Anda di halaman 1dari 28

METABOLISME MIKRO MINERAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Biokimia


Dosen Pembimbing : Frengky Arief Budiman, S.Gz., M.Gizi

DISUSUN OLEH :
1. Ika Eliya Susiana ( 2017.05.008 )
2. Islamiah Dewi Mashinta ( 2017.05.010 )
3. Marlina Nike Dyah Elawati ( 2017.05.017 )
4. Resti Fauziah ( 2017.05.022 )

AKADEMI GIZI KARYA HUSADA KEDIRI


2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat hidayah dan izinnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
dengan judul “Metabolisme Mikro Mineral” di mana dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “Biokimia”, saat penyusunan
laporan ini kami mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat diatasi
dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu kami dalam
penyusunan laporan ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami.
Kami yakin laporan yang kami susun ini, masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan laporan kami berikutnya.

Pare, 08 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 2

C. Tujuan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mineral Mikro......................................................... 3

B. Fungsi Mineral Mikro............................................................... 3

C. Metabolisme Mineral Mikro..................................................... 8

D. Dampak Kelebihan Mineral Mikro........................................... 13

E. Dampak Kekurangan Mineral Mikro........................................ 15

F. Sumber Makanan Mineral Mikro.............................................. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 20

B. Saran.......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus
terpenuhi dalam kehidupan. Dalam makanan terdiri banyak unsur-unsur yang
sangat di butuhkan oleh tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan lain-lain. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi
manusia, namun selain karbohidrat terdapat senyawa lain yang harus
terpenuhi jumlah dalam makanan yang dikonsumsi misalnya adalah mineral.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan
oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga
dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan
biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak, sebagian besar karbon
berubah menjadi gas karbon dioksida (CO) hidrogen menjadi uap air, dan
Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal
dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan
terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk
garam anorganik (Davis dan Mertz 1987).
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi
tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada
mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat
diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja
enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh
terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat
kecil. Mineral non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh
makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat
kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup
yang bersangkutan.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Mineral Mikro ?
2. Bagaimana Fungsi Mineral Mikro ?
3. Bagaimana Penyerapan Metabolisme Mineral Mikro ?
4. Bagaimana Dampak Kelebihan dan Kekurangan Mineral Mikro ?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui informasi mengenai biokimia mineral mikro.
b. Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui pengertian mineral mikro.
2. Untuk mengetahui fungsi mineral mikro.
3. Untuk mengetahui penyerapan metabolisme mineral mikro.
4. Untuk mengetahui dampak kelebihan dan kekurangan mineral mikro.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mineral Mikro


Mineral adalah bahan anorganik atau bahan kimia yang didapat makhluk
dari alam, yang asalnya dari tanah. Mineral masuk ke dalam tubuh dalam
bentuk garam lalu digunakan dalam bentuk elektrolit. Elektrolit adalah bentuk
ion dari mineral yang bermuatan positif (+) dan negatif (-). Mineral yang
masuk kedalam tubuh lewat makanan sebagian diabsorpsi oleh dinding usus.
Makanan yang masuk kedalam tubuh terdiri dari bahan organik dan air
sebesar 96 % dan sisanya terdiri dari unsur mineral. Mineral dikenal sebagai
zat anorganik atau kadar abu, dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik
terbakar, tetapi zat anorganik tidak terbakar, karena itu bahan anorganik
disebut abu (Winarno 1992).
Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan dengan jumlah
> 100 mg per hari sedangkan mineral mikro dibutuhkan dengan jumlah <100
mg per hari. Mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit. Mineral Mikro adalah salah satu zat gizi yang juga penting bagi tubuh
selain karbohidrat, protein, lemak dan Mineral Makro. Mineral Mikro terdiri
dari : Besi (Fe), Seng (Zn), Iodium (I), Selenium (Se), Tembaga (Cu),
Mangan (Mn), Flour, Kobalt, Kromium (Cr), Timah, Nikel, Vanadium,
silicon.

B. Fungsi Mineral Mikro


1. Besi (Fe)
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat
angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi
enzim di dalam jaringan tubuh. Besi terdapat dalam bentuk fero dan feri
sehingga besi berperan dalam proses respirasi sel yitu sebagai kofaktor
bagi enzim-enzim yang terlibat di dalam reaksi oksidasi-reduksi.
Pada proses metabolisme energi, besi bekerja sama dengan rantai
protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir
mrtabolisme energi. Protein ini memimdahkan hidrogen dan elektron yag
berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air.

7
Sebagaian besar besi berada dalam hemoglobin, yaitu molekul protein
mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot.
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-papru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh.
Kemampuan belajar, Pollitt (1970) menunjukkan perbedaan antara
keberhasilan belajar anak-anak yang menderita anemia gizi besi dan anak-
anak yang sehat. Soemantri (1985) dan Almatsier (1989) menunjukkan
peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberikan
suplemen besi. Hubunga defisiensi besi dengan fungsi otak yaitu memiliki
pengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya, kepekaan reseptor saraf
dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor
tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu,
ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan
mengatur suhu menurun.
Sistem kekebalan tubuh, besi memegang peran dalam sistem
kekebalan tubuh. Respon kekebalan limfosit-T terganggu karena
berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan
disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA.berkurangnya sintesis DNA
ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang
membutuhkan besi untuk berfungsi.
Pelarut obat-obatan, obat-obatan yang tidak larut air oleh enzim
mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
2. Seng (Zn)
Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh.
Sebagai bagian enzim atau kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus
enzim, seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-
reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein,
lipid, dan asam nukleat. Misalnya, sebagai bagian dari karbonik anhidrase
dalam sel darah merah,seng berperan dalam pemeliharaan keseimbangan
asam-basa dengan cara membantu mengeluarkan karbon dioksida dari
jaringan serta mengangkut dan mengeluarkan karbon diaoksida dari paru-

8
paru pada pernapasan. Enzim yang sama berperan dalam pengeluaran
amonia dan dalam produksi hidroklorida yang diperlukan untuk
pencernaan. Enzim yang sama berperan dalam pengeluaran Amonia dan
dalam produksi hidroklorida yang diperlukan untuk pencernaan. Sebagai
bagian dari enzim peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan
pankreas,seng berperan dalam pencernaan protein. Seng juga dihubungkan
dengan hormon insulin yang dibentuk di dalam pankreas, walaupun tidak
berperan langsung terhadap kegiatan insulin. Peran penting lain adalah
sebagai bagian integrral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase
yang diperlukan dalam sintesa DNA dan RNA. Seng juga berperan dalam
pembentukan kulit,metabolisme jaringan ikat dan penyembuh luka.
Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-
laki dan pembentukan sperma. Seng berperan pula dalam detoksifikasi
alkohol dan metabolisme vitamin A. Retinal dehidrogenase di dalam retina
yang mengandung seng berperan dalam metabolisme pigemen visual yang
mengandung vitamin A. Di samping itu seng diperlukan untuk sintesis alat
angkut vitamin A protein pengikat retinol di dalam hati. Seng berperan
dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan
antibodi sel B. Seng tampaknya juga berperan dalam metabolisme tulang,
transpor oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur dan
fungsi membran serta proses penggumpalan darah.
3. Iodium (I)
Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon
tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironon (T4). Fungsi utama
hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen.
Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Kedua hormon ini
dapat mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah
serta fungsi otot dan saraf. Iodium berperan pula dalam perubahan karoten
menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan absorpsi karbohidrat
dari saluran cerna serta berperan dalam sintesis kolesterol darah.
4. Tembaga (Cu)

9
Fungsi utama tembaga di dalam tubuh adalah sebagai bagian dari
enzim. Tembaga merupakan bagian dari enzim metaloprotein yang terlibat
dalam fungsi rantai sitokrom dalam oksidasi di dalam mitokondria, sintesis
protein-protein kompleks jaringan kolagen di dalam kerangka tubuh dan
pembuluh darah serta dalam sintesis pembawa rangsangan saraf
(neurotransmitter) seperti noradrenalin dan neuropeptida, seperti ensefalin.
Sebagian besar tembaga di dalam sel darah merah terdapat sebagai
metaloenzim superoksida dismutase yang terlibat di dalam pemunahan
radikal bebas (sebagai antioksidan).
Tembaga memegang peranan dalam mencegah anemia dengan
cara, membantu absorpsi besi, merangsang sintesis hemoglobin, melepas
simpanan besi dari feritin dalam hati. Sebagai bagian dari enzim
seruloplasmin, tembaga berperan dalam oksidasi besi bentuk fero menjadi
feri. Sebagai bagian enzim tirosinase tembaga berperan dalam perubahan
asam amino tirosin menjadi melanin, yaitu pigmen rambut dan kulit.
5. Mangan (Mn)
Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu
bermacam proses metabolisme. Bentuk enzim tersebut adalah glutamin
sintetase, superoksida desmutase di dalam mitokondria dan piruvat
karboksilase yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lipida.
Enzim-enzim lain yang berkaitan dengan mangan juga berperan dalam
sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat dan tulang serta pencegahan
peroksidasi lipida oleh radikal bebas.
6. Kromium (Cr)
Kromium bekerja sama dengan insulin dalam memudahkan
masuknya glukosa ke dalam sel-sel, dengan demikian dakam pelepasan
energi. Kromium berperan dalam glucose tolerant pada manusia. Glucose
tolerant adalah waktu yang diperlukan oleh gula darah untuk kembali pada
kadar norma bila manusia yang puasa mengkonsumsi gula. Waktu tersebut
secara normal sekitar 2 ½ Jam. Bila lebih dari waktu tersebut dianggap
glucose tolerant-nya terganggu. Dengan pemberian kromium, glucose
tolerant dapat diperbaiki.

10
7. Selenium (Se)
Selenium bekerja sama dengan vitamin E dalam perannya sebagai
antioksidan. Berperan serta dalam sistem enzim yang mencegah terjadinya
radikal bebas, dengan menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel.
Dengan begitu konsumsi selenium dalam jumlah cukup menghemat
penggunaan vitamin E. Selenium dan vitamin E melindungi membran sel
dari kerusakan oksidatif, membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada
akhir rantai metabolisme, memindahkan ion melalui membran sel dan
membantu sintesis immunoglobin dan ubikinon. Karena selenium
mengurangi produksi radikal bebas di dalam tubuh, mineral mikro ini
mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit
degeneratif lainnya.
8. Molibden (Mo)
Molibden bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim, antara lain
xantin oksidase, sulfat oksidase, dan alhedid oksidase yang mengkatalisis
reaksi-reaksi okisdasi-reduksi seperti oksidasi aldehid purin dan pirimidin
serta xantin dan sulfit. Oksidasi sulfit berperan dalam pemecahan sistein
dan metionin, serta mengkatalisis pembentukan sulfat dan sulfit.
9. Fluor (F)
Flour dianggap zat gizi esensial karena perannya dalam mineralisai
tulang dan pengerasan email gigi. Fluor akan menggantikan gugus
hidroksil (OH) pada kristal hidroksiapatit yang terdiri atas kalsium dan
fosfor dan membentuk fluoroapatit. Pembentukan fluoroapatit ini yang
menjadikan gigi dan tulang tahan terhadap kerusakan.
10. Kobal (Co)
Kobal merupakan komponen vitamin B12 (Kobalamin). Vitamin ini
diperlukan untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi
semua sel. Kobal mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim.

C. Metabolisme Mineral Mikro


1. Besi (Fe)

11
Sebelum di absorpsi di dalam lambung, besi dibebaskan dari ikatan
organik seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi
menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung
dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan.

Absorpsi terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan


bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di
dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu
transferin dan feritin.
Transferin, protein yang di sintesis di dalam hati terdapat dalam
dua bentuk. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke
dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di
dalam mukosa, kemudian transferin mukosa kembali ke rongga saluran
cerna untuk mengikat besi lain. Transferin reseptor mengangkut besi
melalui darah ke semua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada
transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan tubuh. Kekurangan besi
pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin.
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi hem dalam
hemoglobin dan mioglobin makanan hewani dan besi non hem dalam
makanan nabati. Besi hem di absorpsi ke dalam mukosa sebagai kompleks
porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam sel mukosa kemudian dipecah oleh

12
enzim hemoksigenase dan besi dibebaskan. Besi hem dan besi non-hem
kemudian melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam
bentuk yang sama dengan menggunakan alat angkut yang sama.
Agar dapat di absorpsi besi nonhem di dalam usus halus harus
berada dalam bentuk terlarut. Besi nonhem di ionisasi oleh asam lambung
direduksi menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti
asam askorbat, gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Taraf
absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan ole
kebutuhan tubuh. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat apoferitin dan
membentuk feritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel. Di dalam
sel mukosa apoferitin dan feritin membentuk pool besi.
Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih
lambat daripada penerimaannya dari saluran cerna. Laju penyebaran ini
diatur oleh jumlah dan tingkat kejenuhan transferin. Tingkat kejenuhan
transferin biasanya sepertiga dari mampu ikat besi totalnya (TIBC). Bila
besi tidak dibutuhkan, reseptor transferin berada dalam keadaan jeuh dan
hanya sedikit besi diserap dari sel mukosa. Transferin yang ada di dalam
sel kemudian dikeluarkan bersama sel mukosa yang umurnya dua hingga
tiga hari. Bila besi dibutuhkan, transferin pada sel mukosa ini tidak jenuh,
dan dapat lebih banyak mengikat besi untuk di salurkan ke dalam tubuh.
Sebagian besar transferin darah membawa besi ke sumsum tulang
dan bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang besi digunakan untuk
membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah.
Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi
disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati (30%),
sumsum tulang belakang (30%) dan selebihnya di dalam limpa dan otot.
Feritin yang bersikulasi di dalam darah mencerminkan simpanan besi di
dalam tubuh. Simpanan besi terutama dalam bentuk hemosiderin yang
tidak larut air dapat menimbulkan hemosiderosis yang tidak baik untuk
tubuh. Feritin dapat dengan cepat dibentuk dan dipecah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan besi. Hemosiderin dibentuk bila besi darah terlalu
tinggi dan pemecahannya berlangsung lebih lambat.

13
2. Seng (Zn)
Seng diangkut oleh albumen dan transferin masuk ke aliran darah
dan dibawa ke hati. Kelebihan sel disimpan di dalam hati dalam bentuk
metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di
dalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang
pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian
saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari
cairan pencernaan yang berasal dari pankreas. Sirkulasi seng di dalam
tubuh dari pankreas ke saluran cerna dan kembali ke pankreas dinamakan
sirkulasi enteropankreatik. Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang
disintesis di dalam sel dinding saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, di
dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein
sebagai simpanan, sehingga absorpsi berkurang. Bentuk simpanan ini akan
dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari.
Metalotionein di dalam hati mengikat seng sehingga dibutuhkan oleh
tubuh.

14
3. Iodium (I)
Iodium dengan mudah dibsorpsi dalam bentu iodida. Ekskresi
dilakukan melalui ginjal. Di dalam darah, iodium terdapat dalam bentuk
bebas dan terikat protein. Di dalam kelenjar tiroid iodium digunakan untuk
mensintesis hormon-hormon triidotironin (T3) dan tiroksin atau
tetraiodotironin (T4) bila diperlukan. Kelenjar tiroid harus menangkap
60µg iodium sehari untuk memelihara persendian tiroksin yang cukup.
Penangkapan iodida oleh kelenjar tiroid dilakukan oleh transpor aktif yang
dinamakan pompa iodium. Mekanisme ini diatur oleh hormon yang
merangsang tiroid yaitu TSH dan TRH yang dikeluarkan oleh hipotalamus
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari untuk mengatur sekresi tiroid.
Hormon tiroksin kemudian dibawa darah ke sel-sel sasaran dan hati. Di
dalam sel-sel sasaran dan hati tiroksin dipecah dan bila diperlukan yodium
kembali digunakan.
Konsentrasi hormon tiroid di dalam diatur oleh hipotalamus
melalui pengontrolan pengeluaran hormon TSH yang dikeluarkan kelenjar
pituitari. Sekresi TSH juga dikontrol oleh hormon yang mengeluarkan
tirotrofin (TRH) yang juga dikeluarkan oleh hipotalamus.
4. Tembaga (Cu)
Absorpsi sedikit terjadi di dalam lambung dan sebagian besar
diatas usus halus secara aktif dan pasif. Absorpsi terjadi dengan alat
angkut protein pengikat tembaga metalotionein yang juga berfungsi dalam
absorpsi seng dan kadmium.
Transpor tembaga ke hati terutama menggunakan alat angkut
albumin dan transkuprein. Penyimpanan sementara tembaga adalah dalam
bentuk kompleks albumin-tembaga. Simpanan dalam hati berupa
metalotionein atau seruloplasmin. Tembaga diangkut ke seluruh tubuh oleh
seruloplasmin dan trankuprein. Tembaga juga dikeluarkan oleh hati
sebagai bagian dari empedu. Di dalam saluran cerna, tembaga dapat
diabsorpsi kembali dari tubuh bergantung pada kebutuhan tubuh. Sedikit
tembaga dikeluarkan melalui urin, keringat dan darah haid. Tembaga yang
tidak di absorpsi dikeluarkan melalui feses.

15
5. Mangan (Mn)
Absorpsi mangan sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Mangan diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma. Setelah di
absorpsi, mangan dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan
dikeluarkan dengan feses. Taraf mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi
selektif melalui empedu.
6. Krom (Cr)
Kromium dalam bentuk Cr+++ diabsorpsi sebanyak 10% hingga
25%. Bentuk lain kromium diabsorpsi sebanyak 1%. Absorpsi dibantu
oleh asam-asam amino yang mencegah krom mengedap dalam media
alkali usus halus. Jumlah yang diabsorpsi tetap hingga konsumsi sebanyak
49 ug, setelah itu ekskresi melalui urin meningkat. Ekskresi melalui urine
meningkat oeh konsumsi gula sederhana yang tinggi, aktivitas fisik berat
atau trauma fisik. Kromium diangkut oleh transferin. Bila tingkat
kejenuhan transferin tinggi, kromium diangkut oleh albumen.
7. Selenium (Se)
Berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan
selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara
aktif. Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih
efisien bila tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. Konsumsi tinggi
menyebabkan peningkatan sekresi urin.
8. Molibden (Mo)
Absorpsi molibden sangat efektif (kurang lebih 80%). Molibden
terdapat dalam jumlah sedikit sekali dalam tubuh, segera di absorpsi dari
saluran cerna dan di ekskresi melalui urin.
9. Fluor (F)
Fluor akan menggantikan gugus hidroksil (OH) pada kristal
hidroksiapatit yang terdiri atas kalsium dan fosfor dan membentuk
fluoroapatit. Pembentukan fluoroapatit ini yang menjadikan gigi dan
tulang tahan terhadap kerusakan.
10. Kobal (Co)

16
Absorpsi kobal terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti
mekanisme absorpsi besi. Absorpsi meningkat bila konsumsi besi rendah.
Sebanyak 85% ekskresi kobal dilakukan melalui urin, selebihnya melalui
feses dan keringat.

D. Dampak Kelebihan Mineral Mikro


1. Besi (Fe)
Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat
disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa mual, muntah,
diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan.
2. Seng (Zn)
Kelebihan seng 2-3 kali AKG dapat menurunkan absorpsi tembaga
yang menyebabkan degenarasi otot jantung. Kelebihan sampai 10 kali
AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein,
dan mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau
lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia dan
gangguan reproduksi.
3. Iodium (I)
Suplemen iodium dalam dosis yang tinggi menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup
jalan pernapasan sehingga menimbulkan efek sesak.
4. Tembaga (Cu)
Dapat menyebabkan penumpukan tembaga di dalam hati yang
menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati. Konsumsi sebanyak 10-15
mg tembaga sehari dapat menyebabkan muntah dan diare. Berbagai tahap
pendarahan intravaskular dapat terjadi, begitupun nekrosis sel-sel hati dan
gagal ginjal.
5. Mangan (Mn)
Terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala
keracunan mangan meliputi halusinasi, mudah lupa, dan kerusakan saraf.
Mangan juga dapat menyebabkan parkinson, emboli paru, dan

17
bronkitis. Pria yang terpapar mangan dalam jangka waktu lama berpotensi
menjadi impoten.
6. Krom (Cr)
Kelebihan krom dalam makanan belum pernah ditemukan. Pekerja
yang terkena limbah industri dan cat yang mengandung krom tinggi
dikaitkan dengan kejadian penyakit hati dan kanker paru-paru. Jadi krom
dalam makanan tidak ada kaitannya dengan kanker paru-paru.
7. Selenium (Se)
Dosis tinggi selenium (> 1 mg sehari) menyebabkan muntah-
muntah, diare, rambut dan kuku rontok, serta luka pada kulit dan sistem
saraf.
8. Molibden (Mo)
Orang yang mengkonsumsi molibden dalam jumlah besar dapat
mengalami gejala yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan
kadar asam urat dalam darah dan nyeri sendi.
9. Fluor (F)
Kelebihan fluor dapat menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah
fluorosis (perubahan warna gigi menjadi kekuningan), mulas, diare, sakit
di daerah dada, gatal dan muntah.
10. Kobal (Co)
Dampak kelebihan kobalt antara lain mual dan muntah, masalah
penglihatan, masalah jantung dan kerusakan tiroid.

18
E. Dampak Kekurangan Mineral Mikro
1. Besi (Fe)
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan metabolisme
energi sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja, dapat
menyebabkan anemia gizi besi dimana kadar hemoglobin turun dibawah
nilai normal. Anemia gizi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil
(mikrositosis) dan nilai hemoglobin yang rendah (hipokromia). Oleh sebab
itu, anemia gizi besi dinamakan anemia hipokromik mikrositik.
Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah,
letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh,
menurunnya kemampuan bekerja, menurunnya kekebalan tubuh dan
gangguan penyembuhan luka. Dismaping itu kemampuan mengatur suhu
tubuh menurun. Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan apatis,
mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan
belajar.
2. Seng (Zn)
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu karena gangguan
fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan
permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan
fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf
dan fungsi otak. Karena kekurangan seng mengganggu metabolisme
vitamin A, maka sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan
vitamin A. Kekurangan seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan
laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa
serta memperlambat penyembuhan luka.
3. Iodium (I)
Pada kekurangan iodium, konsentrasi hormon tiroid menurun dan
hormon perangsang tiroid/TSH meningkat agar kelenjar tiroid mampu
menyerap lebih banyak iodium. Bila kekurang berlajut sel kelenjar tiroid
membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan iodium. Bila
pembesaran ini nampak dinamakan gondok sederhana. Bila terdapat secara

19
meluas dinamakan gondok endemik. Gondok dapat menampakkan diri
dalam bentuk gejala yang luas seperti kretinisme (cebol), dan pembesaran
kelenjar tiroid pada sisi lain.
Gejala kekurangan iodium secara umum seperti malas dan lamban,
kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan janin dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam
keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang
dikenal sebagai kretinisme.
4. Tembaga (Cu)
Nutrisi parenteral yang kurang dalam tembaga juga dapat
menyebabkan kekurangan tembaga. Kekurangan tembaga juga dapat
terjadi pada bayi lahir prematur atau bayi yang mendapat susu sapi yang
komposisi gizinya tidak di sesuaikan. Kekurangan tembaga dapat
mengganggu pertumbuhan dan metabolisme, disamping itu terjadi
demineralisasi tulang.
5. Mangan (Mn)
Jarang terdapat pada manusia. Pada hewan dapat mengakibatkan
hambatan pertumbuhan gangguan sistem saraf dan kelainan reproduksi.
6. Krom (Cr)
Krom bekerja sama dengan pelepasan dalam memudahkan
masuknya glukosa ke dalam sel-sel, dengan demikian dalam pelepasan
energi, percobaan pada hewan menunjukan bahwa kekurangan krom dapat
menyebabkan gangguan toleransi terhadap glukosa, walaupun konsentrasi
insulin normal.
7. Selenium (Se)
Manusia yang mengonsumsi makanan yang tidak menagandung
selenium menunjukkan aktivitas glutation peroksidase rendah dan kadar
selenium dalam plasma dan sel darah merah yang rendah. Beberapa pasien
menjadi lemah, sakit pada otot-otot dan terjadi kardiomiopati. Pasien
kanker mempunyai taraf selenium plasma yang renda. Kekurangan
selenium dan vitamin E juga dihubungkan dengan penyakit jantung.
8. Molibden (Mo)

20
Kekurangan molibden terjadi pada keadaan tertentu misalnya jika
seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron mendapatkan makanan
parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan molibdenum.
Gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, sesak nafas, mual, muntah,
disorientasi, koma, mudah tersinggung, pikiran kacau dan mudah pingsan.
9. Fluor (F)
Kekurangan flor menyebabkan kerusakan gigi dan keropus tulang
pada orang tua. Kelebihan flour dapat menyebabkan keracunan. Hal ini
baru terjadi pada dosis sangat tinggi atau setelah bertahun-tahun
menggunakan suplemen flour sebanyak 20-80 mg sehari. Gejalanya adalah
perubahan warna gigimenjadi kekuningan, mules, diare, sakit di daerah
dada, gatal, dan muntah.
10. Kobal (Co)
Kekurangan kobalt dapat mengurangi pembentukan hemoglobin
dan fiksasi nitrogen.
F. Sumber Makanan Mineral Mikro
1. Besi (Fe)
Sumber baik besi adalah makanan hewani,seperti daging, ayam,
dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur,serealia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi,
perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga
ketersediaan biologik (biovailability). Pada umumnya besi di dalam
daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan bilogik tinggi, besi di
dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat
tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya
diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran
sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi
lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan di Indonsia sebaiknya
terdiri atas nasi, daging/ayam.ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan
buah-buahan yang kayak akan vitamin C.
2. Seng (Zn)

21
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama
daging, hati, dan telur. Serealia tumbuk dan kacang-kacangan juga
merupakan sumber yang baik , namun mempunyai ketersediaan biologik
yang rendah
3. Iodium (I)
Laut merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu, makanan
laut berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan
sumber iodium yang baik. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung
banyak iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai
mengandung cukup banyak iodium. Semakin jauh tanh itu dari pantai
semakin sedikit pula kandungan iodiumnya, sehingga tanaman yang
tumbuh di daerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit
sekali atau tidak mengandung iodium. Salah satu cara penanggulangannn
kekurang iodium ialah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium,
Fortifikasi garam dengan iodium sudah diwajibkan di Indonesia.
4. Tembaga (Cu)
Tembaga terdapat luas di dalam makanan. Sumber utama tembaga
adalah tiram, karang, hati, ginjal, kacang-kacangan, biji-bijian, serealia,
dan coklat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada
jenis pipa yang digunakam dan sumber air.
5. Mangan (Mn)
Mangan banyak terdapat dalam makanan nabati.
6. Krom (Cr)
Sumber krom terbaik adalah nabati. Kandungan krom dalam
tanaman bergantung pada jenis tanaman, kandungan krom tanah dan
musim. Sayuran mengandung 30 - 50 ppm, biji-bijian dan serealia utuh 30
- 70 ppm dan buah 20 ppm. Hasil laut dan daging juga merupakan sumber
kromium yang baik
7. Selenium (Se)
Sumber utama selanium adalah makanan laut, hati, ginjal. Daging
dan unggas juga merupakan sumber selanium yang baik. Kandungan
selanium dalam serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan bergantung pada

22
kondisi tanah tempat tumbuhnyha bahan makanan tersebut. Kandungan
selanium pada sayur dan buah tergolong rendah. Daftar komposisi bahan
makanan belum memuat kandungan selanium bahan makanan.
8. Milbden (Mo)
Nilai molibden dalam makanan bergantung pada lingkungan di
aman makanan tersebut di tanam. Sumber utama adalah susu,hati,serealia
utuh dan kacang-kacangan. Konsumsi yang dianggap aman adalah
sebanyak 75-250 µg sehari untuk orang dewasa dan 15-20 µg sehari untuk
anak-anak. Konsumsi berlebihan dihubungkan dengan sindroma mirip
penyakit gout, disertai peningkatan nilai molibden , asam urat dan
oksidase xantin di dalam darah. Konsumsi 0,54 mg sehari dapat
menyebabkan kehilangan tembaga melalui urin.
9. Flour (F)
Makanan sehari-hari mengandung flour, namun sumber utama
adalah air minum. Beberapa negara misalnya Amerika dan Kanada
menganjurkan agar air minum mulai diflouridasi untuk profilaktis penyakit
gigi. Flouridasi air minum yang baik adalah sampai kadar 1,0 - 1,2 ppm
untuk daerah subtropis dan untuk daerah panas adalah 0,5 – 0,7 ppm.
Konsumsi flor dianggap cukup dan aman adalah 1,5-4,0 mg/sehari.
Hendaknya air minum mengalami fluorodisasi sehingga mengandung 1
bagian flour/1 juta bagian air (1 ppm), yang berarti 1 mg/L air. Air yang
diperoleh melalui Perusahan Air Minum (PAM) sudah difluorodasi.
10. Kobal (Co)
Mikroorganisme dapat membentuk vitaminn B12. Hewan
memamah biak memperoleh balamin melalui hubungan simbiosis dengan
mikroorganisme dalam saluran cerna. Manusia tidak dapat melakukan
simbiosis ini, sehingga harus memperoleh kobalamin dari makanan
hewani seperti hati, ginjal dan daging. Makanan nabati mengandung
sedikit kobal, bergantung pada kandungan tempat tumbuhnya. Pengikut
vegetarian (hanya makan makanana nabati) perlu berhati-hati terhadap
kemungkinan kekurangan vitamin B12.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Pengertian Mineral : Mineral adalah bahan anorganik atau bahan kimia
yang didapat makhluk dari alam, yang asalnya dari tanah. Mikromineral
adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
b) Fungsi Mineral Mikro :
- Besi : Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh
yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
- Seng : Sebagai bagian enzim atau kofaktor pada kegiatan lebih
dari dua ratus enzim, seng berperan dalam berbagai aspek
metabolisme.
- Iodium : Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam
hormon tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironon (T4). Fungsi
utama hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan
perkembangan.
- Tembaga : Tembaga merupakan bagian dari enzim metaloprotein
yang terlibat dalam fungsi rantai sitokrom dalam oksidasi di dalam
mitokondria, sintesis protein-protein kompleks jaringan kolagen di
dalam kerangka tubuh dan pembuluh darah serta dalam sintesis
pembawa rangsangan saraf.
- Mangan : Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang
membantu bermacam proses metabolisme.
- Kromium : Kromium bekerja sama dengan insulin dalam
memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel, dengan demikian
dakam pelepasan energi.
- Selenium : Selenium bekerja sama dengan vitamin E dalam perannya
sebagai antioksidan. Berperan serta dalam sistem enzim yang

24
mencegah terjadinya radikal bebas, dengan menurunkan konsentrasi
peroksida dalam sel.
- Molibden : Molibden bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim, antara
lain xantin oksidase, sulfat oksidase, dan alhedid oksidase yang
mengkatalisis reaksi-reaksi okisdasi-reduksi seperti oksidasi aldehid
purin dan pirimidin serta xantin dan sulfit.
- Fluor : Flour dianggap zat gizi esensial karena perannya dalam
mineralisai tulang dan pengerasan email gigi.
- Kobalt : Kobal merupakan komponen vitamin B12 (Kobalamin).
Vitamin ini diperlukan untuk mematangkan sel darah merah dan
menormalkan fungsi semua sel.
c) Metabolisme Mineral Mikro
Metabolisme mineral mikro berbeda-beda setiap jenisnya.
d) Dampak Kelebihan Mineral Mikro
- Besi : Gejalanya adalah rasa mual, muntah, diare, denyut jantung
meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan.
- Seng : Kelebihan seng 2-3 kali AKG dapat menurunkan absorpsi
tembaga yang menyebabkan degenarasi otot jantung. Kelebihan
sampai 10 kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein, dan mempercepat timbulnya aterosklerosis
- Iodium : Suplemen iodium dalam dosis yang tinggi menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid.
- Tembaga : Dapat menyebabkan penumpukan tembaga di dalam hati
yang menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati.
- Mangan : Gejala keracunan mangan meliputi halusinasi, mudah
lupa, dan kerusakan saraf.
- Krom : Kelebihan krom dalam makanan belum pernah ditemukan.
- Selenium : Dosis tinggi selenium (> 1 mg sehari) menyebabkan
muntah-muntah, diare, rambut dan kuku rontok, serta luka pada kulit
dan sistem saraf.
- Molibden : Dapat mengalami gejala yang menyerupai penyakit gout,
- Fluor : Kelebihan fluor dapat menyebabkan keracunan.

25
- Kobalt : Dampak kelebihan kobalt antara lain mual dan muntah,
masalah penglihatan, masalah jantung dan kerusakan tiroid.
e) Dampak Kekurangan Mineral Mikro
- Besi : Kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan
metabolisme energi sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan
bekerja, dapat menyebabkan anemia gizi besi dimana kadar
hemoglobin turun dibawah nilai normal. Kekurangan besi pada
umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu
makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan
bekerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan
luka
- Seng : Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan
pertumbuhan dan kematangan seksual.
- Iodium : Pada kekurangan iodium, konsentrasi hormon tiroid
menurun dan hormon perangsang tiroid/TSH meningkat agar kelenjar
tiroid mampu menyerap lebih banyak iodium. Bila kekurang berlajut
sel kelenjar tiroid membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan
iodium. Bila pembesaran ini nampak dinamakan gondok sederhana.
- Tembaga : Kekurangan tembaga dapat mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme, disamping itu terjadi demineralisasi tulang.
- Mangan : Jarang terdapat pada manusia.
- Krom : Kekurangan krom dapat menyebabkan gangguan toleransi
terhadap glukosa, walaupun konsentrasi insulin normal.
- Selenium : Manusia yang mengonsumsi makanan yang tidak
menagandung selenium menunjukkan aktivitas glutation peroksidase
rendah dan kadar selenium dalam plasma dan sel darah merah yang
rendah.
- Molibden : Kekurangan molibden terjadi pada keadaan tertentu
misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron
mendapatkan makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa
tambahan molibdenum.

26
- Fluor : Kekurangan flor menyebabkan kerusakan gigi dan
keropus tulang pada orang tua.
- Kobalt : Kekurangan kobalt dapat mengurangi pembentukan
hemoglobin dan fiksasi nitrogen.
f) Sumber Makanan Mineral Mikro
- Besi : Sumber baik besi adalah makanan hewani,seperti daging,
ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur,serealia tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah

- Seng : Sumber paling baik adalah sumber protein hewani,


terutama daging, hati, dan telur.

- Iodium : Makanan laut berupa ikan, udang, dan kerang serta


ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik.

- Tembaga : Sumber utama tembaga adalah tiram, karang, hati, ginjal,


kacang-kacangan, biji-bijian, serealia, dan coklat.

- Mangan : Mangan banyak terdapat dalam makanan nabati.


- Krom : Sumber krom terbaik adalah nabati.

- Selenium : Sumber utama selanium adalah makanan laut, hati, ginjal.


Daging dan unggas juga merupakan sumber selanium yang baik.

- Molibden : Sumber utama adalah susu,hati,serealia utuh dan kacang-


kacangan.

- Fluor : Makanan sehari-hari mengandung flour, namun sumber


utama adalah air minum.

- Kobalt : Sumber kobalamin dari makanan hewani seperti hati,


ginjal dan daging.

B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermafaat dan dapat membantu, yaitu :
a) Gambar metabolisme setiap mineral mikro dapat dilengkapi.
b) Kekurangan dan kelebihan dapat dibahas lebih spesifik terutama yang
berhubungan dengan kesehatan manusia.
c) Sumber makanan dapat lebih spesifik macam dan jenisnya serta dapat
memberikan contoh sumber makanan dalam bentuk olahan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar ILMU GIZI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama Kompas Gramedia Building, Blok I, Lt. 4-5
Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301− 364. In W. Mertz (Ed.) Trace
Elements in Human and Animal Nutrition. Academic Press, Inc. San
Diego, CA.
Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. Water and the major mineral. In : Understanding
normal and clinical nutrition. 7th Edition. USA :Thomson
Wadsworth;2006. Hal. 411-22
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.253 Hlm
Yuniastuti, A. 2014. NUTRISI MIKROMINERAL DAN KESEHATAN. Semarang:
UNNES PRESS.

28

Anda mungkin juga menyukai