MIKROBIOLOGI PANGAN
DISUSUN OLEH:
SIDOARJO
2022
1
Daftar isi
Daftar isi.................................................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................2
BAB III................................................................................................................................17
METODE PRAKTIKUM....................................................................................................17
BAB IV................................................................................................................................19
4.2 PEMBAHASAN...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang
mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan
simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau
indicator keamanan makanan.
Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap pangan, meliputi
uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya sutu makanan, uji kualitatif
mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri
patogen untuk menentukan tingkat keamananya dan uji bakteri indikator untuk
menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap
setiap bahan pangan tidak sama tergantung dari berbagai faktor seperti jenis dan
komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan, cara penanganan dan
konsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya.
Uji bakteri patogen terdiri dari beberapa pengelompokkan lagi, dan dapat
dibedakan atas beberapa tahap yaitu uji penduga, uji penguat dan uji identifikasi
lengkap. Tetapi tidak semua tahap perlu dilakukan terhadap suatu bahan pangan,
tergantung dari tujuan analisis serta waktu dan biaya yang tersedia.
Dalam praktikum kali ini, cara dan prinsip yang digunakan adalah ALT
( angka lempeng total ) dan AKK ( angka kapang khamir ). Dimana bahan pangan
atau sampel yang digunakan adalah jamu dan hanya menghitungan pertumbuhan
koloni yang dapat dihitung secara manual tanpa menggunakan mikroskop. Oleh
karena itu, praktikum ini sangat penting dilakukan, agar dapat menentukan mutu dan
daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamananya dan uji bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi pada jamu
tersebut.
1. Untuk mengetahui kadar dan prinsip uji angka lempeng total (ALT) dengan
menggunakan sampel jamu temulawak.
2
2. Untuk mengetahui kadar dan prinsip uji angka kapang khamir (AKK) dengan
menggunakan sampel jamu temulawak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI UMUM
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitungan
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan
cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal
yaitu:
1. Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikrobe, karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikrobe yang mempunyai
penampakan pertumbuhan spesifik (Lud Waluyo, 2010).
3
Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah
yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah 30-300 koloni. Pengenceran
biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya, atau
1:100, 1:10000, atau 1:1.000.000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk
pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, 0,85 % NaCl, atau larutan Ringer.
Cara pemupukan dalam metode hitungan cawan dapat dibedakan atas 2 cara,
yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate).
Dalam metode tuang, sejumlah contoh (1 mL atau 0,1 mL) dari pengenceran yang
dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan agar cair
steril yang telah didinginkan (47-50°C) sebanyak 15-20 mL dan digoyangkan supaya
contoh menyebar rata. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu
dibuat agar pada cawan kemudian sebanyak 0,1 mL contoh yang telah diencerkan
dipipet pada permukaan agar tersebut, dan diratakan dengan batang gelas
melengkung yang steril. Jumlah koloni dalam contoh dapat dihitung sebagai berikut :
6
ml kedalam tabung PDF pertama, dikocok homogeny hingga
diperoleh pengenceran 10-2. Dibuat pengenceran selanjutnya
hingga 10-6 atau sesuai dengan pengenceran yang diperlukan. Dari
setiap pengenceran dipipet 1ml kedalam cawan petri dan dibuat
duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA
yang sudah ditambahkan 1%TTC suhu 45°C. Cawan petri segera
digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspense tersebar
merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji
kontrol (blangko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media
agar, pada cawan yang lain diisi media. Setelah media memadat,
cawan diinkubasi suhu 35- 37°C selama 24-46 jam dengan posisi
dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung.
6
Khamir adalah fungi uniseluler, tidak berfilamen,
berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih
besar jika dibandingkan dengan sel bakteri. Khamir bereproduksi
dengan pertunasan. Ukuran khamir yaitu lebar 1-5 mm dan
panjang 5-30 mm. Beberapa khamir menghasilkan tunas yang
tidak dapat melepaskan diri sehingga membentuk sel-sel rantai
pendek yang disebut pseudohifa. Khamir mampu hidup dalam
keadaan aerob maupun anaerob (Pratiwi, 2008)
7
Dari kedua golongan ini hanya mikotoksikosis yang
mungkin disebarkan melalui makanan, sedangkan mikosis yang
merupakan infeksi biasanya menyerang kulit melalui sentuhan,
pakaian dan lain-lain.Salah satu contoh mikotoksin yang
diproduksi oleh kapang yang sering mencemari makanan adalah
Aflatoksin, toksin ini dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus
dan mencemari bahan makanan seperti kacang-kacangan, jagung,
serelia. Penyakit dapat timbul apabila mikotoksin dikonsumsi
dalam jumlah kecil secara berulang-ulang dalam jangka waktu
yang lama (Yenny, 2006).
Jenis kapang tertentu yang dapat menghasilkan toksin
adalah mikotoksin. Mikotoksin merupakan metabolit sekunder
dari kapang yang dapat menyebabkan efek toksik pada manusia
dan hewan yang disebut mikotoksikosis. Salah satu contoh
mikotoksikosis adalah aflatoksin yang dihasilkan aspergillus
flavus. Secara umum, aspergillus bersifat saprofit pada tanah dan
dapat mencemari bahan makanan seperti rempah-rempah, beras,
kacang-kacangan dan ubi kayu. Aflatoksin adalah salah satu dari
substansi yang paling toksik yang dapat dijumpai secara alamiah.
Keracunan aflatoksin dapat terjadi karea mengkonsumsi bahan
makanan yang tercemar zat toksik tersebut. Aflatoksik bersifat
karsinogenik dan hepatotoksik tergantung pada lama dari tingkat
paparan terhadap aflatoksin (Yenny, 2006).
Kapang dapat tumbuh selama proses penyimpanan bahan
baku jamu, makanan, minuman, dan kondisi lembab. Khamir
dapat menyebabkan pembusukan dan dekomposisi bahan pangan
karena sifatnya yang fermentatif sehingga dapat membusukkan
unsur organik menjadi CO2 (SNI, 2009).
8
Angka Kapang/Khamir dapat diketahui dengan
menggunakan metode MA PPOM nomor 96/mik/00. Cawan petri
dari satu pengenceran yang menunjukkan koloni antara 10-150
koloni. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan tersebut lalu
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila ada cawan petri
dari 2 tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah
antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni yang dikalikan faktor
pengenceran, kemudian diambil angka rata- rata (PPOMN, 2006
9
2.2 URAIAN BAKTERI
Bakteri adalah suatu organisme prokariot yang pada umumnya mempunyai ukuu
generasi yaituran sel 0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm dan terdiri waktu yang dibutukan
oleh seldari tiga bentuk dasar yaitu: bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau
basilus dan bentuk spiral. Bakteri tumbuh dengan cara pembelajan biner, yang berarti
satu sel membelah menjadi dua sel.
Kingdom : Protista
Filum : Protophyta
Kelas : Schyzomycutes
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia Coli
E.coli berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigemn
pada nutrient dan media darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 600C selama 15
menit atau pada 550C selama 60 menit.
Kapang adalah mikroba yang memiliki lebih dari satu sel berupa benang
benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, dan berkembang biak
dengan spora. Khamir adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat lonjong dan
memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (askospora), tetapi tidak membentuk
miselum.
Kapang adalah multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme
saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang
lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang
yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Kapang Monascus purpureus sudah digunakan sebagai bumbu masakan oriental
sejak berabad silam. Kapang ini menjadi sumber berbagai senyawa penting, seperti
pigmen biotek, toksin dan penghambat enzim. Kapang Monascus purpureus ini dapat
berfungsi sebagai pewarna alami dan penghambat aktivitas biologi. Terdapat 14
senyawa monacolin yang terdapat dalam kapang merah ini, antara lain Monacolin
K,J,L,M,X dan bentuk asam hidroksinya.
11
Angkak atau beras merah merupakan produk olahan dari beras yang
difermentasikan oleh kapang Monascus purpureus. Manfaat dari angkak adalah sebagai
pengawet atau pewarna makanan yang alami serta sebagai bahan alami yang terbukti
efektif untuk mereduksi kadar kolesterol dalam darah. Berkat berbagai senyawa itu
angkak dapat dipakai untuk obat memperbaiki peredaran darah sampai meredakan sakit
lambung, mengobati memar, gangguan pencernaan dan mulas pada bayi.
Morfologi Kapang yang bentuknya hifa biasa dikenal sebagai jamur/mould.
Morfologinya sangat khas yaitu sel yang memanjang dan bercabang, koloninya kering
sehingga bentuknya seperti kapas. Morfologi khamir yang bentuknya berupa ragi biasa
dikenal sebagai yeast. Morfologi khas dari jamur ini adalah bentuknya yang bulat,
licin, dan menyerupai bakteri.
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan
organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis ,terbentuk dari
peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh golongan
bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel, member perlindungan
dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel Teknik
pewarnaan Gram adalah untuk menunjukan perbedaan yang mendasar dalam
organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell anvelope. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-lapis polymer peptidoglycan
(disebut juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya komplek crystal
violet-iodine ketika dicuci dengan alkohol atau aseton.
12
Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel berupa lapisan tipis
peptidoglycan, yang diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang terdiri
dari lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara peptidoglycan dan lapisan LPS
disebut periplasmic space (hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona berisi
cairan atau gel yang mengandung berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins.
Kompleks Crystal violet-iodine mudah lolos melalui LPS dan lapisan tipis
peptidoglycan ketika sel diperlakukan dengan pelarut.
Ketika sel diberi perlakuan pewarna tandingan Safranin O, pewarna
tersebut dapat diserap oleh dinding sel bakteri Gram negatif. Bakteri umumnya
melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak
kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan
biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses pembelahan, material
genetik juga menduplikasi diri dan membelah menjadi dua, dan mendistribusikan
dirinya sendiri pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang sangat
singkat.
Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20 menit.Bakteri
adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan
makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun
pasir, salju atau es, hingga lautan (Maryati, 2007). Bakteri yang keberadaanya
banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab penyakit
pada manusia (Radji, 2011). Bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia
adalah bakteri patogen (Darmadi, 2008). Bakteri patogen yang menyebabkan
penyakit ineksi pada manusia contohnya adalah E Coli.
13
2.4 URAIAN SAMPEL
14
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik selanjutnya disingkat
CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang
bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Pembuatan obat tradisional sebaiknya sesuai dengan CPOTB agar diperoleh
obat tradisional yang aman dan berkualitas dengan konsumen. CPOTB
merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat
tradisional dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar
mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin
edar dan Spesifikasi produk. CPOTB mencakup produksi dan pengawasan
mutu. CPOTB mengatur segala bentuk obat tradisional termasuk jamu.
CPOTB wajib diterapkan oleh industri obat tradisional yang
memiliki ijin edar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4
ayat 1 disebut bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan
usaha jamu gendong tidak memiliki ijin edar. Usaha jamu gendong adalah
usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat
tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk
dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha jamu gendong dan jamu racikan
memang tidak diwajibkan untuk menerapkan CPOTB namun, CPOTB dapat
menjadi acuan dalam proses pembuatan produk jamu, sehingga kualitas mutu
tetap terjamin dan aman untuk konsumsi. Usaha jamu gendong dan jamu racik
tidak memerlukan ijin edar karena lingkup distribusinya yang kecil sehingga
pengawasannya diaggap mudah (KepMenKes, 2012).
Berdasarkan CPOTB, pembuatan jamu yang aman dan berkualitas
dilakukan dengan menerapkan kebersihan dengan pencucian tangan dengan
sabun oleh pembuat jamu sebelum memproduksi jamu. Bahan baku harus
dicuci menggunakan air mengalir yang bersih agar kontaminan yang menempel
di bahan baku terbawa air. Semua wadah dan peralatan harus dalam keadaan
bersih sebelum dan sesudah digunakan. Pembuat jamu harus menggunakan
pelindung seperti masker dan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi
15
mikroba (Warsito, 2011).
Komposisi : Temulawak
5. Menyegarkan badan
16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 ALAT DAN BAHAN
17
3.Ambil sampel jamu temulawak dengan menggunakan mikropipet
1000 mm,sterilkan dengan cara dektakan dengan api menggunakan
tangan kanan secara aseptis
4.Masukkan sampel kedalam media NA dengan steril dan
aseptis ,homogenkan dengan angka 8
5.Tutup rapat menggunakan plastik wrap beri label kelompok
6.Letakkan media kedalam inkubasi selama satu hari
7.Lakukan pengamatan
Langkah kerja Media PGA
2.Ambil media PGA steril dekat dengan api dengan tangan kiri
secara aseptis
7.Lakukan pengamatan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
18
1.1 HASIL PENGAMATAN
1.2 PEMBAHASAN
AKK =
19
ALT =
DAFTAR PUSTAKA
20
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., dan Morse Stephen A. 2001. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: PT. Salemba Medika
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikobiologi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Djaafar, Titiek F., dan Rahayu, Siti, 2007, Cemaran Mikroba pada Produk
Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya, Balai
Pengkaji Teknologi Pertanian, Yogyakarta.
Jutono, Sodarsono, J., Hartadi, S., Suhadi, S.K., dan Soesanto, 1980, Pedoman
Praktikum Mikrobiologi Umum, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hal. 60-70.
Kresnady, Budi, Tim Lentera, 2003, Khasiat & Manfaat Brotowali si Pahit yang
Menyembuhkan, PT Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. v.
21
Koay, Yen Chin, and Amir, Faheem, 2013, A Review of the Secondary
Metabolites and Biological Activities of Tinospora crispa
(Menispermaceae), University Sains Malaysia, Malaysia, pp. 641.
Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.1-2.
Nugraheni, R., 2010, Pengujian Mikrobiologi Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Yogyakarta, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, hal.44.
22
Purwadianto, Prof. Dr. dr. Agus, 2011, Peran Akademia dan Industri sebagai
Pendukung Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern,
Simposium Penelitian Obat Alami XV, Solo, hal. 1.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, Jakarta, EGC, hal. 10-19, 125-130
Suwandi, U., 1999, Peran Medika Untuk Identifikasi Peran Bakteri Patogen,
Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, hal. 22-25, 124.
LAMPIRAN
23
Proses pengamatan
24