Anda di halaman 1dari 38

KODE SOAL

16
TUGAS UJIAN : MIKROBIOLOGI KLINIK/TERAPAN
DOSEN : Prof. Dr. H. M. NATSIR DJIDE, M.S., Apt.

CARA / URUTAN PEMERIKSAAN SAMPEL SECARA


MIKROBIOLOGI

OLEH

MASYUDI ZULKIFLI IMANSYAH


N012181010

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan

rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “

Cara/Urutan pemeriksaan sampel secara mikrobiologi” sebagai tugas mata kuliah

Mikrobiologi Klinik

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Atas saran dan kritik yang diberikan, penulis

mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca.

Makassar, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................................1
A.Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
Bab II Pembahasan.................................................................................................................4
A.Prosedur Dan Pengiriman Spesimen...........................................................................4
B. Pengambilan Spesimen Berdasarkan Jenis Spesimen................................................7
C. Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi...................................................................18
D.Metode Pewarnaan......................................................................................................19
E. Pertumbuhan Dan Pembiakan Bakteri........................................................................22
F. Media Pertumbuhan Bakteri.......................................................................................22
G. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri....................................................24
H. Macam-macam Pemeriksaan Mikrobiologi................................................................26
I. Kultur...........................................................................................................................26
J. Identifikasi Bakteri Dengan Alat Vitex.......................................................................27
K. Uji Sensitivitas Antibiotika........................................................................................28
L. Pemeriksaan Mikroskopis...........................................................................................28
Bab III Penutup......................................................................................................................33
A. Kesimpulan...................................................................................................................33
B. Saran.............................................................................................................................33
Daftar Pustaka........................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penegakan diagnosis pada pasien memerlukan adanya hubungan antara barbagai data.
Data-data tersebut didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Salah satu pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dari pemeriksaan mikrobiologi, kualitas
spesimen merupakan faktor yang paling harus diperhatikan. Kualitas spesimen yang baik sangat
diperlukan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis yang dapat dipercaya. Spesimen untuk
pemeriksaan mikrobiologi, dalam hal ini biakan bakteri, jamur, atau virus harus mendapat
perhatian khusus mengingat mikroorganisme dapat mati selama transportasi atau sebaliknya
mikroorganisme kontaminan dapat tumbuh sehingga mempengaruhi hasil biakan. Pengelolaan
spesimen yang tidak tepat, baik dari segi pengambilan, pengawetan ataupun transportasi, dapat
menimbulkan kegagalan dalam menemukan mikroorganisme penyebab. Selain itu,
ketidaktepatan pengelolaan spesimen dapat menimbulkan adanya kesalahan dalam penentuan
mikroorganisme penyebab karena mikroorganisme yang diisolasi mungkin saja merupakan suatu
kontaminan atau flora normal. Hal ini dapat menyebabkan adanya pemberian terapi yang tidak
tepat pada pasien (Uliyah,2008).
Penyakit infeksi yang timbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat patogen.
Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnese guna
menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan
spesimen.
Untuk mempelajari mikroba, kita perlu membiakkannya pada media terlebih dahulu.
Namun sebelum kita melakukan pembiakan mikroba, hal yang penting untuk dilakukan adalah
melakukan pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel merupakan suatu aspekpenting
yang harus diperhatikan ketika melakukan penelitian mikrobiologi. sampel yang diambil
haruslah merupakan representasi dari seluruh bagian yang diteliti. Untuk itu diperlukan teknik

1
yang benar agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan sampel menjadi bias. Setelah itu
kita juga harus mengenal tentang pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan bakteri sederhana didefinisikan sebagai peningkatan jumlah mikroorganisme
per unit waktu. Kebanyakan bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, di mana akan
terbentuk dua sel baru dari satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk dua sel
baru tersebut dinamakan waktu generasi. Waktu generasi bervariasi tergantung pada spesies dan
kondisi pertumbuhan, ada yang hanya beberapa menit ada yang sampai beberapa jam. Jika
bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu
faktor kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Kalau sepanjang
peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi penambahan nutrisi atau penyaluran keluar produk–produk
metabolisme, maka pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum,
yang tidak hanya berlaku bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel
banyak dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik (Burrows, 2004).
Untuk mencapai hasil terapi yang memuaskan sangat diperlukan adanya interaksi dan
komunikasi antara klinisi dan ahli mikrobiologi klinik. Tugas laboratorium mikrobiologi klinik
antara lain, adalah:
1. Diagnostik, membantu penegakan diagnosa dengan melakukan isolasi dan identifikasi
kuman.
2. Terapi, membantu memberikan terapi dengan uji sensitivitas kuman terhadap obat anti
mikroba.
3. Menentukan carrier, untuk memastikan tidak adanya kuman carrier terhadap penyakit-
penyakit dalam masa penyembuhan
4. Follow up, dapat membantu menentukan apakah pasien bisa dipulangkan atau dilakukan
terapi lanjutan
Pemeriksaan mikrobiologi yang dapat dilakukan adalah : pemeriksaan mikroorganisme dan
uji resistensi (kuman aerob), pemeriksaan terhadap kuman anaerob, pemeriksaan khusus
(Mycobacterium, Sexual Transmitted Diseases, Mikologi) dan pemeriksaan serologi.
Berdasarkan latar belakang ini, maka disusunlah makalah ini dengan judul ‘cara / urutan
pemeriksaan sampel secara mikrobiologi’.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Berapa banyak jenis spesimen ?
2. Bagaimana proses pengambilan spesimen dengan benar ?
3. Bagaimana proses pemeriksaan secara Mikrobiologi terhadap spesimen yang telah
diambil ?
C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui berapa banyak jenis spesimen
2. Mengetahui proses pengambilan spesimen dengan benar
3. Mengetahui proses pemeriksaan secara Mikrobiologi terhadap spesimen yang telah
diambil

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur dan Pengiriman Spesimen


Secara umum, prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi hal-
hal berikut ini:
1. Keamanan. Setiap tindakan yang berkaitan dengan pengelolaan spesimen harus
mengikuti pedoman universal precaution. Semua spesimen dianggap berbahaya.
Usahakan untuk meminimalisasikan memegang spesimen secara langsung,
contohnya dengan menggunakan kantung plastik tempat spesimen yang terpisah
dengan lembar permintaan. Petugas harus memakai pelindung seperti jas
laboratorium, masker dan sarung tangan.
2. Memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penderita. Penderita harus diberi
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan alasannya..
3. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian antibiotika, jika memungkinkan
atau bebas antibiotika minimal 3 hari.
4. Jika memungkinkan, pengambilan spesimen dilakukan sedemikian rupa sehingga
meminimalisasikan terjadinya kontaminasi flora normal tubuh untuk meyakinkan
bahwa spesimen yang diperoleh cukup mewakili dari tempat yang terinfeksi.
Tabel 1. Tempat infeksi dan sumber kontaminasi dari flora normal.
Tempat Infeksi Sumber Kontaminasi
Telinga tengah Kanalis eksternal telinga
Saluran nafas bawah Orofaring
Sinus nasal Nasofaring
Vesika urinaria Uretra dan perineum
Endometrium Vagina
Luka superfisial dan infeksi subkutan Kulit dan mukosa membrane
Fistula Saluran cerna

5. Spesimen diambil dengan cara yang tepat, yaitu dengan menggunakan peralatan yang
steril dan dengan teknik aseptik untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh saat melakukan tindakan invasif. Bila spesimen diambil melalui kulit yang

4
intak, bersihkan dahulu kulit tersebut terlebih dahulu. Misalnya dengan menggunakan
alkohol 70% yang diikuti dengan larutan iodine (larutan povidone-iodine 10%).
6. Wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan bertutup ulir. Wadah
tersebut harus diberi label yang jelas. Label tersebut berisi nama pasien, nomor rekam
medik pasien, nomor ruang rawat pasien, jenis spesimen, tanggal dan waktu
pengambilan.
7. Volume spesimen yang diambil harus cukup untuk pemeriksaan. Spesimen yang
kurang akan menghasilkan hasil yang negatif palsu.
8. Permintaan pemeriksaan hendaknya dibuat dengan jelas. Pada lembar permintaan
dicantumkan:
• Nama pasien, umur dan jenis kelamin
• Nomor ruang rawat atau alamat
• Nama dan alamat dokter yang merawat
• Asal spesimen ( bagian tubuh yang spesifik dimana spesimen diambil)
• Tanggal dan jam spesimen diambil
• Diagnosa klinis
• Prosedur khusus terhadap spesimen (jika perlu)
• Antibiotika yang diberikan (jika pasien telah mendapatkan pengobatan
sebelumnya)
• Data lain yang relevan: misal pasca operasi, imunodefisiensi
9. Pedoman umum transportasi spesimen yang tepat.
a. Semua spesimen sebaiknya dibawa ke laboratorium segera setelah diambil (<
1 jam). Tujuannya untuk meyakinkan bahwa mikroorganisme terutama yang
bersifat fastidious dapat bertahan hidup dan mencegah pertumbuhan yang
berlebihan dari bakteri yang lebih kuat. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk
memperpendek durasi atau waktu kontak spesimen dengan anestesi lokal (jika
digunakan) yang juga memiliki aktivitas anti bakteri, serta agar diagnosis
proses infeksi dapat ditegakkan lebih akurat. Jika tidak mungkin, bahan
dimasukkan dalam media transport (Stuart / Carry-Blair / Amies /Pepton
alkali). Untuk bahan tanpa medium transport, spesimen disimpan pada suhu

5
o
4 C (jangan dibekukan) dan dikirim dalam keadaan dingin. Khusus untuk
pemeriksaan Haemophillus influensa, gonokokus dan meningokokus, bahan
jangan didinginkan tapi sample langsung dimasukkan ke dalam media
transport (media pertumbuhannya), dan pada suhu ruang langsung dikirim ke
laboratorium. Spesimen dalam medium transport harus diperiksa kurang dari
24 jam.
Tabel 2. Kondisi Penyimpanan dalam Sistem Transport Bakteri
Sistem Transport Spesimen disimpan pada suhu
o o
4C 25 C
Tanpa pengawet Broncial wash, biopsi paru, Cairan likuor, cairan sinovial
cairan perikardium, sputum,
Urin
Transport anaerob - Cairan abdomen, empedu, lesi
yang dalam, aspirasi baru,
jaringan, urin pungsi supra
pubik
Langsung diinokulasi pada - Corneal scraping, kultur
Medium darah, spesimen gonokokus

Medium transport Biopsi luka bakar, spesimen Sumsum tulang, kultur dari
yang diduga mengandung saluran nafas bagian atas
kuman enterik pathogen

b. Bila spesimen tidak dapat dibawa segera ke laboratorium dapat disimpan pada

suhu 2 - 8oC. Namun terdapat beberapa perkecualian yaitu:


• Bila darah dikultur dalam kaldu, darah tersebut diinkubasi pada suhu 35-

37oC
• Spesimen yang diduga mengandung bakteri Neisseria spp, harus disimpan

pada suhu ruang (25oC) karena kuman ini sangat sensitif terhadap suhu.
• Pada spesimen anaerob gunakan media anaerob, bila tidak ada media
segera kirim dalam suhu ruang dan hindarkan kontak spesimen dengan
udara.
• Prosedur untuk pengumpulan spesimen anaerob adalah:

6
o Pengambilan sampel secara aseptik
o Hindari kontaminasi dengan flora normal
o Hindari kontak dengan oksigen (udara) dan persiapkan medium
transport terlebih dahulu
o Aspirasi pus dengan spuit harus secepatnya dimasukkan dalam
medium transport (seperti medium thioglikolat)
o Pada ulkus, spesimen diambil pada dasar atau tepi ulkus
• Tanda-tanda klinis adanya infeksi anaerob adalah:
o Discharge berbau busuk
o Adanya jaringan nekrotik, gangren, pseudomembrane formation
o Terbentuk gas dalam jaringan / discharges
o Infeksi yang berhubungan dengan keganasan atau kerusakan
jaringan.
o Infeksi yang berhubungan dengan obat-obatan aminiglikosida (oral,
parenteral, topikal)
o Septic thrombophlebitis
o Infeksi akibat gigitan hewan/manusia
o Septic abortion, infeksi pasca tindakan bedah digestif / urogenital
• Spesimen feses yang diambil untuk kultur bakteri harus dimasukkan ke
dalam medium transport (medium Carry Blair atau buffered glycerol
saline).
B. Pengambilan Spesimen Berdasarkan Jenis Spesimen
1. Kultur Darah
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen untuk kultur
darah adalah:
1) Jumlah dan waktu pengambilan.
Sebagian kasus bakterimia dapat dideteksi dengan mempergunakan 3 set kultur darah
yang diambil secara terpisah. Pengambilan spesimen darah lebih dari 3 set tidak
mempengaruhi tingkat sensifitas dan spesifitas deteksi bakteri. Sebaliknya, satu kultur
darah akan memberikan hasil negatif palsu terutama pada bakterimia intermiten

7
sehingga terjadi kesulitan dalam menginterpretasi mikroorganisme yang berhasil
diisolasi dari kultur tersebut.
a. Sepsis akut. Pada kasus ini, sebaiknya dilakukan 2-3 kultur yang diambil dari
tempat yang berbeda sebelum memulai terapi.
b. Endokarditis.
• Endokarditis akut Pada kasus dengan kecurigaan endokarditis akut,
dilakukan pengambilan 3 kultur darah dari tempat yang berbeda
berselang 1-2 jam. Setelah pengambilan spesimen, dapat diberikan
terapi.
• Endokarditis subakut. Dilakukan pengambilan 3 kultur darah pada
hari pertama (berselang 15 menit). Jika semua kultur negatif pada
jam berikutnya, kembali dilakukan pengambilan 3 kultur darah
dengan selang 15 menit.
• Terapi anti mikroba 1-2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada
keadaan ini, dilakukan pengambilan 2 kultur darah yang terpisah dan
berselang 3 hari.
c. Fever of unknown origin. Pengambilan spesimen dilakukan sebanyak 2 kali.
Kultur darah diambil terpisah paling tidak berselang 1 jam. Jika hasil
pembiakan negatif setelah 24-36 jam berikutnya, dilakukan kembali
pengambilan 2 spesimen kultur darah berselang 1 jam.
2) Volume darah. Volume darah merupakan faktor yang paling penting, karena
konsentrasi mikroorganisme pada sebagian besar kasus bakterimia sangat rendah,
terutama pada pasien yang telah mendapatkan terapi antibiotika. Pada bayi dan anak-
anak, konsentrasi mikroorganisme selama bakterimia lebih tinggi daripada orang
dewasa sehingga volume darah yang diperlukan lebih sedikit.
a. Bayi. Volume darah yang diambil pada bayi sebanyak 1-3 ml.

8
9
b. Anak-anak. Pada anak-anak diperlukan 3-5 ml darah tiap 1 kali pengambilan.
c. Dewasa. Pada orang dewasa diperlukan 10-20 ml darah tiap 1 kali
pengambilan,
3. Medium kultur. Medium kultur yang digunakan disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan aerob dan fakultatif anaerob dapat digunakan kaldu
BHI, TSB, atau BACTEC untuk aerob. Sedangkan untuk mengisolasi
mikroorganisme anaerob dapat digunakan kaldu tioglikolat, BHI anaerob, atau kaldu
BACTEC anaerob.
4. Pengambilan darah. Darah diambil melalui vena atau arteri baik dari kateter
intravaskuler ataupun jarum suntik. Pengambilan dilakukan dengan tetap
memperhatikan universal precaution, yaitu dengan menggunakan sarung tangan.
a. Dilakukan disinfeksi pada tempat pengambilan (venipuncture), tutup botol
kultur, dan tabung sebelum dilakukan pengambilan darah.
b. Bersihkan tempat pengambilan dengan isopropil alkohol 70% atau etil
alkohol.
c. Swab secara melingkar dari dalam keluar (konsentris), dimulai dari bagian
tengah dengan larutan povidone iodine 10%.
d. Biarkan disinfektan mengering. Dan jangan memegang kembali tempat yang
telah didisinfeksi.
e. Lakukan pengambilan darah dengan jarum suntik dan pindahkan darah ke
dalam tabung vacutainer steril.

Gambar 1. Pengambilan darah (venipuncture) (Koneman, 1997)

10
2. Spesimen Saluran Cerna
Spesimen saluran cerna dapat berasal dari lambung, duodenum, usus halus, dan colon.
1) Spesimen feses.
Pemeriksaan spesimen feses dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi Shigella,
Salmonella, dan dengan permintaan khusus yaitu Clostridium difficile, Vibrio, dan
Yersinia. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Spesimen feses harus dalam keadaan dingin, jadi tidak boleh diinkubasi.
b. Jika spesimen feses tidak dapat dikultur dalam waktu 1 jam, feses harus
dimasukkan ke dalam medium transport Carey-Blair atau buffered glycerol
saline.
c. Jangan menggunakan kertas tisu untuk mengambil feses. Kertas tisu biasanya
mengandung barium yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
patogen pada feses.
d. Feses berdarah atau berlendir ambil bagian berdarah atau berlendir tersebut.
e. Pada infeksi di saluran cerna digunakan medium diferensial yang mengandung
laktosa untuk pencerna feses. Karena pada hari I terjadi perbedaan antara
mikroorganisme patogen dan non patogen dalam memfermentasi laktosa. Hari
pertama : LFC (Lacto Ferment Colony) dan NLFC (Non Lacto Ferment
Colony) adalah patogen. Mikroorganisme patogen akan dilakukan reaksi
biokimia untuk identifikasi pada hari kedua.
f. Cara pengambilan spesimen feses : masukkan feses ke dalam wadah steril
yang memiliki mulut besar, tidak mudah bocor, dan tutup ulir yang kuat.
2) Usap dubur (rectal swab). Caranya adalah dengan memasukkan lidi kapas steril
sepanjang 1 inci / 2,5 cm ke dalam sfingter anus. Secara hati-hati, putar lidi kapas
pada kripte anus searah jarum jam dan putar balik lidi kapas. Bila tidak langsung
ditanam, masukkan ke dalam media transport Carey-Blair. Dilakukan pada pasien
(dewasa dan bayi) dengan diare akut atau konstipasi (Miller, 1996).
3. Spesimen Saluran Nafas
Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen saluran nafas
sehingga hasil pemeriksaan benar-benar merupakan gambaran keadaan yang sebenarnya.

11
Sputum yang dikumpulkan selama 24 jam tidak direkomendasikan untuk diperiksa di
laboratorium mikrobiologi. Selain itu, untuk beberapa mikroorganisme yang memerlukan
teknik isolasi atau media tertentu seperti bakteri Corynebacterium diphteriae, Bordetella
pertussis, Neisseria gonorrhoeae, Legionella spp, Chlamydia, atau Mycoplasma, haruslah
menghubungi laboratorium mikrobiologi terlebih dahulu sebelum mengambil spesimen.
a. Pengambilan Spesimen saluran nafas bagian atas
1. Swab tenggorok
• Tekan lidah dengan tongue spatel, masukkan lidi kapas steril melewati
daerah antara tonsillar pillar dan di belakang uvula. Hindari
menyentuh lidah, mukosa bukal, uvula atau bibir
• Usapkan swab pada daerah posterior laring, tonsil dan daerah
inflamasi atau yang mengalami ulserasi
• Kuman yang biasa ditemukan Streptococcus pyogenes,
Corynebacterium diphteriae

Gambar 2. Cara pengambilan swab tenggorok

2. Swab hidung
• Masukkan lidi kapas steril ke dalam rongga hidung kira-kira 2,5 cm.
• Lidi kapas diputar berlawanan dengan mukosa hidung.
• Ulangi proses tersebut pada sisi lainnya.
b. Pengambilan spesimen saluran nafas bawah

12
Diagnosis laboratorium pada infeksi saluran nafas bawah tidaklah mudah karena
adanya kesulitan untuk mendapatkan spesimen saluran nafas bawah yang tidak
terkontaminasi dengan flora normal yang berada pada saluran nafas atas. Cara pengumpulan
spesimen yang paling mudah untuk saluran nafas bawah adalah dengan pengambilan sputum.
Namun, bila cara pengumpulan sputum tidak dilakukan dengan baik akan memudahkan
terjadinya kontaminasi dengan flora normal yang berada di daerah orofaring.
Cara pengambilan sputum adalah :
 Pasien kumur-kumur dengan air sebelum sputum dibatukkan untuk
mengurangi kontaminasi flora normal orofaring
 Batuk sedalam mungkin disertai dengan pengeluaran sputum lalu masukkan
ke pot steril (sputum ekspetorasi). Jumlah sputum tidak perlu banyak asalkan
bukan saliva.
 Untuk pemeriksaan basil tahan asam (BTA) diambil sputum pertama pagi 3
hari berturut-turut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dibawah
pengawasan. Jumlah sputum minimal ± 3 ml
 Kuman yang biasa ditemui, Mycobacterium tuberculosis, Legionella,
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophylus
influensa (bukan penyebab influensa tapi bakteri).
4. Spesimen Luka
Spesimen diambil dari dasar luka dengan aspirasi, swab, kerokan, biopsi.
• Luka superfisial. Aspirasi merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan
spesimen dibandingkan dengan swab. Sebelum dilakukan pengambilan spesimen,
lakukan disinfeksi dipermukaan luka dengan alkohol 70% diikuti dengan larutan
povidone iodine 10%, biarkan disinfeksi kering lalu lakukan aspirasi dengan syringe
3 atau 5 ml dengan jarum 22 atau 23 G pada bagian yang paling dalam dari lesi. Bila
terdapat vesikel, yang diambil adalah cairan dan sel yang berasal dari dasar vesikel.
Bila aspirasi pertama gagal mendapatkan spesimen, suntikkan NaCl 0,9% steril
subkutan. Ulangi kembali aspirasi.
• Ulkus dan nodul. Disinfeksi daerah lesi, lalu hilangkan pus diluar serta bagian
nekrosis (debris) yang menutupi ulkus terlebih dahulu. Lakukan kuretase pada bagian

13
dasar ulkus atau nodul. Bila eksudat timbul dari ulkus atau nodul, kumpulkan dengan
jarum atau swab steril, sampel yang terbaik adalah biopsi.
• Luka dalam atau abses internal. Disinfeksi permukaan kulit lalu aspirasi bagian
yang paling dalam dari lesi, untuk menghindari kontaminasi dari permukaan luka.
Bila pengambilan spesimen dilakukan saat pembedahan, bagian dinding abses harus
diikutsertakan untuk kultur
• Luka bakar. Luka dibersihkan dari pus, serum, jaringan nekrotik dengan NaCl steril,
lalu ambil sampel usapan dari dasar luka
• Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain
• Semua spesimen yang diambil baik secara aspirasi atau swab langsung dimasukkan
ke pot steril dan disimpan pada suhu kamar
5. Spesimen Urin
Dalam pengambilan spesimen urin, waktu dan penyimpanan spesimen merupakan hal
yang berperan penting mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selain itu, daerah uretra dan
periuretra berada pada daerah yang berpotensial menjadi sumber kontaminan. Karena itu,
saat pengambilan spesimen urin dipastikan daerah ujung uretra pada laki-laki dan vestibulum
vagina pada wanita harus dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan spesimen. Dengan
tindakan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi pada spesimen urin. Ujung
uretra atau vestibulum vagina cukup dibersihkan dengan sabun. Tidak direkomendasikan
menggunakan disinfektan karena penggunaan disinfektan selama pengambilan urin diduga
dapat menjadi penghambat atau inhibitor pertumbuhan mikroorganisme.
Selain kontaminasi, yang perlu diperhatikan adalah waktu transportasi urin ke
laboratorium. Waktu yang paling baik dalam transportasi spesimen urin adalah kurang dari 2
jam. Bila spesimen tidak dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam, urin harus
o
disimpan dalam lemari es, (hitung bakteri relatif stabil paling tidak 24 jam dalam suhu 4 C).
Jangan diletakkan dalam freezer.
Wadah penampung yang digunakan harus steril. Bila akan dilakukan pemeriksaan
anaerob, spesimen urin harus diambil secara pungsi suprapubik dan disimpan dalam sistem
transport anaerob.

14
Spesimen urin yang paling baik untuk pemeriksaan kultur adalah urin pagi. Untuk
pemeriksaan kultur mikrobakteria dalam urin dapat dilakukan dari spesimen urin pagi 3 hari
berturut-turut. Tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan kultur dari urin 24 jam.
Teknik pengumpulan spesimen urin dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain teknik clean catch, straight catheter, indwelling catheter, suprapubic aspiration.
1. Clean catch urine / Midstream urine /urin porsi tengah
a. Pasien wanita :
• Bersihkan ujung uretra dan vestibulum vagina dengan air sabun atau
sabun cair. Cuci bersih dengan air.
• Buka labia mayor selama berkemih.
• Mulailah miksi beberapa saat dan tampunglah urin porsi tengah. dalam
pot steril, sisanya dibuang.
• Pot jangan sampai menyentuh daerah genitalia.
b. Pasien pria :
• Bersihkan bagian penis dan tarik kulit preputium ke belakang (bila
tidak disirkumsisi) dan cuci dengan sabun. Cuci bersih dengan air.
• Biarkan kulit preputium retraksi untuk meminimalisir kontaminasi.
• Mulailah miksi beberapa saat dan tampung urin porsi tengah dalam pot
steril.
• Pot jangan menyentuh genitalia.
2. Straight catheter urine
Teknik ini dilakukan pada keadaan dimana teknik urin porsi tengah / clean catch
urine tidak bisa dilakukan.
• Sebelum dilakukan kateterisasi, pasien harus minum hingga vesika
urinaria penuh.
• Bagian ujung uretra pasien dibersihkan dengan sabun dan dicuci
dengan air.
• Dengan menggunakan teknik steril, masukkan kateter ke dalam vesika
urinaria.
• Kumpulkan urin 15-30 ml dan buang dari ujung kateter. Ambil urin
porsi tengah dan akhir dan masukkan ke pot steril.

15
3. Indwelling catheter urine
Dilakukan bila pasien tidak dapat berkemih.
• Bersihkan catheter collection port dengan alkohol 70%.
• Dengan teknik yang steril lakukan pungsi pada collection port dengan
jarum suntik. Jangan mengambil urin dari kantong urin.
• Aspirasi urin dan masukkan dalam pot steril.

Gambar 3. Pengambilan urin secara indwelling catheter urine


4. pra pubic aspiration (SPA)
Teknik ini berguna untuk menentukan infeksi urin pada orang dewasa dengan
kecurigaan infeksi dimana hasil pemeriksaan urin yang diambil dengan teknik lain
memberikan hasil yang meragukan.
a. Sebelum SPA pasien minum sampai vesika urinaria penuh
b. Disinfeksi kulit daerah supra pubik diatas vesika urinaria.
c. Buat luka sayatan kecil diatas daerah simfisis pubis. Aspirasi urin dari vesika
urinaria tersebut dengan menggunakan jarum suntik..
d. Teknik ini tidak lazim karena nyeri dan untuk pemeriksaan. anaerob spesimen
harus diambil dengan cara ini.

16
Gambar 4. Pengambilan urin secara Supra Pubic Punction
6. Spesimen Genital
Pengambilan spesimen genital harus dilakukan dengan teliti karena sangat banyak
bakteri komensal yang hidup di daerah genital. Pengambilan rutin spesimen vagina
meminimalkan hasil yang akurat karena flora normal tumbuh sangat banyak sehingga sulit
untuk diinterpretasikan.
a. Urogenital wanita
 Usap vagina, usap serviks.
 Jangan gunakan pelumas (lumbricant), analgetik atau antiseptik.
 Bersihkan vulva dengan kapas / kassa yang dibasahi dengan aquades atau
NaCl steril.
 Masukkan spekulum dengan hati-hati.
 Ambil sampel dari forniks posterior vagina atau endoserviks dengan lidi
kapas steril, ambil 2 swab.
 Bila penderita belum menikah, jangan gunakan spekulum, ambil sampel
dengan lidi kapas steril dengan hati-hati
 Kuman yang sering ditemui Candida albican, apabila infeksi mencapai
pelvis dapat menyebakan Pelvic Inflamatory Disease (PID) yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.

17
Tabel 3. Bakteri patogen menyebab infeksi pada genital wanita

Tempat infeksi Mikroorganisme yang dapat ditemui


Vulva Treponema pallidum, Haemophilus
ducreyi, Chlamydia spp, Herpesvirus,
yeast
Vagina Trichomonas vaginalis, Candida albicans,
Bakteri campuran penyebab vaginosis
Cervix Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,
Herpesvirus, Actinomycetes spp
Uretra, bagian atas Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,
bakteri anaerobic dan aerobik

b. Urogenital pria
• Ambil sampel paling sedikit 2 jam setelah penderita berkemih.
• Bersihkan glans penis dengan kapas/kassa yang dibasahi dengan air/NaCl steril.
• Lakukan urutan ringan dari pangkal ke ujung penis, dan ambil sekret yang keluar
dengan lidi kapas steril.
• Bila tidak terlihat sekret, masukkan swab urogenital kira-kira 2 cm ke endouretra,
putar perlahan 5-10 detik.
• Kuman yang sering ditemukan Gonorrhoeae, Syphilis.
7. Spesimen Cairan
• Liquor Cerebro Spinal (LCS)
 Spesimen diambil secara Lumbal Puction (LP) pada L3-L4 (dewasa) dan
L4-L5 (anak-anak) secara aseptik lalu dikirim dan diperiksa cepat di
laboratorium.
 Untuk pemeriksaan Haemophylus influenza, gonokokus, dan
meningokokus bahan jangan didinginkan.
 LP sering dilakukan pada pasien meningitis.
Cairan tubuh lain seperti cairan pleural, peritoneal dan cairan sendi diaspirasi dan
disimpan dalam pot steril. Untuk cairan thorak, pleura atau abdominal dapat dilakukan

18
aspirasi sebanyak 50-100 ml. Apabila spesimen tidak segera dikirim, spesimen disimpan
pada suhu kamar.

Gambar 5. Cara pengambilan LCS


C. Pemeriksaan Laboratorium Mikrobaiologi
1. Mikroskopis/ Direct /Langsung
2. Biakan / Kultur/ Biokimia/ Resistensi
3. Serotype/ genotype/ Serologi
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana yang dilakukan dilaboratorium
kegiatan ini hanya menggunakan mikroskop dan penguasaan teknik pembuatan sediaan/
preparat dan pewarnaan.
Cara Pembuatan Sediaan Mikroskopis Bakteriologi :
a. Siapkan objek glas yang bersih dari lemak, bila berlemak dibersihkan dengan alcohol dan
panaskan sebentar diatas nyala api.
b. Buat smear / apusan sedian dari spesiment (missal dahak) pada objek glas dengan cara
mengoleskan dengan dengan car berputar sehingga cuukup tebal lali keringkan.
c. Lakukan fiksasi diatas nyala api lampu spritus, ini dilakukan agar bakteri mati dan
specimen dapat lebih menempel pada objek glas. Sediaan bakteriolog siap diwarnai.
D. Metode Pewarnaan
1. Pewarnaan Sederhana

19
Pewarnaan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan susunan bakteri. Hanya
menggunakan satu warna pengecetan dan warna sel sesuai dengan warna cat organic
yang dipakai. Misalnya Basic / Carbol Fuchin (merah), Methylene blue (biru), Brilliant
Green (hijau) dll.
2. Pewarnaan Negatif
Merupakan metode pewarnaan untuk mengetahui bentuk dan susunan bakteri
yang sulit diwarnai misalnya soil bacteria / bakteri tanah. Pewarnaan ini hanya mewarnai
latar belakangnya saja sedangkan sel bakteri tampak transparan. Cat yang biasa dipakai
adalah Nigrosin (hitam).

3. Pewarnaan Differensial
Pewarnaan differensial adalah pewarnaan yang digunakan untuk membedakan
sifat bakteri terhadap suatu pengecatan, dua warna cat yang digunakan menunjukan sifat
bakteri dan ini ditentukan oleh komposisi dari kulit sel bakteri.
a. Pewarnaan bakteri (basil) tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini digunakan untuk menegakkan diagnose laboratorium mikrobaiologi
terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC dan Mycobacterium
leprae penyebab penyakit lepra atau kusta. Larutan utama yang digunakan pada
pewarnaan BTA adalah larutan Fuchin (merah), alcohol asam, dan larutan Methylent
blue (biru) yang diberoikan secara berurutan. BTA dinyatakan positif bila ditemukan
bakteri basil berwarna merah, dan dinyatakan negative bila ditemukan tidak
ditemukan bakteri basil berwarna merah. Untuk menghindari terjadinya kesalahan
(negatip palsu) prefarat pewarnan BTA harus berwarna biru.
b. Pewarnaan gram

20
Pewarnaan ini ditemukan oleh Christian Gram dan dilakuakn hamper pada semua
bahan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi di alboratorium untuk membedakan
bakteri gram positif yang akan memberikan warna ungu dan bakteri gram negatip
yang memberikan warna merah. Larutan utama pada pengecatan ini secara berurutan
adalah Kristal violet (ungu), lugol, Aseton, dan Safranin (merah).
4. Pewarnaan structur khusus
Pewarnaan struktur khusus bakteri adalah pewarnaan yang sulit dan
membutuhkan kecakapan karena struktur khusus ini mudah sekali berubah, lepas dan
cukup sulit diwarnai. Beberapa metode pewarnaan menggunakan bakteri yang masih
hidup dan tidak semua bakteri memiliki struktur khusus ini.

5. Pewarnaan Kapsul
Kapsul adalah aksresi gelatin dari bakteri sehingga menjadi selubung yang tebal
disekeliling dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung terhadap enzim penghancur sel
dan meningkatkan virulensi kuman dengan car menghalangi fagositosis. Contoh bakteri
yang memiliki kapsul adalah Klebsiella.
6. Pewarnaan Spora
Spora merupakan keadaan istirahat kuman yang sangat kebal yang berfungsi
mempertahankan diri dari lingkungan luar yang sangat buruk karena kekeringan, panas,
beku, dan zat kimia beracun. Bakteri berspora memiliki daya tahan terhadap suhu yang
tinggi > 800C selama beberapa menit pada lingkungan hidupnya. Contoh bakteri
berspora adalah genus Clostridium Sp : C. tetani penyebab tetanus, C. Perferingen
penyebab Gangrene gas, C. Botulinum penyebab keracunan pada makanan kaleng.
Spora : Central, Subsentral dan terminal
7. Pewarnaan Flagel

21
Flagel adalah organ yang berbentuk seperti benang panjang yang merupakan
alat gerak. Flagel sangat sulit untuk diwarnai karena mudah lepas sehingga harus
dilakukan pada bakteri yang masih hidup. Prinsip pewarnaan adalah dengan
memperbesar diameter flagel dan mewarnainya sehingga dapat dilihat dengan mikroskop.
Beberapa type flagel pada sel bakteri : Monotrik, Lopotrik, amphitrik dan Peritrik.

Flagella

8. Pewarnaan Granula
Pewarnaan Granula metakromatis dapat dilakukan dengan metoda Neisser atau
metoda Albert dan sangat khas pada bakteri penyebab Difteri dan terdiri dari kombinasi
warna dalam granula.

Granula

E. Pertumbuhan dan pembiakan bakteri


1. Pertumbuhan bakteri

22
Pertumbuhan bakteri adalah pertambahan teratur semua komponen mikroba, bukan
pertambahan besar atau volume akan tetapi merupakan multipikasi atau pertambahan
jumlah sel dari organism bersel satu yang menghasilkan pertambahan jumlah sel yang
membentuk satu populasi atau koloni.
2. Pengukuran pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan microorganism dapat diukur berdasar konsentrasi sel atau jumlah
sel persatuan isi biakan dan Densitas sel atau berat sel persatuan isi biakan.
Pertumbuhan/ multipikasi atau reproduksi kuman dapat berlangsung secara
aseksual maupun seksual/ pembelahan/ amitosis dimana satu sel menjadi 2 sel ( binary
devision), dan Waktu yang diperlukan untuk menjadi 2 sel disebut Generation Time
(Gt) atau waktu generasi. Gt ini berlainan untuk tiap kuman, bervariasi antara 20 menit
hingga 15 jam pada Mtb dan 20 hari pada M leprae.
Waktu generasi dapat dihitung sebagai berikut :
Gt = Log N - Log No / Log 2
Jadi bila satu inokulum dari 1000 sel tumbuh secara eksponensial jadi 1.000.000 sel maka
Gt = Log 1.000.000 – Log 1000 / Log 2
= 6 - 3 / 0,3
= 10 generasi
Bila pertumbuhan ini membutuhkan waktu 5 jam, maka laju pertumbuhannya adalah :
10 enerasi / 5 jam = 2 generasi / 1 jam atau 30 menit / generasi .
F. Media Pertumbuhan Bakteri
Media Adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat kimia organic dan atau
anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (kuman).
Adapun fungsi-fungsi dari media adalah:
1. Untuk menumbuhkan mikroba.
2. Mengisolasi mikroba merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan, memisahkan mikroba
sehingga diperoleh mikroba yang murni terpisah dari yang lainnya (dari beberapa jenis
menjadi satu jenis spesies terpisah).
3. Memperbanyak mikroba.
4. Menguji sifat fisiologi mikroba (biokimia, resitensi).
5. Menghitung jumlah mikroba.

23
6. Menyimpan mikroba/ mempertahankan biakan standart.
Syarat media yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mengandung semua zat yang dibutuhkan mikrob (Nutrien) organic atau anorganik.
2. Tidak mengandung toksin yang dapat menghambat bakteri yang diharapkan (kecuali
memang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang tak diharapkan).
3. Lingkungan media harus memenuhi syarat bagi pertumbuhan bakteri.
4. Steril, bebas dari segala macam bentuk kehidupan lain.
Macam-macam media dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Berdasar konsistensinya :
a. Media cair (liquid media) : nutrient cair, glukosa cair, lactose broth, BGLB
b. Media setengah padat (semi solid media) bahan pemadat (agar) <0,3 % : media
motiliti (SIM/MIO, Carry blair
c. Media padat (Solid media) bahan pemadat agar 1,5 – 2% : tegak : Urea agar miring:
Citrat agar
2. Berdasar bahan pengisinya :
a. Media anorganik Media untuk pertumbuhan bakteri tanah
b. Media organic Media untuk lab. Klinik pada umumnya
c. Media alami / non sintetik / kompleks media dari bahan alami dimana komposisinya
tak diketahui dengan pasti : Nutrien cair (pepton + ekstrak daging)
d. Media sintetik. bahan penyusunnya terdiri dari bahan sintetik, komposisi kimianya
diketahui dengan pasti dengan kemurnian yang ditentukan dengan tepat. Contoh :
media gula – gula ( sukrosa, maltose, galactosa, fruktosa dll ).
3. Berdasar fungsinya
a. Media transport : Carry blair, stuart, alkali pepton, amies dll
b. Media umum /serbaguna /universal media : nutrien agar
c. Media diperkaya (enrichment media): Agar darah
d. Media selektif : Endo agar, Mac konkey dll
e. Media diperkaya ekslusif: alkalis pepton / tellurit cair
f. Media ekslusif: TBCS (Thiosulfat Citrate Bile Sucrose
g. Media differensial: Media pati Agar, Media agar darah

24
h. Media penguji : Indicator penol red (asam kuning, basa merah), BTB (asam
kuning,netral hijau,basa biru)
G. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
1. Medium/Nutrien
Penyediaan bahan makanan bagi pertumbuhan mikrob dinamakan nutrisi,
dimana masing – masing jenis mikrob berbeda dalam sifat fisiologisnya dan
membutuhkan makanan yang berbeda pula. Bakteri yg hidup dengan zat anorganik saja
seperti garam – garaman yang mengandung Na, K, Mg, Fe, Cl, P,Ca disebut bakteri
Autotrof. Sedangkan pengguna senyawa organic misal protein, asam amino, vitamin,
lemak, disebut bakteri Heterotrof . Sebagian besar kuman penyebab penyakit pada
manusia bersifat heterotrof
2. Suhu/Temperature
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan mikrob, namun beberapa spesies
bakteri mampu bertahan dalam keadaan panas yang tinggi misalnya bakteri berspora :
Clostridium Sp. Temperature optimum adalah temperature yang paling baik untuk bakteri
dapat tumbuh. Seperti pada bakteri berikut ini:
a. Bakteri thermofil (polithermik) tumbuh baik pada suhu 550 – 650 C, dapat tumbuh
pada 400 – 800 C misalnya kuman Bacillus dan ganggang.
b. Bakteri mesofil (mesothermik) hidup baik pada suhu 250 – 400 C, dapat tumbuh 50 –
600 C, meliputi kuman penyebab penyakit pada manusia.
c. Bakteri psikrofil (oligothermik) ini optimum 100- 200 C dapat hidup 80 - 300 C.
Sebagian besar kuman pada tanah dan air.
d. Bakteri yang hidup sedikit dibawah atau diatas temperatur maksimum tidak segera
mati namun dalam keadaan tidur/ dormancy.
3. O2 atau Oksigen
Oksigen diperlukan bakteri terutama untuk menangkap hydrogen, oksigen
mutlak diperlukan pertumbuhan mikrob yang bersifat Aerob. Mikrob yang bersifat
anaerob facultative dapat hidup dengan atau tanpa oksigen, Bakteri mikro aerofilik
tumbuh baik dalam keadaan rendah oksigen. Anaerob aerotoleran bila bakteri ini tidak
mati dengan adanya oksigen.
4. CO2 (Carbon dioksida)

25
Aktifitas metabolisme bakteri tertentu sangat dirangsang oleh adanya CO2
misalnya kuman N.gonorrhoea dan B abortus. Berdasarkan jenis sumber C yang
diperlukan bakteri dibagi menjadi 2 golongan :
a. Autotrof (Litotrof) dimana sumber carbon berasal dari bahan anorganik dan terdiri
dari autotrof fotosintetik (energy dari cahaya) dan autotrof kemosintetik (energy dari
oksidasi senyawa anorganik).
b. Heterotrof (organotrof) menggunakan sumber carbon dari bahan organic dan terdiri
dari heterotrof fotosintetik (energy dari cahaya) dan heterotrof kemonsintetik (energy
dari oksidasi senyawa organik).
5. Cahaya
Pertumbuhan bakteri lebih baik pada keadaan gelap dan rentan terhadap ultra
violet dan radiasi lain, cahaya ultra violet pada panjang gelombang 260 nm memiliki
daya bunuh maksimum pada bakteri. Bakteri yang bersifat fotokromogen hanya
berpigmen jika disinari.
6. Tekanan osmosa
Tekanan osmosa dapat mempengaruhi permeabelitas dari dinding sel bakteri.
7. pH
pH sangat mempengaruhi kehidupan bakteri, demikian pula pada pembuatan
media, pH harus sangat diperhatikan asam dan basanya, pH optimum bakteri patogen
antara 7,2 – 7,6, sering kali bakteri tertentu penyebab timbulnya infeksi berhubungan
dengan pH organ tubuh. pH optimal adalah pH dimana bakteri dapat tumbuh dengan
baik, sedangkan pada pH minimal bakteri hanya mampu hidup namun tidak mampu
tumbuh. Lactobacillus hidup pada pH asam sedangkan V. cholera pada pH basa.
8. Kelembaban / air
Kuman memerlukan air untuk kehidupannya, proses pengeringan akan
membunuh kuman N-gonorrhoe dan T-pallidum sedangkan kuman berspora masih
mampu bertahan.

H. Macam Pemeriksaan Mikrobiologi

26
Dalam laboratorium mikrobiologi terdapat berbagai jenis pemeriksaan, yakni :
1. Pemeriksaan Mikroskopis Pengecatan Gram Pengecatan BTA Pengecatan Neisser.
2. Kultur Kultur Urin, Kultur Darah, Kultur Campuran (selain darah dan urin) Kultur Gall,
Kultur kuman-kuman enteric, cholera, Kultur TBC, Kultur Anaerob.
3. Pemeriksaan Sero-Imunologi/Rapid test/Biologi molekuler untuk berbagai penyakit.
4. Pengendalian infeksi nosokomial.
I. Kultur
1. Metode Konvensional (Kultur media MC dan BAP)
Jenis sampel yang dapat diperiksa adalah pus, apusan, sekret, cairan aspirasi, darah,dll.
Cara Kerja :
a. Lakukan inokulasi dengan cara mengambil 1 ose sampel secara aseptis
b. Goreskan pada media Mac Conkey dan BAP
c. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam didalam inkubator
Catatan :
Sisa sampel pus, pleura, LCS dan sampel swab lain disimpan pada biakan media BHI,
media BHI ditambahkan secukupnya hingga menggenangi sampel kemudian diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mengkonfiramasi ulang
pemeriksaan jika hasil pada media MC dan BAP tidak ditumbuhi bakteri.
2. Kultur dengan BACTEC 9050
Fungsi : sebagai tempat kultur darah dari pasien yang didiagnosa sepsis. Cara kerja :
a. Sampel darah pada spuit dimasukkan kedalam botol pembenihan yang berisi media
penyubur dan resin (penetral antibiotik), campur hingga homogen. Volume darah 1 :
10 (anak : 1-5 ml, dewasa : 10-20 ml).
b. Inkubasi pada suhu 350C BD BACTEC 9050, pemeriksaan dengan alat ini, hanya
dalam waktu 2 jam alat akan memberikan tanda berupa alarm pada Sampel yang
positif. Namun jika sampel belum memberikan tanda-tanda positif, maka diberi
selang pemeriksaan atau ditunggu hasilnya maksimal hingga 5 hari. Hasil negatif
akan ditunjukkan pada alat berupa kode sampel (-) pada alat.
c. Memproses kultur darah (+)
 Buat sediaan dari kultur darah dan lakukan pewarnaan gram
 Lakukuan subkultur pada media MC dan BAP

27
 Lakukan uji sensitivitas bakteri dan uji biokimia untuk mengidentifikasi jenis
bakteri
d. Memproses kultur darah ( - )
 Media dikeluarkan dari alat dan dicatat kode sampel negatif, kemudian media
dibuang tanpa proses lebih lanjut
Prosedur pemeriksaan Kultur Metode BACTEC 9050 :
a. Nyalakan alat dengan tekan tombol on.
b. Setelah alat siap akan muncul menu utama.
c. Tekantombol gambar kunci
d. Tekan tombol rem untuk menghentikan rotor
e. Buka alat bactec 9050
f. Tekan tombol gambar botol.
g. Botol di screen pada barcode.
h. Masukan botol sesuai nomor tempat yang muncul pada layar.
i. Tekan ok.
j. Tutup pintu Bactec 9050 secara pelahan serta sedikit ditekan.
k. Kembali kemenu utama.
3. Kultur TB
Jenis sampel yang dapat di kultur TB adalah sputum, cairan pleura, pus, dll. Cara Kerja :
a. Sampel ditambakan NaOH 4% sebanyak 1:1 kemudian di homogenkan.
b. Menggoreskan sampel secara aseptis pada media LJ(Lowenstein Jensen). Selanjutnya
media di inkubasi selama 2 bulan pada suhu 37°C dan di lakukan pengecekan rutin
setiap minggunya.
c. Kultur yang hasilnya positif kemudian dibuat preparat BTA dan dilanjut tes Niasin.
J. IDENTIFIKASI BAKTERI DENGAN ALAT VITEX
Identifikasi bakteri dengan alat vitex dapat dilakukan dengan cara:
1. Nyalakan lampu Bunsen
2. Masukkan 3 ml sodium chlorida 0,45 % dalam tabung
3. Dengan menggunakan ose bulat, ambil sedikit koloni bakteri yang terisolir kemudian
masukkan dalam tabung, homogenkan.

28
4. Ukur tingkat kekeruhan suspensi dengan standar Mac Forland 0,50 – 0,60 dengan
menggunakan alat densiter.
5. Kemudian buatlah pengenceran dari suspensi tersebut, pada tabung ke-2 caranya :
a. Dari suspensi tersebut diambil sebanyak 280 µl untuk gram positif (+) dan 145 µl
untuk gram negatif (-)
b. Kemudian masukkan kedalam tabung yang berisi 3 ml sodium chlorid 0,45%,
homogenkan.
c. Kemudian dalam tabung suspensi 1 masukkan kaset biokimia dengan kode GN
(untuk gram negatif) dan kode GP (untuk gram positif)
d. Sedangkan pada tabung ke-2 masukkan kaset sensitifitas dengan kode AST GN (jika
gram (-) dan AST GP (jika gram (+) dan masukkan juga pada tabung pengenceran
kaset AST GN.
K. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK (MANUAL)
Hal yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1. Nyalakan lampu bunsen, panaskan ose pada nyala api bunsen hingga membara, kemudian
dinginkan.
2. Ambil satu ose koloni bakteri, letakkan koloni pada media MC dan media BAP.
3. Dengan menggunakan lidi kapas yang telah di celupkan pada NaCl Fisiologis 0,45%,
ratakan koloni bakteri dengan cara menggoreskan pada media hingga merata.
4. Letakkan antibiotik disk pada media tersebut secara melingkar dengan di beri jarak tiap
disc antibiotic
5. Inkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.
6. Hitung zona hambat/zona oligodinamik yang terbentuk kemudian catat hasilnya.
L. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Pengecatan BTA Metode Ziehl Nelson
Pengecatan ini bertujuan untuk menemukan Basil Tahan Asam (BTA). BTA
memiliki lapisan lemak yang sukar ditembus oleh cat, dengan pemanasan dan pengaruh
fenol cat basic fuchsin dapat menembus lapisan lemak itu. Pendinginan pada proses
pencucian akan merapatkan kembali lapisan lemak. Pada waktu pelunturan dengan asam
alkohol warna merah dari BTA tidak akan dilepaskan sedangkan bakteri yg tidak tahan

29
asam akan luntur sehingga mengambil warna biru dari metilen blue. Alat yang digunakan
seperti :
a. Spirtus
b. Obyek glass
c. Jembatan pengecatan
d. Ose
e. Mikroskop
f. Pipet tetes
g. Lidi
Reagennya dapat berupa seperti berikut beserta komponennya:
a. ZN A :
 Basic fuchsin 3,0 gr
 Etanol/methanol 100 ml
 Kristal phenol 45 gr
 Aquadest 900 ml 2.
b. ZN B :
 HCl pekat 3 ml
 Etanol 97 ml 3.
c. ZN C :
 Methylen blue khlorida 30 ml
 Air suling /aquadest 1000 ml
Adapun prosedur pembuatan preparatnya adalah :
a. Hidupkan lampu bunsen terlebih dahulu, kemudian beri nomor urut sampel pada
bagian ujung kanan atas obyek glass dan panaskan obyek glass tersebut pada nyala
api bunsen (ini dilakukan agar lemak yang ada pada kaca obyek glass dapat hilang).
b. Bakar ose bulat pada nyala api bunsen dengan posisi ose tegak lurus terhadap api
hingga membara kemudian dinginkan ose.
c. Buka wadah sampel sputum dengan hati-hati di dekat bunsen, ambil sampel sputum
(cairan yang kental) dengan menggunakan ose.

30
d. Letakkan sampel sputum pada obyek glass, bakar ose pada nyala api hingga
membara.
e. Ratakan dan ukir sputum pada obyek glass dengan menggunakan lidi yang bagian
ujungnya telah di runcingkan hingga membentuk oval dengan ukuran 2 x 3 cm hingga
kering.
f. Setelah kering fiksasi preparat
Prosedur pengecatan BTA sebagai berikut:
a. Letakkan preparat diatas jembatan pengecatan
b. Genangi preparat dengan ZN A.
c. Panaskan dari bawah setiap sediaan dengan kapas alkohol yang dibakar sampai keluar
uap, api harus selalu di gerakkan, dihentikan bila sudah timbul uap.
d. Dinginkan selama 5 menit.
e. Cuci dengan air mengalir.
f. Genangi sediaan dengan ZN B sampai warna ZN A luntur, maksimal 10 menit g.
Cuci dengan air mengalir.
g. Genangi tiap sediaan dengan ZN C 10- 20 detik i. Cuci lagi setiap sediaan dengan air
mengalir, keringkan di udara terbuka
h. Tetesi preparat dengan minyak imersi sebanyak 1 tetes kemudian amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran kuat (100x) untuk mencari adanya bakteri tahan asam
(BTA).
i. Pembacaan Preparat BTA :
Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100x) untuk
mencari adanya bakteri tahan asam (BTA). Interpretasi Hasil Pengecatan BTA :
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan secara sistematik dengan menggunakan
skala IUAT (International Union Against Tuberculosis) sebagai berikut:
1) Tidak ditemukan BTA/100LP disebut negative.
2) Ditemukan 1 sampai 9 BTA/100LP ditulis jumlah kumannya.
3) Ditemukan 10 sampai 99 BTA/100LP disebut positif satu (1+).
4) Ditemukan 1 sampai 10 BTA/1LP disebut positif dua 2+ (++) dan minimal dibaca
dalam 50 lapang pandang.

31
5) Ditemukan lebih dari 10 BTA/1LP disebut positif tiga 3+ (+++) dan minimal
dibaca dalam 20 lapang pandang.

2. Pengecatan Gram
Tujuannya untuk mengidentifikasi bakteri gram positif & negatif. Bakteri gram
positif akan mengikat dengan kuat senyawa kristal violet, sehingga pada pelunturan
dengan alkohol tidak akan luntur sedangkan bakteri gram negatif akan luntur dan pada
pemberian cat Counterstain bakteri gram negatif yang tidak berwarna akan mengambil
warna merah dari air fuchsin. Alat :
a. Lampu spiritus
b. Obyek Glass
c. Ose
d. Jembatan pengecatan
e. Pipet tetes
f. Mikroskop
Reagen :
a. Larutan Gram A (Carbol Gentian Violet) :
 Gentian Violet 1 gr
 Alkohol 96% 10 ml
 Phenol Kristal 1 gr
 Aquadest 90 ml
b. Larutan Gram B (lugol)
 Yodium 1 gr
 Kalium Yodida 2 gr
 Aquadest 300 ml
c. Larutan gram C (Alkohol 96%)
d. Larutan Gram D ( Solution fuchsin 1%)
 Basic Fuchsin 1 gr
 Aquadest 100 ml
Cara kerja :

32
a. Mempersiapkan alat-alat yang akan diperlukan
b. Mempersiakan reagensia yang diperlukan
c. Membuat preparat / sediaan secara aseptis
d. Mengeringkan dan memfiksasi preparat diatas nyala api Bunsen
e. Melakukan pengecatan :
1) Meletakan preparat diatas jembatan pengecatan
2) Genangi preparat dengan larutan Gram A selama 1 menit
3) Membuang larutan Gram A lalu genangi dengan larutan Gram B selama 30 detik
4) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu genangi dengan larutan Gram C
5) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu genangi dengan larutan Gram D selama
1 menit
6) Mencuci preparat dengan air mengalir lalu keringkan
7) Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x untuk mencari
adanya bakteri gram ( + ) atau Gram ( - ).
8) Interpretasi Hasil Pengecatan Gram :
a) Bakteri Gram Positif : bakteri berwarna ungu
b) Bakteri Gram Negatif : bakteri berwarna merah

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi hal-hal sebagai berikut;
a) Keamanan, dimana petugas harus memakai pelindung untuk meminimalisasi
memegang spesimen secara langsung
b) Memperhatikan kenyamanan penderita
c) Pengambilan spesimen sebaiknya sebelum pemberian antibiotika
d) Pengambilan spesimen sedapatnya meminimalisasi terjadinya kontaminasi flora
normal tubuh
e) Spesimen diambil dengan cara yang tepat, menggunakan peralatan steril dan teknik
aseptik,
f) Wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan bertutup ulir,
g) Wadah harus diberi label
h) Volume spesimen yang diambil harus cukup
i) Permintaan pemeriksaan dibuat dengan jelas.
Prosedur pengambilan spesimen dan pengirimannya harus sesuai dengan syarat-syarat
yang telah dijelaskan diatas, agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Cara pengambilan spesimen dibedakan atas kultur darah, spesimen saluran cerna, spesimen
saluran nafas, spesimen luka, spesimen urin, spesimen sekret genitalia dan spesimen cairan
tubuh.
Peralatan yang digunakan pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting,medium untuk
penumbuhan . Teknik preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk menyiapkan
sampel sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang sesuai.Bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif mempunyai sifat dan ciri-ciri yang berbeda. Pewarnaan bakteri
dilakkan untuk membedakan jenis-jenis dari tiap bakteri.
B. SARAN
Pemeriksaan sampel mikrobiologi harus dilakukan dengan teliti dan mawas diri untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan aman.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adam,MR. 2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd.


New York.
Bergey’s. 2005. Manual of Systematic Bacteriology. Department of Microbiologyand Molecular
Genetics: Michigan State University
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders
Company. Philadelphia.
Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. California.
Fardiaz, 1994, Mikrobiologi Pangan, Dirjen Pendidikan Tinggi IPB: Bogor.
th
Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s, 12
edition, Mosby, Missouri, 2007.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.Gramedia.
Koneman, EW., Allen, SD., Janda, WM., Schreckenberger, PC., Winn, WC., Color Atlas and
th
Textbook of Diagnostic Microbiology, 5 edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA,
1997
Lakshman Samaranayate. Essential microbiology for dentistry. H-(225,258) Metode
pengambilan sampel pada rongga mulut
Miller, JM, A Guide to Specimen Management in Clinical Microbiology, ASM Press,
Washington DC, 1996
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Uliyah Musrifatul dan A. Aziz Alimatul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Jakarta. Salemba Medika.

35

Anda mungkin juga menyukai