Anda di halaman 1dari 49

KEDOKTERAN HEWAN

PROSEDUR
NEKROPSI VETERINER
Disusun oleh
Staf Pengajar Divisi Patologi

Prof. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D, APVet, DACCM


Prof. Drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D, APVet.
Dr. Drh. Sri Estuningsih, MSi, APVet.
Dr. Drh. Eva Harlina, MSi, APVet.
Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi, APVet.
Drh. Dewi Ratih Agungpriyono, Ph.D, APVet.
Prof. Drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet.
Drh. Vetnizah Juniantito, Ph.D, APVet.
Drh. Mawar Subangkit, MSi, APVet.
DIVISI PATOLOGI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI & PATOLOGI (KRP)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BERBAGAI PERTIMBANGAN
UMUM SEBELUM NEKROPSI.
1. Usahakan kadaver/bangkai sesegar mungkin. Nekropsi dilakukan
segera setelah kematian. Jika tempat nekropsi tidak ditempat
kematian hewan maka
2. Atau bangkai didinginkan (bukan dibekukan) sebelum mencapai
lokasi pemeriksaan patologi.
3. Lokasi Nekropsi biasanya dilakukan di laboratorium Patologi. Bila
Nekropsi terpaksa dilakukan di lapang, tepinya harus dibuat
lubang, tempat nantinya bangkai dikuburkan. Cara ini adalah cara
yang paling sederhana.
4. Siapkan wadah-wadah berlabel, berisi zat fiksatif (Formalin Buffer
10 %) untuk tempat sampel jaringan / organ yang dipilih untuk
pemeriksaan lebih lanjut secara histopatologi. Siapkan juga wadah
steril untuk tempat pengiriman spesimen ke laboratorium
Mikrobiologi, Parasitologi, atau Toksikologi.
5. Kertas catatan untuk mencatat hasil pemeriksaan Nekropsi atau
dapat dilengkapi dengan alat perekam (Tape Recorder ), Tustel,
atau Video Camera
6. Mikroskop, objek gelas dan perlengkapan pewarnaan cepat
(Pewarnaan Giemsa dan Raebieger), zat fiksatif, dan lain-lain.
7. Pertimbangan keamanan bagi secant
a. Wanita hamil seyogyanya tidak berpartisipasi (bahaya infeksi
Toxoplasmosis dan penyakit zoonosis lainnya)
b. Tangan tidak sedang terluka untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder
c. Antisipasi terhadap penyakit zoonosis (Anthrax , Rabies, dan
lain-lain).
d. Antisipasi terhadap zat allergen (pakai penutup hidung atau
hindari kontak langsung dengan kadaver ) .
e. Lakukan pencucian tangan dan pembersihan tempat
nekropsidengan menggunakan air, sabun atau desinfektan.
Karkas, sebaiknya langsung dibakar atau ditanam.
CARA MEMBUNUH HEWAN
SEBELUM DIAUTOPSI
1. Disembelih
2. Euthanasia dengan peyuntikkan berlebih
Magnesiun sulfat (MgSO4 ) atau Preparat
Barbital Intra- Vena / intra- Cardial
3. Suntikkan Udara secara Intra-Vena atau Intra-
Cardial EMBOLI
4. Pemutusan persendian Atlanto-Occipital
5. Electrocution disetrum
6. Pembiusan berlebih dengan Ether.
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
1. Singalemen
Jenis hewan, bangsa, jenis kelamin, umur, warna bulu,
tanda-tanda lain, nama pemilik dan alamatnya, No Tel, dll

2. Anamnese (Sejarah Penyakit)


Gejala klinis hewan sewaktu masih hidup, termasuk data
hasil pemeriksaan laboratorium, pengobatan yang pernah
diberikan, cara kematian dan lama waktu antara saat
kematian dan nekropsi.

Ada beberapa cara penyebab hewan mati sehingga harus di


nekropsi, antara lain: karena sakit, sengaja di bunuh
(euthanasied), kecelakaan, keracunan dll.
PEMERIKSAAN BAGIAN LUAR
1. Kondisi Bulu dan Kulit

Pemeriksaan Bulu Meliputi


1. Keadaan bulu apakah mengkilat atau kusam dan keadaan
kebersihannya
2. Diusap, dan diperhatikan apakah bulu mudah rontok atau
tidak
3. Ada atau tidak adanya ektoparasit
4. Ada atau tidak adanya kebotakan lokal yang meluas

Pemeriksaan kondisi kulit


1. Ada atau tidak adanya perlukaan
2. Ada atau tidak adanya peradangan
Pemeriksaan Turgor Kulit
Jika kulit di daerah yang banyak jaringan ikatnya dan luas
permukaanya (lateral Scapula dan Femur serta daerah
gumba ) dicubit, mereka akan kembali ke posisi semula
dengan cepat.

2. Warna Mukosa (selaput lendir) Lubang Kumlah


Mulut, mata, telinga, anus, vagina (pada betina) dan
preputium (pada jantan)
1. Kebersihannya
2. Ada atau tidak adanya telur / ektoparasit dewasa (di
lubang telinga)
3. Ada atau tidak adanya luka atau massa disaluran telinga
4. Mukosa normal biasanya berwarna merah jambu, lembab,
bersih, dan tidak ditemukan adanya kotoran atau eksudat.
3. Pemeriksaan Gizi Hewan

Jika hewan mengalami malnutrisi/kekurusan


biasanyaSpina Scapula,Tuber Coxae dan Os.
Costae akan terlihat menonjol.
PENGELUARAN ALAT TUBUH
1. Letakkan kadaver dengan punggung menghadap meja
nekropsi.
2. Kuakkan daerah axilla dengan menyayat kulit dan
pertautan otot (m. pectoralis) antara scapula dan dinding
thorax.
3. Sayat pertautan otot didaerah persendian coxo-femoralis
sampai persendian terbuka dan otot paha dapat
diletakkan mendatar pada permukaan meja nekropsi.
4. Buatlah sayatan memanjang di garis median kulit tubuh
bagian ventral dari sudut tulang mandibula sampai ekor.
Pada daerah umbilicus, penis, scrotum, vulva, anus dan
daerah lesio sayatan kulit dilakukan pada sisi-sisinya.
Pada hewan jantan, angkat penis dan preputium dari
daerah perlekatannya di ventral abdominal, dan diperiksa
kemudian.
5. Kuakkan perlekatan subkutan ke arah lateral kiri dan kanan.
6. Perhatikan keadaan dibawah kulit, daerah sub kutan dan otot
dibawahnya. Warna lemak sub-kutis biasanya putih
kekuningan dan jumlahnya banyak pada hewan cukup gizi,
sedangkan otot gerak berwarna merah tua, periksa
kelembabannya dan ada tidak adanya perdarahan (ptechie,
sugulatio dsb).
7. Perhatikan juga keadaan kelenjar mammary pada saat
memeriksa keadaan subkutan.
8. Cari dan periksalah keadaan kelenjar pertahanan tubuh
superfisial seperti ln. mandibullaris, retro-pharyngealis,
praescapularis, axillaris, praefemoralis, poplitea, dan inguinalis
superfisialis (hewan jantan) atau supramammaria (hewan
betina). Perhatikan ukurannya, biasanya ukurannya bervariasi
sesuai dengan besar tubuh hewan, konsistensi kenyal, bidang
sayatan lembab dan rata, korteks berwarna kekuningan dan
medulla berwarna kelabu.
13.Pembukaan rongga dada dilakukan setelah pemeriksaan
tekanan negatif dengan cara menusukkan pisau di salah
satu otot intra-costae, jika tekanan negatif masih ada
akan terlihat diafragma akan bergerak ke arah rongga
perut.
14.Periksalah keadaan dinding diafragma, dalam keadaan
normal biasanya akan tampak licin, lembab, mengkilat dan
terang tembus.
15.Pembukaan rongga dada dilakukan dengan memotong
tulang sternum pada perbatasan tulang rawan dengan
tulang biasa dari tulang iga (Os Costae ) di sisi kiri dan
kanan, dimulai dari tulang iga terakhir sampai dengan
tulang iga pertama dengan menggunakan tang tulang.
16.Pemeriksaan rongga dada dilakukan dengan
memperhatikan letak alat-alat tubuh di dalam
rongga dada, ada tidaknya perlekatan antara
alat tubuh dengan pleura serta perhatikan ada
tidaknya cairan berlebihan.

17.Periksa keadaan dinding pleura costalis, yang


dalam keadaan normal biasanya tampak licin,
lembab, mengkilat dan terang tembus.
PENGELUARAN ALAT TUBUH RONGGA
PERUT
1. Lepaskan limpa dan omentum dari pertautannya,
keluarkan dari rongga perut.
2. Buat ikatan ganda pada esofagus yang menembus
diafragma (Oesophagus pars diaphragmaticus).
3. Potong esofagus di antara kedua ikatan tersebut.
4. Buat ikatan ganda pada rectum yang berbatasan
dengan anus.
5. Potong rectum diantara kedua ikatan tersebut.
Lepaskan secara tumpul pertautan mesenterium dari
lambung, usus dan hati.
6. Keluarkan lambung dan usus dari rongga perut,
bersama-sama dengan hati dan pankreas.
7. Cari dan keluarkan kelenjar adrenal.
8. Angkat ginjal bersama-sama dengan ureternya.
9. Kantung kemih di sayat di tempat, perhatikan isi kantung
(warna dan kekeruhan air kemih serta viskositasnya) dan
mukosa permukaannya.
10. Jika ada lesio pada permukaan mukosa, kantung kemih
dikeluarkan bersama-sama dengan urethra,dengan
melakukan pemotongan os pubis kanan dan kiri untuk
membuka ruang pelvis.
11. Dengan membuka ruang pelvis, kita juga dapat
mengeluarkan uterus bersama-sama dengan vagina pada
hewan betina atau mengeluarkan prostat bersama testis
pada hewan jantan.
PENGELUARAN ALAT TUBUH RONGGA DADA
1. Potong dalam-dalam otot yang melekat di kanan-kiri os.
mandibula, sampai lidah dapat ditarik ke arah ventral.
2. Genggam lidah, tarik ke arah kaudal, potong bagian
paling posterior dari langit-langit secara transversal,
kemudian potong juga tulang rawan hyoid.
3. Lepaskan secara tumpul pertautan jaringan
penggantung laring, trakhea dan esofagus sampai ke
rongga dada.
4. Keluarkan alat tubuh rongga dada dengan memotong
secara tumpul pertautan aorta disepanjang tulang
punggung.
5. Perhatikan keadaan tonsil, kelenjar ludah, kelenjar
pertahanan regional daerah tsb (ln pharingeal dan
retropharingeal), kelenjar thyroid-parathyroid yang
menempel bilateral pada anterior trakhea serta thymus
di posterior trakhea.
PENGELUARAN OTAK
1. Posisikan kepala dengan mandibula menghadap ke arah
ventral.
2. Bersihkan tulang tengkorak dari kulit yang menutupi
termasuk telinga dan otot daerah temporal.
3. Gergaji secara transversal tulang tengkorak pada
posterior dari orbit mata.
4. Potongan kedua dilakukan mengambil sudut 40 derajat
dari potongan pertama pada lateral tulang tengkorak
kanan dan kiri, sampai dengan foramen magnum.
5. Kuakkan tulang tengkorak kearah dorsal, buka lapisan
dura dan keluarkan otak dengan membalikkan bagian
dorsal otak kearah ventral dan memotong syaraf mata
dan batang kelenjar pituitary.
PENGELUARAN SUMSUM TULANG
BELAKANG

1. Bersihkan otot-otot yang melekat disepanjang


sumsum tulang belakang, lepaskan pertautan
persendian costae dari os vertebrae pars
costalis.
2. Potong bagian dorsal dari os vertebrae pada sisi
kanan dan kiri spina spinosus dengan
menggunakan tang tulang, sehingga foramen
vertebrae yang berisi spinal cord terbuka.
3. Jepit selaput dura dengan pinset dan bersihkan
pertautan spinal cord dengan cavum secara
tumpul.
PEMERIKSAAN DAN
INTERPRETASI PERUBAHAN
ALAT TUBUH
URUTAN PEMERIKSAAN ALAT TUBUH
1. Rongga mulut, lidah, tonsil, faring, laring, dan kelenjar
ludah mandibularis
2. Kelenjar pertahanan sub mandibula, kelenjar tiroid,
paratiroid, dan esofagus.
3. Rongga hidung, trakhea, paru-paru, jantung, dan
pembuluh darah di daerah tersebut.
4. Hati, limpa, kelenjar adrenal, ginjal, ureter, kantung
kemih dan organ reproduksi.
5. Pancreas, lambung, usus dan kelenjar pertahanan
daerah mesenterium.
PARAMETER PEMERIKSAAN
Parameter pemeriksaan untuk setiap jaringan / organ atau
bagian dari organ meliputi :
1. WARNA
1. Setiap perubahan dari warna aslinya perlu dijelaskan.
2. Sertakan dalam penjelasan tentang komposisi dan
intensitas warna (putih-kuningan, merah gelap, dan
lain-lain.).
3. Perlu diterangkan bentuk, tepi, serta penyebaran dari
daerah yang mengalami perubahan warna ( belang,
bercak, bintik, dan lain-lain.
4. Warna merah lokal pada jaringan biasanya
disebabkan oleh perdarahan, warna merah yang
menyebar biasanya disebabkan oleh adanya
pembendungan atau hiperemia.
5. Warna putih biasanya pada menunjukkan adanya
peradangan, nekrosis, endapan kalsium atau urat,
penebalan keratin, peningkatan jaringan ikat, lemak
atau tulang.
6. Warna kuning menunjukkan adanya peradangan,
pigmen bilirubin pada ikterus, lemak dan fibrin.
7. Warna hijau biasanya menunjukkan adanya pigmen
empedu atau hemosiderin, peradangan eosinofil,
gangren, infeksi algae atau jamur.
8. Warna hitam, biasanya menunjukkan adanya akumulasi
pigmen melanin, darah, nekrosis, infeksi cacing hati,
endapan karbon, hidrogen sulfide dll.
9. Tidak/berwarna muda/mild dengan aspek transparan
biasanya ditemukan pada cyst atau lendir.
2. KONSISTENSI
1. Dengan palpasi diperoleh kategori tentang
penyimpangan terhadap kepadatan atau elastisitas
dari organ atau jaringan.
2. Penilaian : normal, memadat, lunak, rapuh,
konsistensi meningkat, mencair, menjadi gelatin, dan
lain-lain.

3. BESAR JARINGAN / ORGAN


1. Sesuaikan dengan organ pasangannya bila ada,
dengan besar hewan, atau dengan catatan-catatan
terdahulu untuk jenis dan ras hewan yang sama.
2. Agar lebih akurat, pengukuran dan penimbangan
dengan memakai angka desimal.
3. Penilaian : membesar, mengecil, menghilang.
4. BENTUK JARINGAN / ORGAN
1. Disesuaikan dengan bentuk normal dari setiap
ras.
2. Bentuk permukaan : licin, tak rata, bergranul,
bernodul, berkista,legok mengerut dan
sebagainya.

5. BIDANG SAYATAN
Cembung, rata, kering, lembab, basah,
bereksudat (nanah, mukus, serous, fibrin,
darah ), merembes keluar cairan transudat,
cairan berbusa, granuler, gemerisik mineral,
tenggelam / terapung pada uji apung, dan lain-
lain.
6. SARANG PENYAKIT / LESIO
Lokasi, penyebaran, warna, ukuran,
bentuk, jumlah, konsistensi, irisan, sifat
isi dan bau.

7. GAMBAR
Gambarkan pada laporan bila perlu, letak
dan penyebaran sarang penyakit pada
suatu organ.
PEMERIKSAAN PATOLOGI
ANATOMI ALAT TUBUH
1. URUTAN PEMERIKSAAN ALAT TUBUH
PENCERNAAN BAGIAN ATAS
1. Periksa keadaan mukosa rongga mulut termasuk
langit-langitnya kemudian permukaan lidah,
terhadap ada tidaknya perlukaan atau perubahan
warna.
2. Pemeriksaan saluran pencernaan bagian atas
dilakukan dengan menggunting dinding esophagus,
dimulai dari pharynx sampai esofagus bagian
posterior sebelum masuk lambung.
3. Periksa keadaan mukosa dan perhatikan isi
lumennya jika ada.
2. PEMERIKSAAN ALAT TUBUH
PENCERNAAN BAGIAN BAWAH
1. Perhatikan dan palpasi pankreas, catat konsistensi,
warna, terhadap ada tidaknya atrofi, fibrosis, perdarahan,
nekrosa sel lemak atau pertumbuhan tumor.
2. Buatlah sayatan memanjang pada permukaan parietal
pankreas serta perhatikan bidang sayatannya.
3. Gunting curvatura major dari lambung diteruskan sampai
dinding usus disepanjang garis perlekatannya dengan
peritoneum.
4. Perhatikan isi dari setiap bagian saluran percenaan, catat
ketebalan dinding mukosa, warna dan keadaan
permukaan mukosa.
5. Perhatikan terhadap adanya cacing dan jika diduga ada
infeksi protozoa, periksalah preparat kerik mukosa
dibawah mikroskop.
6. Periksa juga keadaan mesenterium, omentum dan
kelenjar pertahanan setempat.
3. PEMERIKSAAN ALAT TUBUH
PERNAFASAN BAGIAN ATAS
1. Pemeriksaan saluran pernafasan bagian atas
dilakukan dengan menggergaji tulang
tengkorak secara horisontal atau tranversal
dari sinus hidung.
2. Hal ini dilakukan bila ditemukan adanya
exudat berlebihan yang keluar dari lubang
hidung atau bila ada deformitas pada daerah
sinus rongga hidung.
4. PEMERIKSAAN ALAT TUBUH PERNAFASAN
BAGIAN BAWAH
1. Gunting dengan menggunakan gunting tumpul
dinding dorsal dari larynx dan trakhea sampai
percabangannya pada paru-paru.
2. Periksa keadaan mukosa dan perhatikan isi lumennya
jika ada.
3. Periksa keadaan luar dari paru-paru, catat terhadap
adanya perubahan warna, kepadatan, pertumbuhan
massa yang tidak normal dengan bantuan palpasi.
4. Buat beberapa potongan transversal pada lobus
paru-paru. Periksa juga beberapa percabang
bronkus and pembuluh darah pada paru-paru untuk
memeriksa kemungkinan adanya cacing pada paru-
paru (lung worm).
5. Paru-paru normal biasanya berwarna merah muda
dan kempis.
6. Pembendungan umum biasanya menyebabkan
paru-paru berwarna merah tua, yang pada saat
memotong lobus, darah akan mengalir keluar.
7. Pada keadaan edema, paru-paru berwarna
pucat, permukaan bidang sayatan akan basah
dan cairan berbusa akan terlihat di lumen
bronkhus dan trakhea.
8. Pada pneumonia akibat distemper, paru-paru
akan terlihat berwarna merah, keras dan padat,
bervariasi dengan daerah paru-paru yang
mengalami atelectase dan emphysema sebagai
efek samping adanya lesio pneumonia.
5. PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Pisahkan pertautan jantung bersama dengan aorta
dari paru-paru.
2. Periksalah keadaan alat pembungkus jantung
(pericardium) terlebih dahulu sebelum
mengeluarkan jantung dari pericardium.
3. Perhatikan warna, kejernihan dan ketebalannya.
4. Dalam keadaan normal pericardium akan terlihat
tipis, lembab dan terang tembus.
5. Gunting pericardium di ujung dari jantung (apex),
keluarkan jantung dari pembungkusnya, sambil
memperhatikan apakah ada akumulasi cairan
berlebih di dalam kantung pericardium.
6. Periksalah permukaan epicard, terhadap
perubahan warna, ada tidaknya perdarahan dan
lesio pada vena coroner.
7. Periksa konsistensi otot jantung dengan palpasi,
kemudian perhatikan juga ukuran dan bentuk dari
jantung.
8. Cara membuka jantung: genggam jantung dengan
tangan kiri, dengan bagian ventrikel kiri disebelah kanan
anda (anterior menghadap ke arah secant).
9. Buat irisan sejajar kiri dan kanan sulcus longitudinalis
dengan jarak + 1 cm dengan menggunakan pisau.
10. Kemudian dengan menggunakan gunting tumpul yang
panjang, gunting dinding ventricle kanan mulai dari
apex kearah dorsal menuju arteri pulmonary melalui
katub pulmonum.
11. Balikkan jantung sehingga bagian posterior menghadap
secant, gunting dinding ventrikel kanan dari apex ke
arah dorsal menuju aurikel kanan melalui katub
tricuspidalis.
12. Teruskan pengguntingan dari dinding aurikel kanan
sampai mencapai vena cava.
13. Balikkan jantung ke posisi awal, dengan bagian anterior
menghadap secant.
14. Gunting sayatan pada dinding ventrikel kiri mulai dari
apex kearah dorsal sampai katup aorta.
15. Balikkan jantung sehingga bagian posterior menghadap
secant, teruskan pengguntingan dari apex ke arah
dorsal menuju aurikel kiri melalui katub bicuspidalis
sampai vena pulmonum.
16. Setelah jantung terbuka, periksalah keadaan
endocardium, myocardium dan katub-katub jantung.
17. Lakukan sayatan pada beberapa otot papillari untuk
melihat kelainan pada myocardium.
6. PEMERIKSAAN HATI
1. Perhatikan keadaaan umum hati, periksa warna,
lobulasi, tepi-tepi lobusnya dan kekenyalannya
dengan palpasi.
2. Tekan kantung empedu, dan perhatikan saluran
pengeluarannya pada duodenum untuk melihat
apakah ada penyumbatan apa tidak.
3. Buatlah beberapa turisan pada beberapa tempat di
lobus hati , sayatlah vena portal untuk memeriksa
apakah ada thrombo emboli serta lakukannlah
pemeriksaan detil pada pola lobulasi hati.
4. Hati biasanya tampak membengkak dengan tepi-tepi
tumpul dengan warna merah keunguan saat
mengalami pembendungan pasif, bidang sayatan
menunjukan pola lobulasi sangat jelas dan daerah
tengahnya berwarna merah keunguan.
5. Adanya bentukan nodul-nodul halus berwarna
putih pada bidang sayatan hati yang
konsistensinya meningkat, biasanya disebabkan
oleh peradangan fibrosis hati.
6. Pengecilan ukuran dan pengeriputan permukaan
hati biasa tampak pada cirrhosis.
7. Degenerasi lemak pada bagian tengah dari lobus
biasanya berwarna putih kekuningan, pada
bagian perifer biasanya berwarna coklat atau
merah. Nekrosis pada daerah tengah dari lobus
biasanya berwarna kekuningan dengan titik
kemerahan ditengahnya.
7. PEMERIKSAAN LIMPA
1. Lepaskan perlekatannya dengan
mesenterium, kemudian buatlah beberapa
sayatan longitudinal pada permukaan
parietal dari limpa.
2. Perhatikan warna, konsistensi dari limpa dan
permukaan bidang sayatannya.
3. Usap secara halus permukaan bidang
sayatan dengan pisau, untuk melihat adanya
pulpa yang terbawa.
8. PEMERIKSAAN KELENJAR ADRENAL
1. Periksa ukuran kelenjar adrenal kanan dan kiri,
kemudian buatlah sayatan transversal dan
perhatikannlah perbandingan bagian korteks dan
medulla, kemudian perhatikan pula warna dan
konsistensi.
2. Ukuran kelenjar adrenal akan bertambah besar
sejalan dengan usia hewan.
3. Nodular hyperplasia dari kelenjar adrenal biasa
ditemukan pada hewan tua, bagian korteks akan
menjorok tidak beraturan ke bagian medulla
dengan permukaan kapsul yang tidak rata.
4. Perubahan kelenjar adrenal pada
syndrome biasanya bilateralis, dengan perubahan
simetris hiperplasia korteks.
5. Disertai tanda-tanda lain seperti kebotakan umum.
PEMERIKSAAN GINJAL
1. Perhatikan ukuran, warna dan konsistensinya.
Kemudian buatlah sayatan pada major curvature
sampai ke hilus pyelum.
2. Perhatikan permukaan bidang sayatan, warna,
perbandingan bagian korteks dan medull.
3. Kemudian satukan kembali 2 bidang sayatan
tersebut, jika kedua tepi sayatan tidak akan bertemu
(berarti permukaan bidang sayatan cembung) hal
tersebut mengindikasikan adanya pembengkakan.
4. Kelainan ginjal yang sering ditemukan pada anjing
adalah acute interstitial nephritis, dimana alat tubuh
akan tampak membengkak dengan bercak-bercak
putih yang tampak menyebar pada permukaan
korteks.
5. Perubahan lain adalah chronic diffuse nephritis, dimana
akan terlihat pengerutan dari korteks, perlekatan
dengan kapsul dengan nodul-nodul putih pada
permukaan subcapsular.
6. Pada chronic focal nephritis, akan terlihat legokan tidak
rata dari permukaan ginjal.
7. Ginjal dari kucing berbeda dengan hewan menyusui
lain.
8. Kapsulanya sangat mudah dibuka, dan permukaan
ginjalnya banyak diinervasi pembuluh darah.
9. Warna kekuningan dari ginjal kucing disebabkan oleh
adanya lemak yang secara normal banyak dijumpai
pada tubuli dan harus dibedakan dengan lipoid
nephrosis.
10.PEMERIKSAAN KANTUNG KEMIH
1. Perhatikan isinya dan permukaan mukosa.
2. Kadang di pada hewan percobaan, sampel dari air
kemih selalu diambil saat nekropsi dan diperiksa
untuk perbandingan dengan lesio histopatologinya.
3. Jika hewan dicuridai terhadap distemper, buatlah
preparat sentuh dari mukosanya untuk melihat
adanya inclusion bodies.

11.PEMERIKSAAN ALAT TUBUH REPRODUKSI


HEWAN BETINA
1. Periksa keadaan luar uterus dan ovarium. Buat
sayatan untuk membuka lumen uterus.
2. Perhatikan isi lumen dan mukosa uterus.
3. Sayat ovarium dan deteksi terhadap adanya folikel,
korpus luteum dan cyst.
12.PEMERIKSAAN ALAT TUBUH
REPRODUKSI HEWAN JANTAN
1. Terutama pada anjing, periksalah selalu
keadaan kelenjar prostatnya, guntinglah
uretra melalui kantung kemih sampai pada
saluran kelenjar prostat pada uretra.
2. Periksa juga terhadap ada tidaknya
penyumbatan dana juga adanya batu pada
uretra.
3. Sayat tunica vaginalis untuk mengeluarkan
testis, perhatikan ukuran dan warnanya,
palpasi konsistensinya dan perhatikan
bidang sayatannya.
13.PEMERIKSAAN OTAK DAN SUMSUM
TULANG BELAKANG
1. Perhatikan bagian ventral dari otak, periksa warna,
konsistensi, keadaan pembuluh darah, cranial nerve,
pia mater dan badan pituitari.
2. Ada 2 cara untuk memeriksa bidang sayatan otak.
Jika tampak luar ada perubahan yang bersifat
meluas, sayatan dapat dilakukan segera saat otak
masih segar.
3. Tetapi jika perubahan hanya sedikit dan bersifat
lokal, otak disimpan intoto didalam formalin terlebih
dahulu sebelum disayat setelah fiksasi pendahuluan.
4. Ada 6 sayatan transversal yang biasa dilakukan pada
pemeriksaan otak, dengan jarak tiap sayatan tidak
lebih dari 1.5 cm.
5. Tiap sayatan akan mewakili daerah : prefrontal,
pedunculo-frontal, frontal, parietal, pedunculo-parietal
dan occipital.
6. 3 sayatan berikutnya dilakukan masing-masing pada
otak kecil, otak tengah dan batang otak.
7. Perubahan lokal pada otak anjing biasanya adalah
perdarahan, abscess, peradangan selaput otak, dan
tumor otak.
8. Peradangan yang bersifat meluas seperti pada kasus old
dog encephalitis, distemper, toxoplamosis dan
histoplasmosis, lesio biasanya hanya tampak saat
pemeriksaan histopatologi.
9. Untuk membuat preparat sentuh dari hippocampus,
buatlah sayatan lateral sejajar fissura longitudinalis
dengan jarak + 1 cm .
10. Pada ruang ventrikel ke IV akan ada bagian dari otak
yang bentuknya menyerupai rumah siput, potong
bagian tersebut dan buatlah preparat sentuh
dilanjutkan dengan pewarnaan Seller untuk melihat
inclusion body dari virus rabies (negri body).
11. Pemeriksaan sumsum tulang belakang: perhatikan
terhadap adanya perubahan warna, bentuk dan ukuran
atau diameter dari sumsum tulang belakang.
12. Pemeriksaan bidang sayatan biasanya dilakukan
setelah disimpan intoto pada larutan fiksasi.
DIAGNOSA PATOLOGI-ANATOMI
Terdapat beberapa macam diagnosa PA , yaitu :
1. Diagnosa Morfologi menjelaskan rangkuman
perubahan dari sebuah lesio, misalnya diffuse
granulomatous enteritis.
2. Dignosa Kausatik, biasanya terdiri dari 2 suku kata,
kata pertama adalah agen penyebabnya, kata ke dua
adalah tempat terjadinya lesio, misalnya Mycobacterial
enteritis.
3. Kausa, diagnosa tipe ini hanya menyebutkan agen
penyebab penyakit saja, misalnya Mycobacterium
paratuberculosis.
4. Nama Penyakit, biasa digunakan pada penyakit yang
BENTUK PENCATATAN
1. Yang paling umum adalah dalam bentuk
tulisan, atau ketikan atau dalam disket.
2. Fotografi
3. Rekaman Audio-visual
4. Untuk sementara, ketika pencatatan belum
bisa dilaksanakan atau untuk permanen
sebagai arsip rekaman video agar lebih
informatif.
LAPORAN NEKROPSI
Hal-hal yang harus tercantum dalam laporan nekropsi
meliputi :
1. Nama dan alamat Laboratorium yang mengeluarkannya.
2. Nomor Protokol Visum, tanggal Nekropsi, Dokter
penanggung jawab Nekropsi serta Secant yang
berpartisipasi.
3. Identifikasi Karkas / Sinyalemen
4. Anamnesis tentang karkas. Perubahan-perubahan atau
tanda-tanda patologi-anatomi menurut sistem organnya.
5. Epikrise
6. Diagnosis patologi-anatomi dan kesimpulan
pengarahannya.
7. Diagnosis histopatologi, mikrobiologi, parasitologi,
toksikologi, dan lain-lain.
8. Tanda tangan dan nama pembuat visum.
MANFAAT LAPORAN HASIL NEKROPSI
(VISUM)
1. Sebagai laporan, Diagnosis Patologi yang tercatat,
merupakan bagian dari kumpulan kasus-kasus nekropsi
sepanjang tahun yang diarsipkan.
2. Arsip ini merupakan referensi / sumber informasi untuk data
Epidemiologi, Laporan Penelitian, Bahan-bahan seminar
dan Diskusi, serta Forum-forum Ilmiah sejenis.
3. Sebagai dasar untuk mengarahkan diagnosis bagi
Laboratorium Diagnostik yang menerima kiriman sampel
dari kasus Nekropsi. Laboratorium yang dimaksud adalah
Histopatologi, Mikrobiologi, Parasitologi, dan Toksikologi.
4. Sebagai bahan acuan bagi klinikus untuk memperkuat
diagnosis, menentukan stadium penyakit, dan
mengembangkan wawasan di dalam pengambilan
keputusan terapi serta penyembuhan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai