Anda di halaman 1dari 12

sMATA KULIAH BEDAH KHUSUS RADIOLOGI

MAKALAH BEDAH KHUSUS RADIOLOGI, KASTERASI


PADA KUCING JANTAN LIAR

OLEH:

RUSLAN HADI
20311122

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum pada mata kuliah bedah khusus radiologi
yang berjudul “ ( Kastrasi pada Kucing jantan liar).

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu
dalam penyelesaian laporan praktikum ini. Penulis sadari pula bahwa laporan praktikum ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun serta bantuan dari semua pihak demi tersusunnya laporan praktikum yang
jauh lebih baik, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hewan Kesayangan seperti anjing dan kucing dapat membawa dan menularkan

berbagai agen penyakit secara langsung karena kontak yang begitu dekat dengan manusia dan

begitu pula sebaliknya (zoonosis), misalnya saja Penyakit Rabies yang sampai saat ini masih

sulit untuk diberantas dan juga penyakit toksoplasmosis yang dapat ditularkan melalui kucing

liar yang dapat menyebabkan keguguran bagi ibu hamil (Dachlan, 2004). Peningkatan

populasi anjing dan kucing, khususnya yang berkeliaran di jalanan, menjadi masalah

tersendiri bagi kesehatan manusia. Populasi hewan kecil yang tidak terkontrol adalah suatu

masalah yang harus dipecahkan (Mughniati, et al, 2018). Peningkatan populasi kucing dapat

diatasi dengan cara melakukan pengendalian populasi salah satunya melalui kastrasi atau

ovariohisterektomi. Kastrasi merupakan solusi yang cukup efektif untuk mengurangi lonjakan

populasi kucing liar (Abdurrahman et al. 2017).

Kelebihan populasi kucing yang tidak dikehendaki atau kucing liar terus menjadi

masalah di banyak negara di seluruh dunia. Sterilisasi bedah adalah metode yang paling dapat

diandalkan dan umum digunakan untuk mengendalikan reproduksi pada kucing (Bloomberg,

1996; Howe 1997; Looney et al., 2008 dan Reichler, 2009). Kebiri merupakan prosedur

umum pada kucing jantan yang dianjurkan untuk mengurangi populasi kucing yang tidak

diinginkan dan mengurangi perilaku agresif. Kebiri pasca pubertas dilakukan pada usia enam

hingga sembilan bulan (Yates et al., 2013).

Pengebirian prapuberal disebut juga juvenile neutering pada kucing yang berumur

kurang dari lima bulan (Neven, 2013). Pengebirian remaja pada kucing berusia antara enam

hingga enam belas minggu dilaporkan sebagai usia yang dapat diterima oleh (Bloomberg,

1996; Bushby, 2012; Neven, 2013 dan Welsh, 2103). Kata kunci: kebiri, ablasi skrotum,
kucing jantan. Testis kucing sudah turun sempurna saat lahir, berukuran kecil namun mudah

teraba pada anak kucing berusia kurang dari delapan minggu (Stubbs, 1998), terletak di

dalam skrotum di daerah perineum seperti diilustrasikan pada gambar 1. Pengebirian pada

kucing dilakukan di bawah anestesi umum. Protokol yang berbeda dari induksi dan

pemeliharaan injeksi dengan agen inhalan diilustrasikan (Faggella dan Aronsohn, 1993;

Boothe, 2003; Fossum, 2007 dan Tobias, 2010).

Berbagai teknik pengebirian pada kucing diilustrasikan. Pengebirian konvensional

terdiri dari sayatan memanjang terpisah pada setiap testis, oklusi dan transeksi tali spermatika

dan pengangkatan testis. Sayatan skrotum dibiarkan tidak dijahit (Stubbs, 1998; Boothe, 2003

dan Tobias, 2010). Teknik pengebirian tertutup dan terbuka dilakukan pada kucing. Cara

menutup korda spermatika adalah; melakukan simpul persegi dengan korda spermatika di

atasnya, penempatan simpul persegi dari bagian vaskular dengan bagian avaskular dari

masingmasing korda spermatika, penerapan klip titanium di sepanjang korda spermatika,

ligasi ganda korda spermatika dengan bahan jahitan atau koagulasi yang sesuai dan dapat

diserap dengan forceps bipolar (Porters et al., 2014).

1.2 Tujuan praktikum

Tindakan operasi kastrasi dapat mengurangi populasi kucing liar dan mencegah

terjadinya penularan penyakit pada hewan lainnya dan pada manusia.

1.3 Manfaat praktikum

Kastrasi bermanfaat untuk:

Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengaplikasikan teknik

pembedahan kastrasi yang baik dan benar dalam bidang kedokteran hewan serta mengetahui

cara dan persiapan yang baik dan benar dalam sebuah tindakan operasi.
1.4 Kerangka berpikir

Kastrasi atau orchidectomy adalah tindakan pembedahan yang dilakukan pada hewan

jantan untuk membuang testis dan spermatic cord (corda spermatica). Menurut Waluyo

(2009), testis merupakan organ primer hewan jantan yang menghasilkan spermatozoa dan

hormon-hormon reproduksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTKA
2.1 Kastrasi

Kastrasi atau orchidectomy adalah tindakan pembedahan yang dilakukan pada hewan jan-

tan untuk membuang testis dan spermatic cord (corda spermatica). Menurut Waluyo (2009),

testis merupakan organ primer hewan jantan yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-

hormon reproduksi. Kastrasi dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar

(anastesi umum). Metode kastrasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1.Metode terbuka

Sayatan atau incisi dilakukan sampai tunika vaginalis comunis, semua jaringan skrotum di-

incisi, spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya (tunika vaginalis). Pada metode ini tu-

nica vaginalis terbuka sehingga berhubungan dengan rongga abdomen, memungkinkan ter-

jadinya hernia skrotalis yang utamanya berisi usus.Keuntungan metode ini adalah ikatan

pembuluh darahnya lebih pasti (terjamin), untuk anjing besar dan dewasa.

Telnik:

a) Skrotum ditekan di atas testis lalu didorong ke arah cranial skrotum.

b) Incisi kulit skrotum, fascia spermatika lalu tunika vaginalis (di atas testis pada daerah

raphe median)

c) Incisi diperlebar sampai testis keluar dari lubang incise

d) Testis dikeluarkan dan ditarik

e) Incisi mesorchium tipis penggantung testis dan epididimis, mulai dari spermatic cord cra-

nial dan ekor epididimis di caudal, spermatic cord dipotong dan diligasi dengan cutgut

chromic metode 3 forceps tie f) Testis dipotong, pendarahan diligasi g) Jaringan subkutan di-

jahit dengan benang cutgut plain 3.0 dengan jahitan sederhana terputus dan benang non ab-

sorbable (Fossum, 2010).

2. Metode tertutup
Pada metode ini tindakan bedah dilakukan dengan mengincisi hanya sampai tunika dartos

dan tidak mencapai tunika vaginalis sehingga testis masih terbungkus. Metode ini dilakukan

pada anjing jenis kecil atau usia muda dan kucing. Keuntungan cara ini adalah dengan tidak

terbukanya tunika vaginalis, maka kemungkinan terjadinya hernia skrotalis dapat dihindari.

Teknik:

a) Anestesi lokal (infiltrasi) di lokasi incisi, pada hewan dewasa dapat dengan anestesi epidu-

ral atau general

b) Incisi 3 cm pada raphe medial (garis tengah) skrotum sedikit di belakang bulbus penis

c) Salah satu testis didorong keluar, incisi diperdalam sampai tunika dartos dan fascia,

dipreparasi tumpul

d) Testis ditarik keluar, ligamentum skrotum dan fascia dipotong

e) Sisa ligamentum dan fascia dimasukkan ke incisi f) Arteri klem ditempatkan pada sper-

matic cord bagian bawah, dipotong sepanjang tepi arteri klem g) Ikatan fiksasi dibuat pada

proksimal (bawah) arteri klem metode 3 forceps tie h) Diperiksa apakah terjadi pendarahan

dan stabilitas ikatan, arteri klem dilepas, potongan dimasukkan ke lubang incisi i) Incisi kulit

ditutup dengan jahitan terputus sederhana dengan benang non absorable, jahitan dibuka sete-

lah 7 hari (Fossum, 2010).

2.2 Anatomi Organ Reproduksi Jantan

1.Ductus deferens:saluran sperma

2. Ureter : menghubungkan ginjal dengan kandung kemih/vesica urinaria

3. Vesica urinaria : kantung kemih/kantung urin

4. Colon : usus besar

5. Uretra : saluran pembuangan urin

6. Tulang kemaluan

2.3 Penanganan Pre dan Post Operasi Sebelum operasi:


a. Hewan dipuasakan 8-12 jam

b. Pencukuran di daerah skrotum setelah pemberian sedativa Acepromazine dosis

0,0050,025 ml/ kg berat badan secara intra muskuler untuk penenang

c. Pemberian pramedikasi Atropin Sulfat dosis 0,08-0,16 ml/ kg berat badan secara subku-

tan atau intramuskuler bertujuan untuk mencegah hewan muntah saat operasi. Atropin Sulfat

memblokade reversibel kerja kolinomimetrik yang mempengaruhi motilitas usus, bronkodi-

latator dan mencegah hipersalivasi (Katzung, 2001)

d. Induksi anastesi Ketamin HCl dosis 0,02-0,25 ml/ kg intravena atau intramuskuler

dikombinasikan xylazine perbandingan 1:1

e. Fiksasi hewan rebah dorsal atau lateral menggunakan tali

f. Pemasangan surgical drape pada lokasi incisi g. Lokasi incisi diolesi antiseptik-alkohol

dan povidone iodine

Setelah operasi:

a. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering (diistirahatkan)

b. Luka bekas operasi diperiksa secara teratur dan dilakukan pengobatan pada bekas luka

selama 4-6 hari

c. Beri nutrisi yang baik dan antibiotik untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

d. Jahitan di buka setelah bekas operasi kering. (Katzung,2001)

2.4 Protokol anestesi

Induksi anestesi dicapai dengan satu suntikan Xylazine-Ketamine kombinasi (masing-

masing 1mg/kg dan 10mg/kg) diberikan secara intramuskular pada otot paha Anestesi diper-

tahankan dengan halotan dalam masker kaca. Halothane diberikan secara intermiten jika ter-

dapat refleks dan dihilangkan saat anestesi bedah tercapai.


BAB lll
MATERI DAN METODE OPRASI

3.1 Pembahasan

Skrotum kucing remaja prematur dengan pangkal lebar dan rongga kecil seperti dilansir

(Stubbs, 1998 dan How, 1999), hal ini membuat agak sulit untuk menjepit testis di dalam

dengan tang arteri. Saran lebih lanjut mengenai ablasi skrotum saat testis tidak berada di

dalamnya harus dievaluasi. Anestesi cukup. Hipotensi, bradikardia dan depresi pernapasan

yang berhubungan dengan pemberian Xylazine merupakan risiko anestesi. Hal ini dilaporkan

oleh (Boothe, 2003, Fossum, 2007 dan Tobias, 2010), yang merekomendasikan penggunaan

diazepam atau midazolam sebagai gantinya. (Fossum, 2007 dan Tobias, 2010) merekomen-

dasikan penggunaan isofluran untuk pemeliharaan anestesi guna meningkatkan keamanan.

Dalam percobaan ini, halotan dalam masker kaca memberikan hasil yang dapat diterima.

Mengenai kesulitan intubasi kucing remaja yang dilaporkan oleh (Stubbs, 1998 dan Boothe,

2003), pemberian halotan secara terbuka dalam masker kaca digunakan. Cukup memadai, na-

mun bau halotan masih tercium di udara ruang operasi. Ligasi korda spermatika memakan

waktu dan tenaga. Koagulasi bipolar dan pemotongan korda spermatika yang dilaporkan oleh

tampaknya lebih menguntungkan (Porters et al., 2014).

Akibat penutupan sayatan dan tidak adanya sumber kontaminasi lanjutan di lokasi op-

erasi, diyakini bahwa teknik yang ada saat ini dapat mengurangi terjadinya sepsis insisional

dan akumulasi eksudat. Meskipun kami tidak menemukan adanya infeksi pasca operasi pada

kasus yang dilaporkan di sini, angkanya terlalu rendah untuk dievaluasi. Hasil serupa diper-

oleh dengan yang dilaporkan pada hewan besar yang telah melakukan pengebirian dengan

penutupan kulit primer (Misk, 1982; Misk dan Selim, 1987; Palmer dan Passmore, 1987 dan

Bassert, 2017).
3.2 Hasil

Skrotum pada semua anak kucing yang berkontribusi lahir prematur. Semua hewan memi-

liki testis yang turun secara normal. Mereka sangat kecil, dapat bergerak bebas ke daerah in-

guinalis. Induksi anestesi lancar dan memakan waktu (8±2 menit). Anestesi bedah dengan

kombinasi Xylazine Ketamine ringan. Hewan menunjukkan gerakan karena intervensi.

Hipotermia dan bradikardia pada semua hewan dicatat.

3.3 Kesimpulan

Sterilisasi bedah adalah metode yang paling dapat diandalkan dan umum digunakan untuk

mengendalikan reproduksi pada kucing. Hewan Kesayangan seperti anjing dan kucing dapat

membawa dan menularkan berbagai agen penyakit secara langsung karena kontak yang be-

gitu dekat dengan manusia dan begitu pula sebaliknya (zoonosis), misalnya saja Penyakit Ra-

bies yang sampai saat ini masih sulit untuk diberantas dan juga penyakit toksoplasmosis yang

dapat ditularkan melalui kucing liar yang dapat menyebabkan keguguran bagi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai