Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

MIKROBIOLOGI PANGAN

DISUSUN OLEH:

1. (20020200078) Febriana Nur Koirotun


2. (20020200079) Tiara Dwi Saputri
3. (20020200080) Rania Zahra Artameiviva
4. (20020200085) Miftakhul Kkamim
5. (20020200086) Lailatul Zurroh
6. (20020200089) Bintang Chintya Maharani
7. (20020200105) Noer Aulia Rossyta

Mata Kuliah: Praktikum Mikrobiologi-Parasitologi

Dosen Pengampu: apt. Arista Wahyu Ningsih, M. Si

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SIDOARJO

2022
1
Daftar isi
Daftar isi.................................................................................................................................i

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM........................................................................................1

BAB II.................................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................2

2.1 TEORI UMUM.......................................................................................................2

2.1.1 Uji Angka Lempeng Total...............................................................................5

2.1.2 Angka kapang/ Khamir.................................................................................................6

2.2 URAIAN BAKTERI.............................................................................................10

2.2.1 Klasifikasi Bakteri.........................................................................................10

2.2.2 Morfologi Bakteri..........................................................................................10

2.3 URAIAN KAPANG KHAMIR DAN BAKTERI................................................11

2.4 URAIAN SAMPEL..............................................................................................14

BAB III................................................................................................................................17

METODE PRAKTIKUM....................................................................................................17

3.1 ALAT DAN BAHAN...........................................................................................17

3.1.1 Alat-Alat Yang Digunakan..........................................................................17

3.1.2 Bahan Yang Digunakan :...............................................................................17

3.2 PROSEDUR KERJA............................................................................................17

BAB IV................................................................................................................................19

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN..............................................................19

4.1 HASIL PENGAMATAN......................................................................................19

4.2 PEMBAHASAN...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang
mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan
simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau
indicator keamanan makanan.
Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap pangan, meliputi
uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya sutu makanan, uji kualitatif
mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri
patogen untuk menentukan tingkat keamananya dan uji bakteri indikator untuk
menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap
setiap bahan pangan tidak sama tergantung dari berbagai faktor seperti jenis dan
komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan, cara penanganan dan
konsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya.
Uji bakteri patogen terdiri dari beberapa pengelompokkan lagi, dan dapat
dibedakan atas beberapa tahap yaitu uji penduga, uji penguat dan uji identifikasi
lengkap. Tetapi tidak semua tahap perlu dilakukan terhadap suatu bahan pangan,
tergantung dari tujuan analisis serta waktu dan biaya yang tersedia.
Dalam praktikum kali ini, cara dan prinsip yang digunakan adalah ALT
( angka lempeng total ) dan AKK ( angka kapang khamir ). Dimana bahan pangan
atau sampel yang digunakan adalah jamu dan hanya menghitungan pertumbuhan
koloni yang dapat dihitung secara manual tanpa menggunakan mikroskop. Oleh
karena itu, praktikum ini sangat penting dilakukan, agar dapat menentukan mutu dan
daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamananya dan uji bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi pada jamu
tersebut.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui kadar dan prinsip uji angka lempeng total (ALT) dengan
menggunakan sampel jamu temulawak.

2
2. Untuk mengetahui kadar dan prinsip uji angka kapang khamir (AKK) dengan
menggunakan sampel jamu temulawak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI UMUM

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitungan
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan
cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal
yaitu:
1. Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikrobe, karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikrobe yang mempunyai
penampakan pertumbuhan spesifik (Lud Waluyo, 2010).

Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitungan cawan juga


mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan tidak menunjuukkan jumlah sel yang sebenarnya


karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai
yang berbeda pula.
3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas, tidak menyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung (Lud Waluyo, 2010).
Dalam metode cawan, bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih
dari 300 sel jasad renik per mL atau per gram atau per cm (jika pengambilan contoh
dilakukan pada permukaan), memerlukan perlakuan pengenceran sebelum
ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri.

3
Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah
yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah 30-300 koloni. Pengenceran
biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya, atau
1:100, 1:10000, atau 1:1.000.000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk
pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, 0,85 % NaCl, atau larutan Ringer.
Cara pemupukan dalam metode hitungan cawan dapat dibedakan atas 2 cara,
yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate).
Dalam metode tuang, sejumlah contoh (1 mL atau 0,1 mL) dari pengenceran yang
dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan agar cair
steril yang telah didinginkan (47-50°C) sebanyak 15-20 mL dan digoyangkan supaya
contoh menyebar rata. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu
dibuat agar pada cawan kemudian sebanyak 0,1 mL contoh yang telah diencerkan
dipipet pada permukaan agar tersebut, dan diratakan dengan batang gelas
melengkung yang steril. Jumlah koloni dalam contoh dapat dihitung sebagai berikut :

Koloni per mL atau per = jumlah koloni per


gram cawan ×

Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan


digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Counts (SPC) sebagai berikut:
1. Cawan yang dipilih ndan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30-300
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan
koloni yang besar dimana jumlah koloni diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni
Dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai berikut
:
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama
( satuan ) dan angka kedua ( desimal ). Jika angka yang ketiga sama
dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi
dari angka kedua. Sebagai contoh, 1,7 x 103 atau 2,0 x 106 kolono/gram.
2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada
cawan petri, bearti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh
karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung.
4
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang ari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan didalam
tanda kurung.
3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada
cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh
karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan factor
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan didalam
tanda kurung.
4. Jika pada cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan
jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan
terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan
dua, dilaporkan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan
memperhitungkan factor pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil
tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil
yang terkecil.
5. Jika digunakan dua cawan petri ( duplo ) per pengenceran, data yang
diambil haru dari kedua cawan ersebut, tidak boleh diambil salah satu.
Oleh karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan
kedua cawan duplo dengan koloni diantara 30 dan 300 (Fardiaz, 1992).

Prinsip hitungan cawan dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba


di dalam contoh, yaitu dengan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai
medium pemupukan. Dimana, PCA adalah suatu medium yang mengandung 0,5%
Trypthone, 0,25% ekstrak kamir dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba
termasuk bakteri, kapang dan kamir dapat tumbuh dengan baik pada medium.

Selanjutnya, jumlah kapang dan kamir di dalam contoh makanan dihitung


dengan metode hitungan cawan dengan menggunakan medium PDA (Potato
Dextrose Agar). Jika didalam contoh diduga mengandung juga bakteri dalam jumlah
tinggi, maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan menambahkan asam
tartarat 10% steril ke dalam PDA setelah sterilisasi. Jumlah yang ditambahkan
biasanya 1 mL asam tartarat 10% ke dalam setiap 100 mL PDA steril.

PDA adalah suatu medium yang mengandung sumber karbohidrat dalam


jumlah cukup, yaitu terdiri dari 20% ekstrak kental dan 2% glukosa, sehingga baik
untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan
5
bakteri. Akan tetapi, karena beberapa bakeri juga menfermentasi karbohidrat dan
menggunakannya sebagai sumber energy, maka beberapa bakteri masih mungkkin
tumbuh pada PDA ( Fardiaz, 1993).

2.1.1 Uji Angka Lempeng Total

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah


mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan
Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT)
dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil
menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni(cfu) per
ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan
cara tuang, cara tetes dan cara sebar (BPOM, 2008).
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode
Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng
Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer
sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media
padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri Phenyl tetrazalim
Chlotide 0,5 % (TTC).
Prosedur pengujian Angka Lempeng Total menurut
Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu
dengan cara aseptik ditimbang 25 gram atau dipipet 25 ml sampel
ke dalam kantong stomacher steril. Setelah itu ditambahkan 225
ml PDF, dan dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik
sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Disiapkan
5 tabung atau lebih yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml
PDF. Hasil dari homogenisasi pada penyiapan sampel yang
merupakan pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1

6
ml kedalam tabung PDF pertama, dikocok homogeny hingga
diperoleh pengenceran 10-2. Dibuat pengenceran selanjutnya
hingga 10-6 atau sesuai dengan pengenceran yang diperlukan. Dari
setiap pengenceran dipipet 1ml kedalam cawan petri dan dibuat
duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA
yang sudah ditambahkan 1%TTC suhu 45°C. Cawan petri segera
digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspense tersebar
merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji
kontrol (blangko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media
agar, pada cawan yang lain diisi media. Setelah media memadat,
cawan diinkubasi suhu 35- 37°C selama 24-46 jam dengan posisi
dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung.

2.1.2 Angka kapang/ Khamir

Perhitungan AKK bertujuan untuk menghitung koloni


kapang/ khamir yang terdapat dalam suatu sampel. Angka
kapang/ khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang
ditumbuhkan dalam media yang sesuai selama 5 hari pada suhu
20-25oC dan dinyatakan dalam satuan koloni/mL (Soekarto,
2008)

Kapang (mold) adalah mikroba bersel tunggal berupa


benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut
miselium, berkembang biak dengan spora atau membelah diri
(SNI, 2009). Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung
dari jenis kapang (Ali, 2005). Tubuh kapang dibedakan menjadi
dua bagian yaitu miselium dan spora. Meselium merupakan
kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa
yang berfungsi mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif.
Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi
disebut hifa reproduktif atau hifa udara yang pemanjangannya
mencapi bagian atas permukaan media tempat fungi ditumbuhkan
(Pratiwi, 2008).

6
Khamir adalah fungi uniseluler, tidak berfilamen,
berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih
besar jika dibandingkan dengan sel bakteri. Khamir bereproduksi
dengan pertunasan. Ukuran khamir yaitu lebar 1-5 mm dan
panjang 5-30 mm. Beberapa khamir menghasilkan tunas yang
tidak dapat melepaskan diri sehingga membentuk sel-sel rantai
pendek yang disebut pseudohifa. Khamir mampu hidup dalam
keadaan aerob maupun anaerob (Pratiwi, 2008)

Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen


pada manusia. Salah satu jenis khamir yang bersifat patogen dan
paling sering menyebabkan infeksi yaitu Candida albicans.
Candida albicans dapat hidup di tanah, makanan, tanaman, dan
makanan ternak. Candida dapat hidup di dalam tubuh dengan
jumlah yang seimbang dengan bakteri baik dalam tubuh. Apabila
jumlah Candida dalam tubuh berlebih, Candida akan
mengkolonisasi saluran pencernaan dan membentuk struktur
seperti rizoid. Rizoid yang terbentuk dapat menembus mukosa
maupun dinding usus dan dapat membentuk lubang sehingga
kolonisasi rizoid masuk ke sistemik Candida yang berada dalam
sirkulasi sistemik akan menyebar ke berbagai organ tubuh seperti
mulut, sinus, tenggorokan, dan saluran reproduksi sehingga
menyebabkan infeksi penyakit (Disable world, 2007).
Komponen beracun yang diproduksi oleh kapang maupun
jamur disebut Mikotoksin. Toksin ini dapat menyebabkan
penyakit yang kadang-kadang fatal, dan beberapa diantaranya
bersifat karsinogenik. Beberapa jamur juga memproduksi
komponen yang bersifat halusinogenik, seperti asam lisergat.
Seperti halnya dengan bakteri, jamur mikroskopik dapat juga
menyebabkan penyakit yang dapat dibedakan menjadi:
1. Infeksi kapang atau jamur mikroskopik yang disebut mikosis

2. Mikotoksikosis atau intoksikasi yang disebabkan


oleh tertelannya suatu metabolisme beracun dari kapang atau
jamur.

7
Dari kedua golongan ini hanya mikotoksikosis yang
mungkin disebarkan melalui makanan, sedangkan mikosis yang
merupakan infeksi biasanya menyerang kulit melalui sentuhan,
pakaian dan lain-lain.Salah satu contoh mikotoksin yang
diproduksi oleh kapang yang sering mencemari makanan adalah
Aflatoksin, toksin ini dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus
dan mencemari bahan makanan seperti kacang-kacangan, jagung,
serelia. Penyakit dapat timbul apabila mikotoksin dikonsumsi
dalam jumlah kecil secara berulang-ulang dalam jangka waktu
yang lama (Yenny, 2006).
Jenis kapang tertentu yang dapat menghasilkan toksin
adalah mikotoksin. Mikotoksin merupakan metabolit sekunder
dari kapang yang dapat menyebabkan efek toksik pada manusia
dan hewan yang disebut mikotoksikosis. Salah satu contoh
mikotoksikosis adalah aflatoksin yang dihasilkan aspergillus
flavus. Secara umum, aspergillus bersifat saprofit pada tanah dan
dapat mencemari bahan makanan seperti rempah-rempah, beras,
kacang-kacangan dan ubi kayu. Aflatoksin adalah salah satu dari
substansi yang paling toksik yang dapat dijumpai secara alamiah.
Keracunan aflatoksin dapat terjadi karea mengkonsumsi bahan
makanan yang tercemar zat toksik tersebut. Aflatoksik bersifat
karsinogenik dan hepatotoksik tergantung pada lama dari tingkat
paparan terhadap aflatoksin (Yenny, 2006).
Kapang dapat tumbuh selama proses penyimpanan bahan
baku jamu, makanan, minuman, dan kondisi lembab. Khamir
dapat menyebabkan pembusukan dan dekomposisi bahan pangan
karena sifatnya yang fermentatif sehingga dapat membusukkan
unsur organik menjadi CO2 (SNI, 2009).

8
Angka Kapang/Khamir dapat diketahui dengan
menggunakan metode MA PPOM nomor 96/mik/00. Cawan petri
dari satu pengenceran yang menunjukkan koloni antara 10-150
koloni. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan tersebut lalu
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila ada cawan petri
dari 2 tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah
antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni yang dikalikan faktor
pengenceran, kemudian diambil angka rata- rata (PPOMN, 2006

9
2.2 URAIAN BAKTERI

Bakteri adalah suatu organisme prokariot yang pada umumnya mempunyai ukuu
generasi yaituran sel 0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm dan terdiri waktu yang dibutukan
oleh seldari tiga bentuk dasar yaitu: bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau
basilus dan bentuk spiral. Bakteri tumbuh dengan cara pembelajan biner, yang berarti
satu sel membelah menjadi dua sel.

2.2.1 Klasifikasi Bakteri


Salah satu contoh bakteri adalah E. Coli.

Kingdom : Protista
Filum : Protophyta
Kelas : Schyzomycutes
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia Coli

2.2.2 Morfologi Bakteri


E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0
– 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga
membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora.. E. Coli batang
gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek,
biasanya tidak berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E. Coli
merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. Morfologi Kapsula
atau mikrokapsula terbuat dari asam – asam polisakarida. Mukoid kadang – kadang
memproduksi pembuangan ekstraselular yang tidak lain adalah sebuah polisakarida
dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada asam polisakarida yang
dibentuk oleh banyak E. Coli seperti pada Enterobacteriaceae. Selanjutna digambarkan
sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik.

Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous. E. Coli memproduksi


macam – macam fimbria atau pili yang berbeda, banyak macamnya pada struktur dan
speksitifitas antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages di
sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan
10
mempunyai pengaruh panas atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu
merupakan faktor virulensi yang penting.

E.coli berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigemn
pada nutrient dan media darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 600C selama 15
menit atau pada 550C selama 60 menit.

2.3 URAIAN KAPANG KHAMIR DAN BAKTERI

Kapang adalah mikroba yang memiliki lebih dari satu sel berupa benang
benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, dan berkembang biak
dengan spora. Khamir adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat lonjong dan
memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (askospora), tetapi tidak membentuk
miselum.
Kapang adalah multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme
saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang
lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang
yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Kapang Monascus purpureus sudah digunakan sebagai bumbu masakan oriental
sejak berabad silam. Kapang ini menjadi sumber berbagai senyawa penting, seperti
pigmen biotek, toksin dan penghambat enzim. Kapang Monascus purpureus ini dapat
berfungsi sebagai pewarna alami dan penghambat aktivitas biologi. Terdapat 14
senyawa monacolin yang terdapat dalam kapang merah ini, antara lain Monacolin
K,J,L,M,X dan bentuk asam hidroksinya.

11
Angkak atau beras merah merupakan produk olahan dari beras yang
difermentasikan oleh kapang Monascus purpureus. Manfaat dari angkak adalah sebagai
pengawet atau pewarna makanan yang alami serta sebagai bahan alami yang terbukti
efektif untuk mereduksi kadar kolesterol dalam darah. Berkat berbagai senyawa itu
angkak dapat dipakai untuk obat memperbaiki peredaran darah sampai meredakan sakit
lambung, mengobati memar, gangguan pencernaan dan mulas pada bayi.
Morfologi Kapang yang bentuknya hifa biasa dikenal sebagai jamur/mould.
Morfologinya sangat khas yaitu sel yang memanjang dan bercabang, koloninya kering
sehingga bentuknya seperti kapas. Morfologi khamir yang bentuknya berupa ragi biasa
dikenal sebagai yeast. Morfologi khas dari jamur ini adalah bentuknya yang bulat,
licin, dan menyerupai bakteri.

Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan
organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis ,terbentuk dari
peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh golongan
bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel, member perlindungan
dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel Teknik
pewarnaan Gram adalah untuk menunjukan perbedaan yang mendasar dalam
organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell anvelope. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-lapis polymer peptidoglycan
(disebut juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya komplek crystal
violet-iodine ketika dicuci dengan alkohol atau aseton.

12
Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel berupa lapisan tipis
peptidoglycan, yang diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang terdiri
dari lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara peptidoglycan dan lapisan LPS
disebut periplasmic space (hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona berisi
cairan atau gel yang mengandung berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins.
Kompleks Crystal violet-iodine mudah lolos melalui LPS dan lapisan tipis
peptidoglycan ketika sel diperlakukan dengan pelarut.
Ketika sel diberi perlakuan pewarna tandingan Safranin O, pewarna
tersebut dapat diserap oleh dinding sel bakteri Gram negatif. Bakteri umumnya
melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak
kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan
biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses pembelahan, material
genetik juga menduplikasi diri dan membelah menjadi dua, dan mendistribusikan
dirinya sendiri pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang sangat
singkat.
Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20 menit.Bakteri
adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan
makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun
pasir, salju atau es, hingga lautan (Maryati, 2007). Bakteri yang keberadaanya
banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab penyakit
pada manusia (Radji, 2011). Bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia
adalah bakteri patogen (Darmadi, 2008). Bakteri patogen yang menyebabkan
penyakit ineksi pada manusia contohnya adalah E Coli.

13
2.4 URAIAN SAMPEL

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 007


tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 1 ayat 1 menyatakan
bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Jamu merupakan obat tradisional yang dapat disajikan dalam bentuk
serbuk, seduhan, pil atau cairan. Jamu dalam bentuk cairan terbagi menjadi 2
macam yaitu cairan obat luar dan cairan obat dalam. Cairan obat luar
merupakan sediaan Obat Tradisional berupa minyak, larutan, suspensi atau
emulsi, terbuat dari Simplisia dan/atau Ekstrak dan digunakan sebagai obat
luar. Sedangkan cairan obat dalam merupakan sediaan obat tradisional berupa
minyak, larutan, suspensi atau emulsi, terbuat dari serbuk simplisia dan/atau
ekstrak dan digunakan sebagai obat dalam (BPOM, 2014).
Jamu merupakan salah satu produk obat tradisional yang terdaftar di
Badan POM RI namun tidak diharuskan memiliki ijin edar. Khasiat dan
keamanan jamu terbukti berdasarkan penggunaan empiris secara turun-
temurun. Penjaminan mutu dan keamanan dapat dilakukan dalam proses
pembuatan obat tradisional, dimulai dari pemilihan dan penggunaan bahan
baku, proses produksi hingga produk didistribusikan kepada masyarakat
(Warsito,2011)

14
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik selanjutnya disingkat
CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang
bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Pembuatan obat tradisional sebaiknya sesuai dengan CPOTB agar diperoleh
obat tradisional yang aman dan berkualitas dengan konsumen. CPOTB
merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat
tradisional dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar
mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin
edar dan Spesifikasi produk. CPOTB mencakup produksi dan pengawasan
mutu. CPOTB mengatur segala bentuk obat tradisional termasuk jamu.
CPOTB wajib diterapkan oleh industri obat tradisional yang
memiliki ijin edar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4
ayat 1 disebut bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan
usaha jamu gendong tidak memiliki ijin edar. Usaha jamu gendong adalah
usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat
tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk
dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha jamu gendong dan jamu racikan
memang tidak diwajibkan untuk menerapkan CPOTB namun, CPOTB dapat
menjadi acuan dalam proses pembuatan produk jamu, sehingga kualitas mutu
tetap terjamin dan aman untuk konsumsi. Usaha jamu gendong dan jamu racik
tidak memerlukan ijin edar karena lingkup distribusinya yang kecil sehingga
pengawasannya diaggap mudah (KepMenKes, 2012).
Berdasarkan CPOTB, pembuatan jamu yang aman dan berkualitas
dilakukan dengan menerapkan kebersihan dengan pencucian tangan dengan
sabun oleh pembuat jamu sebelum memproduksi jamu. Bahan baku harus
dicuci menggunakan air mengalir yang bersih agar kontaminan yang menempel
di bahan baku terbawa air. Semua wadah dan peralatan harus dalam keadaan
bersih sebelum dan sesudah digunakan. Pembuat jamu harus menggunakan
pelindung seperti masker dan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi

15
mikroba (Warsito, 2011).

Nama sampel : JAMU TRADISIONAL TEMULAWAK

Komposisi : Temulawak

Kegunaan : 1. Menambah nafsu makan


2. Melancarkan pencernaan makanan
3. Membuat tidur nyenyak
4. Memulihkan kesehatan setelah sembuh dari sakit

5. Menyegarkan badan

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Alat-Alat Yang Digunakan


1. Botol sprayer + alkohol
2. Cawan petri
3. Erlenmeyer
4. Gelas Beaker
5. Inkubator
6. Tisu
7. Label
8. Plastik Wrap
9. Spirtus
10. Mikropipet dan Tip
11. Colony Counter
12. Timbangan digital

3.1.2 Bahan Yang Digunakan :


1. Media Nutrient Agar ( NA)
2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)
3. Jamu Temulawak

3.2 PROSEDUR KERJA

 .Dilakukan pengamatan di Stikses Anwar Medika pada 9 Januari


2022 menggunakan sampel jamu temulawak produksi penjual jamu
ditoko sepanjang.Metode yang digunakan adalah metode spread
plate.Metode spread plate adalah metode menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara pat menuangkan
stok kultur bakteri di atas media yang sudah padat. Metode ini
merupakan metode yang mudah dan sederhana untuk digunakan.
 Langkah kerja Media NA
1.Siapkan alat dan bahan,
2.Ambil media NA steril dekat dengan api dengan tangan kiri secara
aseptis

17
3.Ambil sampel jamu temulawak dengan menggunakan mikropipet
1000 mm,sterilkan dengan cara dektakan dengan api menggunakan
tangan kanan secara aseptis
4.Masukkan sampel kedalam media NA dengan steril dan
aseptis ,homogenkan dengan angka 8
5.Tutup rapat menggunakan plastik wrap beri label kelompok
6.Letakkan media kedalam inkubasi selama satu hari
7.Lakukan pengamatan
 Langkah kerja Media PGA

1.Siapkan alat dan bahan

2.Ambil media PGA steril dekat dengan api dengan tangan kiri
secara aseptis

3.Ambil sampel jamu temulawak dengan menggunakan mikropipet


1000 mm,sterilkan dengan cara dekatkan dengan api menggunakan
tangan kanan secara aseptis

4.Masukkan sampel kedalam media PGA dengan steril dan


aseptis,homogenkan dengan angka 8

5.Tutup rapat dengan plastik wrap dan beri label kelompok

6.Letakkan media kedalam inkubasi selama satu hari

7.Lakukan pengamatan

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

18
1.1 HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN BAKTERI

Nsms sampel: Jamu Temulawak

Pengenceran sampel Jumlah koloni per Jumlah organisme per ml


makanan lempeng
46

HASIL PENGAMATAN JAMUR

Nsms sampel: Jamu Temulawak

Pengenceran sampel Jumlah koloni per Jumlah organisme per ml


makanan lempeng
16

1.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengamatan AKK, interprestasi koloni jumlahnya


adalah 16 pengencaran 10-1. Maka dihitung dan ditetapkan sebanyak AKK
dalam tiap g/mL adalah 160 CFU/ml.

AKK =

Sedangkan berdasarkan data pengamatan ALT, interprestasi koloni


jumlahnya antara 46 koloni adalah pengencaran 10-1.Maka yang dihitung dan

ditetapkan sebanyak ALT dalam tiap g/mL adalah .

19
ALT =

DAFTAR PUSTAKA

20
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., dan Morse Stephen A. 2001. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: PT. Salemba Medika

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikobiologi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Djaafar, Titiek F., dan Rahayu, Siti, 2007, Cemaran Mikroba pada Produk
Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya, Balai
Pengkaji Teknologi Pertanian, Yogyakarta.

Fardiaz, S., 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, PPAU, Institut Pertanian


Bogor, Bandung, hal. 557-608.

Gandjar, Indrawati, dan Sjamsuridzal, Wellyzar, 2006, Mikologi: Dasar dan


Terapan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 117.

Jawetz, 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Jutono, Sodarsono, J., Hartadi, S., Suhadi, S.K., dan Soesanto, 1980, Pedoman
Praktikum Mikrobiologi Umum, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hal. 60-70.

Kresnady, Budi, Tim Lentera, 2003, Khasiat & Manfaat Brotowali si Pahit yang
Menyembuhkan, PT Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. v.

21
Koay, Yen Chin, and Amir, Faheem, 2013, A Review of the Secondary
Metabolites and Biological Activities of Tinospora crispa
(Menispermaceae), University Sains Malaysia, Malaysia, pp. 641.

Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.1-2.

Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Ed 1, Jakarta, PT Raja


Graffindo Persada, hal.15-22.

NSW Government, 2015, Salmonellosis, http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/


publicationsandresources / pdf / publication – pdfs / diseases – and –
conditions / 7190 / doh – 7190 - ind.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret
2015.

Notoatmodjo, Soekijo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta, 124.

Nugraheni, R., 2010, Pengujian Mikrobiologi Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Yogyakarta, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, hal.44.

Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta, pp. 38-43, 135-140, 206-207.

22
Purwadianto, Prof. Dr. dr. Agus, 2011, Peran Akademia dan Industri sebagai
Pendukung Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern,
Simposium Penelitian Obat Alami XV, Solo, hal. 1.

Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, Jakarta, EGC, hal. 10-19, 125-130

Suwandi, U., 1999, Peran Medika Untuk Identifikasi Peran Bakteri Patogen,
Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, hal. 22-25, 124.

Tarigan, J., 1998, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan, Jakarta, hal. 113-114.

Utami, Prapti, Lentera, Tim, 2003, Sehat Dengan Ramuan Tradisional


“Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat”, Agromedia
Pustaka, Jakarta, hal. 54.

Warsito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,


Yogyakarta, hal. 66-68.

LAMPIRAN

Alat dan bahan

23
Proses pengamatan

Jumlah koloni PDA Jumlah koloni NA

24

Anda mungkin juga menyukai