Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PRE OPERATIF LAPARATOMI

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Dina Puyang Sari
2. Else Favorita
3. Emmy Asfara
4. Ersa Aliefia Arianti
5. Farah Nadhiah
6. Gumbeg Sunu Baroto
7. Haidir Ali

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran
reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut
dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.

Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut
atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan
sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi
adalah celiotomi.( Fossum, 2002).

Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan mudah


ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan
dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam
penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post
operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.

Page 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Laparatomi

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus
dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000).

Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen dengan
tujuan eksplorasi.

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-
pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.

Ada beberapa cara, yaitu;


1. Midline Epigastric Insision (irisan median atas)
Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga 1 cm
diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan peritoneum
dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah.

2. Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah)


Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan median atas
dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilikus.

2.2 Indikasi

a. Trauma abdomen
b. Peritonitis
c. Pendarahan saluran pencernaan
d. Sumbatan pada usus besar
e. Masa pada abdomen

Page 2
2.3 Komplikasi

a. Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum jahitan insisi
tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika dalam ia dapat
berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya
akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya, walaupun untuk yang superficial dapat kita
lakukan insisi pada abses tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.

b. Infeksi luka operasi


Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses inflamasi
sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli, Streptococcus
Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami demam, sakit kepala,
anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan membuka beberapa jahitan untuk
mengurangi tegangan dan penggunaan antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah
parah dan berupa suppurasi yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan
drainase dapat dilakukan.

c. Gas Gangrene
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam setelah
operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m), shock yang berat.
Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka di ruang operasi, dan
pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah, penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan
dengan 500.000 unit tiap 8 jam.

d. Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang dengan
sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan aspirasi.

e. Keloid Scars
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain. Jika keloid scar
yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam keloid dapat berguna, hal
ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika
Page 3
keloid scar nya tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat
dilakukan.

f. Abdominal wound Disruption and Evisceration


Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %. Dan
biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih muda. Laki-laki
dibanding wanita 4:1.

2.4 Tindakan Pre Operatif

Penatalaksanaan Perawatan
a. Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif.
1) Data subyektif meliputi;
a) Nyeri yang sangat pada daerah perut.
2) Data obyektif meliputi :
a) Napas dangkal
b) Tensi turun
c) Nadi lebih cepat
d) Abdomen tegang
e) Defense muskuler positif
f) Berkeringat
g) Bunyi usus hilang
h) Pekak hati hilang

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di
abdomen.
2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi
laparatomi.
3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan
sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

Page 4
c. Hasil yang diharapkan
1) Pasien akan tetap merasa nyaman.
2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :


1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan.
2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan
dan minum.
3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4) Mencatat intake dan output.
5) Posisi pasien seenak mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8) Monitoring tanda-tanda vital.

e. Diagnosis
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen

Adapun prosedur daripada laparotomi adalah seperti layaknya operasi konvensional,


laparoskopi tetap memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Setelah
pembiusan, dinding perut disayat pada daerah pusat/umbilikus sekitar 1 cm. Kemudian
dimasukkan kamera kecil untuk melihat organ-organ didalam rongga perut. Setelah itu dibuat
sayatan kedua dan ketiga pada dinding perut bagian bawah, sedikit diatas tulang pinggul,
diameter 0,5 cm, untuk memasukkan alat-alat berupa ’stik’ sebagai pengganti tangan dokter.
Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
a. Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
b. Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari organ
padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk sementara.
Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem vaskuler.
Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.

Page 5
c. Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
d. Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau
reseksi usus dengan anastomosis.
e. Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
f. Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari seluruh
organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
g. Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta
kutis dibiarkan terbuka.

Page 6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum
pembedahan perut (harjono. M, 1996). Jenis laparatomi menurut tekhnik pembedahan yakni
insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision), Insisi pada garis tranversal abdomen
(pfannenstiel incision), insisi cherney, paramedian dan transverse upper abdomen incision.
Sedangkan menurut indikasi, jenis-jenis laparatomi meliputi Adrenalektomi, apendiktomi,
gasterektomi, histerektomi, kolektomi, nefrektomi, pankreatomi, seksiosesaria, siksetomi dan
selfigo oofarektomi.
B. SARAN
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen (Spencer) yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.Oleh karena itu sebagai perawat hendaknya
mengetahui tentang tekhnik dan perawatan pada klien dengan laparatomi.

Page 7

Anda mungkin juga menyukai