ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kucing Kampung 2
Anatomi Lambung, Duodenum, dan Pankreas 3
Pemeriksaan Darah 4
Ultrasonografi (USG) 4
METODE 7
Waktu dan Tempat Penelitian 7
Hewan Penelitian 7
Alat dan Bahan Penelitian 7
Metode Penelitian 8
Prosedur Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing 10
Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing 13
Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
1 Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di
anjing dan kucing 7
2 Hasil pemeriksaan fisik kucing 11
3 Hasil pemeriksaan darah kucing 12
4 Hasil pengukuran sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada
kucing kampung (Felis catus) 16
DAFTAR GAMBAR
1 Kucing kampung (Felis catus) 2
2 Skema anatomi organ dalam ruang abdomen 3
3 Sonogram lambung,duodenum, dan pankreas normal 6
4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J® 10
5 Pengukuran sonogram pankreas dengan Image J® 10
6 Sonogram lambung posisi berbaring lateral kanan (right recumbency) 13
7 Sonogram duodenum posisi berbaring lateral kanan (right recumbency) 14
8 Sonogram pankreas lobus kanan posisi berbaring dorsal (dorsal
recumbency) 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pemeriksaan fisik kucing 21
2 Hasil pemeriksaan darah kucing 23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kucing adalah hewan yang sangat digemari karena memiliki daya adaptasi
yang baik dan perawatan yang relatif mudah. Dalam kehidupan sehari-hari kucing
dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan sangat dekat dengan pemiliknya.
Meskipun perawatannya mudah, hewan ini sangat rentan dengan penyakit seperti
penyakit respirasi, urogenital serta penyakit pada saluran dan organ pencernaan
(Penninck dan d’Anjou 2008).
Gangguan pada saluran dan organ pencernaan merupakan penyakit yang
banyak terjadi pada kucing. Gangguan yang umumnya terjadi pada kucing
diantaranya gastritis, dilatasi usus, obstruksi gastrointestinal, enteritis, dilatasi
lambung, pankreatitis, dan neoplasia (Penninck dan d’Anjou 2008). Diagnosis
yang tepat dibutuhkan untuk mendeteksi adanya kelainan yang menggambarkan
penyakit agar mudah untuk dilakukan pengobatan. Kondisi fisik hewan, profil
darah, dan ciri khas penyakit terkadang tidak mencukupi untuk meneguhkan
diagnosis yang dicurigai. Alat seperti radiografi dan ultrasonografi dapat
membantu dalam meneguhkan diagnosis penyakit.
Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis
gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal
termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk
mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Pemeriksaan USG bersifat
non-invasif dan non radiasi sehingga lebih disukai oleh pemilik hewan.
Ultrasonografi telah dianggap sebagai salah satu teknik pencitraan yang paling
baik untuk evaluasi organ di rongga perut atau abdomen (Arambulo dan Wrigley
2003; Gaschen 2009). Menurut Noviana et al. (2012) USG digunakan dalam
dunia kedokteran manusia dan hewan sebagai sarana penunjang diagnosis yang
cepat, tepat dan akurat terutama jika dikombinasikan dengan hasil penemuan
klinis, pemeriksaan radiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Ultrasonografi
dapat mengidentifikasi adanya benda asing berdasarkan bentuk, ukuran, ataupun
tingkatan ekhogenitas suatu organ (Kealy dan McAlister 2000). Pada pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan evaluasi abnormalitas termasuk ukuran, ekhogenitas
ataupun pergerakan. Metode ini dapat membantu menentukan status kesehatan
hewan. Pustaka yang sesuai dibutuhkan sebagai pembanding untuk ukuran normal,
namun pustaka yang tersedia umumnya adalah pustaka asing yang kemungkinan
memiliki perbedaan dalam hal kondisi hewan. Studi untuk mengetahui data-data
normal pada kucing kampung diperlukan untuk membantu praktisi mendapatkan
pustaka yang sesuai dengan hewan yang ada di wilayahnya.
Tujuan
Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat yaitu untuk memberikan data normal berupa
sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing kampung (Felis catus).
Manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai data pembanding
ukuran lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing dengan ras lain.
TINJAUAN PUSTAKA
Kucing merupakan karnivora kecil dari famili Felidae yang telah dijinakkan
selama ribuan tahun (Suwed dan Budiana 2006). Kucing adalah salah satu hewan
kesayangan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan. Manusia juga sering
membutuhkan kucing untuk mengontrol yang merusak tanaman (Lipinski et al.
2007). Menurut Fowler (1993) kucing diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Sub Ordo : Conoidea
Famili : Felidae
Sub Famili : Felinae
Genus : Felis
Spesies : Felis catus
Kucing yang sehat cenderung terlihat lincah, mempunyai rambut yang cerah,
sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Menurut Widodo et al. (2011) kucing
sehat memiliki suhu tubuh berkisar antara 38.0 oC – 39.3 oC, frekuensi pernapasan
26-48 kali/menit, dan frekuensi nadi 110-130 kali/menit.
3
Lambung kucing dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu kranial dan
kaudal. Berdasarkan regionya lambung terbagi menjadi 4 bagian diantaranya
kardia, fundus, korpus pada daerah kranial dan pilorus pada daerah kaudal. Kardia
merupakan daerah sempit perbatasan antara lambung dengan esofagus. Fundus
merupakan bagian pada lambung yang biasa terlihat adanya gas pada saat
radiografi abdomen dan terlihat hiperekhoik pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Fundus merupakan bagian lambung setelah kardia dan berada di bagian
kiri lambung. Korpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang
menghubungkan fundus dengan pilorus (Suchodolski 2008). Menurut Steiner et al.
(2008) batas pilorus ditandai dengan penebalan otot sirkuler.
Usus halus terdiri dari 3 bagian yang dimulai dengan duodenum, jejunum,
dan ileum. Duodenum dimulai setelah pilorus, berukuran pendek, dan terfiksasi
pada bagian dorsal dari abdomen oleh mesoduodenum. Jejunum dan ileum
merupakan bagian usus halus yang tidak terfiksasi dengan baik. Secara umum,
kedua usus tersebut berada pada posisi ventral dari abdomen (Dyce et al. 2002).
Saluran usus pada dasarnya adalah tabung berotot dengan berbagai diameter
dan struktur mukosa yang berbeda di setiap bagian dari saluran tersebut
(duodenum, jejunum, ileum). Variasi diameter, struktur mukosa dan fungsi
berhubungan dengan peran fisiologis yang berbeda dari masing-masing daerah
(Steiner et al. 2008).
Dinding usus dan lambung dibagi menjadi empat lapisan yaitu mukosa,
submukosa, tunika muskularis, dan serosa. Lapisan ini bisa terlihat dalam
pemeriksaan USG berdasarkan perbedaan ekhogenitasnya (Steiner et al. 2008).
Menurut Suchodolski (2008) dinding lambung bagian mukosa dan submukosa
yang kosong akan menjadi lipatan-lipatan.
Pankreas merupakan kelenjar berukuran relatif kecil dan berhubungan
dengan duodenum di dorsal rongga abdomen, pankreas terdiri dari dua lobus
panjang, lobus kanan terletak di dorsal duodenum dan kemudian berjalan ventral
dari ginjal kanan dan lobus kaudatus hati. Lobus kiri berjalan antara antrum
lambung dan kolon transversal, sebelah dorsal limpa. Bagian lobus yang lebih
tipis dari pankreas memanjang pada permukaan kaudal lambung yang berhadapan
dengan limpa di dalam omentum (Dyce et al. 2002). Skema anatomi organ dalam
abdomen dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Skema anatomi organ dalam abdomen. a: kardia; b: fundus; c: korpus; d: pilorus; e & f:
duodenum desenden & asenden; g & h: pankreas lobus kanan & kiri; i: jejunum; j:
ileum; k: kolon asenden; l: sekum; m: kolon transversal; n: kolon desenden; o: limpa
(Noviana 2012).
4
Pemeriksaan Darah
Ultrasonografi (USG)
bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan
(Noviana et al. 2012).
Karakteristik Transduser
urin dan darah. Cairan termasuk anekhoik walaupun kehadiran suatu partikulat
didalamnya akan menyebabkan terbentuknya ekho (Noviana et al. 2012).
Gambar 3 Sonogram lambung, duodenum, dan pankreas; A: sonogram pankreas berbentuk seperti
kait di bagian paling distal dari lobus kiri, B dan C: sonogram lambung dengan posisi
hewan dorsal recumbency pada posisi transduser transversal dan sagital, D: keberadaan
gas dan feses dalam saluran pencernaan seringkali membuat accoustic shadowing (S), E
dan F: sonogram duodenum dengan posisi hewan dorsal recumbency pada posisi
transduser transversal dan sagital (Penninck dan d’Anjou 2008).
Tabel 1. Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing
dan kucing
Organ Anjing (mm) Kucing (mm)
Lambung 2-5 1.7-3.6
Doudenum 3-6 2.0-2.5
Jejunum 2-5 2.0-2.5
Ileum 2-4 2.5-3.2
Colon 2-3 1.4-2.5
Sumber : Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan
Delaney et al. (2003)
METODE
Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Juli 2012
di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hewan Penelitian
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 4 ekor kucing
kampung jantan (Felis catus) yang berumur 3-5 tahun dengan bobot badan 3.0-4.0
kg. Kucing berasal dari lingkar Kampus IPB Dramaga
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : 1 set peralatan
ultrasonografi tipe dua dimensi merk Sonodop S8®, transduser frekuensi 7.5 MHz,
sarung tangan, pencukur rambut, tabung penampung darah/ vacutainer, cooler box,
kandang kucing, alas kandang, spoit 1 ml, 3 ml dan 20 ml, tourniquet, stetoskop,
termometer, stopwatch, gunting, kapas, stomach tube, flash disk, dan kamera
digital untuk mendokumentasikan hasil penelitian.
8
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan kucing komersial,
air mineral, gel USG, tisu, alkohol 70%, atropin sulfat 0.25%, ketamin 10%,
xylazin 2%, dan Zipyran® (praziquantel).
Metode Penelitian
Adaptasi Hewan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Darah
Persiapan Hewan
Pengambilan Gambar
Interpretasi Gambar
Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J®. A: Sonogram duodenum pada
posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika
muskularis, dan S: serosa. B: Skema sonogram duodenum (Penninck dan d’Anjou
2008), d: tebal mukosa yang diukur adalah sepanjang garis kuning.
Gambar 5 Sonogram pankreas kanan dengan posisi transduser sagital. d : Ukuran tebal pankreas
yang dihitung adalah sepanjang garis putih.
a
*Sumber : Thrall et al. (2005); bJain (1993)
Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood
Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat
Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU =
International Unit; L = Liter.
Lambung
Gambar 6 Sonogram lambung posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa,
dan M: mukosa.
jelas dengan USG jika menggunakan transduser resolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5
MHz, ketika digunakan resolusi rendah lapisan lambung hanya terlihat sebagai
struktur yang hiperekhoik.
Duodenum
Gambar 7 Sonogram duodenum posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa, dan
M: mukosa
Pankreas
Gambar 8 Sonogram pankreas kanan posisi hewan berbaring dorsal (dorsal recumbency) dan
posisi transduser sagital. a: Sonogram organ pankreas berbentuk seperti kait. Tanda
panah: batas pankreas oleh jaringan lemak.
yang terlihat pada hasil sonogram pankreas lobus kanan yang menunjukkan
bentuk seperti kait (a).
bahwa ukuran lapisan mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya.
Hal ini sesuai dengan Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa
lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis
mukosa bisa sama tebalnya selama gerakan peristaltik. Ketebalan lambung pada
hasil bisa dikatakan dalam kondisi baik, karena umumnya jika terjadi
abnormalitas ataupun terjadi kerusakan lambung, dinding/lapisan lambung akan
menebal. Menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal dinding lambung normal
pada saat relaksasi yaitu sekitar 3-5 mm atau 0.300-0.500 cm. Kerusakan dinding
lambung akibat gastritis akan menyebabkan penebalan dinding >7 mm atau 0.700
cm.
Hasil pengukuran duodenum menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan
dinding duodenum yaitu 0.254 ± 0.039 cm pada posisi transduser transversal dan
0.267 ± 0.047 cm pada posisi transduser sagital (Tabel 1). Berdasarkan penelitian
Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et
al. (2003) diameter duodenum kucing yaitu sebesar 2.0-2.5 mm atau 0.200-0.250
cm, sedangkan menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal duodenum bisa
mencapai 3 mm. Hasil yang didapat memiliki kisaran yang mendekati kedua
pustaka tersebut diperkirakan karena adanya perbedaan pada hewan yang
digunakan dalam penelitian. Karakteristik hewan seperti jenis hewan, bobot badan,
jenis diet ataupun usia kemungkinan mempengaruhi hasil sonogram yang didapat.
Ukuran rata-rata tiap lapisan duodenum dengan posisi transduser transversal
ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil diantara sub mukosa,
muskularis mukosa, dan serosa. Namun dapat dilihat bahwa ukuran lapisan
mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya. Hal ini sesuai dengan
Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa lapisan mukosa sering
terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis mukosa bisa sama
tebalnya selama gerakan peristaltik.
Pengukuran ketebalan pankreas dilakukan hanya pada ketebalan pankreas
kanan posisi transduser sagital. Hasil pengukuran sonogram pankreas kanan
dengan posisi transduser sagital memiliki ketebalan sebesar 0.343 ± 0.120 cm.
Berdasarkan penelitian Etue et al. (2001) ketebalan lobus kanan pankreas kucing
yaitu 4.5 mm atau 0.450 cm, sedangkan pada penelitian Hecht et al. (2006)
ketebalan pankreas lobus kanan sekitar 4.3 mm atau 0.430 cm. Hasil penelitian ini
lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua penelitian di atas, hal ini mungkin
dikarenakan kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda jenis, usia, ataupun
bobot badannya.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Allen DG, Pringle JK, Smith DA, Conlon Peter. 1993. Handbook of Veterinary
Drugs. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Amin I. 1995. Pengaruh Pemberian Seduhan Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica, VAL) Terhadap Aktivitas SGOT dan SGPT [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Arambulo RC dan Wrigley R. 2003. Ultrasonography of the Acute Abdomen. J
Clinical Techniques in Small Animal Practice. 18: 20-31.
Birchard SJ dan Sherding RG. 2006. Saunders Manual of Small Animal Practice.
Ed ke-2. Pennsylvania: W.B. Saunders Company.
Burk R, Feeney D. 2003. Small Animal Radiology and Ultrasonography A
Diagnostic Atlas and Text. USA: Elsevier Science.
Callbreath DF. 1982. Clinical Chemisthry. USA: WB Saunder Company.
Delaney F, O’Brien RT, Waller K. 2003. Ultrasound Evaluation of Small Bowel
Thickness Compared to Weight in Normal Dogs. J Vet Radiol Ultrasound.
44: 577-580.
Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy 3rd
Ed. USA: W.B. Saunders Company.
Etue SM, Penninck DG, Labato MA, Pearson S, Tidwell A. 2001.
Ultrasonography of The Normal Feline Pancreas and Associated
Anatomical Landmarks: A Prospective Study of 20 Cats. J Vet Radiol
Ultrasound. 42: 330-336.
Fowler ME. 1993. Wild Life Medicine Caurse. USA: Directorate General of
Livestock Services.
Gaschen L. 2009. Update on Hepatobiliary Imaging. Veterinary Clinics of North
America: Small Animal Practice, Vol 39 (3). Hlm. 439-467.
Girinda A. 1986. Patologi Klinik Veteriner. Bogor: Fakultas kedokteran Hewan
IPB.
Goggin JM, Biller DS, Debey BM, Pickar JG, Mason D. 2000. Ultrasonographic
measurement of gastrointestinal wall thickness and the ultrasonographic
appearance of the ileocolic region in healthy cats. J Am Anim Hosp Assoc.
36: 224-228.
Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Jakarta:
EGC
Hayes MA. 2007. Patophysiology of The Liver. USA: W.B. Saunder Company.
Hecht S, Penninck DG, Mahony OM, King R, Rand WM. 2006. Relationship
Pancreatic Duct Dilation to Age and Clinical Finding in Cats. J Vet Radiol
Ultrasound. 47: 287-294.
Jain NC. 1993. The cat: normal hematology with comments on response to
disease. Di dalam: Schalm’s Veterinary Hematology, 4th ed. Philadelphia:
Lea dan Febiger.
Kealy JK dan McAllister. 2000. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of
the Dog and Cat 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis. Ed ke-3. London: Bailliere
Tindal.
20
LAMPIRAN
Leher
Thrall
Jain
Parameter Kucing et al.
(1993)
(2005)
1 2 3 4 rataan
Hemoglobin (g/dL) 11.6 12.4 12.6 13.3 12.5 8.0-15.0
Eritrosit (juta/µL) 3.9 4.1 4.1 4.8 4.2 5.0-10.0
Hematokrit (%) 34 37 37 39 37 24-45
Trombosit
124 117 208 251 175 200-377
(ribu/µL)
Leukosit (ribu/µL) 9.6 9.4 9.2 10.0 9.55 5.5-19.0
Hitung Jenis
Eosinofil (%) 0 2 2 2 1.5 2-12
Batang (%) 0 0 0 0 0 0-3
Segmen (%) 30 59 40 70 49.8 35-75
Limfosit (%) 69 36 58 28 47.8 20-55
Monosit (%) 1 3 0 0 1 1-4
Basofil (%) 0 0 0 0 0 0
SGOT (IU/L) 36 34 18 40 32 14-38
SGPT (IU/L) 57 57 16 70 50 30-100
Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood
Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat
Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU =
International Unit; L = Liter.
24
RIWAYAT HIDUP