MO D U L 3 . 1
PEN G EN AL AN PR O SES T ER J AD I N YA PEN YAKI T
PEM ER I K SA A N M I KR O SKO PI
DA N
PEN G EC AT AN GRA M
NA M A : ................................................................
NI M : ................................................................
KEL O M PO K : ................................................................
ASI ST EN PR AKT I KU M : ................................................................
DOS E N P E M B I M B I NG : ................................................................
Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
2018
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Ka t a Pe n g a n t a r
Buku petunjuk praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum mikrobiologi dalam Modul 3.1 mahasiswa semester 3 Program Studi Pendidikan
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Petunjuk praktikum dan sekaligus
loogbook praktikum yang ada didalamnya ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i
dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan
terencana.
Penyusun
dr. Purnomo Hadi, M.Si. Biotek, Sp.MK
dr. Helmia Farida, M.Kes, Sp.A, Ph.D
dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc, Sp.MK
Peraturan Praktikum
Untuk keamanan dan kenyamanan peserta didik, laboran, dan instruktur dalam Praktikum 3.1
Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit ini, BACALAH DENGAN TELITI peraturan Praktikum
Mikrobiologi sebagai berikut: (ketidakpatuhan terhadap peraturan praktikum dapat menyebabkan
peserta didik tidak diijinkan mengikuti praktikum)
1. Kartu peserta praktikum wajib ditempeli foto peserta dan wajib dibawa setiap kali praktikum
mikrobiologi.
2. Gunakan alat pengaman diri (APD) sesuai dengan materi yang dipraktikumkan. Bagi mahasiswi
yang berambut panjang, rambut harus dikucir tidak boleh tergerai.
3. Letakkan hanya bahan yang diperlukan untuk praktikum laboratorium di atas meja praktikum.
Dompet, HP, buku tambahan, dll. harus diletakkan di tas atau di meja laboratorium yang tidak
digunakan untuk praktikum (meja tanpa preparat praktikum di atasnya) untuk mencegah
kontaminasi kuman pada barang pribadi. Perhatian: HP tidak diperkenankan digunakan selama
praktikum berlangsung, walaupun untuk memfoto preparat. Foto akan diambil oleh laboran dan
akan dibagikan ke mahasiswa.
4. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok, atau aktivitas tangan menyentuh mulut/ mukosa
selama kegiatan di laboratorium. Jika anda harus melakukan aktivitas tersebut, cuci tangan
kemudian keluar dari laboratorium.
5. Jika anda memecahkan media/tabung kultur, segera beritahukan orang-orang di sekitar anda
untuk tidak mendekati daerah yang terkontaminasi, cuci tangan dan laporkan ke
laboran/instruktur.
6. Laporkan semua kejadian kecelakaan di laboratorium (terbakar, tidak sengaja kontak dengan
bahan infeksius, tergores, terkena pisau, dll.) kepada instruktur.
Mahasiswa yang melakukan tindakan yang menciptakan kondisi tidak aman bagi orang lain, melukai
orang lain, merusak properti laboratorium, atau bersenda gurau dapat dikeluarkan dari ruang
praktikum dan dapat dilaporkan kepada koordinator modul untuk tidak diperkenankan mengukuti
ujian praktikum.
2
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Surat Pernyataan
Instruktur praktikum telah menyampaikan prosedur keamanan bersama saya dan telah
memberikan kesempatan untuk bertanya. Saya membaca dan mengerti peraturan Praktikum
Mikrobiologi, dan saya setuju untuk mengikuti peraturan tersebut.
Saya menyadari bahwa jika saya tidak mematuhi peraturan praktikum dapat menyebabkan
saya dikeluarkan dari ruang praktikum dan tidak diperkenankan mengikuti ujian Praktikum
Mikrobiologi Modul 3.1.
____________________________ ___________________________
Dosen Pembimbing
3
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
1. PENDAHULUAN
Ada beraneka ragam bentuk kehidupan di alam. Sebagian bisa dilihat dengan mata telanjang,
tetapi banyak juga jenis mikroba yang baru dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Kelompok
kehidupan ini diantaranya adalah jenis eukariot uniseluler, seperti amuba dan jamur, maupun golongan
prokariot, yaitu bakteri. Sebagian dari mikroba ini terbukti sering mengakibatkan penyakit pada
manusia, sehingga perlu kiranya kita dapat mempelajari mereka, walaupun untuk itu kita memerlukan
mikroskop.
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani (micros: kecil, skopein: melihat). Mikroskop membantu kita
untuk dapat melihat benda-benda yang kecil menjadi besar dan tepat pada jarak pandang mata normal,
yaitu 10 inci (± 25 Cm). Hal ini disebabkan oleh susunan sistem lensa mikroskop yang diatur sedemikian
rupa sehingga dapat membentuk bayangan yang besar dari benda yang diperiksa tepat pada fokus
mata.
1. Mikroskop cahaya
a. Mikroskop medan terang (brightfield)
b. Mikroskop medan gelap (darkfield)
c. Mikroskop fase kontras
d. Mikroskop fluoresen
2. Mikroskop elektron
Pada kesempatan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mikroskop medan terang, yang
selanjutnya akan disebut dengan mikroskop saja.
2. SASARAN BELAJAR
4
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Bagian-bagian mikroskop :
1. Lensa okuler (Eyepiece): lensa tempat mata melihat pada mikroskop yang digunakan untuk
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Umumnya mempunyai daya
pembesaran 10x atau 15x. Mikroskop ada yang mempunyai 1 lensa okuler (monocular) atau 2
lensa okuler (binocular)
5
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
5. Stage: bidang tempat meletakkan obyek/benda yang dilihat; beserta stage clips:
alat penjepit obyek.
8. Revolving nosepiece: tempat lensa-lensa obyektif melekat, dapat diputar untuk memilih
lensa obyaktif yang akan digunakan.
9. Lensa obyektif: lensa yang berhadapan langsung dengan obyek yang berfungsi untuk
pembentukan bayangan pertama. Umumnya terdiri dari 3 – 4 buah lensa dengan pembesaran
yang berbeda-beda:
10. Kondensor: suatu susunan lensa yang berguna untuk memfokuskan cahaya dalam
menerangi obyek. Sangat diperlukan untuk pembesaran kuat. Kondensor ini bisa dinaikan
untuk mendapatkan penerangan yang lebih kuat, atau diturunkan untuk mengurangi
intensitas cahaya.
11. Iris diafragma: alat pengatur pemasukan cahaya ke obyek. Sangat penting dalam mengatur
kontras bayangan.
6
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
1. Bila memindahkan mikroskop, biasakan selalu membawa mikroskop dengan satu tangan
pada Arm dan tangan lainnya pada Base. Jaga agar menempel pada tubuhmu.
2. Buka selimut mikroskop, pasang listriknya, tempatkan kelebihan panjang kabel di atas
meja! Jika kamu letakkan di bawah meja, kelebihan kabel dapat tersangkut di kaki atau
lututmu!
3. Selalu mulai dengan kekuatan rendah.
4. Tempatkan slide pada meja preparat (stage), dengan spesimen langsung di atas pusat
lubang tempat masuknya sinar.
5. Cobalah melihat preparat melalui eyepiece. Bila memakai kacamata, usahakan dilepas.
Bila yang terlihat bulu matamu, dekatkan mata lebih dekat lagi ke eyepiece. Bila
menggunakan mikroskop yang monokuler, biasakan melihat dengan kedua mata tetap
terbuka. Bila masih kesulitan, tutup satu mata.
6. Atur cahaya sesuai kebutuhan.
7. Jika menggunakan kekuatan rendah (100x), gunakan lensa obyektif 10x, kemudian
turunkan lensa obyektif pada titik yang paling rendah. Titik ini merupakan daerah titik
api lensa obyektif. Mulai dari titik ini carilah fokus bayangan dengan cara menaikkan
lensa obyektif secara pelan-pelan. Carilah bayangan dengan knob pengatur kasar,
kemudian fokuskan dengan knob pengatur halus sampai obyek terlihat jelas.
8. Atur diafragma sambil melihat melalui eyepiece sampai kamu mendapatkan bayangan
yang lebih detail. Gambaran lebih detail atau kontras akan didapatkan dengan lebih
sedikit sinar! Sinar yang terlalu banyak membuat bayangan tidak jelas.
9. Setelah kamu dapatkan bayangan pada kekuatan rendah (100x), atur dan pilih lapangan
pandang yang kamu inginkan. Buat dokumentsai bila diperlukan.
10. Bila kegiatan akan dilanjutkan dengan pengamatan dengan kekuatan tinggi (400x),
tempatkan spesimen pada pusat lapangan pandang. Ganti lensa obyektif dari 10x
menjadi 40x dengan memutar revolving nosepiece tanpa merubah knob pengatur fokus.
11. Pada posisi ini jarak antara lensa obyektif dan spesimen sangat dekat. Mengambil slide
atau menggerakkan knob pengatur kasar akan dapat menyebabkan pecahnya slide dan
kemungkinan merusak lensa obyektif. Jadi dalam hal ini hanya gunakan knob pengatur
halus untuk mendapatkan fokus bayangan.
Untuk pengamatan sel prokariot mutlak diperlukan mikroskop dengan kekuatan maksimal
(1000x), untuk itu diperlukan obyektif dengan minyak emersi. Minyak emersi ini selain berguna
untuk melumasi lensa agar tidak pecah, juga bermanfaat dalam mengoptimalkan masuknya sinar
dan meningkatkan NA lensa obyektif. Untuk itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Letakkan slide pada stage dan tentukan lokasi yang akan diamati dengan menggunakan
obyektif 40x.
7
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
2. Tempatkan obyek yang dipilih dalam pengamatan pada pusat lapangan pandang. Atur
pencahayaan sehingga detail terlihat optimal.
3. Geser lensa obyectif 40x keluar lokasi pengamatan, teteskan satu tetes minyak emersi pada
pusat lubang masuknya sinar.
4. Geserkan obyektif minyak emersi (100x) pada posisi pengamatan. Mikroskop yang
mempunyai obyektif parfocal, ini berarti menempatkan obyek pada daerah titik api lensa
obyektif dan posisi ini akan membuat ujung lensa obyektif terendam dalam minyak emersi.
Pengaturan fokus selanjutnya cukup dengan knob pengatur halus. Bila lensa obyektif bukan
jenis parfocal, turunkan lensa obyektif sampai menyentuh tetesan minyak emersi sambil
dilihat dari samping secara horizontal.
5. Atur fokus bayangan dengan knob pengatur halus. Bila ini tidak berhasil, coba cari fokus
dengan pengatur kasar dahulu, dengan gerakan selalu dimulai dari bawah yang secara pelan-
pelan dinaikkan ke atas, sampai terlihat bayangan yang diinginkan. Bila bayangan sudah
terlihat, fokus yang lebih detail bisa dicari dengan knob pengatur halus.
6. Bila fokus sudah didapatkan, atur diafragma, sehingga detail obyek terlihat optimal.
6. PEMELIHARAAN MIKROSKOP
1. Transport:
Jika kamu membawa mikroskop untuk dipindahkan dari satu tempat ke tampat lain,
jangan digeser, tetapi angkat mikroskop dengan satu tangan memegang bagian arm,
sedangkan tangan lain menyangga pada base.
3. Penyimpanan:
Setelah mikroskop dalam keadaan bersih, putar nosepiece dalam posisi pada
obyektif kekuatan paling rendah (10x), turunkan sampai mencapai ttitik terendah mendekati
stage. Selanjutnya tutup dengan penutup debu, masukkan dalam ruangan dengan
kelembaban rendah untuk mencegah tumbuhnya jamur pada lensa, misalnya pada ruang
berAC atau lemari yang diberi lampu pijar.
8
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Identifikasi mikroskopis merupakan pemeriksaan yang murah, mudah dan cepat. Pada beberapa
kasus, pemeriksaan mikroskopis ini mempunyai nilai diagnosis yang tinggi, misalnya pada kasus
gonorrhea, meningitis dan infeksi saluran kemih.
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis mikroskopis ini adalah melakukan pengamatan
dengan seksama, sehingga pemeriksaan yang sederhana ini dapat membantu dalam memastikan
penyebab infeksi. Pengamatan tidak hanya terhadap mikroba yang yang mungkin ditemukan pada
spesimen, melainkan juga harus diperhatikan juga tanda-tanda reaksi jaringan yang sering
memberikan petunjuk terhadap jenis infeksi yang dihadapi. Misalnya bila dalam pengamatan
mikroskopis ditemukan banyak leukosit, ini menandakan adanya infeksi bakterial. Adapun kerusakan
struktur/ anatomi sel dan adanya benda inklusi menandakan adanya infeksi oleh bakteri intra-seluler
obligat atau virus.
Dalam mengamati bentuk sel mikroba, maka perlu diperhatikan bentuk sel tersebut. Secara
umum, ada tiga bentuk sel bakteri, yaitu bentuk bulat (coccus), batang (bacil) dan spiral. Kalau
diamati dengan lebih teliti lagi, bentuk coccus ini ada variasinya, ada yang bulat sferis, seperti
9
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
kelereng, tetapi ada juga yang seperti biji kopi berpasangan (misalnya Neisseria sp.) atau seperti
nyala lilin (misalnya Pneumococcus). Begitu juga terdapat bakteri yang berbentuk batang, ada yang
berujung tumpul, ada yang berujung papak, dan ada juga yang langsing (misalnya M. tuberculosis)
atau tidak teratur (misalnya Corynebacterium sp.). Ukuran sel mikroba juga bervariasi, yang khas
pada masing-masing jenisnya. Bakteri kelompok Bacillus dan clostridia umumnya mempunyai ukuran
yang relatif besar, 3 – 5 kali ukuran bakteri pada umumnya yang rata-rata sekitar 1µm. Apalagi kalau
menemukan jenis jamur atau parasit yang bisa berukuran 8 – 20 µm. Arangement atau susunan sel
juga memberikan gambaran khas dari masing-masing jenis bakteri. Ada yang tersusun soliter (satu-
satu), tetapi ada pula yang cenderung bergerombol dengan jumlah tertentu, misalnya berdua-dua
(diplococcus), berempat-empat (tetracoccus), berderet seperti rantai (streptococcus) atau
bergerombol tidak teratur seperti anggur (staphylococcus).
1. Kokus
Kuman berbentuk bulat dapat tersusun sebagai berikut:
Gambaran mengenai morfologi bakteri dengan bentuk dan susunan yg berbeda dapat dilihat
pada Gambar 1.
10
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Gambar 1
Reaksi terhadap pengecatan perlu diperhatikan bila kita mengamati preparat yang dicat dengan
cat diferensial, misalnya Gram (Gram-positif atau Gram-negatif) atau Tahan Asam (Tahan Asam atau
Tidak Tahan Asam). Bangunan khusus pada bakteri yang perlu diperhatikan dengan pengecatan
umum adalah ada tidaknya spora. Dengan pengecatan khusus dapat dilihat adanya granula intra sel,
kapsul, ataupun flagel.
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara kuman Gram positif dan kuman Gram
negatif:
Dinding sel:
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam
11
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Ada berbagai teori tentang dasar perbedaan yang menyebabkan kelainan kedua golongan
tersebut:
1. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20%) di dalam dinding sel kuman Gram negatif.
Zat lipid ini larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar,
sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak
berwarna.
Kuman Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh pencucian
dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil, sehingga kompleks
ungu kristal-iodium dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna ungu.
12
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Bila dinding sel dilarutkan dengan lisosim (enzim), maka terbentuklah protoplas. Sel
melepaskan kompleks ungu kristal-iodium setelah dicuci dengan alkohol. Jadi dinding sel
menahan keluarnya zat warna ungu.
Kuman Gram positif mempunyai susunan dinding sel yang kompak dengan lapisan
peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas kurang sehingga komplek ungu
kristal-iodium tidak dapat keluar.
Kuman Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1-2 lapisan dan
susunan dinding sel tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar, sehingga masih
memungkinan terlepasnya kompleks ungu kristal-iodium.
13
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Ciri spesifik
4.
Lactobacillus
acidophilus
Fak. Virulensi :-
Bacil
Pemeriksaan :-
tambahan
Contoh penyakit :-
Fungsi : Menjaga pH vagina agar
tetap asam
Material : Kultur
Pengecatan : Gram, perbesaran 1000x
Bentuk : Bacil berspora sentral
Susunan : Soliter atau strepto
Sifat thd : Gram +
5. pengecatan
Contoh spesies : Bacillus anthracis
Bacil Berspora
14
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Ciri spesifik
Bacillus
anthracis : Toxin anthrax tersusun
Fak. Virulensi atas 3 protein --> antigetn
protektif, faktor edema,
faktor lethal
: Bila ditumbuhkan dalam
Pemeriksaan lempeng agar darah,
tambahan organisme menghasilkn
Koloni non hemolitik abu-
abu sampai putih dengan
tekstur kasar dan
gambaran “ground glass”
Ciri spesifik
Clostridium
Bacil berspora di bagian terminal tetani
Fak. Virulensi : toksin tetanospasmin
Contoh penyakit : tetanus
Material : Kultur
Pengecatan : Neisser, perbesaran
1000x
Bentuk : Bacil bergranula
metakromatin
Susunan : Palisade, membentuk
huruf V/L/cina
Contoh spesies : Corynebacterium
7. diphtheriae
Ciri spesifik
Corynebacteriu
m diphtheriae
Bacil dengan granula Fak. Virulensi : toksin difteri
Pemeriksaan : kultur medium Loeffler,
tambahan tes ELEK
Contoh penyakit : Faringitis diphtheri
15
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material : Sputum
Pengecatan : Ziehl Neelsen, perbesaran
1000x
Bentuk : Bacil langsing
Susunan : Soliter
Basil tahan asam Sifat thd : Basil Tahan Asam (+)
pengecatan
Contoh spesies : Mycobacterium
tuberculosis
Ciri spesifik
8.
Mycobacterium
tuberculosis
Fak. Virulensi : Asam mikolat, cord factor
Ciri spesifik
Mycobacterium
leprae
Basil tahan asam
Faktor Virulensi : Asam Mikolat
16
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Candida
albicans
Ciri spesifik
Candida
11. albicans
17
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material : Kultur
Susunan :Soliter
Sifat thd : Gram –
pengecatan
18
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Ciri Spesifik
19
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :Kultur
Leptospira
Susunan Soliter
Sifat thd Tidak menyerap warna
16. pengecatan
Ciri Spesifik
20
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Gambar : Penicillium sp
Material : Kultur
Pengecatan : LPCB (Lacto Phenol
17. Cotton Blue)
: 400x
Pembesaran : struktur makrokonidia
Keterangan berbentuk seperti sapu
21
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
: Aspergillus sp.
Gambar
: LPCB
Pengecatan
: 400x
Pembesaran
16. : konidiofor bersambung
Keterangan
dengan fialid atau metula
: Aspergilloma,
Contoh penyakit
Aspergillosis
22
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
LATIHAN SOAL
23
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
LAPORAN
1. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
2. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
3. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
24
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
4. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
5. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
6. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
7. ................................................
25
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
8. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
9. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
10. ..............................................
26
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
11. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
12. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
13. ..............................................
27
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
14. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
15. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
16. ..............................................
28
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
17. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
18. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
19. ..............................................
29
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
20. ..............................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
30
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
CATATAN ASISTEN
31
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
REVISI
1. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
2. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
3. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
32
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
4. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
5. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
6. ................................................
Material :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
33
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
1. PENDAHULUAN
Pengecatan bakteri dapat dilakukan menggunakan berbagai prinsip. Prinsip yang sering dipakai
dalam pemeriksaan laboratorium dibagi menjadi tiga klasifikasi utama yaitu : Pengecatan
sederhana, Pengecatan kompleks, dan Pengecatan struktur. Setiap prinsip Pengecatan bakteri
memiliki berbagai metode tersendiri.
A. Pengecatan Sederhana
Hampir 80% komposisi dari sel bakteri terdiri air, sehingga sangat kecil perbedaan kontras warna
antara bakteri dengan lingkungannya. Hal inilah yang megakibatkan sulitnya memvisualisasikan
sel-sel bakteri dan komponen internalnya. Untuk meningkatkan kontras dari bakteri maka perlu
diberikan Pengecatan pada apusan sediaan preparat. Pengecatan sederhana merupakan sebuah
metode untuk mewarnai sel bakteri dengan menggunakan hanya satu komponen warna.
Pengecatan sederhana memiliki dua metode utama yaitu Pengecatan positif dan Pengecatan
negatif.
i. Pengecatan Positif
Disebut sebagai Pengecatan positif karena bahan-bahan yang digunakan untuk mewarnai bakteri
memiliki muatan positif (kation). Umumnya terdapat tiga bahan yang dapat digunakan yaitu
methylene blue, basic fuchsin, dan crystal violet. Ketiga material tersebut dapat berfungsi dengan
baik pada dinding bakteri yang bermuatan negatif. Sehingga, akan ada reaksi elektrostatik antara
dinding sel bakteri dengan material kationik dari ketiga bahan tersebut. Pengecatan positif dapat
digunakan untuk memnetukan morfologi dari sel bakteri.
ii. Pengecatan Negatif
Jika Pengecatan positif dapat mewarnai sel bakteri maka Pengecatan negatif jusru mewarnai latar
belakang dari preparat. Hal ini disebabkan karena muatan negatif pada material Pengecatan yang
akan saling tolak-menolak dengan dinding sel bakteri. Biasanya sel-sel bakteri akan tampak
sebagai objek transparan yang berlawanan dengan latar belakang yang gelap. Contoh
Pengecatannya yaitu Tinta India dan Nigrosin. Pengecatan negatif berguna untuk mempelajari
morfologi bakteri dan beberapa struktur eksternal, seperti kapsul, yang berhubungan dengan sel
bakteri.
B. Pengecatan Kompleks
Pengecatan kompleks disebut juga dengan Pengecatan differensial. Pengecatan Diferensial
adalah teknik Pengecatan yang dilakukan untuk mengetahui perebedaan antara sel-sel dari tiap-
tiap mikroba. Pengecatan diferensial menggunakan dua pewarna atau lebih. Pengecatan
kompleks meliputi : Pengecatan Gram dan Pengecatan Tahan Asam. Penjelasan mengenai
Pengecatan Gram akan dijabarkan pada bab ini, untuk Pengecatan Tahan Asam akan dijelaskan
pada modul lain.
34
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
C. Pengecatan Struktur
Pengecatan struktur bertujuan untuk melihat bagian tertentu dari bakteri. Pengecatan struktural
diantaranya meliputi : Pengecatan Spora, Pengecatan Kapsul, Pengecatan Flagel, Pengecatan
Granula. Pengecatan spora umumnya dilakukan untuk mewarnai bagian endospora dari bakteri
dengan genus Bacillus sp dan Clostridium sp. Metode yang digunakan untuk Pengecatan spora
dianaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pengecatan kapsul diaplikasikan
pada bakteri Klebsiella pneumonia menggunakan metode Anthony. Pengecatan Granula biasanya
diaplikasikan pada bakteri Corynebacterium diphteriae menggunakan metode Neisser. Sedangkan
untuk pengecatan flagella terdapat dua metode pewarnaan, yaitu metode Gray dan metode
Leifson.
Pada pengecatan gram, cat pertama yang dipakai ialah crystal violet yang memberi warna biru
keunguan (purple-blue). Dengan penambahan larutan iodine yang berfungsi sebagai mordant,
akan terbentuk ikatan crystal violet-iodine yang berwarna hitam-keunguan (purple-black) yang
melekat pada komponen magnesium-nucleic acid dari dinding kuman yang sulit lepas.
Mordant berarti dapat membuat bentuk tak terlarut (insoluble) karena berikatan dengan cat
pertama. Ethyl alkohol 95% bersifat sebagai bahan pelarut, berfungsi sebagai pelarut lemak
dan protein dehydrating agent. Aktivitasnya tergantung dari keberadaan lipid. Pada kuman
gram (+) dindingnya mengandung sedikit lipid sehingga terlarutkan juga sedikit dan terbentuk
lubang kecil yang dapat ditutup oleh protein yang mengalami dehidrasi, sehingga warna
pertama tetap. Sedangkan pada kuman gram (-), dindingnya mengandung banyak lipid
sehingga yang dilarutkan juga banyak dan terbentuk lubang yang besar yang tidak dapat
ditutup oleh protein yang dehidrasi. Hal ini mengakibatkan pelepasan warna pertama
sehingga kumannya menjadi tidak berwarna. Tahapan paling kritikal adalah tahapan
dekolorisasi ini karena kalau berlebihan akan menyebabkan overdecolorization. Counterstain
yang digunakan dapat safranin atau air fuchsin, yang akan memberikan warna merah.
2. BAHAN CAT
1. Carbol gentian violet
Alcohol gentian violet 10ml
Carbol 90ml
2. Larutan lugol
Iodida 1g
Kalium Iodida 2g
Aquadest 300ml
3. Alkohol 95%
4. Larutan safranin atau air fuchsin
3. CARA KERJA
35
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
1. Membuat preparat:
a. Suspensi kuman:
i. Ambil 1 mata ose 1 μl suspensi kuman
ii. Biarkan kering di udara
b. Koloni kuman:
i. Letakkan setetes air pada kaca obyek
ii. Sentuhkan ose pada permukaan koloni
iii. Celupkan ose pada tetes air pada kaca obyek, ratakan pada permukaan kaca
obyek
iv. Biarkan kering di udara
c. Flora pada sela gigi (kontrol positif pengecatan)
i. Letakkan setetes air pada kaca obyek
ii. Gosok sela gigi dengan tusuk gigi
iii. Celupkan tusuk gigi tersebut pada tetes air pada kaca obyek, ratakan pada
permukaan kaca obyek
36
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
3. Mengecat preparat:
a. Letakkan preparat di atas rak pengecatan, genangi dengan karbol gentian violet
selama 10-60 detik. Bilas dengan air mengalir.
b. Genangi preparat dengan larutan Gram’s iodine selama 10-60 detik. Bilas dengan air
mengalir.
c. Dekolorisasi menggunakan ethyl alkohol 95% tetes demi tetes sampai gentian violet
tidak tampak larut lagi. Hati-hati jangan sampai overdekolorisasi. Segera bilas dengan
air mengalir.
d. Genangi dengan safranin selama 40-60 detik. Bilas dengan air mengalir
e. Keeringkan dengan kertas saring/kertas tisu dan setelah kering periksa dengan
mikroskop menggunakan minyak emersi (pembesaran lensa obyektif 100x).
37
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
LATIHAN SOAL
1. Pada pengamatan di mikroskop, warna apa yang akan tampak pada bakteri gram (+) dan
mengapa?
Jawab:
___________________________________________________________________________
2. Pada pengamatan di mikroskop, warna apa yang akan tampak pada bakteri gram (-) dan
mengapa?
Jawab:
___________________________________________________________________________
3. Warna ungu yang diserap dinding sel bakteri pada pengecatan gram berasal dari ...
Jawab:
___________________________________________________________________________
4. Fiksasi pada pengecatan gram dilakukan dengan cara ...
Jawab:
___________________________________________________________________________
5. Warna latar belakang preparat pengecatan gram adalah ...
Jawab:
___________________________________________________________________________
6. Mengapa dapat terjadi overdekolorisasi?
Jawab:
___________________________________________________________________________
7. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai primary stain?
Jawab:
___________________________________________________________________________
8. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai mordant?
Jawab:
___________________________________________________________________________
9. Bahan cat apakah yang bersifat sebagai counter stain?
Jawab:
___________________________________________________________________________
10. Termasuk jenis pengecatan apakah Gram? (Pengecatan kompleks differensial)
Jawab:
___________________________________________________________________________
38
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
LAPORAN
Material :
Bakteri yang ditemukan :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
Keterangan tambahan :
39
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
CATATAN ASISTEN
40
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
REVISI
Material :
Bakteri yang ditemukan :
Bentuk :
Susunan :
Pengecatan :
Sifat thd. pengecatan :
Contoh spesies :
Faktor virulensi :
Contoh penyakit :
Keterangan tambahan :
41
Praktikum Mikrobiologi Modul 3.1 Pengenalan Proses Terjadinya Penyakit
REFERENSI
1. http://shs.westport.k12.ct.us/mjvl/biology/microscope/microscope.htm
2. http://www.microscope-microscope.org/microscope-home.htm
3. Talaro K, Talaro a, Foundations in microbiology. 2-nd ed. WCB-MaGraw-Hill. Boston. 1996.
4. Syahrurachman, Agus. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Jawetz.2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :EGC
42