Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH LABKESKAL TENTANG MIKROBIOLOGI

KLINIK, PATOLOGI, DAN SAMPEL

Di Susun Oleh:
Tingkat II B/Semester III

Ruly Ramadana 2018.C.10a.0983

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan judul “Makalah Labkeskal Tentang Mikrobiologi klinik, Patologi dan
Sampel” untuk memenuhi tugas PPK 1 tentang Laporan Praktikum PPK 1
Pemeriksaan BTA, Glukosa Urine, Protein Urine, Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
dan Pengambilan Sampel Darah di UPT Laboratorium & Kalibrasi Provinsi
Kalimantan Tengah
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 15 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Mikrobiologi Klinik.......................................................................................4
2.1.1 BTA (Bakteri Tahan Asam)........................................................................4
2.1.2 Pengertian Mikroskop……………………………………...……………..5
2.2 Patologi Klinik...............................................................................................7
2.2.1 Pemeriksaan Glukosa Urine........................................................................7
2.2.2 Pemeriksaan Protein Urine........................................................................10
2.2.3 Pemeriksaan Hemoglobin (Hb).................................................................12
2.3 Sampling Klinik...........................................................................................14
2.3.1 Jenis Jenis Pemeriksaan.............................................................................14
2.3.2 Alat Alat Ampling Dan Fungsinya………………………………………18

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................28
3.1 Kesimpulan...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
 Laboratorium adalah tempat yang dilengkapi dengan berbagai instrumen,
peralatan dan bahan kimia (reagen), untuk melakukan karya eksperimental,
kegiatan penelitian dan prosedur pemeriksaan. Laboratorium medik merupakan
salah satu bagian laboratorium yang dilengkapi dengan berbagai instrumen
biomedis, peralatan, bahan dan reagen (bahan kimia) untuk melakukan berbagai
kegiatan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan spesimen biologis
(whole blood, serum, plasma, urine, tinja, dll) (Seyoum, 2006:14)
Menurut Permenkes RI No. 411/Menkes/Per/III/2010, Laboratorium
Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, dan memulihkan kesehatan.
Pemeriksaaan Laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk membantu
menegakkan diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan diagnosa
penyakit disamping follow up terapi. Sebelum hasil pemeriksaan laboratorium
dikeluarkan oleh bagian laborat tentulah melalui berbagai tindakan atau
penanganan. Tahap – tahap tindakan atau penanganan dalam pemeriksaan
laboratorium haruslah diperhatikan secara memadai agar dapat dicegah yang tidak
sesuai dengan keadaan penderita. (Purwanto AP, 2010)
Mikrobiologi klinik adalah cabang ilmu kedokteran medis dengan kompetensi
dari Mikrobiologi Kedokteran dan Kedokteran Umum untuk melakukan tindakan
pengobatan dan pencegahan infeksi akibat mikroorganisme pada manusia juga
lingkungan yang berkaitan dengan medis, seperti rumah sakit atau klinis. Bidang
pekerjaan mikrobiologi klinik ini meliputi identifikasi dan penyelesaian masalah
kesehatan yang berkaitan dengan infeksi, bakteriologi, mikologi, virologi, maupun
imunologi. Ini mengacu pada diagnosis dan pilihan terapi antibiotik yang
digunakan nantinya. Berdasarkan aturan pemerintah yang diturunkan melalui
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan HK. 02.
04/1966/I/1966/11 mengenai Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan

1
2

Intensive Care Unit (ICU), menyebutkan bahwa salah satu tenaga medis spesialis
yang termasuk di dalam tim ICU berasal dari ahli mikrobiologi
klinik. Mikrobiologi kedokteran untuk bersama-sama klinis melaksanakan
tindakan survailans (memantau distribusi penyakit), pencegahan dan pengobatan
penyakit infeksi, serta secara aktif melaksanakan tindakan pengendalian infeksi
dilingkungan.
Patologi klinik merupakan cabang dari ilmu patologi lainnya, yaitu patologi
anatomi, yang mempelajari mengenai anatomi jaringan yang terinfeksi. Ilmu
patologi klinik menekankan penelitiannya pada diagnosis, pemulihan, dan
pencegahan berbagai jenis penyakit. Secara umum, pemeriksaan suatu penyakit
dideteksi berdasarkan perubahan berbagai jenis proses biokimia yang berlangsung
di dalam tubuh pasien. Sampel yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan di
laboratorium adalah cairan tubuh seperti urine dan darah. Patologi klinik dapat
digunakan untuk pemeriksaan berbagai jenis penyakit hati terinduksi pemakaian
obat tertentu, HIV, kanker, deteksi kelainan pada paru-paru, dan gangguan
metabolism ion besi di dalam tubuh. Pemeriksaan tersebut umumnya melibatkan
serangkaian tes berkelanjutan, seperti analis mikroskopis, uji imunologis,
hematologis, dan radiologis sehingga memakan waktu yang cukup lama.
2 Rumusan Masalah
2.1.1 Apa definisi Mikrobiologi ?
2.1.2 Apa saja pemeriksaan dalam Mikrobiologi Klinik ?
2.1.3 Apa saja pemeriksaan dalam Patologi Klinik ?
2.1.4 Apa saja pemeriksaan dalam Sampel Klinik ?
3 Tujuan Penulisan
3.1.1 Tujuan Umum
3.1.1.1 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan dalam Mikrobiologi Klinik
3.1.1.2 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan dalam Patologi Klinik
3.1.1.3 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan dalam Sampel Klinik
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk memenuhi tugas PPK 1 tentang Laporan Praktikum PPK 1
Pemeriksaan BTA, Glukosa Urine, Protein Urine, Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb) dan Pengambilan Sampel Darah di UPT Laboratorium
3

& Kalibrasi Prov. Kal-Teng


1.3.2.2 Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Pemeriksaan apa
saja yang dilakukan dalam Mikrobiologi Klinik, Patologi Klinik dan
Sampel Klinik.
4

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Mikrobiologi Klinik


2.1.1 BTA ( Bakteri Tahan Asam)
Bakteri Tahan Asam (BTA) adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol fuchsin meskipun diisi dengan asam klorida dalam alkohol.

Pemeriksaa BTA adalah prosedur untuk mendeteksi bakteri penyebab


penyakit tuberculosis (TB). Bakteri TB dapat hidup di lingkungan asam, sehingga
pemeriksaan terhadap bakteri ini dikenal dengan nama pemeriksaan bakteri tahan
asam (BTA). Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya
mycobacterium tuberculosis yang setelah dilakukan pewarnaan ini tidak
mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
2.1.1.1 Menghitung BTA
Menghitung BTA menurut skala : IUATLD
1. Jika tidak ditemukan BTA minimal dalam 100x lapangan pandang, maka
BTA negatif
2. 1-9 BTA/100 lapangan pandang, ditulis jumlah yang dijumpai/100 lapangan
pandang
3. 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang, ditulis positif 1/+
4. 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang, ditulis positif 2/++
5. >10 BTA/ 1 lapangan pandang, ditulis positif 3/++

4
5

2.1.2 Pengertian Mikroskop

Mikroskop (bahasa Yunani; Micros : kecil dan Scopein : melihat) adalah


sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kesat mata.
Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hamper diseluruh
laboratorium untuk dapat mengamati organisme. Ilmu yang mempelajari benda
kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik
berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Mikroskop adalah alat bantu
utama yang diperlukan dalam melakukan pengamatan dan penelitian karena dapat
digunakan untuk mempelajari struktur dan bentuk benda yang sangat kecil .
2.1.2.1 Bagian-bagian Mikroskop
1. Lensa okuler
Lensa yang dekat dengan mata pengamat, dan untuk memperbesar bayangan
dari lensa objektif
2. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang diamati dan untuk memperbesar
bayangan objek
3. Tabung mikroskop (Tubus)
Untuk mengatur fokus dan menghubungkan lensa objektif, revolver, dan
lensa okuler
4. Makrometer (Pemutar Kasar)
Untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara cepat (memperjelas)
5. Mikrometer (pemutar Halus)
6

Untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat dan bentuknya


lebih kecil daripada makrometer (memfokuskan cahaya)
6. Kondensor
Mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
7. Diafragma
Mengumpulkan cahaya dan memusatkan cahaya pada preparat yang diamati
8. Lengan mikroskop
Sebagai pegangan pada mikroskop
9. Penjepit preparat
Menjepit preparat agar tidak bergerak saat diamati
10. Meja preparat
Tempat meletakkan preparat agar tidak bergerak saat diamati
11. Lampu mikroskop
Sebagai sumber cahaya
12. Kaki mikroskop
Menyangga berdirinya mikroskop
2.1.2.2 Persiapan Alat
1. Alat mikroskop
2. Sampel sputum
2.1.2.3 Langkah-langkah
1. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan atau mematikan mikroskop
2. Putar pengatur cahaya, kemudian atur diafragma dan kondensor sesuai
dengan pemeriksaan yang digunakan.
3. Letakkan preparat diatas meja objektif, dan sesuaikan lensa objektif dan
okuler
4. Kemudian putar lensa objektif ke pembesaran 10x untuk mencari lapang
pandang, kondensor diturunkan dan diafragma dibuka 10x
5. Mainkan dengan diputar pada mikrometer sampai lapangan pandang terlihat
dengan jelas.
6. Kemudian pindahkan pembesaran ke 40x dan hanya mikrometer yang
diputar untuk lebih memfokuskan lapangan pandang. Pada pembesaran 40x
diafragma dibuka 40x dan kondesor dinaikkan setengah.
7

7. Setelah itu pindahkan ke lensa objektif pembesaran 100x. Kemudian pada


pembesaran 100x, teteskan oil imersi sebanyak 1 tetes, diafragma dibuka
penuh 100x dan kondesor dinaikkan. Gunakan mikrometer untuk
memperjelas lapangan pandang.
8. Untuk mencari BTA digunakan penggeser lapangan pandang. BTA
berawarna merah muda berbentuk basil/batang. Hitung disetiap lapangan
pandang hingga 100 lapangan pandang. Dan catat hasilnya
9. Setelah selesai menghitung BTA. Matikan mikroskop dengan menekan
tombol off ditempat yang sama pada saat ingin menghidupkan mikroskop.
2.2 Patologi Klinik
2.2.1 Pemeriksaan Glukosa Urine
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kelainan glukosa urine, pada orang normal
tidak ditemukan adanya glukosa dalam urine. Glukosaria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum
tubulus untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini dapat terjadi ditemukan pada kondisi
diabetes mellitus, tirotoksis, sindroma chusing, phaeochromocytoma peningkatan
tekanan intraknial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada
renal glukosaria kehamilan dan sindroma fanconi. Namun reduksi positif tidak
selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus. Hal ini dikarenakan pada
penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urine yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa.
Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut
antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronal dan obat-
obatan seperti streptomyein, salisilat dan vitamin C. Oleh karena itu, perlu
dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung
dalam sampel urine. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal
adalah 160-180 mg% (Baron, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu
diantaranya jumlah air yang diminum, keadaan sistem saraf , hormon ADH,
banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi
8

osmotic, pada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan


volume urine (Evelyn, 2011).
2.2.1.1 Dasar Teori
Adanya glukosa di dalam urine disebut glukosa, ada 2 hal yang dapat
menyebabkan glukosa yaitu :
1. Bila kadar glukosa dalam plasma melampaui batas kemampuan daya
reabsorbsi ginjal.
2. Bila kemampuan daya reabsorbsi ginjal menurun.
Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan pada reaksi reduksi dan terdiri dari 2 metode yaitu benedict dan
fehling.
2. Berdasarkan reaksi enzimatik yaitu dengan metode carik celup.
Metode benedict banyak digunakan di laboratorium bila dibandingkan dengan
metode fehling, hal ini disebabkan :
1. Kadar uric acid dan kreatinin yang tinggi tidak dapat mereduksi benedict
tetapi dapat mereduksi fehling.
2. Pada benedict hanya menggunakan 1 jenis larutan saja, sedangkan pada
fehling menggunakan 2 jenis larutan.
3. Reagen benedict lebih sensitif daripada reagen fehling.
4. Reagen benedict bisa dipakai untuk menentukan kadar gula secara kasar.
5. Pemakaian bahan urine sedikit.
2.2.1.2 Tujuan
Menentukan ada tidaknya glukosa dalam sampel urine dengan dasar reaksi
reduksi.
2.2.1.3 Prinsip
Glukosa dalam sampel akan mereduksi garam kompleks dari reagen benedict
(ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O
dengan warna kuning hingga merah bata.
2.2.1.4 Metode
Semi kuantitatif benedict.
2.2.1.5 Keselamatan Kerja
9

Hal-hal dalam pemanasan perlu diperhatikan sebab tabung bisa pecah atau
cairan bisa berhamburan.
2.2.1.6 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Karet Penghisap/Vacum Pomp
5. Tissue
6. Penjepit Tabung
7. Pipet Ukur 5 ml
8. Lampu Spiritus Bunsen
9. Botol Reagen
2.2.1.7 Reagensia
Benedict
2.2.1.8 Sampel
1. Urine Pagi
2. Urine 2 jam PP
3. Urine Sewaktu
2.2.1.9 Cara Kerja
1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Pipet 5 ml reagen benedict masukkan ke dalam tabung
3. Tambahkan ke tabung reaksi tersebut 4 tetes urine, kocok hingga tercampur
rata
4. Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan di atas api hingga mendidih
selama 2 menit atau masukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit
5. Angkat tabung, biarkan dingin selama 5 menit
6. Amati reaksi yang terjadi dan catat hasilnya
2.2.1.10 Pembacaan
1. (-) : Bila larutan tetap biru
2. (+) : Bila larutan hijau kekuning-kuningan dengan sedikit endapan
kuning, kadar glukosa antara 0,5% - 1%
10

3. (++) : Bila larutan menjadi kuning dengan endapan banyak (kuning


keruh), kadar glukosa antara 1% - 1,5%
4. (+++) : Bila warna menjadi jingga atau lumpur keruh, kadar glukosa
antara 2% - 3,5%
5. (++++) : Merah keruh atau larutan jernih endapan merah, kadar glukosa
lebih dari 3,5%
2.2.1.11 Nilai Normal
(-) Negatif
2.2.2 Pemeriksaan Protein Urine
2.2.2.1 Dasar Teori
Pada keadaan normal, urine yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih
dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis
urine 24 jam adalah 1.003 ± 1.003. PH bersifat (Ph 6,0) dan sangat bervariasi
antara 4,9 – 8,0.
Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon
dan enzim. Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein
dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifin yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tertentu. Adanya
protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria biasanya merupakan petunjuk
adanya kerusakan ginjal.
Proteinuria terjadi karena :
1. Glomerulo Filtrasion Rate (GFR) meningkat
2. Kelainan basal membran glomerulus
3. Kelainan tubulus
4. Perubahan protein sehingga mudah di filtrasi (misalnya pada Multiple
Myeloma)
Pemeriksaan terhadap protein termasuk dalam pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
ini berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Tingkat kekeruhan yang terbentuk
menunjukkan banyak sedikitnya protein yang terdapat dalam urine. Oleh karena
itu syarat urine yang akan diperiksa adalah urine harus benar-benar jernih.
2.2.2.2 Tujuan
Menentukan ada tidaknya protein di dalam urine.
11

2.2.2.3 Prinsip
Terjadi reaksi presipitasi ditandai dengan tampaknya kekeruhan dan endapan
putih
2.2.2.4 Keselamatan kerja
Hati-hati dalam pemanasan tabung reaksi
2.2.2.5 Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung
3. Tissue
4. Pipet ukuran 5ml
5. Rak tabung reaksi
6. Lampu spiritus
7. Pipet tetes
8. Botol reagen
2.2.2.6 Reagensia
Asam Asetat 6 %
2.2.2.7 Sampel
Urine sewaktu
2.2.2.8 Cara kerja
1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Masukan urine ke dalam tabung reaksi 2,5 – 5ml menggunakan spuit
3. Didihkan tabung tersebut diatas api dengan menggunakan penjepit tabung
selama 30 detik
4. Tambahkan secara perlahan 3 – 5 tetes asam asetat 6%
5. Amati perubahan yang terjadi
2.2.2.9 Pembacaan
1. ( - ) : tidak ada kekeruhan
2. ( + 1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir – butir ( 0,01-
0.05 % protein )
3. ( +2 ) : kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir
butir dalam kekeruhan ( 0,05 – 0,2 % )
4. ( +3 ) : urine jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping
12

keping (0,2 – 0,5 % )


5. ( +4 ) : urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping
keeping besar atau bergumpal- gumpal atau pun
memadat ( lebih dari 0,5 % protein )
2.2.2.10 Nilai normal
( - ) Negatif
2.2.3 Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
2.2.3.1 Dasar Teori
Hemoglobin adalah senyawa protein dengan Fe yang memberi warna merah
pada darah. Struktur HB yang terjadi :
1 Haem : Senyawa Fe2+ yang dikelilingi 4 cincin piral
2 Globin : Senyawa protein yang terjadi dari 2 rantai α dan 2 rantai β
2.2.3.2 Jenis-jenis Hemaglobin
1. HB yang normal ada 2 yaitu:
1) Hb F yang terdapat pada janin,sampai 6 bulan, Hb F kadarnya 25%
terhadap O2 lebih baik dari pada Hb A, Hb F (Hb Foetal)
2) Hb A,hanya terdapat pada orang dewasa Hb (Hb Adult)
2. Hb yang Abnormal yaitu :
1) Hb S (Hb side/sabit)
2) Hb M (Methemoglobincismen)
Hb merupakan komponen utama entrosit yang berperan sebagai alat transport
O2 dan CO2.
1. Fungsi Hemoglobin:
1) Mengatur pertukaran O2 dan CO2 didalam jaringan tubuh
2) Mengambil O2 dari paru-paru kemudian di bawa seluruh jaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan bakar
3) Membawa O2 dari jaringan tubuh sebagai sisa hasil metabolisme di bawa
ke paru-paru untuk dibuang.
Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat
diketauhi dengan mengukur kadar Hb. Bila kadar Hb seseorang tersebut
kekurangan darah. Kekurangan darah ini disebut anemia bila disertai dengan
jumlah eritrosit dibawah normal dan nilai hematocrit juga dibawah normal.Di
13

laboratorium klinik, kadar Hb dapat di tentukan dengan bermacam-macam cara


yang banyak di pakai adalah:
1) Cara kolorimetrik (Hb Sahli)
2) Cara Fotoelektrik (Sianmethemologlobin)
2.2.3.3 Metode
Auto Hematologi Analyzar
2.2.3.4 Tujuan
Untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah
2.2.3.5 Prinsip
Hemoglobin oleh asam klorida (HCI 0,1 N) diubah menjadi hematin asam
yang berwarna coklat tua. Penambahan aquadest sampai warnanya sama dengan
standart warna. Kadar hemoglobin dibaca dalam satuan gram/deciliter (g/dl).
2.2.3.6 Alat
1. Auto hematologi Analyzer Midray BC 3600
2. Tabung hemoglobin
3. Rak tabung hemoglobin
4. Tissue
2.2.3.7 Reagensia
1. Rinse
2. Diluent
3. Lyse
4. Probe Cleanser
2.2.3.8 Bahan Pemeriksaan
Sampel darah
2.2.3.9 Cara Kerja
1. Cara menghidupkan alat Midray BC 3600
1) Alat dihidupkan dengan menekan tombon ON dibelakang
2) Masukan password
3) Sebelum memeriksa sampel,memeriksa bahan control terlebih
dahulu agar mengetahui bahwa alat masih akurat.
4) Tekan QC
5) Pilih File 1
14

6) Sebelum masuk jarum penghisap di homogenkan 8 – 10 kali


7) Masukan kejarum penghisap sampai dasar
8) setelah itu tekan tombol OK dan tunggu jarum penghisap naik
9) tunggu hasil
10) klik print untuk hasil sampel
2. Cara Pemeriksaan Sampel
1) Tekan Analys
2) Setelah itu tekan next sampel
3) Masukan kode sampel
4) Tekan OK
5) Sebelum masuk ke jarum penghisap sampel darah dihomogenkan
terlebih dahulu 8-10 kali
6) Setelah di homogenkan masukankan ke jarum penghisap sampai
dasar
7) Tunggu hasil
8) Klik Print
3. Cara mematikan alat Midray BC 3600
1) Tekan tombol menu  Shutdown  OK
2) Tetapi sebelum alat dimatikan bersihkan terlebih dahulu
menggunakan larutan Probe Cleanser
3) Alat di matikan dengan menekan tombol OFF di belakang
2.2.3.10 Nilai Normal
1. Laki-laki : 13-18 g/dl
2. Perempuan : 11,5-16,5 g/dl
3. Bayi(matur,darah tali pusat : 13,5-19,5 g/dl
4. Bayi 3 bulan : 9,5-13,5 g/dl
5. Anak-anak 1 tahun : 10,5-13,5 g/dl
6. Anak-anak 3-6 tahun : 12,0- 14,0 g/dl
7. Anak-anak10-12 tahun : 11,5-14,5 g/dl
2.3 Sampling Klinik
2.3.1 Jenis Jenis Pemeriksaan
2.3.1.1 Hematalogi (patologi klinik)
15

Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah. Pemeriksaan


hematologi terbagi menjadi dua, antara lain:
a. Hematologi rutin
Hemoglobin L : 12,00 – 19,0 g/dl
P : 10,5 – 17,5 g/dl
Leukosit 4 -11 ribu
LED L : 0 – 15 mm / jam
P : 0 – 20 mm / jam
Hitung Jenis Leukosit Eosinofil : 1 – 3 %
Basofil : 0 – 1 %
Batung : 2 – 6 %
Segmen : 30 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 2 – 8 %

b. Hematologi lengkap
Hemoglobin L : 12,00 – 19,0 g/dl
P : 10,5 – 17,5 g/dl
Leukosit 4 -11 ribu
LED L : 0 – 15 mm / jam
P : 0 – 20 mm / jam
Hitung Jenis Leukosit Eosinofil : 1 – 3 %
Basofil : 0 – 1 %
Batung : 2 – 6 %
Segmen : 30 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 2 – 8 %
Eritrosit L : 4,50 – 6,50 juta/dl
P : 3,80 – 4,80 juta
Trombosit 150 – 450 ribu
Hematokrit L : 42 – 50 %
P : 36 – 46 %

2.3.1.2 Kimia Klinik


Kimia klinik merupakan pemeriksaan kimia untuk mengetahui nilai secara
kuantatif suatu fungsi tertentu didalam tubuh seperti gula darah, fungsi ginjal,
kolesterol dalam dan fungsi hati.
a. Pemeriksaan darah
Gula darah puasa/GDA 7-115 mg/dL
Gula 2 JJP < 140 mg/dL
Gula darah sewaktu < 200 mg/dL
16

b. Pemeriksaan fungsi ginjal


BUN 4,7-23,4 mg/dL
Ureum 10-50 mg/dL
Kreatinin L : 0,6-1,1 mg/dL
P : 0,5-0,9 mg/dL
Asam Urat L : 3,4-7,0 mg/dL
P : 2,4-5,1 mg/dL
Total Protein Dewasa dan anak > 3 tahun
6,6-8,1 g/dL
Albumin 3,8-5,1 g/dL
Globulin 1,3-3,2 g/dL

c. Pemeriksaan lemak/Lipid
Cholesterol total < 200 mg/dL
Triglisenda < 200 mg/dL
HDL L: 35-55
P: 4-65 mg/dL
LDL L : 10-72 mg/dL
P: 63-167 mg/dL
LDH Dewasa 225-450 µ/L

d. Pemeriksaan fungsi hati


SGOT L : ≤ 37 µ/L
P : ≤ 31 µ/L
SGPT L : ≤ 42 µ/L
P : ≤ 32 µ/L
Bilirubin Total Dewasa : ≤ 1,1
mg/dl
1 bulan : ≤ 1,5
mg/dl
5 hari : ≤ 1,2
mg/dl
Bayi Baru Lahir
Bilirubin direk Dewasa : ≤ 0,25
mg/dl
Alkalin Phospatose L : 80 – 306 µ/L
P : 64 – 306 µ/L

2.3.1.3 Mikrobiologi
17

Mikrobiologi merupakan ilmu yng mempelajari tentang jasad renik yang


hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Contoh pemeriksaannya seperti :
pemeriksaan BTA, melihat bentuk virus/bakteri pada suatu cairan/jaringan.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Immunologi/serologi
1) HBsAg
2) Anti HBsAg
3) TPHA
4) VDRL
5) Anti HIV
6) Widal
7) Tes kehamilan (PP Test)
8) ASTO
9) CRP
10) RF (Rhematoid Factor)
b. Bakteriologi
1) BTA (Sputum)
2) M. Hansen (Lepra)
3) Faeces Rutin
4) Sekret Uretra/vagina
c. Parasitologi
1) Malaria
2) Jamur
2.3.2 Alat-alat Sampling dan Fungsinya
1. Spuit
18

Spuit digunakan untuk pengambilan darah volume spuit bervariasi dari


1ml,3ml,5ml bahkan ada yang sampai 50 ml.
2. Tourniquet

Tourniquet digunakan untuk membendung atau karet pembendung


pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebtomi
3. Wadah berupa botol atau tabung penampung

Tabung vakum digunakan untuk menampung darah


4. Kapas alkohol

Kapas alkohol digunakan untuk mensterilkan kulit misalnya pada saat kita
akan disuntik atau diambil darahnya,untuk membersihkan luka.
5. Handscoon
19

Handscoon atau sarung tangan pelindung tsngs digunakan untuk


menghindari infeksi silang atau tranmisi mikroorganisme
penyakit(potagen)melalui darah
6. Plaster

Plester dignakan untuk menutup bekas tusukan pengambilan darah

7. Etiket

Etiket digunakan untuk intentitas pasien agar tidak terjadi keselahan atau
tertukar saat pemeriksaan/pengambilan hasil pemeriksaan

2.3.2.1 Prosedur Pengambilan Sampel Darah


1. Pengambilan Sampel Darah Vena
20

a. Dasar Teori Pengambilan Sampel Darah Vena


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah
umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi
dalam lipatan siku daerah fossa cubiti). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa
menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati, karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median. Jika vena chepalica dan basilica ternyata
tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di
daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan sangat hati-
hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
1) Lengan pada sisi mastectomy
2) Daerah edema
3) Hematoma
4) Daerah diamana darah sedang ditransfusikan
5) Daerah bekas luka
6) Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
7) Daerah intravena lines, pengambilan darah di daerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena yaitu cara
manual dan vakum. Cara manual dengan menggunakan alat suntik
(syring) sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum
(vacutainer).
b. Prosedur Pelaksanaan Pengambilan Sampel Darah Vena
1) Alat dan Bahan
a) Spuit
21

Spuit digunakan untuk pengambilan darah volume spuit


bervariasi dari 1ml,3ml,5ml bahkan ada yang sampai 50
ml.
b) Tourniquet

Tourniquet digunakan untuk membendung atau karet


pembendung pembuluh darah pada organ yang akan
dilakukan penusukan plebtomi
c) Wadah berupa botol atau tabung penampung

Tabung vakum digunakan untuk menampung darah

d) Kapas alkohol
22

Kapas alkohol digunakan untuk mensterilkan kulit


misalnya pada saat kita akan disuntik atau diambil
darahnya,untuk membersihkan luka
e) Handscoon

Handscoon atau sarung tangan pelindung tsngs


digunakan untuk menghindari infeksi silang atau
tranmisi mikroorganisme penyakit (potagen) melalui
darah
f) Plaster

Plester dignakan untuk menutup bekas tusukan


pengambilan darah

g) Etiket
23

Etiket digunakan untuk intentitas pasien agar tidak


terjadi keselahan atau tertukar saat
pemeriksaan/pengambilan hasil pemeriksaan
2) Teknik Pengambilan Sampel Darah Vena
a) Lokasi pengambilan darah vena yaitu pada pembuluh
darah pada lipatan siku, pilih yang paling jelas dan paing
besar;
b) Letakkan tangan pasien lurus diatas meja dengan telapak
tangan menghadap ke atas;
c) Kemudian pasang karet pembendung ± 10 cm pada
bagian atas dari vena yang akan diambil, jangan terlalu
kencang sebab akan merusak pembuluh darah;
d) Pasien disuruh mengepalkan tangannya;
e) Dalam keadaan tangan pasien mengepal, ujung telunjuk
kiri memeriksa/mencari lokasi pembuluh darah yang akan
ditusuk;
f) Bersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
sampai mongering;
g) Pegang semprit dengan tangan kanan, kencangkan jarum
dengan tangan kiri. Tegangkan kulit dengan ibu jari kiri di
atas pembuluh darah supaya pembuluh darah tidak
bergerak, kemudian tusukkan jarum pada vena dengan
lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut kemiringan
antara jarum dan kulit ± 15o- 300;
h) Jarum dimasukkan sejajar pembuluh darah ± 1,0- 1,5 cm;
i) Setelah darah masuk disposable syringe, dengan tangan
kiri penghisap ditarik perlahan-lahan sehingga darah
masuk kedalam semprit, setelah mendapatkan sejumlah
darah yang dibutuhkan, ikatan pembendung dilonggarkan
atau dilepas dan pasien diminta membuka kepalan
tangannya;
24

j) Letakkan kapas alkohol 70% yang sudah diperas pada


tempat penusukkan , jarum ditarik kembali;
k) Pasien disuruh menekan bekas tempat tusukkan dengan
kapas tersebut selama beberapa menit dan diberi plester
(tangan masih dalam keadaan lurus/siku tidak boleh
ditekuk);
l) Lepaskan jarum dari sempritnya di alirkanlah (jangan
disemprotkan) darah ke dalam wadah yang tersedia
melalui dinding wadah penampung;
m) Wadah ditutup dan diberi label yang bertuliskan nomor
laboratorium;
n) Catat waktu pengambilan dan paraf formulir waktu
kembali.
3) Pengolahan Spesimen Darah (Whole Blood)
a) Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan anti koagulan yang sesuai kemudian
dihomogenisasikan dengan cara membolak-balikkan
tabung kira-kira 10-12 kali secara perlahan dan merata.
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
: 1792/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman
Pemeriksaan Kimia Klinik, Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
b) Cara membuat darah EDTA
i. Sediakan wadah masukkan 2-3 tetes larutan EDTA
10% dengan pipet Pasteur kedalamnya, biarkan
mongering.
ii. Alirkan 2 ml darah kedalamnya melalui dinding
wadah.
iii. Tutuplah wadah dan segera campur dengan gerakan
melingkar searah jarum jam diatas meja secara
perlahan selam 60 detik atau lebih. (Petunjuk
25

Pemeriksaan Hematologi, Jakarta, Departemen


Kesehatan, 1992.)
c. Kesalahan- kesalahan dalam Pengambilan Darah Vena
1) Pemasangan Tourniquet
i. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras
dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan
niali hematocrit/PVC dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol,
lipid total).
ii. Melepas tourniquet sesudah jarum dilepas dapat
menyebabkan hematoma.
2) Jarum dilepaskan sebelum tabung vacuum terisi penuh
sehingga mengakibatkan masuknya udara kedalam tabung
dan merusak sel darah merah.
3) Penusukan
i. Penusukkan yang tidak sekali kena menyebabkan
masuknya cairan jaringan sehingga dapat
mengaktifkan pembekuan. Disamping itu penusukkan
yang berkali- kali juga berpotensi menyebabkan
hematoma.
ii. Tusukkan jarum yang tidak tepat benar masuk ke
dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat
hematoma.
4) Pada saat memindahkan darah ke tabung lain (atau dari spuit
ke tabung), memindahkannya terlalu cepat atau specimen di
kocok (busa atau gelembung darah dapat menyebabkan
hemolisis).
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol menyebabkan
hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa
terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukkan.
2. Pengambilan Sampel Darah Kapiler
26

a. Alat dan Bahan


1) Lancet Steril
2) Kapas Alkohol 70%, Kapas Kering atau Tisu
3) Sarung tangan (handscoon)
b. Prosedur Pelaksanaan Pengambilan Sampel Darah Kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan
biarkan sampai kering lagi.
2) Peganglah bagian tersebut agar tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari
tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik jari,
jangan sejajar dengan itu. Pada daun telinga tusuklah
pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar, jangan menekan jari atau telinga untuk
mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu
telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
4) Buanglah tetesan darah pertama keluar dengan menggunakan
segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai
untuk pemeriksaan.
5) Tutup lubang tabung menggunakan kapas dan di plester.
c. Kesalahan-kesalahan Dalam Pengambilan Darah Kapiler
1. Mengambil darah tempat yang memperlihatkan adanya
gangguan pendarahan seperti vasokontraksi (pucat), vasodilasi
(oleh radang, trauma dsb) kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam sehingga darah yang harus
diperas-peras keluar
3. Kulit yang ditususuk masih basah dengan alkohol. Biarkan saja
darah itu diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas kulit
sehingga sukar di isap ke dalam pipet.
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5. Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
27

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pemeriksaan klinik untuk mendapatkan informasi tentang klinik kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang diagnostik penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan (pasal 1, Permenkes, No 411 tentang
laboratorium klinik).
Mikrobiologi klinik adalah suatu cabang ilmu kedokteran medic yang
memanfaatkan kompetensi dibidang kedokteran umum dan mikrobiologi
kedokteran untuk bersama-sama klinis melaksanakan tindakan survailans
28

(memantau distribusi penyakit), pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi,


serta secara aktif melaksanakan tindakan pengendalian infeksi dilingkungan.
Patologi klinik merupakan cabang dari ilmu patologi lainnya, yaitu patologi
anatomi, yang mempelajari mengenai anatomi jaringan yang terinfeksi. Ilmu
patologi klinik menekankan penelitiannya pada diagnosis, pemulihan, dan
pencegahan berbagai jenis penyakit. Secara umum, pemeriksaan suatu penyakit
dideteksi berdasarkan perubahan berbagai jenis proses biokimia yang berlangsung
di dalam tubuh pasien. Sampel yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan di
laboratorium adalah cairan tubuh seperti urine dan darah.
3.2 Saran
Dalam melakukan pemeriksaan hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan menghasilkan data yang
akurat yang berguna untuk menunjang hasil dari tingkat kesehatan seseorang.
Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk
menambahwawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik dari
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/mengenal-lebih-dekat-mikrobiologi-klinik
28
https://docplayer.info/amp/93384432-Penuntun-laboratorium-klinik.html
https://labcito.co.id/pemeriksaan-mikrobiologi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_klinik
Sukmadinatan, Nana. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung PT.
Remaja Rosdakarya
Mardiana & Rahayu, Ira Gustiara. (2017). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medis ; Pengantar Laboratorium Medik. Hal : 15-18. BPPSDMKes :
Jakarta.
29

Gandasoebrata, R. 2013. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK. Dian


Rakyat. Panduan Praktikum Urinalisa
Riswanto, 2013. Pemeriksaan Hematologi Selayang Pandang. Alfamedia Kanal
Medika.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang Universitas
Muhammadiyah. Malang Press

29

Anda mungkin juga menyukai