27
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
3.1. Hormon secara Umum
Hormon adalah suatu zat kimia organik yang dihasilkan dalam sel atau kumpulan
sel (kelenjar) normal dan sehat, disekresikan langsung ke dalam darah, dibawa ke tempat
pada suatu jarak dimana hormon tersebut bekerja (target organ), diproduksi dalam jumlah
sedikit tapi memiliki pengaruh besar dan berfungsi untuk mengintegrasikan serta
mengkoordinasikan fungsi-fungsi alat tubuh.
Hormon mengatur perkembangan organ dan kejadian reproduksi. Differensiasi dan
pertumbuhan gamet yang merupakan tahap awal dari reproduksi seksual; pembentukan
yolk; penyimpanan makanan pada jaringan-jaringan subcutan, otot atau hati untuk
menghadapi proses migrasi atau puasa yang lama; sifat seksual sekunder sering timbul dan
mungkin memerlukan akumulasi sejumlah besar bahan-bahan organik (contoh pada rusa
jantan yang sedang birahi) atau substansi yang berwarna atau bau pheromon; perubahan-
perubahan yang terjadi pada saluran-saluran reproduksi; sinkronisasi tingkah laku
kelamin jantan dan betina termasuk di dalamnya pembuatan sarang; percumbuan;
kopulasi; pemeliharaan selama kebuntingan; fertilisasi; implantasi sampai proses
melahirkan; Semua kejadian- kejadian tersebut diatur oleh hormon-hormon tertentu.
Di dalam tubuh (sistem regulasi), terdapat banyak jenis hormon yang memiliki
aktifitas sangat luas. Hormon yang mempengaruhi reproduksi terutama berasal dari
hyphothalamus, hyphophysis, gonads dan placenta. Walaupun hormon sangat spesifik dan
selektif, dalam aktifitasnya selalu dipengaruhi oleh ada dan tidaknya hormon lain atau
dengan kata lain hormon selalu bekerja secara sinergik atau konser.
Fungsi umum hormon dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Morphogenesis yaitu pengaturan pembentukan dan pendewasaan dari gonad tanda-
tanda sex sekunder, pertumbuhan tulang dan lain-lain.
2. Integrasi dari fungsi autonom dan kelakuan berdasarkan insting seperti meneruskan
reaksi simpatis dan kontrol terhadap perilaku sex.
3. Mempertahankan keadaan tetap dalam lingkungan dalam tubuh, pengaturan
penggunaan bahan makanan, elektrolit dan air dalam tubuh (pengaturan homeostasis
cairan tubuh).
28
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
Tabel 3.1. Ringkasan Kelenjar Endokrin pada Reproduksi
JENIS KELENJAR HORMON
Pada Mamalia dan
vertebrata umumnya
TESTIS Testosteron
OVARIUM Estrogen Progesteron Relaxin
PLACENTA HCG (manusia) PMSG (kuda)
Pada Crustacea
ORGAN X GIH
KELENJAR SINUS GIH
ORGAN Y GSH
Ecdyson
KELENJAR ANDROGEN Hormon yang berpengaruh terhadap spermato
genesis dan sifat - sifat kelamin sekunder.
Pada Insekta
SEL Ecdysiotropin
NEUROSEKRETORIS
(otak)
3.6. Hipotalamus
Hipotalamus pada vertebrata terletak didasar otak (sella tursica), meliputi bagian
optik chiasma, tuber cinerum, mammilary bodies, median aminence, infundibulum
(tangkai hipophysa) dan pars nervosa. Hipotalamus telah diketahui menerima informasi
dari indera, mengintegrasikan nya dan membagi-bagi serta menyalurkannya ke alat-alat
yang berkepentingan. Proses ini bekerja secara otonom, tetapi besar kecilnya dan cepat
lambatnya penyaluran tergantung sifat genetik dari individu.
Kontrol neurohumoral terhadap adenohipopisa didasarkan pada data-data anatomi
dan fisiologi bahwa serabut-serabut saraf hipotalamus mengeluarkan hormon ke dalam
pembuluh darah portae hypotalamo-hipopiseal. Beberapa macam hormon yang berasal
dari hipotalamus mengontrol fungsi hipopisa. Hormon-hormon tersebut adalah FSH-
RH/LH-RH, Oxytocin, Vassopressin, TRH, ACTH-RH, STH-RH PIH dan GIH
(somatostatin).
31
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
3.6.1. FSH-RH dan LH-RH
Termasuk dalam hormon protein. FSH-RH dan LH-RH mengandung 10 asam
amino (decapeptida), berat molekul 1183. FSH-RH/LH-RH menyebabkan
perangsangan sekresi hormon-hormon gonadotropin (FSH dan LH) dar adenohipopisa.
Bagian hipotalamus yang berperanan dalam sekresi FSH-RH/LH-RH adalah pre-optic
anterior hipotalamus, arcuate nukleus, ventromedial nukleus dan median aminence.
32
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
3.7. Hipofisa atau Pituitary
Pada vertebrata, umumnya hipopisa terletak dibawah hipotalamus di dasar otak,
pada legokan tulang sphenoid yang disebut sella tursica. Hipopisa secara embriologis
berkembang dari ektoderm saluran pernafasan pada langit-langit mulut dan ektoderm
neural pada hipotalamus yang sedang berkembang. Asal berganda ini sebagian terbawa ke
organisme dewasa dimana kedua bagian utama tetap dipertahankan sebagai kesatuan-
kesatuan nyata kelenjar adenohipopisa dan neurohipopisa.
Neurohipopisa terdiri atas tangkai atau infundibulum dan pars nervosa, sedangkan
adenohipopisa terdiri atas pars distalis, pars tuberalis dan pars intermedia. Paling tidak
terdapat 7 macam hormon dihasilkan oleh adenohipopisa yaitu FSH, LH, ACTH, TSH
(Thyrotropin), LTH dan MSH (Intermedin). Seluruhnya merupakan hormon protein dan
pada FSH, LH dan TSH mengandung karbohidrat.
3.8. Gonad
Merupakan organ reproduksi primer, dimana pada jantan disebut testis dan pada
betina disebut ovarium. Umumnya hormon yang dihasilkan oleh gonad merupakan
hormon steroid yaitu androgen (testosteron), estrogen, progesteron dan relaksin.
3.8.2. Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium (sel teka folikel). Estrogen diperlukan untuk
manifestasi fisiologik dari estrus; mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium uterus,
perubahan-perubahan histologi pada epitelium vagina selama siklus estrus, mempengaruhi
pertumbuhan saluran kelenjar mammae waktu menyusui, mengontrol pelepasan hormon
pituitary (FSH dan LH), bertanggung jawab pada timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder
pada betina, mensensitifkan otot-otot uterus terhadap oxytocin, mengendorkan servix,
vagina dan vulva serta menimbulkan tonus pada uterus.
3.8.3. Progesteron
Merupakan hormon yang disekresikan oleh sel-sel lutein korpus luteum pada
ovarium. Progesteron diperlukan untuk mempertahankan kebuntingan dengan jalan
menghambat pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan atau menurunkan respon
myometrium terhadap oxytocin, menghambat sekresi FSH dan LH sehingga mencegah
terjadinya estrus, ovulasi dan siklus birahi, bersama-sama dengan estrogen menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan sistem alveolar kelenjar mammae.
34
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
3.8.4. Relaxin
Relaxin selain dihasilkan oleh korpus luteum juga dihasilkan oleh placenta.
Fungsi relaxin menstimulir pemisahan simphisis pubis pada marmut dan mencit
(memudahkan partus), menimbulkan dilatasi servix uteri pada babi, sapi, tikus (juga
memudahkan partus).
36
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
KETERANGAN TAMBAHAN
3.11.1.2. Organ Y.
Organ Y terletak pada segmen maksilaris atau antena, dalam beberapa hal mirip
dengan prothoracic yaitu kelenjar yang mengatur molting/ecdysis pada insekta. Fungsi
organ Y dipengaruhi oleh kompleks neurosekretoris tangkai mata (kompleks organ X-
sinus gland). Organ Y merupakan penghasil Gonad Stimulating Hormone (GSH) yang
berpengaruh pada gonad.
Organ Y juga menghasilkan molting hormon (ecdyson) yang juga penting dalam
diferensiasi normal dari ovarium dan testis. Pada hewan muda apabila dilakukan ablasi
organ Y, maka proses mitosis pada ovarium dan testis akan terhambat, proses mitosis
oogonia pada ovarium terhenti, folikel tidak terbentuk dan vitelogenesis tidak terjadi.
Pada testis, mitosis spermatogonia terhenti dan testis tidak mengandung sel-sel kecambah
yang matang (depleted of mature germ cells).
3.11.1.4. Ovarium
Ovarium pada crustacea, memiliki fungsi endokrin sedangkan testis tidak
memiliki fungsi ini. Ovarium dan kelenjar androgen menghasilkan hormon yang
mempengaruhi diferensiasi sifat-sifat kelamin jantan dan betina. Testis kemungkinan tidak
memiliki fungsi endokrin.
Pada crustacea, diferensiasi sel-sel kecambah bersifat reversible. Pada keadaan
hormon dari kelenjar androgen tidak ada, gonad akan menjadi ovarium tetapi untuk
diferensiasi menjadi testis maka keberadaan hormon dari kelenjar androgen harus ada.
Pada beberapa spesies dekapoda yang hermaprodit protandri, kelenjar androgen ada
selama fase jantan dan hilang selama fase betina.
Molting/ecdysis.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tahap ini adalah pecah dan terkelupasnya
kutikula yang tua (usang), peningkatan/pembesaran ukuran tubuh karena adanya absorbsi
air segera setelah kutikula pecah. Air ini menyebabkan tersedianya ruangan (bahkan
setelah cuticle baru mengeras) bagi pertumbuhan badan. Terjadi resorbsi kutikula.
39
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
Post Molting/Post ecdysis.
Merupakan periode pembentukan eksoskeleton baru dengan redeposisi secara
cepat dari khitin dan garam-garam anorganik dan terjadi pertumbuhan jaringan.
Intermolt/Inter Ecdysis.
Merupakan tahap istirahat, dimana proses-proses fisiologis sehubungan dengan
proses molting tidak ada. Biasanya terjadi penimbunan bahan-bahan anorganik pada
hepatopancreas dan tempat lainnya untuk persiapan molting berikutnya. Bahan tersebut
antara lain Kalsium, Fosfat, glikogen, lipid.
Terdapat crustacea yang gagal dalam proses moltingnya. Akibatnya hewan
tersebut tidak mengalami pertumbuhan, kondisi demikian dikenal sebagai anecdysis.
3.11.2. Insekta
Bagian dorsomedial-anterior protocerebrum (otak) atau pars intercerebralis
merupakan kumpulan sel-sel neurosekretoris. Aktifitas sel-sel tersebut menghasilkan
ecdysiotropin yang dilepaskan melalui axon-axonnya menuju korpus kardiaka. Korpus
kardiaka merupakan organ neurohemal yang menimbun dan melepaskan ecdysiotropin ke
dalam darah. Kompleks protocerebrum-korpus kardiaka analog dengan kompleks
hipotalamus-neurohipopisa pada vertebrata. Ecdysiotropin akan mempengaruhi kelenjar
ecdysialis (kelenjar prothoracalis) untuk mensekresikan hormon ecdyson (molting
hormone) yang berpengaruh pada proses ecdysis.
Selama stadium pupa, ecdyson diperlukan untuk diferensiasi struktur dewasa dan
ecdysis pupa yang terakhir. Pada insekta dewasa, kelenjar ecdysialis mengalami
degenerasi. Pada insekta juga dijumpai kelenjar non neural, jumlah sepasang,
berpengaruh atas pertumbuhan dan diferensiasi yaitu korpus allata. Fungsi korpus
allata ini diatur oleh otak. Korpus allata menghasilkan hormon neotenin (Juvenile
Hormone). Neotenin dan ecdyson berinteraksi merangsang pemasakan larva pada setiap
stadium perkembangannya. Kedua hormon ini bekerja secara sinergis untuk menginduksi
perkembangan dan diferensiasi normal. Korpus allata tidak akan mengalami degenerasi
pada waktu dewasa, akan tetapi terus berperan sebagai kelenjar endokrin yang
mempengaruhi proses-proses reproduksi serta fungsi-fungsi lain di dalam tubuh. Antara
korpus allata dan ovarium terdapat hubungan fungsional yaitu perkembangan ovarium
dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan korpus allata. Juvenile Hormone
40
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
(JH) esensial bagi vitelogenesis, pembentukan spermatophore dan perkembangan
kelamin. Pada hewan betina, korpus allata juga menghasilkan sex atractant (pheromone)
yang penting untuk menarik pejantan dan timbulnya kelakuan reproduksi.
Terdapat 3 tahap perkembangan ovarium yang dipengaruhi oleh JH yaitu:
1. JH mengontrol sintesa vitelogenin dari lemak tubuh.
2. JH merangsang perkembangan oosit previtelogenic.
3. JH membentuk rongga-rongga diantara sel-sel folikel ovarium. Rongga tersebut
merupakan jalan masuk kuning telur untuk dideposisikan pada oosit (telur).
Neurosekretoris dari korpus kardiaka hanya berperan pada akhir stadium
reproduksi yakni saat peneluran (oviposisi). Pada beberapa spesies insekta, kerja sama
antara JH dan neurosekresi dari korpus kardiaka mempengaruhi proses vitelogenesis
Pada insekta jantan misalnya pada Lampyris noctiluca testis merupakan sumber
hormon androgen yang merangsang differensiasi maskulinisasi gonad dan juga sifat-sifat
kelamin sekunder. Transplantasi bagian apikal testis pada larva betina akan menyebabkan
gonad berdiferensiasi menjadi testis dan tanda-tanda kelamin sekunder jantan nampak.
Sebaliknya transplantasi ovarium pada larva jantan ternyata tidak mempunyai pengaruh.
Pengaruh testis akan menurun bila diperlakukan pada betina setelah masa pupa dan tak
berpengaruh sama sekali setelah dewasa tercapai.
Daftar Bacaan
Dwidjoseputro dkk. (1984). Biologi I Untuk SMA. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.
Hafez, E.S.E. (1980). Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia.
Hoar,W.S. (1984). General and Comparative Physiology. Third Edition. Prentice Hall of
India. New Delhi.
41
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009
Sukra, Yuhara. (1975). Pengantar Kuliah Embriologi. Proyek Peningkatan Mutu
Perguruan Tinggi, IPB. Bogor.
Wildan Yatim. (1987). Biologi Modern, Pengantar Biologi. Penerbit Tarsito, Bandung.
42
Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009