MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
MODUL 3.1
PENGENALAN PROSES TERJADINYA PENYAKIT
PEMERIKSAAN MIKROSKOPI
DAN
PENGECATAN GRAM
NAMA : ................................................................
NIM : ................................................................
KELOMPOK : ................................................................
ASISTEN PRAKTIKUM : ................................................................
DOSEN PEMBIMBING : ................................................................
Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
2017
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Kata Pengantar
Buku petunjuk praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum mikrobiologi dalam Modul 3.1 mahasiswa semester 3 Program Studi Pendidikan
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Petunjuk praktikum dan sekaligus
loogbook praktikum yang ada didalamnya ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i
dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan
terencana.
Penyusun
dr. Purnomo Hadi, M.Si. Biotek, Sp.MK
dr. Helmia Farida, M.Kes, Sp.A, Ph.D
dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc, Sp.MK
Peraturan Praktikum
Untuk keamanan dan kenyamanan peserta didik, asisten, laboran, dan instruktur dalam
Praktikum 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit ini, BACALAH DENGAN TELITI
peraturan Praktikum Mikrobiologi sebagai berikut: (ketidakpatuhan terhadap peraturan
praktikum dapat menyebabkan peserta didik tidak diijinkan mengikuti praktikum)
1. Kartu peserta praktikum wajib ditempeli foto peserta dan wajib dibawa setiap kali
praktikum mikrobiologi.
2. Gunakan alat pengaman diri (APD) sesuai dengan materi yang dipraktikumkan. Bagi
mahasiswi yang berambut panjang, rambut harus dikucir tidak boleh tergerai. Bagi
mahasiswi yang berjilbab, jilbab dimasukkan kedalam jas praktikum. Kancing jas
praktikum dikancingkan seluruhnya.
3. Letakkan hanya bahan yang diperlukan untuk praktikum laboratorium di atas meja
praktikum. Dompet, HP, buku tambahan, dll. harus diletakkan di tas atau di meja
laboratorium yang tidak digunakan untuk praktikum (meja tanpa preparat praktikum di
atasnya) untuk mencegah kontaminasi kuman pada barang pribadi. Perhatian: HP
tidak diperkenankan digunakan selam a praktikum berlangsung, walaupun
untuk memfoto preparat.
4. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok, atau aktivitas tangan menyentuh mulut/
mukosa selama kegiatan di laboratorium. Jika anda harus melakukan aktivitas tersebut,
cuci tangan kemudian keluar dari laboratorium.
Mahasiswa yang melakukan tindakan yang menciptakan kondisi tidak aman bagi orang lain,
melukai orang lain, merusak properti laboratorium, atau bersenda gurau dapat dikeluarkan
dari ruang praktikum dan dapat dilaporkan kepada koordinator modul untuk tidak
diperkenankan mengukuti ujian praktikum mikrobiologi.
Surat Pernyataan
Asisten/ Instruktur praktikum telah menyampaikan prosedur keamanan bersama saya dan
telah memberikan kesempatan untuk bertanya. Saya membaca dan mengerti peraturan
Praktikum Mikrobiologi, dan saya setuju untuk mengikuti peraturan tersebut.
Saya menyadari bahwa jika saya tidak mematuhi peraturan praktikum dapat menyebabkan
saya dikeluarkan dari ruang praktikum dan tidak diperkenankan mengikuti ujian Praktikum
Mikrobiologi Modul 3.1.
_________________________ _________________________
Mengetahui,
Dosen pembimbing
_________________________
PRAKTIKUM I PEMERIKSAAN
MIKROSKOPIS MIKROORGANISME
1. PENDAHULUAN
Ada beraneka ragam bentuk kehidupan di alam. Sebagian bisa dilihat dengan mata
telanjang, tetapi banyak juga jenis organisme yang dapat dilihat hanya hanya dengan alat
bantu, seperti mikroskop (mikroorganisme). Kelompok kehidupan ini diantaranya adalah
jenis eukariot uniseluler, seperti amuba dan jamur, maupun golongan prokariot, yaitu bakteri.
Sebagian dari mikroba ini terbukti sering mengakibatkan penyakit pada manusia, sehingga
perlu kiranya kita dapat mempelajari mereka, walaupun untuk itu kita memerlukan
mikroskop.
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani (micros: kecil, skopein: melihat). Mikroskop
membantu kita untuk dapat melihat benda-benda yang kecil menjadi besar dan tepat pada
jarak pandang mata normal, yaitu 10 inci ( 25 cm). Hal ini disebabkan oleh susunan sistem
lensa mikroskop yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk bayangan yang
besar dari benda yang diperiksa tepat pada fokus mata.
1. Mikroskop cahaya
a. Mikroskop medan terang (brightfield)
b. Mikroskop medan gelap (darkfield)
c. Mikroskop fase kontras
d. Mikroskop fluoresens
2. Mikroskop elektron
Pada kesempatan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mikroskop medan
terang, yang selanjutnya akan disebut dengan mikroskop saja.
2. SASARAN BELAJAR
- Mengapresiasikan ukuran sel bakteri (prokariot) dan sel ragi (eukariot) dan memahami
mengapa diperlukan mikroskop untuk mengamatinya
- Dapat mengidentifikasi morfologi sel manusia (epitel, limfosit), sel bakteri dan sel ragi
- Dapat merawat mikroskop
Bagian-bagian mikroskop :
1. Lensa okuler (Eyepiece): lensa tempat mata melihat pada mikroskop. Umumnya
mempunyai daya pembesaran 10x atau 15x. Mikroskop ada yang mempunyai 1
lensa okuler (monocular) atau 2 lensa okuler (binocular)
2. Tube/barrel/body: badan mikroskop yang berupa tabung optik yang
menghubungkan eyepiece dan lensa obyektif.
3. Base (alas): sebagai alas berdirinya mikroskop.
4. Arm: penyangga tabung dan penghubung antara tabung dengan base.
Merupakan tempat terbaik untuk memegang/membawa mikroskop.
5. Stage: bidang tempat meletakkan obyek/benda yang dilihat; beserta stage clips:
alat penjepit obyek.
6. Coarse focus/adjustment: pengatur (menaikkan atau menurunkan) lensa obyektif
kasar, sehingga obyek dapat dilihat.
7. Fine focus/adjustment: pengatur lensa obyektif halus, untuk memfokuskan obyek.
8. Revolving nosepiece: tempat lensa-lensa obyektif melekat, dapat diputar untuk
memilih lensa obyaktif yang akan digunakan.
9. Lensa obyektif: lensa yang berhadapan langsung dengan obyek. Umumnya
terdiri dari 3 4 buah lensa dengan pembesaran yang berbeda-beda:
a. Low power objective (pembesaran 10x), lensa paling pendek.
b. High power objective (pembesaran 45x).
c. Oil immersion objective (pembesaran 100x), lensa paling panjang.
10. Kondensor: suatu susunan lensa yang berguna untuk memfokuskan cahaya
dalam menerangi obyek. Sangat diperlukan untuk pembesaran kuat. Kondensor
ini bisa dinaikan untuk mendapatkan penerangan yang lebih kuat, atau
diturunkan untuk mengurangi intensitas cahaya.
11. Iris diafragma: alat pengatur pemasukan cahaya ke obyek. Sangat penting dalam
mengatur kontras bayangan.
12. Illuminator: Sumber cahaya permanent. Sebagian mikroskop sumber
penerangan menggunakan movable mirror, berupa cermin dengan dua
permukaan, cermin datar (biasanya digunakan bila sumber penerangan berasal
dari matahari) di satu sisi dan cermin cekung (biasanya digunakan bila sumber
penerangan berasal dari lampu) di sisi yang lain. Pada mikroskop generasi baru
pada umumnya menggunakan lampu listrik sebagai sumber cahaya.
1. Letakkan slide pada stage dan tentukan lokasi yang akan diamati dengan
menggunakan obyektif 40x.
2. Tempatkan obyek yang dipilih dalam pengamatan pada pusat lapangan pandang.
Atur pencahayaan sehingga detail terlihat optimal.
3. Geser lensa obyektif 40x keluar lokasi pengamatan, teteskan satu tetes minyak
emersi pada pusat lubang masuknya sinar.
4. Geserkan lensa obyektif minyak emersi (100x) pada posisi pengamatan. Mikroskop
yang mempunyai obyektif parfocal, ini berarti menempatkan obyek pada daerah titik
api lensa obyektif dan posisi ini akan membuat ujung lensa obyektif terendam dalam
minyak emersi. Pengaturan fokus selanjutnya cukup dengan knob fine focus. Bila
lensa obyektif bukan jenis parfocal, atur lensa obyektif sampai menyentuh tetesan
minyak emersi sambil dilihat dari samping secara horizontal. Apabila lensa obyektif
tidak menyentuh minyak emersi, maka dipastikan preparat tidak akan terlihat pada
perbesaran 1000x ini.
5. Atur fokus bayangan dengan knob fine focus. Bila ini tidak berhasil, coba cari fokus
dengan coarse focus dahulu. Bila bayangan sudah terlihat, fokus yang lebih detail
bisa dicari dengan knob fine focus. Bila tetap tidak terlihat setelah diulang beberapa
kali, pastikan bahwa preparat tidak terbalik dan daerah preparat yang ingin dilihat
berada di tengah-tengah tempat masuknya cahaya.
6. Bila fokus sudah didapatkan, atur diafragma, sehingga detail obyek terlihat optimal.
1. Transport:
Jika kamu membawa mikroskop untuk dipindahkan dari satu tempat ke
tampat lain, jangan digeser, tetapi angkat mikroskop dengan satu tangan
memegang bagian arm, sedangkan tangan lain menyangga pada base.
3. Penyimpanan:
Setelah mikroskop dalam keadaan bersih, putar nosepiece dalam posisi pada
obyektif kekuatan paling rendah (10x), turunkan sampai mencapai ttitik terendah
mendekati stage. Selanjutnya tutup dengan penutup debu, masukkan dalam ruangan
dengan kelembaban rendah untuk mencegah tumbuhnya jamur pada lensa,
misalnya pada ruang berAC atau lemari yang diberi lampu pijar.
1. PENDAHULUAN
Identifikasi mikroskopis merupakan pemeriksaan yang murah, mudah dan cepat. Pada
beberapa kasus, pemeriksaan mikroskopis ini mempunyai nilai diagnosis yang tinggi,
misalnya pada kasus gonorrhoeae, meningitis dan infeksi saluran kemih.
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis mikroskopis ini adalah melakukan
pengamatan dengan seksama, sehingga pemeriksaan yang sederhana ini dapat membantu
dalam memastikan penyebab infeksi. Pengamatan tidak hanya terhadap mikroba yang yang
mungkin ditemukan pada spesimen, melainkan juga harus diperhatikan juga tanda-tanda
reaksi jaringan yang sering memberikan petunjuk terhadap jenis infeksi yang dihadapi.
Misalnya bila dalam pengamatan mikroskopis ditemukan banyak leukosit, ini menandakan
adanya infeksi bakterial. Adapun kerusakan struktur/ anatomi sel dan adanya benda inklusi
menandakan adanya infeksi oleh bakteri intra-seluler obligat atau virus.
Dalam mengamati bentuk sel mikroba, maka perlu diperhatikan bentuk sel tersebut.
Secara umum, ada tiga bentuk sel bakteri, yaitu bentuk bulat (coccus), batang
(bacil) dan spiral. Kalau diamati dengan lebih teliti lagi, bentuk coccus ini ada variasinya,
ada yang bulat sferis, seperti kelereng, tetapi ada juga yang seperti biji kopi berpasangan
(misalnya Neisseria sp.) atau seperti nyala lilin (misalnya Pneumococcus). Begitu juga
terdapat bakteri yang berbentuk batang, ada yang berujung tumpul, ada yang berujung
papak, dan ada juga yang langsing (misalnya M. tuberculosis) atau tidak teratur (misalnya
Corynebacteria sp.). Ukuran sel mikroba juga bervariasi, yang khas pada masing-masing
jenisnya. Bakteri kelompok Bacillus dan Clostridia umumnya mempunyai ukuran yang relatif
besar, 3 5 kali ukuran bakteri pada umumnya yang rata-rata sekitar 1m. Apalagi jika
menemukan jenis jamur atau parasit yang bisa berukuran 8 20 m. Arangement atau
susunan sel juga memberikan gambaran khas dari masing-masing jenis bakteri. Ada yang
tersusun soliter (satu-satu), tetapi ada pula yang cenderung bergerombol dengan jumlah
tertentu, misalnya berdua-dua (diplococcus), berempat-empat (tetracoccus), berderet seperti
rantai (streptococcus) atau bergerombol tidak teratur seperti anggur (staphylococcus).
1. Kokus
Kuman berbentuk bulat dapat tersusun sebagai berikut:
a. Mikrokokus, tersendiri (single).
b. Diplokokus, berpasangan dua-dua.
c. Tetrade, tersusun rapi dalam kelompok empat sel.
d. Sarsina, kelompok delapan sel yang tersusun rapi dalam bentuk kubus.
e. Streptokokus, tersusun seperti rantai.
f. Stafilokokus, bergerombol tak teratur seperti untaian buah anggur.
2. Basilus
Kuman berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10 kali diameter kuman
tersebut.
a. Kokobasilus, batang yang sangat pendek menyerupai kokus.
b. Fusiformis, dengan kedua ujung batang meruncing.
c. Streptobasilus, sel-sel bergandengan membentuk suatu filamen.
3. Spiral
a. Vibrio, berbentuk batang bengkok.
b. Spirilum, berbentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel dan dapat bergerak
dengan flagel.
c. Spirokhaeta, berbentuk spiral halus, elastik dan fleksibel, dapat bergerak dengan
aksial filamen.
Contoh:
1) Borrelia, berbentuk gelombang.
2) Treponema, berbentuk spiral halus dan teratur.
3) Leptospira, berbentuk spiral dengan kaitan pada satu atau kedua ujungnya.
Gambaran mengenai morfologi bakteri dengan bentuk dan susunan yg berbeda dapat
dilihat pada Gambar 1.
Reaksi terhadap pengecatan perlu diperhatikan bila kita mengamati preparat yang dicat
dengan cat diferensial, misalnya Gram (Gram-positif atau Gram-negatif) atau Tahan Asam
(Tahan Asam atau Tidak Tahan Asam). Bangunan khusus pada bakteri yang perlu
diperhatikan dengan pengecatan umum adalah ada tidaknya spora. Dengan pengecatan
khusus dapat dilihat adanya granula intra sel, kapsul, ataupun flagel.
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara kuman Gram positif dan kuman
Gram negatif:
Ada berbagai teori tentang dasar perbedaan yang menyebabkan kelainan kedua
golongan tersebut:
1. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20%) di dalam dinding sel kuman Gram
negatif. Zat lipid ini larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding
sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan
kuman menjadi tidak berwarna.
Kuman Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh
pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil,
sehingga kompleks ungu kristal-iodium dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna
ungu.
Bila dinding sel dilarutkan dengan lisosim (enzim), maka terbentuklah protoplas. Sel
melepaskan kompleks ungu kristal-iodium setelah dicuci dengan alkohol. Jadi
dinding sel menahan keluarnya zat warna ungu.
Kuman Gram positif mempunyai susunan dinding sel yang kompak dengan lapisan
peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas kurang dan komplek ungu
kristal-iodium tidak dapat keluar.
Kuman Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1-2 lapisan
dan susunan dinding sel tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar,
sehingga masih memungkinan terlepasnya kompleks ungu kristal-iodium.
8. Material : Sputun
Pengecatan : Ziehl-Neelsen,
perbesaran 1000x
Bentuk : Basil langsing
Susunan : Soliter
Sifat thd pengecatan : Tahan asam (+)
Contoh spesies : Mycobacterium
tuberculosis
Ciri spesifik :
Mycobacterium
tuberculosis
Faktor Virulensi : Asam mikolat,
polisakarida
Pemeriksaan : Kultur media
tambahan Lowenstein-Jensen,
Basil tahan asam tes Niasin
Contoh penyakit : Tuberkulosis paru,
tuberkulosis ekstra
paru
9. Material : Reiz serum cuping
telinga
Pengecatan : Ziehl-Neelsen,
perbesaran 1000x
Bentuk : Bacil, granuler,
fragmen soliter,
globus
Susunan : bergerombol
Sifat thd pengecatan : Tahan asam (+)
Contoh spesies : Mycobacterium
leprae
Ciri spesifik :
Mycobacterium
leprae
Faktor Virulensi : PGL-1 (phenolic
Basil tahan asam glycolipid 1)
Pemeriksaan : -
tambahan
Contoh penyakit : lepra
10. Material : Kultur
Pengecatan : Gram, perbesaran
1000x
Bentuk : Yeast/ sel ragi,
beberapa
membentuk
budding/tunas
Susunan : Soliter
Sifat thd pengecatan : Gram +
Contoh spesies : Candida albicans
:
Yeast Ciri spesifik
Candida albicans
Faktor Virulensi : Adhesin, protease,
kemampuan
membentuk
pseudohifa
Pemeriksaan : Germ Tube Test,
tambahan asimilasi gula-gula
Contoh penyakit : Candidiasis
11. Material : Swab dinding
vagina
Pengecatan : Gram, perbesaran
1000x
Bentuk : Pseudohifa dari
candida
Susunan : Soliter
Sifat thd pengecatan : Gram +
Contoh spesies : Candida albicans
Ciri spesifik :
Candida albicans
Faktor Virulensi : Adhesin, protease
Pemeriksaan : Germ Tube Test,
pseudohifa
tambahan asimilasi gula-gula
Contoh penyakit : Candidiasis
12. Diplococcus gram negatif Material : LCS
Pengecatan : Gram, perbesaran
1000x
Bentuk : Diplococcus intra-
ekstraseluler
Susunan : Diplo
Sifat thd pengecatan : Gram -
Contoh spesies : Neisseria
meningitidis
(meningococcus)
Ciri spesifik :
Neisseria
meningitidis
Faktor Virulensi : Kapsul polisakarida
Keterangan : Bakteri berada di
dalam sel darah
putih. Bentuk
diplokokus seperti
biji kopi
berpasangan
Contoh penyakit : Meningitis bakterial
akut
LATIHAN SOAL
(Carilah jawaban dari sumber yang lain, jika pertanyaan yang dimaksud
tidak dibahas dalam buku petunjuk praktikum ini)
1.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
2.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
3.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
4.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
5.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
6.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
7.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
8.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
9.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
10.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
11.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
12.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
13.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
14.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
15.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
16.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
17.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
18.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
19.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
20.
..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
CATATAN ASISTEN
REVISI
1.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
2.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
3.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
4.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
5.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
6.
................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. :
pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit
1. PENDAHULUAN
Pada pengecatan gram, cat pertama (primary stain) yang dipakai ialah crystal violet
yang memberi warna biru keunguan (purple-blue). Dengan penambahan larutan iodine
yang berfungsi sebagai mordant, akan terbentuk ikatan crystal violet-iodine yang
berwarna hitam-keunguan (purple-black) yang melekat pada komponen magnesium-
nucleic acid dari dinding kuman yang sulit lepas. Mordant berarti dapat membuat bentuk
tak terlarut (insoluble) karena berikatan dengan cat pertama. Ethyl alkohol 95% pada
tahap dekolorisasi bersifat sebagai bahan pelarut, berfungsi sebagai pelarut lemak dan
protein dehydrating agent. Aktivitasnya tergantung dari keberadaan lipid. Pada kuman
gram (+) dindingnya mengandung sedikit lipid sehingga terlarutkan juga sedikit dan
terbentuk lubang kecil yang dapat ditutup oleh protein yang mengalami dehidrasi,
sehingga warna pertama akan menetap. Sedangkan pada kuman gram (-), dindingnya
mengandung banyak lipid sehingga yang dilarutkan juga banyak dan terbentuk lubang
yang besar yang tidak dapat ditutup oleh protein yang dehidrasi. Hal ini mengakibatkan
pelepasan warna pertama sehingga kumannya menjadi tidak berwarna. Tahapan paling
kritikal adalah tahapan dekolorisasi ini karena kalau berlebihan akan menyebabkan
overdecolorization. Counterstain yang digunakan dapat safranin atau air fuchsin, yang
akan memberikan warna merah.
2. BAHAN CAT
1. Carbol gentian violet
Alcohol gentian violet 10ml
Carbol 90ml
2. Larutan lugol
Iodida 1g
Kalium Iodida 2g
Aquadest 300ml
3. Alkohol 95%
4. Larutan safranin atau air fuchsin
3. CARA KERJA
1. Membuat preparat:
a. Suspensi kuman:
i. Ambil 1 mata ose 1 l suspensi kuman
ii. Biarkan kering di udara
b. Koloni kuman:
i. Letakkan setetes air pada kaca obyek
ii. Sentuhkan ose pada permukaan koloni
iii. Celupkan ose pada tetes air pada kaca obyek, ratakan pada
permukaan kaca obyek
iv. Biarkan kering di udara
c. Flora pada sela gigi (kontrol positif pengecatan)
i. Gosok sela gigi dengan tusuk gigi
ii. Ratakan pada permukaan kaca obyek
iii. Biarkan kering di udara
3. Mengecat preparat:
a. Letakkan preparat di atas rak pengecatan, genangi dengan karbol gentian
violet selama 10-60 detik. Bilas dengan air mengalir.
b. Genangi preparat dengan larutan Grams iodine selama 10-60 detik. Bilas
dengan air mengalir.
c. Dekolorisasi menggunakan ethyl alkohol 95% tetes demi tetes sampai gentian
violet tidak tampak larut lagi. Hati-hati jangan sampai overdekolorisasi. Segera
bilas dengan air mengalir.
d. Genangi dengan safranin selama 40-60 detik. Bilas dengan air mengalir
e. Keringkan dengan kertas saring/kertas tisu dan setelah kering periksa dengan
mikroskop menggunakan minyak emersi (pembesaran lensa obyektif 100x).
LATIHAN SOAL
(Carilah jawaban dari sumber yang lain, jika pertanyaan yang dimaksud
tidak dibahas dalam buku petunjuk praktikum ini)
1. Pada pengamatan di mikroskop, warna apa yang akan tampak pada bakteri gram (+)
dan mengapa?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
2. Pada pengamatan di mikroskop, warna apa yang akan tampak pada bakteri gram (-)
dan mengapa?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
3. Warna ungu yang diserap dinding sel bakteri pada pengecatan gram berasal dari ...
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
4. Fiksasi pada pengecatan gram dilakukan dengan cara ...
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
5. Warna latar belakang preparat pengecatan gram adalah ...
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
6. Mengapa dapat terjadi overdekolorisasi?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
7. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai primary stain?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
8. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai mordant?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
9. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai counter stain?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
10. Termasuk jenis pengecatan apakah Gram?
Jawab:
____________________________________________________________________
_______
Material :
Bakteri yang ditemukan :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
Keterangan tambahan :
CATATAN ASISTEN
REVISI
Material :
Bakteri yang ditemukan :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
Keterangan tambahan :
REFERENSI
1. http://shs.westport.k12.ct.us/mjvl/biology/microscope/microscope.htm
2. http://www.microscope-microscope.org/microscope-home.htm
3. Talaro K, Talaro a, Foundations in microbiology. 2-nd ed. WCB-MaGraw-Hill. Boston.
1996.
4. Syahrurachman, Agus. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa
Aksara.
5. Jawetz.2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :EGC