Anda di halaman 1dari 14

Tugas Radiologi

“Radiologi Lambung Normal”

Nama : Grace Tabitha Tenggi Olihta


NIM : 21/486951/PKH/00780
Dosen Pengampu : drh. Raden Rara Devita Anggraeni, M.P., Ph.D.

1. Pendahuluan
Keanekaragaman spesies dan ras hewan kesayangan menjadi gaya hidup yang modern dan
banyak diminati pada beberapa tahun belakangan ini. Laman Humane Society (2011) mengatakan
beberapa hewan yang disukai sebagai peliharaan saat ini adalah anjing, kucing, hamster, gerbil,
guinea pig, kelinci, musang, kuda, burung peliharaan, tikus, dan ikan. Namun anjing dan kucing
adalah spesies yang mendominasi hewan peliharaan dan juga dengan segala penyakit atau gangguan
tubuh yang bisa terjadi. Semua ras anjing tidak dapat digeneralisasi sifat fisiologis karena adanya
perbedaan berat badan dari yang tidak terlalu berbeda jauh sampai yang signifikan perbedaannya.
Misalnya, bobot tubuh anjing berkisar dari 2 pon dengan ras Chihuahua hingga 120 pon Great Dane
(Patronek dkk, 1997). Dalam beberapa hal, kucing dan anjing bahkan lebih berbeda daripada
perbedaan di antara ras anjing. Sementara itu, anjing Papillon seberat 10 pon mungkin tampak
berukuran sama dengan kucing Maine Coon dengan berat yang sama tetapi kebiasaan makan
keduanya sangat berbeda. Seperti kucing yang masih termasuk karnivora, dengan kebiasaan makan
yang tidak sebanyak anjing dan juga intensitas makan yang sedikit. Kucing tentunya memiliki
lambung yang kecil pula dengan usus yang pendek karena hanya itu yang dibutuhkan untuk
memproses makanan. Sebaliknya, anjing yang adalah omnivora dimana terbiasa makan ada yang
cukup sampai sangat banyak maka memiliki lambung lebih besar dan usus yang lebih panjang untuk
kebutuhan pencernaannya (Sutton, 2013).

Gambar 1. Anatomi Abdomen Anjing dan Kucing (Sumber :


https://slideplayer.com/slide/14659656/ dan https://id.pinterest.com/pin/172192385729788589/)
Lambung hanya sedikit melakukan penyerapan nutrisi atau obat tetapi lebih berfungsi sebagai
pemecah makanan dan melakukan pengiriman makanan yang sudah diolah ke saluran pencernaan
yaitu usus (De Zwart dan De Roos, 2010). Lambung memiliki bagian kranial dan kaudal dengan regio
terbagi menjadi 4 bagian diantaranya adalah kardia, fundus, korpus (body) pada daerah kranial, serta
pilorus pada daerah kaudal. Kardia merupakan daerah sempit perbatasan antara lambung dengan
esofagus. Fundus merupakan bagian pada lambung yang biasa terlihat adanya gas pada saat radiografi
abdomen dan merupakan bagian lambung setelah kardia yang berada di bagian kiri lambung (sebelah
kiri midline dibagian dorsal abdomen). Korpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang
menghubungkan fundus dengan pilorus dari midline mulai dorsal kiri ke ventral kanan. Pilorus berada
di kanan midline bagian ventral abdomen dan berbatasan ditandai dengan penebalan otot sirkuler
(Suchodolski, 2011).

Gambar 2. Anatomi Lambung


(Sumber : https://hospital.vetmed.wsu.edu/2022/03/10/digestive-system-of-the-dog/)
Radiologi menjadi prosedur rutin untuk mengkonfirmasi dan mendiagnosis banyak penyakit
pada hewan kecil dan besar. Radiografi perut sangat penting dalam praktik kedokteran hewan karena
frekuensi gangguan perut (O'Brien, 1978). Radiografi abdomen sering digunakan sebagai studi survei
karena memungkinkan evaluasi bagian dari saluran pencernaan. Indikasi pemeriksaan dapat dilihat
secara luas dan berhubungan dengan sistem tubuh yang juga dapat dievaluasi. Perut yang nyeri
mungkin berhubungan dengan penyakit peritoneum, adanya benda asing, adanya tumor, trauma pada
dinding perut, cedera tulang belakang, dan lain sebagainya. Seorang dokter hewan tidak perlu ragu
menggunakan radiografi abdomen sebagai rutinitas dalam membangun basis data pada banyak pasien
(Morgan, 1993). Setiap studi radiografi yang memerlukan beberapa posisi khusus pasien, sinar x-ray
atau penggunaan agen kontras dapat dianggap sebagai prosedur khusus. Menggunakan metode x-ray
untuk mengenali temuan radiografi abnormal secara efektif maka perlu ada pemahaman tentang
anatomi radiografi normal untuk area tertentu yang diinginkan (Smallwood dan Spaulding, 2007).
Radiografi perut dapat membantu dokter membuat diagnosis definitif atau memutuskan antara
perawatan medis atau bedah (Riedesel, 2007). Pemeriksaan radiografi lambung atau gastrography
didefinisikan sebagai studi radiografi lambung termasuk bagian proksimal loop duodenum.
Pemeriksaan dapat memberikan informasi morfologis dan fungsional. Sebuah studi morfologi
meneliti karakter dan lokasi dinding atau isi lambung untuk mencari lesi ekstramural, mural dan
intraluminal. Sebuah studi fungsional memeriksa motilitas lambung dan fungsi pilorus lalu dievaluasi
dengan waktu mulai pengosongan lambung serta waktu pengosongan lambung lengkap (Morgan,
1993). Dalam kondisi ideal, pemeriksaan radiografi abdomen secara rutin harus dilakukan pada
hewan yang telah dipuasakan selama 12-24 jam (Root, 1974; Brawner dan Bartels 1983; Arnbjerg,
1992). Puasa tidak dapat dilakukan dalam banyak situasi dan ketidakmampuan untuk berpuasa pada
hewan bukan merupakan kontraindikasi untuk radiografi abdomen. Juga puasa harus dihindari pada
pasien dengan gangguan perut akut yang penundaan waktu secara medis dikontraindikasikan. Sebuah
studi morfologi dapat dilakukan pada hewan dibius atau dibius; namun studi fungsional dilakukan
pada hewan yang tidak dibius karena banyak obat dapat menyebabkan distensi gas pada lambung dan
penurunan motilitas (Morgan, 1993; Scrivani dkk, 1998).
2. Ukuran
Untuk pencitraan radiografi menurut Burk dan Ackerman (2003), anjing dan kucing diukur
pada bagian paling tebal dari tubuh mereka, biasanya di hati atau abdomen kranial. Anjing dengan
panjang kurang dari 15 cm menggunakan 68 kVp dan 8 mAs untuk sistem film analog 400 layar film.
Untuk pelat digital, teknik awal adalah 72 kVp dan 10 mAs. Anjing dengan panjang 15 cm atau lebih
besar: Untuk setiap anjing berukuran lebih besar dari atau sama dengan 15 cm, kisi dengan 8 : 1, 110
line per inchi harus menggunakan radiasi yang lebih sedikit agar tidak ada penurunan kualitas pada
gambar akhir. Berdasarkan jenis kisi yang digunakan, tekniknya perlu disesuaikan. Untuk pengaturan
mAs tertentu, semakin tinggi stasiun mA yang digunakan, semakin cepat waktu yang dapat
digunakan. Untuk radiografi di area perut sedikit gerakan bisa menjadi tidak bagusnya pengambilan
gambar yang akan dilakukan. Oleh karena itu, menjaga waktu lebih cepat dari 1/30 detik adalah
penting. Penyesuaian dalam teknik perlu dilakukan tergantung pada kondisi tubuh hewan. Gambar
keseluruhan harus dievaluasi untuk kontras radiografi (radiolucent dan radiolucent) dan kontras
subjek (detail batasan lemak dan otot tubuh serta batas tiap organ).
Lambung pada manusia berukuran sama dengan anjing dengan volume kira-kira 24 ml
(Geigy, 1981). Berdasarkan ukuran organ, volume basal di perut kucing kira-kira setengah dari anjing
kira-kira 12 ml (Kararli, 1995). Namun, kapasitas lambung anjing kira-kira bisa mencapai 1 L (mirip
dengan manusia) menurut Kararli (1995) dan jauh lebih besar dari 35 ml volume perut kucing
menurut Janssen dan rekannya (2004). Migrating motor complex (MMC) adalah pola motilitas siklik
otot gastrointestinal dan berulang yang terjadi di lambung dan duodenum serta berakhir di ileum
selama masa puasa. Pada anjing yang berpuasa, periode rata-rata dari siklus ini berkisar antara 90
hingga 134 menit. Ketika satu gelombang berakhir di ileum distal, gelombang lain akan dimulai lagi
dari lambung/duodenum (Sutton, 2004). Saat berpuasa, pilorus akan menutup untuk mencegah
pengosongan lambung terhadap makanan yang kemungkinan akan kelebihan kapasitas saat memasuki
pencernaan usus kecil. Pilorus juga mengatur ukuran partikel yang dikosongkan dan selama itu
kontraksi otot akan mencampur dan menggiling isi perut sampai partikel berdiameter <2 mm. Untuk
partikel yang tidak dapat dicerna >2 mm, partikel tersebut ditahan oleh lambung sampai semua
padatan yang dapat dicerna telah dikosongkan. Lalu setelahnya MMC interdigestive telah pulih. Stres,
ukuran tubuh, dan komposisi makanan (misalnya, volume, kepadatan, viskositas, ukuran partikel, dan
kalori) menjelaskan variasi luas dalam pengosongan lambung namun studinya masih jarang
dilaporkan. Misalnya, waktu paruh pengosongan lambung tahap pertama dari cairan dalam lambung
anjing yang berpuasa dilaporkan sekitar 12 menit (Dressman, 1986); pengosongan lambung setengah
dari diameter 1,5 mm barium impregnated polyethylene spheres (BIPS) pada kucing yang tidak diberi
makan dilaporkan sekitar 24 menit (Chandler dkk, 1997). Dalam kasus ini, pengosongan lambung dua
kali lipat lebih lama pada kucing yang "berpuasa”. Wyse dan rekannya (2003) merangkum banyak
studi pengosongan lambung pada kucing dan anjing, diukur dengan radioscintigraphy, radiografi, dan
13CO2 yang dihembuskan. Tetapi uji ini tidak mencantumkan indikator makan yang diberikan dan
juga berat badan hewan yang diteliti. Beberapa kucing akan makan dengan bentukan makan yang
kecil atau lebih sedikit dibandingkan anjing dengan bentuk makanan yang lebih besar dan juga bisa
lebih banyak (Beitz dkk, 2006).
Dalam sebuah penelitian, kucing diberi makan 78 kkal dari kebutuhan energi harian mereka
dengan asam oktanoat [13C], dan puncak yang dihembuskan [13CO2] terdeteksi sekitar 1 jam
kemudian (Sutton, 2004; Peachy dkk, 2000). Dalam penelitian Chandler dan rekannya yang lain
(1997), waktu setengah pengosongan BIPS diameter 1,5 mm pada kucing yang diberi makan 184 kkal
makanan (1/4 ransum) adalah 6,43 ± 2,59 jam. Penyaringan oleh pilorus menghasilkan retensi BIPS
lebih lama dari partikel makanan yang lebih kecil dimana proses absorpsi tertunda sampai
pengosongan lambung. Waktu pengosongan lambung untuk 1,5 mm BIPS pada anjing yang diberi
makan seperempat dari kebutuhan energi harian mereka (rata-rata 319 kkal) juga sekitar 6 jam.
Namun, anjing-anjing dalam penelitian ini adalah persilangan dengan berat badan berkisar antara 13,5
hingga 37 kg. Dan sementara ada berbagai variabilitas, mereka melaporkan bahwa BIPS dikosongkan
lebih cepat pada anjing yang lebih besar (p<0,05) (Allan dkk, 1996). Pada anjing beagle (10–13 kg),
camilan kecil (210 kkal) setelah 4 jam baru terjadi pengosongan lambung dari kapsul telemetri (2,5
cm×0,6 cm×0,4 cm), sedangkan ransum harian penuh (1.470 kkal ) mengakibatkan penundaan
pengosongan lambung dari kapsul yang melebihi 8 jam. Faktor fisiologis cenderung mempengaruhi
pengosongan lambung pada kucing (Sutton, 2004).
3. Lokasi
Garis imajiner yang menghubungkan antara pilorus, fundus dan korpus adalah gastrik axis.
Pada posisi lateral axis lambung dari fundus sampai korpus dan pilorus tegak lurus dengan tulang
belakang, paralel dengan tulang rusuk (Ruth dkk, 2010). Pilorus terletak sedikit kearah kranial dari
lambung, posisi dan penampakan mungkin bisa berbeda antara kanan dan kiri lateral rekumbensi.
Pada posisi rekumbensi lateral kanan, pilorus berisi cairan dan sebagian ke korpus. Pilorus antrum dan
bagian distal dari korpus tampak sebagai massa jaringan lunak yang bulat. Pada posisi rekumbensi
lateral kiri, pilorus berisi gas yang menyebar sampai turunan duodenum. Fundus atau korpus mungkin
sulit nampak karena siluet cairan intraluminal dengan struktur yang berdekatan. Gas naik sampai
seluruh bagian atas lambung sedangkan cairan mengendap di dasar lambung, jadi posisi radiografi
digunakan untuk menyoroti daerah tertentu dengan gas. Sebagai contoh rebah lateral kiri untuk
memeriksa patologi proximal duodenum dan pilorus seperti kecurigaan adanya benda asing. Pada
posisi ventrodorsal cairan tampak dalam fundus karena gaya gravitasi, korpus dan sebagian juga ada
yang terjebak di pilorus antrum. Gas tampak di bagian paling atas, di pilorus antrum dan korpus dekat
midline.
a. Posisi Lateral Recumbency
Collimator atau kolimasi tidak dapat ditentukan secara pasti pada bagian abdomen karena
berbagai ukuran pasien. Oleh karena itu, tepi kolimasi yang digunakan adalah batas tengkorak, ekor,
abdomen, dan punggung. Lampu kolimator disetel di gambar 3A agar sesuai dengan ukuran kaset atau
detektor yang sama dengan menggunakan nomor yang sesuai di sebelah kenop kolimator. Cahaya
kolimator dapat diperkecil sesuai ukuran pasien untuk memastikan kolimasi pasien yang tepat dan
meminimalkan radiasi hamburan. Batas kranial dari lampu kolimator harus ditempatkan kranial ke
hati. Hal ini dicapai dengan meraba proses xiphoid dari sternum dan menempatkan cahaya selebar 2
jari di kranial ke proses xiphoid (Gambar 3B). Batas kaudal lampu kolimator harus mencapai tingkat
trokanter mayor femur. Jika berkas caudal tidak mencapai trokanter, maka perlu dilakukan
pengambilan gambar kranial dan caudal untuk setiap proyeksi (lateral kanan, lateral kiri, dan
ventrodorsal). Garis horizontal lampu kolimator harus ditempatkan pada bidang imajiner untuk
membagi dua rongga perut menjadi bagian punggung dan perut yang sama. Tulang dada dan prosesus
xiphoid harus berada dalam cahaya kolimasi untuk memasukkan anatomi kranial abdomen. Jika
anjing kurus atau berdada dalam, garis horizontal perut ekor akan lebih tinggi (lebih dorsal) daripada
setelah mengambil pandangan lateral perut kranial. Jika anjing adalah ras besar atau sangat besar,
perlu mengganti kaset atau pelat digital dari posisi horizontal (3C, sumbu panjang) ke posisi vertikal
(3D, bagian kaset yang lebih panjang atau pelat digital sekarang tegak lurus terhadap sumbu panjang).

Gambar 3. Pengaturan Kolimator


(Sumber : https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/)
Untuk gambar lateral kanan dan kiri, pasien diposisikan di atas meja dengan sisi dependen di
bawah dan ditandai dengan penanda timah di area collimated sebagai kanan (R) atau kiri (L)
berdasarkan sisi dependen. Tungkai panggul harus direkatkan secara merata dan ditarik ke kaudal
untuk memastikan bahwa penahan tidak berada di dalam perut. Palpasi dan gunakan krista iliaka
untuk menentukan apakah pasien sejajar dalam posisi lateral dan sejajar dengan meja. Puncak iliaka
harus rata dan ditumpangkan. Sebuah baji busa dapat ditempatkan di bawah stifles untuk menjaga
lateralitas pasien. Untuk menghindari artefak, jangan letakkan spons di bawah tulang dada atau perut
kranial. Untuk menjaga pasien dalam posisi lateral yang benar, tungkai dada harus direkatkan secara
merata dan ditarik ke arah kranial.
Pada gambar 4A, anjing dalam posisi berbaring lateral kanan dengan tungkai panggul
direkatkan dan ditarik ke kaudal dan tungkai dada direkatkan dan ditarik ke arah kranial. Cahaya
menandai batas kranial dari gambar yang dikolimasikan ke tingkat hanya kranial ke proses xiphoid.
Tangan diposisikan untuk menunjukkan batas ekor gambar pada tingkat trokanter mayor yang lebih
besar. Abdomen ini cocok pada kaset tunggal atau sebagai gambar lateral tunggal. Gambar 4B
menunjukkan radiografi perut lateral kanan anjing kecil; lokasi kranial dari gambaran kolimasi
(kranial ke kubah diafragma) dan area kolimasi kaudal setinggi trokanter mayor. Gambar dicatat
lateral berdasarkan superimposisi proses transversal (Nike swoosh) dan superimposisi sayap ilium dan
kepala tulang rusuk. Gambar close-up pada 4C ini menunjukkan proses transversal yang
ditumpangkan dari gambar lateral di 4B (panah hitam); swooshes Nike ditumpangkan, meskipun ada
sedikit rotasi dari proses melintang. Tingkat kemiringan ini akan dianggap dapat diterima. Anjing
dalam posisi ventrodorsal recumbency pada gambar 4D dengan tungkai panggul direkatkan dan
ditarik ke arah kaudal. Cahaya menandai batas caudal gambar yang dikolimasikan ke tingkat trokanter
mayor femur. Gambar 4E memperlihatkan lokasi lambung (stomach) pada kucing, terletak dekat
dengan diafragma dan organ hati.

Gambar 4. Pemeriksaan Radiografi Anjing Kecil, Anjing Sedang, dan Kucing (Sumber :
https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/ dan
https://journals.plos.org/plosone/article/figure?id=10.1371/journal.pone.0233983.g006)
Anjing dengan ukuran besar juga dapat diposisikan untuk satu set radiografi lateral kanan
seperti yang di gambar 5A. Gambar 5B terlihat collimator dan tangan yang menunjukkan batas
tengkorak untuk radiografi perut. Collimator dan tangan yang menunjukkan batas kaudal untuk
radiografi abdomen lateral kaudal kanan setinggi trokanter mayor (Gambar 5C). Lalu radiografi
abdomen kranial lateral kanan di gambar 5D menunjukkan superimposisi kepala tulang rusuk
(vertebra toraks) dan proses transversal vertebra lumbar (Nike swoosh). Tampilan jarak dekat dari
proses transversal pada gambar 5E yang ditumpangkan (panah putih). Sisi kanan abdomen bagian
ekor di 5D terlihat lebih jelas di gambar 5F; ada tumpang tindih dari 2 gambar (termasuk L1-L3) dan
radiografi abdomen kaudal telah dikolimasikan ke tingkat trokanter mayor. Hasil radiografi ada
penampakan superimposisi sayap iliaka dan prosesus transversus vertebra lumbalis. Radiografi lateral
kiri abdomen kranial memperlihatkan ada gas yang telah bergeser dari posisi fundus pada radiografi
lateral kanan ke posisi pilorus pada radiografi lateral kiri seperti yang ditunjukkan pada gambar 5G.

Gambar 5. Radiografi Lateral Anjing Besar


(Sumber : https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/)
b. Posisi Ventro Dorsal (VD)
Untuk mengatur kolimasi tampilan ventrodorsal tetap harus menggunakan penanda kanan (R)
dan kiri (L). Batas kranial dari lampu kolimator harus ditempatkan pada kranial ke hati. Palpasi
prosesus xiphoid dari sternum dan tempatkan tepi lampu kolimator selebar 2 jari ke arah kranial.
Batas caudal dari lampu kolimator yang sejajar dengan sumbu panjang harus ditempatkan setinggi
trokanter mayor femur. Jika balok caudal tidak mencapai trokanter mayor yang lebih besar, maka
perlu dilakukan proyeksi kranial dan kaudal. Garis horizontal sepanjang sumbu panjang tubuh anjing
atau kucing harus ditempatkan pada bidang imajiner di garis tengah perut untuk membagi dua rongga
perut menjadi sisi kiri dan kanan yang berjarak sama seperti pada gambar 6. Tulang rusuk toraks
kaudal dan struktur panggul simetris dan prosesus spinosus dari tulang belakang toraks dan lumbar
kaudal tercatat memiliki "titik air mata" fokal.

Gambar 6. Radiografi Ventrodorsal Anjing Besar


(Sumber : https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/)
Untuk tampilan ventrodorsal, pasien harus ditempatkan dalam posisi dorsal recumbency.
Menggunakan V-trough membantu menjaga tulang belakang dan tulang dada pasien tetap sejajar dan
bertumpuk. Tungkai panggul ditarik ke caudal dan diamankan. Tungkai toraks direkatkan secara
merata dan ditarik ke depan dengan moncong pasien ditempatkan di antara tungkai untuk membantu
menjaga seluruh tulang belakang tetap lurus ke arah kranial. Teknik ini bisa tidak bekerja dengan baik
untuk breed brachycephalic, seperti bulldog atau pug yang memiliki masalah dengan penyakit saluran
napas atas atau obstruksi. Breed kondrodistrofik, seperti dachshund atau basset hound juga secara
fisik tidak mampu melakukan tindakan dengan teknik dan posisi ini. Ketika radiografi dengan jenis
pasien ini maka harus dipastikan kepala dan lehernya lurus di depan tubuh dan tidak miring ke kiri
atau ke kanan.
c. Posisi Dorso Ventral (DV)
Radiografi dorsoventral adalah salah satu radiografi yang paling sulit untuk diposisikan secara
konsisten. Proyeksi dorsoventral biasanya digunakan saat melakukan studi kontras, seperti pencitraan
gastrointestinal bagian atas dan bawah atau gastrogram, dan ketika dicurigai adanya dilatasi lambung-
volvulus. Ini juga secara khusus dapat mengevaluasi bagian fundus lambung. Posisi ventral
recumbency tanpa plester kaki, menghasilkan posisi “sphinx” dan dengan posisi kaki katak (kaki
panggul). Kenyamanan pasien adalah yang paling utama. Tungkai toraks ditarik ke kranial dan
ditahan. Landmark anatomi sama dengan gambar ventrodorsal, meskipun akan lebih pendek dalam
arah kraniokaudal. Pada gambar 7A terlihat posisi dorsoventral pasien dan gambar 7B menunjukkan
hadil radiografi dengan kondisi ada gas di bagian fundus dan korpus lambung (TVP, 2011).
Gambar 7. Posisi Dorsoventral
(Sumber : https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/)
4. Bentuk
Bentuk lambung cenderung melengkung namun akan berbeda saat lambung kosong atau terisi
makanan. Saat lambung kosong maka akan terlihat mengkerut, pada beberapa hasil radiografi akan
terlihat mengecilnya lambung karena kosong. Beberapa hasil radiografi lambung yang berisi makanan
akan memiliki batasan organ yang jelas. Gambar 8 memperlihatkan terisinya lambung dengan media
kontras barium yang berbentuk melengkung serta lonjong. Dari hasil radiografi ini bisa diidentifikasi
juga bagian fundus, kardia, korpus, pilorus, dan juga bagian duodenum serta jejenum. Identifikasi
bentuk lambung juga terlihat pada gambar 9 dengan posisi ventrodorsal (VD) (Batan, 2018).
Bentukan lambung dengan lateral rekumbensi kiri dan kanan juga terlihat berbeda seperti hasil
radiografi gambar 10.

Gambar 8. Bentuk Lambung dengan Barium dan Anatomi Lambung (Sumber : Batan, 2018)
Gambar 9. Bentuk Lambung dengan Posisi Ventrodorsal (Sumber : Batan, 2018)

Gambar 10. Radiografi Anjing Posisi Lateral Kanan, Lateral Kiri, dan Ventrodorsal
(Sumber : dokumentasi pribadi)
5. Opasitas
Radiografi abdomen terdiri dari empat kepadatan radiografi yaitu gas, lemak, cairan/jaringan
lunak, dan tulang. Jumlah gas dan lemak di rongga perut akan sangat mempengaruhi interpretasi
gambar radiografi. Gas (sebagian besar adalah udara yang tertelan) dengan opasitas radiolusen
biasanya ada di dalam saluran cerna dan menyediakan sarana yang siap untuk pemeriksaan lambung
dan usus. Pergeseran loop usus berkali-kali menyajikan petunjuk yang berarti untuk mendeteksi
kelainan visera tetangga. Lemak yang mengelilingi organ perut pada hewan dewasa memberikan
kontras yang cukup untuk menggambarkan batas sebagian besar organ perut yang lebih besar. Tidak
adanya lemak seperti yang terlihat pada anak anjing dan anak kucing atau dengan hewan kurus
membuat radiografi perut tidak terbaca. Cairan dalam jumlah yang lebih besar seperti yang terlihat
pada asites peritoneal menutupi efek kontras dari lemak perut dan, sebagai akibatnya, sangat
mengganggu detail perut dan visualisasi organ. Struktur tulang mengelilingi rongga perut, dan
kadang-kadang hadir di saluran pencernaan sebagai bagian dari ingesta. Namun untuk lambung
sendiri dengan lapisan ototnya dapat memberikan opasitas abu-abu meski terisi dengan makanan. Saat
lambung kosong yang kemungkinan akan diisi gas akan memperlihatkan opasitas hitam pada bagian
korpus lambung (Wolvekamp, 2022).
6. Media Kontras :
- Negatif Kontras
Radiografi negatif kontras harus dilakukan terlebih dulu sebelum menggunakan media kontras.
Kontras negatif direkomendasikan pada kasus kemungkinan benda asing dikarenakan khawatir
adanya penyumbatan saat akan melakukan radiografi dengan media kontras positif. Minuman ringan
bikarbonat seperti seven-up adalah sumber karbondioksida yang bisa dipakai, namun udara adalah
yang paling sering digunakan untuk kontras negatif studi namun jarang dipakai terutama untuk
penyakit seperti dilatasi lambung (O’Brien, 1978).
- Positif Kontras
1. Barium sulfat adalah jenis kontras yang paling sering digunakan pada saluran cerna. Oral
barium sulfate dijual komersial dengan bentukan bubuk yang bisa dicampur dengan air atau
likuid. Keunggulan dari barium sulfate adalah tidak akan diasorpsi oleh tubuh, tidak
menyebabkan iritasi mukosa, dan harganya tergolong lebih murah. Namun kerugiannya bisa
menyebabkan iritasi kebocoran peritonial pada pasien yang mengalami perforasi dan juga
menyebabkan aspirasi pneumonia. Suspensi barium sulfat bisa dengan dosis 2,3-3,6 ml/kg
berat badan melalui selang lambung atau per oral. Setelah memberikan kontras, harus
dilakukan pengambilan gambar radiografi setiap 15 menit selama 1 jam awal dan kemudian
setiap jam sampai suspensi sampai di usus besar. Media kontras akan lebih cepat menuju
lambung dan usus setelah pemberian saat lambung benar sudah kosong sehingga media akan
sampai di usus besar dalam empat jam. Semua media kontras harus berada di usus besar
setelah 24 jam.
2. Iodine adalah media kontras yang larut dalam air dan dibagi menjadi ionik dan non ionik.
Keuntungannya bisa ditransmisikan dengan cepat, tidak mengiritasi saat ada perforasi, dan
cepat di absorbsi. Namun kerugiannya bisa lambat diabsorbsi oleh mukosa, hiperosmolality
pada iodine yang ionik, dan harganya tergolong lebih mahal.
- Kontras Ganda
Kontras ini digunakan saat inginmengidentifikasi lapisan dinding lambung dan memungkinkan
penentuan asam lambung lokasi dan lesi ekstramural. Karena kita bisa melihat lambung untuk
menentukan lesi mural dan intraluminal. Kontras ganda pada lambung anjing menggunakan oral
barium sulfat 25% (3 mL/kg b.wt) lalu diikuti oleh udara (2 sampai 10 mL/kg b.wt, kontras negatif)
setelah sedasi dengan triflupromazine (2 mg/kg b.wt, i.m.). Radiografi kontras ganda dengan barium
sulfat dan udara ditemukan efektif untuk mengidentifikasi berbagai detail mukosa lambung
(Dlipeekumar dkk, 2012)
Daftar Pustaka

Allan FJ, Guilford WG, Robertson ID, Jones BR (1996) Gastric emptying of solid radiopaque markers
in healthy dogs. Vet Radiol Ultrasound 37:336–344
Arnbjerg, J. (1992). Gastric emptying time in the dog and cat. Journal of American Animal hospital
Association, 28:77
Batan, I W. (2018) Pemeriksaan Klinik Saluran Pencernaan pada Anjing dan Kucing. Lab Diagnosis
Klinik Veteriner dan Lab Patologi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
Beitz D, Bauer J, Behnke K, Dzanis D, Fahey G, Hill R, Kallfelz F, Kienzle E, Morris J, Rogers Q
(2006) Nutrient requirements of dogs and cats. In: NRCotN Academies (ed) Animal nutrition
series. The National Academies Press, Washington, DC
Burk RL, Ackerman N (2003) Small animal Radiology and ultrasonography , diagnostic atlas text
.2nd ed . saunder , 1996. P.215-4260
Brawner, W. R. and Bartels, J. E. (1983). Contrast radiography of the digestive tract: indications,
techniques and complications, Veterinary clinics of North America, 13: 599
Chandler M, Guilford G, Lawoko C (1997) Radiopaque markers to evaluate gastric emptying and
small intestinal transit time in healthy cats. J Vet Int Med 11:361–364
de Zwart I, de Roos A (2010) MRI for the evaluation of gastric physiology. Eur Radiol 20:2609–2616
Dileepkumar K.M., Rajankutty K, Amma T.Sarada, Devanand C.B, Vijaya n N. (2012). Double
contrast radiographic studies of canine stomach,Indianjournal,33(1).51-52
Dressman JB (1986) Comparison of canine and human gastrointestinal physiology. Pharm Res 3:123–
131
Geigy (1981) Units of measurement, body fluids, composition of the body, nutrition. In: Lentnered C
(ed) Geigy scientific tables. CIBA-GEIGY Ltd, Basel, Switzerland
Humane Society (2011) Pets. http://www.humanesociety.org/animals/pets/
Janssen P, Tack J, Sifrim D, Meulemans AL, Lefebvre RA (2004) Influence of 5-HT1 receptor
agonists on feline stomach relaxation. Eur J Pharmacol 492:259–267
Kararli T (1995) Comparison of the gastrointestinal anatomy, physiology, and biochemistry of
humans and commonly used laboratory animals. Biopharm Drug Dispos 16:351–380
Morgan, P. J (1993), chapter 1, Techniques of veterinary radiography, Wily-Blackwell, 5th ediƟon.
library of congress cataloging in publication data
O’Brien, T. R. (1978) Radiographic Diagnosis of Abdominal Disorders in the Dog and Cat:
Radiographic Interpretations, Clinical Signs, Pathophysiology
Patronek GJ, Waters DJ, Glickman LT (1997) Comparative longevity of pet dogs and humans:
implications for gerontology research. J Gerontol A Biol Sci Med Sci 52A:B171–B178
Peachey SE, Dawson JM, Harper EJ (2000) Gastrointestinal transit times in young and old cats. Comp
Biochem Physiol A Mol Integr Physiol 126:85–90
Riedesel, E. A. (2007): The small bowel in Thrall. E.D. textbook of veterinary diagnosƟc
radiology5th edition, Saunders, Elsevier, 11830 Westline industrial Drive, St. Louis, Missouri
63146.
Root, C. R. (1974). Interpretation of abdominal survey radiographs, Veterinary clinics of North
America, 4: 763
Ruth D, Robert M, Frances Bar, Robert H. 2010. Handbook of Small Animal Radiology and
Ultrasound. Elsevier
Scrivani, P. V. Bednarski, R. M., Meyer, C. W. (1998). Effects of acepromazine and butorphanol on
positive contrast upper gastrointestinal tract examinaƟon in dogs, American journal of
veterinary research, 59: 1227
Smallwood JE, Spaulding KA (2007) Radiographic Anatomy of the Appendicular Skeleton.
Copyright © 2007 by Saunders, an imprint of Elsevier Inc. Chapter 14
Suchodolski, J (2011) Microbes and gastrointestinal health of dogs and cats. J Anim Sci 89:1520–
1530
Sutton SC (2004) Companion animal physiology and dosage form performance. Adv Drug Del Rev
56:1383–1398
Sutton SC (2013) Oral Anatomy and Physiology in the Companion Animal. College of Pharmacy,
University of New England, 716 Stevens Avenue, Portland, ME 04103, USA
Today’s Veterinary Practice (TVP) (2011) Small Animal Abdominal Radiography.
https://todaysveterinarypractice.com/small-animal-abdominal-radiography/
Wolvekamp, P (2022) Basic Principles of Abdominal Radiography. WSAVA 2002 Congress
Wyse CA, McLellan J, Dickie AM, Sutton DGM, Preston T, Yam PS (2003) A review of meth ods
for assessment of the rate of gastric emptying in the dog and cat: 1898–2002. J Vet Intern Med
17:609–621

Anda mungkin juga menyukai