analisa Kadar Klorida, Amoniak Di Sumber Air
Tanah Universitas Muhammadiyah Sumbar Padang. Jurnal
Katalisator No 2 Vol 3. Diakses tanggal 2 Maret 2020.
Kusumaningrum,dkk. 2014. Menentukan Kadar Ion Klorida dengan
Metode Argentometri (Metode Mohr). Jakarta. UIN. Diakses
tanggal 2 Maret 2020
(https://kusumaningrumwidya.files.wordpress.com/2014/04/pen
entuan-kadar-klorida-dengan-metoe-mohr.pdf).

Anda mungkin juga menyukai