PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum laparatomi adalah:
1. Mengetahui langkah kerja laparatomi.
2. Mengetahui anatomi organ dalam kucing.
3. Mengetahui terapi cairan yang diberikan post-operasi
4. Mengetahui cara penanganan pasien post-operasi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum laparatomi adalah:
1. Pengaplikasian handling dan restrain, pemasangan iv cathether, pemberian anasthesi, tipe
jahitan, serta penggunaan bandage.
2. Melatih dan mengembangkan softskill diri sendiri.
3. Sebagai pengalaman dalam penanganan pasien.
4. Sebagai penambah wawasan pengetahuan tentang pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparatomi
Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut). Kata
"laparotomi" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh
seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, lapara
dan tome. Kata lapara berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan
pinggul. Sedangkan tome berarti pemotongan (Haryanti, et al, 2013).
Jenis jenis laparotomi yang umunya digunakan ialah laparotomi flank (sinister dan dexter),
laparotomi medianus dan laparotomi paramedianus. Masing-maisng jenis laparotomi ini dapat
digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuanya masing-masing. Umumnya pada hewan besar
menggunakan bedah laparotomi flank dengan daerah orientasi legok lapar atau fossa paralumbar
sedangkan pada hewan hewan kecil (pet animal) menggunakan laparotomi medianus dengan daerah
orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba (Haryanti, et al, 2013).
Dibalik setiap pembedahan pasti terdapat keuntungan dan kerugian yang menghampiri. Salah
satu keuntungan dari lapartomi medianus ialah tempat penyayatan mudah ditemukan karena adanya
garis putih (linea alba) sebagai penanda, meminimalisirkan terjadinya perdarahan karena didaerah
tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam menerapkan metode
ini ialah dapat terjadi hernia jika proses penjahitan atau penanganan post operasi kurang baik dan
kesembuhannya yang relatif lama (Haryanti, et al, 2013).
2.3.2 Suhu
Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam, bukan suhu permukaan yang merupakan suhu kulit
atau jaringan bawah kulit. Suhu inti relatif konstan kecuali bila terjadi demam, sedangkan suhu
permukaan lebih dipengaruhi lingkungan. Pengukuran suhu tubuh kucing dengan menggunakan
termometer yang diletakkan di rektum. Ketika melakukan pengukuran suhu melalu rektum lakukan
saat tidak ada feses di dalam, agar suhu yang muncul melalui termometer menjadi wakil dari suhu
tubuh keseluruhan. Suhu normal pada kucing yaitu 38,0 0 C 39,30 C. Saat hewan sakit, suhu kulit
dapat tidak terbagi rata dan dapat lebih rendah atau lebih tinggi secara lokal atau secara umum.
Pembagian panas yang tidak merata dapat terjadi pada demam tinggi, sakit umum, kedinginan,
kelemahan jantung, dan lain sebagainya. Suhu kulit pada seluruh tubuh akan menurun menjelang
kematian dan juga pada waktu kehilangan darah dalam jumlah besar (Ifianti, 2001).
2.4 Premedikasi
2.4.1 Pengertian Premedikasi
Premedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan memberikan obat-obatan pendahuluan
yang terdiri dari obat-obat golongan antikholinergik, sedasi atau trankuilizer, dan analgetik.
Premedikasi dapat menggunakan satu obat atau kombinasi dari beberapa obat. Pemilihan obat untuk
premedikasi tergantung tujuan dari premedikasi itu sendiri (Mangku G dkk., 2010). Analgesik akan
menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan untuk memudahkan
penanganan (Boden, 2005).
Tujuan dari pemberian premedikasi yaitu (a) untuk menenangkan hewan sehingga
memudahkan penanganan, (b) untuk relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, (c)
untuk memberikan analgesia (menghilangkan rasa sakit), (d) untuk memperoleh induksi anestesi yang
perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang baik, dan (e) untuk
mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi (Boden, 2005).
2.4.2 Pemilihan Obat
2.4.2.1 Atropin
Termasuk golongan antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik (antimuskarinik),
menghambat transmisi asetilkolin yang dipersyarafi oleh serabut pascaganglioner kolinergik. Pada
ganglion otonom dan otot rangka serta pada tempat asetilkolin. Penghambatan oleh atropine hanya
terjadi pada dosis sangat besar. Pada dosis kecil (sekitar 0,25mg) atropine hanya menekan sekresi air
liur, mucus, bronkus dan keringat. Sedangkan dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan
N. Vagus terhadap jantung baru terlihat padadosis lebih besar. Dosis yang lebih besar lagi diperlukan
untuk menghambat peristaltic usus dansekresi asam lambung. Hambatan oleh atropine bersifat
reversible dan dapat diatasi oleh pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
asetilkolinesterase.. Atropin sulfat sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg,
yang diberikan baik secara subkutan, intravena maupun intra muskuler (Tambing, 2014).
Indikasi dari atropin adalah dapat meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang
ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic), mydriasis dan cyclopedia pada mata. Pada
Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan
anestesia inhalasi, dapat mengembalikan bradikardi yang berlebihan dan bersamaan dengan
neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, dan juga sebagai
antidotum untuk keracunan organophosphor, resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary
resuscitation) (Tambing, 2014).
Atropin dapat diabsorbsi dengan baik apabila diberikan secara oral, injeksi dan inhalasi. Jika
atropin diberikan secara injeksi intravena, efek terhadap denyut jantung akan tampak dalam 3 4
menit setelah pemberian, lalu akan diikuti dengan blokade kolinergik. Atropin terdistribusi dengan
baik di dalam tubuh dan melalui sistem saraf pusat, dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui
urin (Plumb, 2005).
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti
dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan
kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang
terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing (Plumb,
2005).
2.5 Anestesi
2.5.1 Pengertian Anestesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-tidak, tanpa dan aesthesos, persepsi,
kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Berdasarkan cara penggunaan obat anestesi dibagi menjadi (a) anestesi inhalasi yaitu obat anestesi
berupa gas/uap diaplikasikan melalui respirasi dengan kombinasi oksigen; (b) anestesi injeksi yaitu
obat anestesi diberikan dengan cara injeksi/suntikan, bisa melalui IV, IM dan SC; (c) anestesi oral
atau rektal yaitu obat yang diberikan melalui saluran pencernaan (gastrointestinal); dan (d) anestesi
topikal yaitu anestesi yang diberikan melalui kutaneus atau membran mukosa untuk tujuan anestesi
lokal (Tranquilli et al., 2007).
Menurut Joomla (2008) anastesi dibagi menjadi:
a. Anastesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi
saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Pada anestesi umum,
rasa nyeri hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran penderita. Sedangkan pada anestesi
lokal (sering juga diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran penderita tetap utuh dan rasa
nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal). Anestesi lokal bersifat ringan dan biasanya
digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang
didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila
lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa
nyeri.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu
dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien
tak sadar. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke bawah. Namun, oleh karena
tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau otak, maka pasien yang sudah di
anestesi regional masih bisa sadar dan mampu berkomunikasi, walaupun tidak merasakan
nyeri di daerah yang sedang dioperasi.
c. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose
umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang,
dan lain-lain.
Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran,
dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga
diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital
melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
2.5.2.2 Xylazin
Xylazin HCl merupakan senyawa sedatif golongan 2 adrenergik agonis yang bekerja dengan
cara mengaktifkan central 2adrenoreceptor. Xylazin menyebabkan penekanan sistem saraf pusat
yang diawali dengan sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis,
sehingga akhirnya hewan menjadi tidak sadar dan teranestesi (Tambing, 2014)
Xilazin memberikan relaksasi otot, dan pada anjing obat ini dapat menyebabkan muntah.
Xilazin juga menekan mekanisme pengaturan suhu sehingga kemungkinan bisa menyebabkan
hypothermia atau hyperthermia, tergantung pada temperatur udara sekitar, berpengaruh terhadap
sistem kardiovaskuler yang meliputi tekanan darah, ritme jantung dan frekuensi denyut jantung. Pada
anjing xilazin dapat memberikan efek samping seperti tremor otot, bradikardia dengan blokade A-V
dan mengurangi frekuensi respirasi (Plumb, 2005).
Mulai kerja xilazin yang diberikan pada anjing secara intramuskuler mencapai 10 15 menit
dan 3 5 menit apabila diberikan secara intravena. Efek analgesik xilazin bisa bertahan selama 15
30 menit, namun efek sedasinya bisa bertahan hingga 1 2 jam tergantung pada dosis yang diberikan,
sedangkan waktu pemulihan sempurna setelah pemberian xilazin pada anjing membutuhkan waktu
antara 2 4 jam. Pada kucing penggunaan kombinasi ketamin-xylazin menyebabkan perlambatan
absorpsi ketamin sehingga eliminasi ketamin lebih lama, hal ini menyebabkan durasi anestesi lebih
panjang. Pada kucing range dosis xylazin yang sering digunakan yaitu 1,0-2,0 mg/kg BB secara intra
muskuler (Plumb, 2005).
Xylazin juga menghambat efek stimulasi saraf postganglion. Pengaruh xylazin dapat
dihambat dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine dan
tolazolin. Xylazin dapat diberikan secara intravena, intramuskular, dan subkutan. Efek xylazin pada
fungsi respirasi biasanya tidak berarti secara klinis, tetapi pada dosis yang tinggi dapat mendepres
respirasi sehingga terjadi penurunan volume tidal dan respirasi. Xylazin tidak dianjurkan pada hewan
yang memiliki penyakit jantung, darah rendah, dan penyakit ginjal (Tambing, 2014).
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam laparatomi sebagai berikut:
Tampon
- Dibungkus kertas koran
- Disterilisasi sekitar 1 2 jam
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
3.2.3 Persiapan Operator
Operator
- Dipakai jas labnya
- Digunakan nursecapnya
- Dilipat bagian lengan jas labnya sampai di atas siku
- Dibasuh kedua tangannya sampai siku dengan air secara bergantian
- Dibersihkan dengan sabun kedua tangan sampai siku
- Dibilas dengan air secara bergantian kanan dan kiri
- Dikeringkan dengan tetap menekuk siku dengan telapak tangan menghadap ke atas
- Dipakai maskernya
- Dipakai glovenya apabila sudah kering kedua tangannya
- Ditekuk siku dan telapak tangan menghadap ke atas sampai operasi siap dimulai
Hasil
Hasil
BAB IV
HASIL
a) SIGNALEMENT
Nama : Tessy
Jenis hewan : Kucing
Kelamin : Betina
Ras/breed : Mix Persian
Warna bulu/kulit : Black and Red
Umur : 1,5 tahun
Berat badan : 2,6 kg
Tanda kusus : Warna kepala berbeda atau tidak simetris
B) PEMERIKSAAN HEWAN
Hospital Name : CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY
Address : JL. MT. HARYONO
City : MALANG
Tanggal : 8 Mei 2017
Temp: 37,30C
Pulse: 80 kali/menit Respirasi: 48 kali/menit
Membrane color: Pink rose CRT: < 2 detik
Hydration: Tidak hidrasi Body Weight: 2,6 kg
Color and consistency of feces: Score 4
Body condition : Underweight Overweight Normal
System Review
a. Integumentary b. Otic c. Optalmic d. Muscoloskeletal
Normal Normal Normal Normal
Abnormal Abnormal Abnormal Abnormal
e. Nervus f. Cardiovaskuler g. Respiration h. Digesty
Normal Normal Normal Normal
Abnormal Abnormal Abnormal Abnormal
Deskripsi Abnormal : -
Vaksinasi Ya Tidak
KONTROL ANASTESI
DOSIS KOSENTRAS Volume
Obat Golongan Obat (mg/Kg I Obat Rute Waktu
BB) (mg/ml) (ml)
Amoxicilli
ANTIBIOTIK 10 100 0,28 IM 13.19
n
Atropin
PREMEDIKASI 0,04 0,25 0,44 SC 13.34
Sulfat
- PREMEDIKASI
Ketamin ANASTHESI 10 100 0,28 IM 13.52
Xylazine ANASTHESI 2 20 0,28 IM 13.52
Topikal
ANTIBIOTIK di
Teramicine - - - 14.30
MATA Kornea
Mata
ANASTHESI
Pehacaine - - 1 Topikal 15.14
LOKAL
Ketamin-
ANASTHESI - - 0,28 IM 15.47
Xylazine
KONTROL PEMERIKSAAN
Menit 0 15 30 45 (15.32 (15.47 (16.05 (16.23
(13.45 (14.36 (14.51 (15.14 ) ) ) )
) ) ) )
Pulsus(/menit 136 88 124 112 108 116 92 84
)
Temp(0C) 33,5 34,4 35,3 34,1 34,1 33,8 32,9 33,7
Respirasi 60 40 40 40 32 36 48 36
Catatan :
Luka mulai menutup namun masih perlu
dibersihkan + nebacetin agar menutup sempurna
2. Ketamin
Dosis = 2,8 x 10
100
= 0,28 ml
3. Xylazine
Dosis = 2,8 x 2
20
= 0,28 ml
4. Ketoprofen
Dosis = 2,8 x 2
50
= 0,11 ml
5. Amoxicillin
Dosis peroral = 2,8 x 10
25
= 1,12 ml
Dosis injeksi = 2,8 x 10
100
= 0,28 ml
BAB V
PEMBAHASAN
1. Atropin Sulfate
Indikasi
Atropine dalam dunia kedokteran hewan dipakai untuk (1) Sebagai preanestesi untuk
mencegah atau mengurangi sekresi dari saluran pernapasan; (2) Terapi sinus bradikardia, blok
sinoatrial, blok inkomplit nodus AV; (3) Antidote untuk overosis agen atau obat kolinergik (seperti
physostigmin); (4) Antidote untuk toksikasi atau keracunan organofosfat atau jamur muskarinik; (5)
Hipersialisme; (6) Terapi terhadap penyakit yang bersifat bronkokonstriktif (Plumb, 2005).
Farmakokinetik
Atropine sulfat diabrsobrsi dengan baik pada pemberian secara oral, injeksi Intramuskuler (IM),
inhalasi, atau pemberian endotrakeal. Setelah pemberian melalui intravena (IV), efek puncak pada
jantung rata-rata terjadi dalam 3-4 menit. Atropine didistribusikan dengan baik melalui tubuh dan
masuk ke sistem saraf pusat, melewati placenta, dan didistribusikan ke susu dengan jumlah yang
kecil. Atropin dimetabolisme di hati dan dieksresikan melalui urin. Diperkirakan 30-50% dosis obat
dieksresikan tanpa berubah bentuk melalui urin. Sedangkan di manusia dilaporkan kaar paruh obat
dapat bertahan dalam plasma antara 2-3 jam (Plumb, 2005).
Farmakodinamik
Mekanisme kerja asetil kolin pada organ yang diinervasi serabut saraf otonom para
simpatis atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil kolin. Obat ini
menghambat muskarinik secara kompetitif yang ditimbulkan oleh asetil kolin pada sel efektor
organ tertentu pada kelenjar eksokrin, otot polos, dan otot jantung, namun efek yang lebih
dominan pada otot jantung, usus, dan bronkus (Mangku dan Senapathi, 2010).
Menurut Plumb (2005), atropin seperti agen muskarinik lainnya, menghambat
asetilkolin atau kolinergik lain secara kompetitif pada ikatan neuroefektor parasimpatik
postganglionik. Dosis tinggi dapat memblok reseptor nikotinik pada autonomik ganglia dan
pada ikatan neuromukuler.
2. Ketamin
Farmakoterapi
Digunakan debagai anastesi pada prosedur singkat. Durasinya bertahan 30 menit.
Dosis untuk kucing adalah 2-25 mg/kg IV/IM (Papich, 2011).
Farmakokinetik
Terdistribusi cepat keseluruh tubuh, khususnya lemak, hepar, pulmo dan otak. Diubah di
hepar oleh N-demetilasi dan hydroxylase cincin sikloheksanon, dengan pembentukan turunan
glukoronat yang larut dalam air dan dieliminasi pada urin (Papich, 2011).
Farmakodinamik
Puncak peningkatan pacu jantung, tekanan arteri dan CO terjadi terjadi 2-4 menit,
kemudian melalui jalur IV dan menjadi normal setelah 10-20 menit. Stimulus kardiovaskular
dengan eksitasi system saraf simpatis pusat. Pada kucing ketamine menunjukkan hambatan
saraf eferen vagus jantung oleh aktivasi fungsi baroreseptor. Respirasi, banyak anastesi yang
berfungsi menekan ventilasi yang mengakibatkan terjadinya hipoksia, dimana hal tersebut
tidak terjadi pada ketamine. Ketamine menyebabkan reflex faring dan laring tetap normal atau
sedikit meninggi (Papich, 2011).
3. Xylazine
Farmakoterapi
Digunakan sebagai adjunct anastesi dan analgesi dengan durasi 30 menit. Dosis untuk
kucing adalah 1.1 mg/kgBB (Papich, 2011).
Farmakokinetik
Onset obat 2-andrenergik agonist intravena biasanya muncul dalam hitungan menit.
Puncaknya pada menit 10-15. Pemberian intramuscular akan menjadikan efeknya bertahan 2
kali lipat, namun bioavailability beragam, tergantung spesies. Half-life xylazine pada semua
spesies sangat cepat, konsentrasi akan berkurang hingga tidak terdeteksi dalam beberapa jam
(Papich, 2011).
Farmakodinamik
Midriasis pada kcuing terjadi karena inhibisi parasimpatetik pada iris karena aktivasi
xylazine dari reseptor post-synaptic 2-. Thermoregulas akan tidak teratur pada kucing dan
akan lebih rawan menjadi hyper-/hypo- thermia setelah dan saat pemulihan efek sedative.
Efek kardiovaskular menurunkan detak jantung dan tekanan darah, serta arrhythmia. Efek
pada respirasi, keseimbangan asam-basa dan kadar gas pada darah bervariasi tergantung
kombinasi anastesi dan spesiesnya. Pada kucing efek gastrointestinal termasuk penurunan
waktu transift dan muntah. Mintah disebabkan oleh 2-adrenoreseptor pada area postrema
(kemoreseptro muntah) pada medulla oblongata (Papich, 2011).
4. Amoxicilin
Farmakoterapi
Digunakan untuk berbagai infeksi pada spesies, termasuk infeksi traktus urinaria, infeksi
jaringan lunak dan pneumonia. Sangat efektif untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif. Efek samping biasanya dapat ditoleransi dan terdapat reaksi alergi. Dosis untuk
kucing adalah 6.6-20 mg/kgBB (Papich, 2011).
Farmakokinetik
Amoxicillin relative stabil jika tercampur oleh asam lambung. Setelah administrasi oral,
sekitar 74-92% akan terserap pada hewan (monogastrik) dan manusia. Setelah absorbsi,
volume distribusi amoxicillin adalah 0.2 L/kg pada anjing. Obat ini banyak didistribusikan ke
jaringan, termasuk hepar, pulmo, musculus, empedu dan pleura setra cairan synovial.
Amoxicillin akan melewati CSF saat meninges terinflamasi dan konsentrasi yang dapat
ditemukan di serum yaitu sekitar 10-60%. Tingkatan yang terendah terdapat di aqueous
humor, dan rendah pada air mata, keringat serta saliva. Amoxicillin akan menembus placenta,
namun dinilai aman untuk digunakan saat kebuntingan. Eliminasi hal-life amoxicillin telah
dilaporkan selama 45-90 menit pada kucing dan anjing (Papich, 2011).
Farmakodinamik
Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme melalui penghambatan
biosintesis dinding sel mukopeptida selama tahap penggandaan bakteri (Imoisili, 2008).
Amoksisilin lebih efektif melawan mikroorganisme gram positif dibanding gram negatif, dan
mendemonstrasikan efikasi lebih baik dibanding penisillin, penisillin V dan dibanding
antibiotik lain dalam pengobatan penyakit atau infeksi yang beragam (Kaur et al., 2011).
Amoksisilin bekerja dengan mengikat pada ikatan penisilin protein 1A (PBP-1A) yang
berlokasi didalam dinding sel bakteri. Penisillin (amoksisilin) mengasilasi penisilin-
mensensitifkan transpeptidase C-terminal domain dengan membuka cincin laktam
menyebabkan inaktivasi enzim, dan mencegah pembentukan hubungan silang dari dua untai
peptidoglikan linier, menghambat fase tiga dan terakhir dari sintesis dinding sel bakteri, yang
berguna untuk divisi sel dan bentuk sel dan proses esensial lain dan lebih mematikan dari
penisillin untuk bakteri yang melibatkan mekanisme keduanya litik dan non litik (Kaur et al.,
2011)
5. Claneksi
Claneksi mengandung Amoxicillin dan Clavulanic Acid
Indikasi
Indikasi Claneksi adalah untuk pengobatan infeksi bakteri yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang sensitive (Plumb, 2005).
Farmakodinamik
Berfungsi sebagai competitive Inhibitor karena struktur kimia asam klavulanat mirip
sekali dengan penisilin, maka asam klavulanat dapat menempati bagian yang aktif dari
struktur enzim -laktamase tanpa suatu reaksi kimia.Dan Gugus -laktamase karbonil dari
asam klavulanat mengubah enzim penisilinase menjadi enzim asli. Bentuk enzim asli ini tidak
aktif lagi terhadap penisilin (Plumb, 2005).
6. Gentamicin
Farmakoterapi
Pemakaian Gentamicin dapat diberikan dengan dosis tinggi karena penggunaannya
secara lokal. Pada luka terbuka seperti luka jahitan, Gentamicin dapat diberikan secara merata
diatas luka sebelum dan setelah penjahitan. Sedangkan pada luka trauma, pemakaiannya
dengan cara dioleskan diatas luka 2-3 kali sehari (Plumb, 2005).
Farmakodinamik
Obat luar yang bekerja sebagai antibiotik (membunuh kuman dan mengobati infeksi) pada luka
terbuka. dapet digunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Indikasi Gentamicin yaitu
efektif untuk infeksi lokal pada luka-luka terbuka pada kulit dan mukosa. kontra indikasi pada
penderita yang hipersensitif terhadap neomycin, Bacitracin atau golongan aminoglikosida lain
(Plumb, 2005).
7. Tolfenamic Acid
Farmakokinetik
Tolfenamic acid dapat diabsobrsi melalui rute oral. Pada anjing level tertinggi dari obat
adalah 2-4 jam setelah pemberian yang berarti jumlah dari obat ini paling banyak pada serum
adalah selama 2-4 jam setelah pemberian dosis yang sesuai. Resirkulasi enteropatik dari obat
ini akan meningkat setelah pemberian makanan. Hal ini juga dapat meningkatkan bioavaibility
dari obat. Terjadi variasi dari bioavaibility dari obat setelah pemberian pakan pada anjing.
Pada anjing volume distribusinya adalah 1,2 L/kg dan akan dieliminasi atau memiliki waktu
paruh sekitar 6,5 jam. Durasi kerja dari obat ini adalah 24-36 jam sehingga pemberian obat ini
adalah 1-2 hari sekali (Coughland, 2011).
8. Imboost
Indikasi
Imboost force digunakan untuk membantu memperbaiki dan memelihara daya tahan
tubuh, membantu meredakan gejala yang ditimbulkan oleh selesma atau bersin-bersin pada flu
dan rinitis alergi dan sebagai terapi suportif untuk merangsang sistem kekebalan tubuh pada
infeksi akut, infeksi kronis atau infeksi berulang terutama pada infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi genital (Plumb, 2005).
Farmakodinamik
Imboost Force merupakan obat yang mengandung 3 jenis zaktif yaitu Echinacea
purpurae, Black elderberry, dan Zinc Piccolinate. Echinacea adalah herba yang telah terbuksti
secara klinis dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Echinacea memiliki sifat imunostimulan
terhadap fungsi imun nonspesifik dan spesifik. Terhadap sistem imun nonspesifik, herba ini
dapat meningkatkan proliferasi makrofag, proses fagositosis, sekresi interferon, sekresi TNF
serta sekresi IL-1. Terhadap sistem imun sistem imun spesifik, herba ini akan mengaktivasi
komponen jalur komplemen, serta meningkatkan kadar atau aktiviyas limfosit T dan sel
Natural Killer (Plumb, 2005).
9. Nebacetin
Nebacetin Powder dapet digunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi,
karena Nebacetin Powder mengandung neomycin sulfat dan bacitracin. Neomycin sulfat
efektif untuk membunuh bakteri gram positif dengan mekanisme kerja menghambat
biosintesis dinding sel bakteri gram negatif dengan mekanisme kerja merusak kode genetik
dan urutan sintesis protein dari bakteri (Plumb, 2005).
6.1 Kesimpulan
Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen, penyayatan terjadi pada
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen . Sebelum dilakukan operasi,
kucing diperiksa secara umum untuk mengetahui suhu, frekuensi jantung dan frekuensi nafasnya,
sebelum diberi premedikasi, kucing terlebih dahulu diberikan antibiotik amoxicillin sebanyak 0,28 ml
secara IM. Kemudian setelah 15 menit kucing diberi premedikasi dengan atropin sulfat sebanyak 0,44
ml secara SC. Setelah diberikan premedikasi maka diberikan anaesthesi berupa ketamin 10% dan
xylazine HCl 2%.
Laparatomi ini dilakukan untuk melihat organ uterus dimana dilakukan insisi pada bagian
abdomen terlebih dahulu dengan beberapa lapisan dari yang terluar adalah kulit, subkutan dan
musculus yang terdapat linea alba. Pada proses penjahitan, dilakukan pada muskulus dilakuakan
jahitan dengan pola simple interrupted suture, subkutan dengan menggunakan pola simple continues
suture dan pada kulit dilakukan jahitan dengan pola intradermal dan dua jahitan simple interrupted
suture untuk lebih menguatkan jahitan. Untuk bandage dilakukan dengan kassa dan gentamicin atau
nebacetin powder, lalu ditutup dengan hypafix dan kucing dipakaikan gurita.
6.2 Saran
Diharapkan pada anggota praktikum agar lebih rapi an lebih memahami prosedur dalam
laparatomi, dan harus lebih rajin dalam memberikan perawatan pada kucing sehingga luka yang
diakibatkan dari jahitan cepat mengering.
DAFTAR PUSTAKA