Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS


PRE-KASTRASI

Oleh:
Kelas

: 2013-A

Kelompok

: 10

Anggota :
Ilham Akbar H.K
Grace Jeanette A.P
Regy Marandita
Alex Haryono Putra
Aisyah Nurwitasari

LABORATORIUM ILMU BEDAH KHUSUS


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap dokter hewan wajib megetahui dan memahami dasar-dasar tindakan
operatif, terutama tindakan operatif yang umum dilakukan seperti sterilisasi hewan kecil.
Tindakan sterilisasi pada hewan kecil akan sangat sering dilakukan oleh seorang dokter
hewan karena dewasa ini banyak pemilik hewan yang sadar akan manfaat sterilisasi
hewan peliharaan, baik untuk hewan jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan betina
disebut dengan OH atau ovariohisectomy, sedangkan untuk jantan disebut dengan
kastrasi. Tindakan sterilisasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat karena tindakan ini
termasuk operasi kecil yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu setiap tahapan harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh seorang
dokter hewan, misalnya saja pada tindakan kastrasi, terdapat tahapan pre-kastrasi, kastrasi
dan post-kastrasi. Setiap tahapan tersebut sama pentingnya sehingga pada setiap tahapan
harus benar-benar diperhatikan detail pelaksanaannya.
Tahapan pre-kastrasi merupakan tahap persiapan yang harus dilakukan sebelum
pelaksanaan kastrasi. Mulai dari persiapan hewan, persiapan alat dan bahan, persiapan
tempat, persiapan operator dll. Semua persiapan tersebut ditujukan untuk membuat
lingkungan yang aseptis ketika operasi berlangsung sehingga meminimalisir terjadinya
masalah yang diakibatkan oleh kontaminasi. Dengan melakukan tahapan pre-kastrasi
secara tepat, maka persentase keberhasilan kastrasi akan meningkat sehingga untuk
selanjutnya dokter hewan dapat fokus kepada pelaksanaan kastrasi dan perawatan postkastrasi.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kastrasi?
Apa saja tahapan-tahapan kastrasi secara umum?
Apa saja yang harus dilakukan dalam tahap pre-kastrasi?
1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan

tindakan kastrasi.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tahapan-tahapan dalam

pelaksanaan kastrasi secara umum.


Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang harus dilakukan
dalam tahapan pre-kastrasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Testis
Dalam bahasa yunani testis disebut orchis. Testis secara anatomi merupakan bagian
pars genitalies masculina interna. Testis berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan juga
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen yang berguna untuk
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder. Testis bersama tunica vaginalis propria
terletak dalam cavum scroti, letak testis normal sebelah kiri lebih rendah jika dibandingkan
dengan sebelah kanan.

Stuktur anatomi testes jika dipotong dari margo anterior ke margo posterior maka
akan terlihat tunica albuginea. Tunica albuginea ini memberi lanjutan-lanjutan ke dalam
parenchim testis, yang disebut septula testis. Septula testis ini membagi testis menjadi
beberapa lobus testis. Pada daerah dekat margo posterior yang tidak dicapai oleh septula
testis, tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang memadat yang disebut mediastinum testis.
Parenkim testis yang terletak dalam lobulus testis terdiri atas tubulus seminiferus contortus,
ini merupakan daerah yang nampak seperti benang-benang halus yang berkelok-kelok.
Tubulus seminiferus yang mendekati mediastinum testis bergabung membentuk tubukus
seminiferi recti. 5 8

Beberapa tubulus seminiferi recti memasuki mediastinum dan berhubungan satu sama
lain, sehingga membentuk anyaman yang disebut rete testis. Dari rete testis dibentuk saluransaluran yang memasuki caput epididimis yang disebut ductus efferen testis (Afifatunnisa,
2012).
Contoh tindakan bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi. Kastrasi
atauorchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa pengambilan atau
pemotongan testis dari tubuh.Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak
sadar (anastesi umum) (Sardjana,2011).
2.2 Pengertian
Orchiectomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum)
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1

Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididymis
tidak lagi terbungkus.
Metode tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh
tunika vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus.
Kucing yang akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri
ketika berumur 5 8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri
kucing sebelum memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat /
perilaku kucing yang tidak diinginkan.

Keuntungan kastrasi, antara lain :


1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing
yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga
memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain.
Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak polapola perilaku pada kucing jantan. Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon
testosteron adalah perilaku agresi. Setelah kebiri, perilaku ini cenderung berkurang banyak.

Spraying/Urine marking Spraying/urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing
jantan yang tidak di kebiri. Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing di kebiri.
3. Tidak Suka Berkeliaran
Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar
melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat
mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu
kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan
yang telah dikebiri cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di
dalam rumah.
4. Lebih Jarang Terluka
Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi
dengan kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena
penyakit yang dapat menular melalui luka/kontak.
5. Peningkatan Genetik
Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan
kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucingkucing cacat dapat dikurangi.
6. Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang
sekali terjadi. Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron
yang dihasilkan oleh testis. Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan
hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.
7. Cenderung Lebih Manja
Sebagian besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron.
Kucing yang dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.
Kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain:
1. Kegemukan atau obesitas. Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan
asupan kalori sebanyak 25% untuk menjaga berat badannya dank arena kucing yang
dikastrasi memiliki rata2 proses metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi
tersebut akan disimpan menjadi lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.
2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga terutama untuk para
breeder.

3. Penurunan kadar testosterone mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan


fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan
penutupan pertumbuhan tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan
tulang-tulang ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.
2.3 Tahapan Kastrasi
A. Persiapan Operasi (Pra Operasi)
Sebelum melalukakan operasi bedah vasektomi dan kastrasi ada 3 hal yang perlu
dipersiapakan yaitu sebagai berikut:
1.

Persiapan Pasien
Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik dengan

menggunakan stetoskop dan thermometer. Hewan harus dipuasakan selama 8-12 jam.
2.

Persiapan Tempat, Alat dan Bahan


Sebelum melakukan operasi, ruangan dan peralatan operasi harus dibersihkan

dan disterilkan.
3.

Persiapan Operator dan Co-Operator


Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih

dahulu melepaskan semua assesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan
dicuci dari telapak tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan
sabun, setelah itu dapat dicuci kembali dengan larutan seperti dettol atau alkohol 70%,
kemudian siap memakai baju operasi (baju lab untuk praktikan)
B. Premidikasi dan Anastesi
Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis
0,1875 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 0,225 mg/kgBB secara intramuskular. Setelah
pemberian anestesi. Frekuensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai
pembedahan selesai
C. Tindakan Operasi (Kastrasi)
1. Preanestesi kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan)
2. 10 menit kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara
intramuscular sebelah kanan kaki
3. Kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam posisi
simetris

4. Basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum dengan air lalu cukur
dan bersihkan dengan alcohol 70%.
5. Buat sayatan/insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan
6. Pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel
pada pembungkus testis
7.

Penarikan funiculus spermaticus sampai maksimal

8.

Pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus

9.

Pemotongan funiculus spermaticus pada bagian kaudal simpul jahitan

10. Pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada


skrotum
11. Jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus
12. Bersihkan daerah jahitan, olesi betadin
D. Perawatan Pascaoperasi
Penanganan Pasca Operasi yaitu:
-

Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering (diistirahatkan)


Luka bekas operasi diperiksa dengan kontiyu dan dilakukan pengobatan pada bekas

luka selama 4-6 hari


Beri nutrisi yang baik dan antibiotika untuk mencegah timbulnya sekunder infeksi
Pemberian obat Amoxicilin dan Wound Guard
Jahitan di buka setelah bekas operasi kering

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kastrasi
Kastrasi atau orchiodektomi merupakan suatu tindakan operatif yang memiliki tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi merupakan tindakan sterilisasi terhadap hewan jantan yang
dilakukan dalam kondisi hewan tidak sadar atau teraanastesi secara umum. Kastrasi ini
dilakukan untuk sterilisasi seksual, maupun karena adanya gangguan di organ reproduksi
jantan seperti misalnya neoplasma maupun luka traumatik. Terdapat dua macam kastrasi,
yaitu kastrasi tertutup dan kastrasi terbuka. Kastrasi tertutup adalah sebuah tindakan
pembedahan dimana testis dan spermatic cord dibuang tanpa membuka tunica vaginalis,
metode kastrasi tertutup ini biasanya dilakukan pada anjing ras kecil atau anjing yang masih
muda dan kucing. Metode berikutnya adalah kastrasi terbuka yaitu tindakan pembedahan
dimana semua jaringan skrotum dan tunica vaginalis di insisi dan kemudian membuang testis
dan spermatic cord tanpa membuang tunica vaginalis.
3.2 Macam-Macam Metode Kastrasi
Terdapat dua macam metode kastrasi yaitu metode terbuka dan metode tertutup.
a. Metode terbuka
Sayatan pada metode terbuka dilakukan sampai tunika vaginalis communis,
sehingga testis dan epididimis terlihat dan tidak terbungkus.
b. Metode tertutup
Sayatan yang dilakukan pada metode tertutup hanya sampai tunika dartos,
sehingga testis masih terbungkus oleh lapisan tunika vaginalis communis, dan
pengikatan dan penyayatan dilakukan di funiculus spermaticus.
3.3 Pelaksanaan Operasi
1. Pre-Operasi
a. Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu),
kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alcohol 70%). Meja
operasi juga harus dipastikan steril dengan cara melakukan desinfeksi dengan alkohol.

b. Preparasi alat dan bahan


a) Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh
darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba pathogen.
Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi antara lain towel clamp, pinset
anatomis dan syrurgis, scalpel dan blade untuk menyayat kulit, gunting untuk
memotong jaringan atau bagian organ lainnya, arteri clamp untuk menghentikan
perdarahan dan needle holder.

b) Pembungkusan Alat-alat Bedah


1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan diposisikan di
bagian tengah
2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan ujung
lainnya dilipat mendekati tubuh
3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus pertama
diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
5. Sisi bagian kanan dilipatm kemudian bagian kiri

6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan pada saat
membuka
7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 1000C selama 60 menit.

c) Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang harus disiapkan sebelum operasi adalah tampon, povidon-iodine,
surgical suture dan obat-obatan premedikasi dan anastesi yang telah disiapkan sesuai
dosis.
c) Persiapan Operator dan Asisten Operator
Operator sebagai pelaksana tindakan operasi harus dalam kondisi yang steril, begitu
pula dengan asisten operator. Operator dan asisten operator harus mengenakan jas lab yang
bersih, glove steril yang telah disemprot alkohol, menggunakan masker dan penutup kepala.
Sebelumnya operator dan asisten operator harus mencuci tangan dengan baik dan benar dan
memotong kuku. Operator dan asisten operator bertanggung jawab dalam melakukan
tindakan pembedahan dan tidak boleh berpindah-pindah ketempat lain untuk mengambil alat,
oleh karena itu dibutuhkan orang lain yang bertanggung jawab dalam memberikan alat yang
dibutuhkan oleh operator ketika operasi sedang berlangsung.
d) Persiapan Hewan

Hewan yang akan dikastrasi harus dalam kondisi yang sehat dan cukup umur, oleh
karena itu pasien harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk
mengetahui adanya abnormalitas pada pasien tersebut. beberapa pemeriksaan fisik yang harus
dilakukan adalah inspeksi seluruh bagian tubuh, pengukuran berat badan untuk menentukan
dosis obat, pengukuran pulsus, temperature tubuh, dan membran mukosa (Komang et al,
2011).
Pasien harus dipuasakan selama 8-12 jam sebelum dilakukan pembedahan. Kemudian
diinjeksikan antibiotik sesuai dosis untuk meminimalisir adanya masalah pasca kastrasi
akibat kontaminasi bakteri. Kemudian diinjeksikan obat untuk premedikasi yaitu
acepromazin dan atropin sesuai dosis. Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat
sebelum

pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi

dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan

premedikasi adalah untuk

mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan
gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah. Pemberian obat
premedikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah dan mempercepat proses anastesi.
Kemudian diinjeksikan obat anastesi setelah 15 menit, yaitu kombinasi ketamine dan
xylazine. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat anestesi yang ideal karena
menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik yang kuat dan relaksasi otot yang bagus
Setelah dirasa hewan sudah cukup rileks, maka operator dapat memposisikan hewan
sesuai tujuan pembedahan dan memfiksasi bagian tubuh yang perlu di fiksasi. Pencukuran
rambut di daerah yang akan dibedah dapat dilakukan jika memang dirasa perlu.
2. Operasi
1. Preanestesi kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan)
2. 10 menit kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara
intramuscular sebelah kanan kaki
3. Kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam posisi
simetris
4. Basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum dengan air lalu cukur
dan bersihkan dengan alcohol 70%.
5. Buat sayatan/insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan
6. Pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel
pada pembungkus testis
7.

Penarikan funiculus spermaticus sampai maksimal

8.

Pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus

9.

Pemotongan funiculus spermaticus pada bagian kaudal simpul jahitan

10. Pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada


skrotum
11. Jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus
12. Bersihkan daerah jahitan, olesi betadin
3. Post-Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk
membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi
sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga,
menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post
operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara
sempurna.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kastrasi adalah sebuah tindakan operasi yang di lakukan untuk memandulkan
hewan jantan. Kastrasi di bedakan menjadi 2 yaitu metode terbuka dan metode
tertutup yang membedakan keduanya adalah sayatan yang di lakukan. Alat-alat dan
bahan yang digunakan pada kastrasi hamper sama dengan alat dan bahan yang di
gunakan pada oprasi lainnya yaitu alat bedah minor, tampon dan bahan sedative, obat
premedikasi, anastesi alkohol 70%, iodine, asam tolfenamic, acepromazine maleat
( ACP ), amoxisilin, limoxin, wound gard, dan Ns. Secara umum tahapan kastrasi
terdiri dari persiapan preoperasi yang meliputi sterilisasi alat dan bahan dan
penghitungan dosis obat yang akan di berikan, persiapan hewan yang meliputi
membuat signalmen hewan, pembersihan hewan jika kotor agar tidak terjadi
kontaminaasi, dan persiapan operator meliputi persiapan teknik yang digunakan.
Tahap operasi yang meliputi pelaksanaan operasi yang dilakukan dan tahapan
postoperasi yang meliputi perawatan hewan setelah operasi.
4.2 Saran
Setiap tahapan dalam kastrasi harus benar-benar diperhatikan dan dilakukan
dengan baik agar nantinya tingkat keberhasilan dan kesembuhan pasca kastrasi
meningkat. Dengan persiapan yang matang, teknik operasi yang baik dan perawatan
pasca operasi yang bagus maka pasien kastrasi akan lebih cepat mencapai
kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Afifatunnisa, 2012. Buku Ajar Reproduksi. Jakarta.
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya
Sardjana, I Komang Wiarsa. 2011. Bedah Veteriner. Unair Press : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai