Anda di halaman 1dari 6

Laboratorium Klinik Bedah dan Radiologi

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Syiah Kuala

Seminar
Tanggal

:Bedah Kasus Mandiri


:Maret 2016

HISTEREKTOMI
Nama: Jhon Leo Danubrata S.KH
Nim: 1502101020075
Pembimbing: drh. Amiruddin,
MP

PENDAHULUAN
Anjing merupakan salah satu
hewan kesayangan yang sering
dipelihara untuk teman bermain,
kegemaran dan juga untuk
keamanan rumah dan pemiliknya.
Salah satu gangguan kesehatan
yang penting dalam melanjutkan
keturunan adalah gangguan alat
reproduksi
sehingga
dengan
demikian memerlukan penanganan
atau tindakan pengobatan terhadap
suatu penyakit alat reproduksi.
Bedah
merupakan
opsi
terakhir yang dilakukan untuk
menyelamatkan
kehidupan
individu. Jadi dengan demikian
tindakan ini dilakukan jika tidak
mungkin lagi melakukan tindakan
lain untuk penyembuhan penyakit
tersebut.
Uterus merupakan selubung
muskuler yang berfungsi sebagai
tempat perkembangan ovum yang
telah dibuahi, pemberian makan
serta tempat kelangsungan hidup
embrio selama masa foetus
(Partodiharjo,
1980).
Uterus
umumnya terletak dorsal dari
vesica urinaria dan dipertahankan
pada tempatnya oleh ligamentum

lata uteri yang terdiri dari


mesovarium, mesosalping serta
mesometrium (Partodiharjo, 1980).
Uterus pada anjing tergolong
tipe bipartitus yang mempunyai
satu corpus, dua cornua dan satu
septum. Menurut Sisson (1953),
uterus pada anjing mempunyai
corpus uteri yang pendek (2-3 cm)
dan cornua uteri panjang (12-15
cm) menjulur anterior membentuk
huruf V.
Histerektomi
merupakan
suatu tindakan pengangkatan atau
pembuangan uterus. Pada keadaan
normal hal ini dilakukan untuk
mencegah
kebuntingan
(sterilisasi). Di samping itu juga
sebagai terapi terakhir pada
penyakit
pyometra,
metritis,
salpingitis, tumor dan trauma pada
uterus. Histerektomy tidak dapat
dilakukan pada hewan yang
sedang estrus dan hewan yang
sedang bunting.

Alasan
histerektomi.

dilakukannya

Fibroid
Merupakan salah satu bentuk
kelainan dalam system reproduksi
yang biasanya ditangani dengan
pembedahan
histerektomi(Michael,
Larry,
1993). Bentuk ini merupakan
tumor benignan pada uterus.
Pertumbuhan
tumor
ini
dipengaruhi
estrogen,
progesterone, faktor pertumbuhan
insulin
dan
faktor
beta
pertumbuhan.

Endometriasis
Merupakan bentuk gangguan
pada jaringan yang terdapat pada
bagian
rongga
endometrium.
Tempatnya meliputi seluruh organ
reproduksi.
Relaksasi Rongga Pelvis
Terjadinya prolapsus uteri,
hal ini disebabkan adanya berbagai
bentuk tekanan pada otot pelvis
dan
ligamentum,
bisa
menyebabkan perubahan yang
signifikan
dan
terjadinya
prolapsus uteri. Penyebab utama
yang
mendukung
terjadinya
adalah struktur uterus itu sendiri,
dimana kehamilan dalam jumlah
banyak atau sering (Nichols,
1993).

Kanker organ reproduksi


Kanker pada uterus atau
kanker
endometrium
yang
pertumbuhannya dimulai dari
bagian terluar dari endometrium,
Kanker juga bisa menyebar ke
organ reproduksi lainnya bahkan
ke organ tubuh lainnya.

Persiapan Pra Operasi.


Sebelum operasi dilakukan,
terlebih dahulu pasien diperiksa
kesehatan (pemeriksaan fisik dan
hematologik
untuk
pasien
anjing.laboratorium).
Berikut
rujukan hematologik untuk pasien
anjing.

Conven
tional
(USA)
Units

SI
Units

Dog

PCV

Hgb

g/dL

10
2
L/L

10
g/L

RBCs

106/L

1012/L

Reticulocytes

Absolute
reticulocyte
count
MCV

103/L

109/L

35
57
11.9

18.9
4.95

7.87
0
1.0
<80

fL

fL

MCH

pg

pg

MCHC

g/dL

g/L

Platelets

103/L
fL

109/L

103/L
%

109/L

103/L
%

103/L
%

103/L
%

103/L
%

103/L
%

103/L

109/L

g/dL

10 g/L

mg/dL

g/L

MPV
WBCs
Neutrophils
(segmented)
Neutrophils
(band)
Lymphocytes

Monocytes

Eosinophils

Basophils

Myeloid/eryth
roid ratio
Plasma
proteins
Plasma
fibrinogen

10

fL

%
109/L
%
109/L
%
109/L
%
109/L
%
109/L

66
77
21.0

26.2
32.0

36.3
211
621
6.1
10.1
5.0
14.1
58
85
2.9
12.0
03
0
0.45
821
0.4
2.9
210
0.1
1.4
09
0
1.3
01
0
0.14
0.75
2.5
6.0
7.5
150
300

Sumber: Duncan & Prasse's Veterinary


Laboratory Medicine (2011); and Weiss
DJ, Wardrop KJ (2010).

Hewan dipuasakan makan


selama 12 jam dan puasa minum 6
jam sebelum operasi sedangkan
untuk anjing muda puasa selama 8
jam untuk makan dan 4 jam untuk

minum sudah memadai (Fossum,


2002). Adapun tujuan dari puasa
tersebut
adalah
untuk
mengosongkan
isi
lambung
sehingga pada saat operasi dapat
mencegah terjadinya muntah.
Lambung yang terisi penuh dapat
menyebabkan muntah sehingga
menimbulkan terjadinya aspirasi
yang dikhawatirkan berakibat
slikpneumonia, selain itu lambung
yang penuh akan mengurangi
pergerakan diafragma sehingga
mengganggu respirasi (Sardjana
dan Kusumawati, 2004). Berfungsi
pula untuk menurunkan kadar
darah sehingga hewan saat
teranastesi narkosenya menjadi
lama.
Pasien adalah anjing betina
berwarna kuning yang berumur +
4 bulan dengan berat badan badan
5 kg.

Premedikasi dan Anestesi.


Premedikasi
yang akan
diberikan yakni 0.025% Atropine
sulfat dengan dosis 0.04 mg/KgBB
secara
subkutan.
Pemberian
Atropine Sulfat akan berefek
penekanan terhadap sekresi air liur
dan mukus bronkus, dilatasi pupil,
gangguan
akomodasi
dan
penghambatan
nervus
vagus
terhadap
jantung,
juga
menghambat peristaltik usus dan
sekresi kelenjar lambung (Brander
dkk, 1991).
Kemudian
dilanjutkan
dengan pemberian kombinasi
Ketamin + Xylazin, dengan dosis
0-20 mg/kgBB Ketamin dan 1-2
mg/kgBB Xylazin. Ketamin dan
Xylazin merupakan kombinasi
yang baik karena memberikan

beberapa
keuntungan
seperti
mudah disuntikan, baik secara
intramuskuler maupun intravena,
induksi dan pemulihanya cepat,
relaksasi otot yang dihasilkan
cukup
baik,
dan
jarang
menimbulkan
efek
klinis.
Kombinasi antara Ketamin dan
Xylazin yang digunakan sebagai
anastetika telah terbukti sangat
memuaskan
karena
memperpanjang durasi analgesia,
menurunkan dosis penggunaan
Ketamin dan mempercepat waktu
sadar (Booth, 1998).
Kombinasi Premedikasi dan
analgesia yang sesuai akan sangat
bermanfaat pada banyak kasus
nantinya. Teknik restrain yang
tepat dan lingkungan yang tenang
juga akan memfasilitasi induksi.
Selang
waktu
antara
pemberian
obat
premedikasi
dengan pemberian anastesi akan
sangat
mempengaruhi
efek
puncak, misal: Acepromazine IM
diberikan > 30 sebelum pemberian
obat anastesi, Medetomidine IM
setelah 15 sampai 20 menit
sebelum anastesi.
Waktu
pemberian
premedikasi yang tepat harus
benar-benar fleksibel, seperti yang
dinyatakan sebelumnya. Namun
untuk
analgesik
secara
intramuskuler diberikan setelah 20
menit pemberian premedikasi. Jika
selang waktu lebih dari satu jam,
maka pengaturan dosis ulang atau
dosis tambahan dari analgesik
harus
dipertimbangkan
(Vetoquinol, 2009).

Teknik Operasi.

Pasien diletakkan pada posisi


dorsal recumbency dan keempat
kakinya diikat pada meja operasi.
Daerah yang akan dioperasi
didesinfektan dengan alkohol 70%
dan
Iodium
Tincture
3%.
Selanjutnya
incisi
pertama
dilakukan pada permukaan kulit
didaerah linea alba, mulai dari
umblicalis 4-5 cm ke caudal dan 23 cm diatas vulva, uterus terletak
pada bagian dorsal vesica urinaria.
Arteri
uterine
mediana
diligasi dengan menggunakan
catgut chromic sekaligus dengan
cornua
uteri
pada
kedua
cornuanya. Kemudian diligasi
corpus uteri dekat dengan cervix,
dimana pada masing masing
tempat ligasi dibuat klem pada
caudal ligasi daerah cornua dan
cranial ligasi daerah uterus.
Pemotongan dilakukan diantara
kedua klem tersebut. Uterus
dikeluarkan dari rongga abdomen,
bagian yang tertinggal dimasukkan
kembali pada posisi semula.
Rongga abdomen ditutup kembali
dengan
menjahit
peritoneum
memakai benang nilon secara
simple interupted, muskulus dan
fascia dijahit dengan pola simple
continous dengan menggunakan
cutgut, sedagkan kulit dengan pola
simple interupted dengan benang
nilon.

Perawatan Pasca Bedah.


Monitoring pasca operasi
secara intensif nantinya akan
dilakukan 2-6 jam setelah operasi
karena masa rekoveri setelah
pemberian
Ketamin
sebagai
anastesi berlangsung selama 2-6
jam. Pada umumnya suhu tubuh
mengalami penurunan dikarenakan

obat anastesi bekerja pada pusat


pengatur suhu tubuh di sistem
syaraf pusat, sehingga suhu tubuh
dapat naik turun sesuai dengan
pengaruh lingkungannya.
Suhu tubuh hewan ketika
operasi biasanya dipengaruhi oleh
tebal dan lebarnya kain penutup
operasi, intensitas lampu operasi,
temperatur ruang operasi, proses
anastesi, dan lamanya waktu
operasi yang dilakukan (Sardjana
dan Kusumawati, 2004). Setelah
pengaruh anastesi sudah hilang
dan kondisi suhu tubuh anjing
kembali normal, maka anjng
dipindahkan ke kandang.
Pasca bedah, anjing akan
diberikan terapi berupa Inj.
Ampicillin
dan
Salep
Bioplacenton. Selain itu juga akan
dilakukan
monitoring
perkembangan kondisi anjing
pasca operasi selama 6 hari.
Anjing pada hari 1-3 pasca
operasi diberi infus RD 5%. Hari
ke-4 dan ke-5 pasca operasi, anjing
diberi makanan gerusan hati ayam.
Hari ke-6 pasca operasi, anjing
diberi makanan berupa nasi
dicampur hati. Hari ke-8 akan
dilakukan pencabutan jahitan dan
dilihat apakah pertautan kulit
tampak sudah menutup.
Pemeriksaan rutin jaga akan
dilakukan selama 8 hari, mulai dari
operasi sampai dilepasnya jahitan.
Pemeriksaan rutin untuk frekuensi
pulsus, nafas dan temperatur pada
pagi dan sore juga harus kisaran
normal.
Perawatan pasca operasi
dilakukan
dengan
pemberian
antibiotika selama 3 hari dengan
Ampicillin 10 % dengan dosis 1040 mg/kgBB secara intramuskuler

untuk menghindari adanya infeksi


sekunder. Ampicillin merupakan
antibiotik spektrum luas yang telah
ditingkatkan aktivitasnya terhadap
bakteri gram negatif, anaerob
maupun aerob sehingga dapat
menghindari
adanya
infeksi
sekunder (Tenant, 2002). Hal ini
dilakukan untuk mencegah resiko
akan terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Gram
positif (Staphylococcus aureus)
maupun bakteri Gram negatif (E.
Coli dan Enterococcus sp.)
(Fossum,
2002).
Ampicillin
bekerja dengan cara menghambat
sintesa dinding sel bakteri
(Brander dkk., 1991).

DAFTAR PUSTAKA
Booth, N.H. and, L.E., (1988).,
Veterinary
Hematology.,
Fifth edition, A wolters
kluwer
Company.,
Lippincott Wilkins.
Brander, G.C. and Pugh, D.M.,
(1991)., Veterinary Applied
Pharmacology
and
Therapeutics
4thedition.,
The English Language
Book Society and Bailleri
Tyndall., London.
Duncan & Prasse's Veterinary
Laboratory
Medicine
(2010).,
Clinical
Pathology, 5th ed., WileyBlackwell, 2011; and Weiss
DJ, Wardrop KJ, Schalm's
Veterinary Hematology, 6th
Ed., Wiley Blackwell.
Fossum, T.W., (2002)., Small
Animal Surgery., Second
Edition., C.V. Mosby., St
Louis
Michael D. L., Larry M. C.,
(1993)., Small
Animal

Medical Diagnosis, 2nd Ed.,


Lippincott
Company,
Phyladelphia.
Nichols D. H., (1993). Inversion
of Uterus, in Gynecology
and Obstretic Surgery,
Mosby
Year
Book,
Missouri.
Partodiharjo, S., (1980)., Ilmu
Reproduksi
Hewan.
Penerbit Mutiara. Jakarta.
Sardjana, I Komang Wirasa
dan
Kusumawati,
D.,
(2004)., Anastesi Veteriner
Jilid 1., Gadjah Mada
University
Press.,
Yogyakarta
Sisson S., dan I. D. Grossman.,
(1961)., The Anatomi of the
Domestic Animals, 4th Ed.,

W. B. Saunders Co.,
Philadelphia.
Tenant, Bryn., (2002)., BSAVA
Small Animal Formulary
Fourth Edition., BSAVA.,
England.
Vetoquinol.,
(2009).,
Premedication
and
anaesthesia in dogs and
cats.,
Summary
of
Recommendations
from
2009 Expert Round Table
Discussion.,
Vetoquinol
UK Limited, Vetoquinol
House,
Great
Slade,
Buckingham
Industrial
Park, Buckingham, MK18
1PA.

Anda mungkin juga menyukai