“BS”
DIAGNOSA POST LAPARATOMI DENGAN PERITONISMUS E.C.
PERDARAHAN INTRA ABDOMEN E.C. LASERASI
HEPAR DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR.
SARDJITO
DISUSUN OLEH:
Tia Marina P07120111036
Disusun Oleh :
Tia Marina P07120111036
Tingkat II Reguler
Mengetahui,
Pembimbing L apangan Pembimbing P endidikan
A. Pengertian
Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah
laparatomi yaitu: Herniotorni, gasterektomi, kolesisto duodenostomi,
hepateroktomi, splenorafi/splenotomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dan fistulotomi atau fistulektomi. Tindakan bedah kandungan
yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah berbagai
jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi ovarium
(Prawirohardjo), yaitu: histerektomi baik itu histerektomi total, histerektomi sub
total, histerektomi radikal, eksenterasi pelvic dan salingo-coforektomi
bilateral. Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah
digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan
organ lain, menurut Spencer (1994) antara lain ginjal dan kandung kemih.
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( ± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
B. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen
C. Komplikasi
1. Ventilasi paru tidak adekuat
2. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
D. Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,
menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat
tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
POST LAPARATOMI
A. Pengertian
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya
rasa nyeri di abdomen.
b. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka
operasi laparatomi.
c. Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,
pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
3. Kriteria Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;
a. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.
b. Luka insisi normal tanpa infeksi.
c. Tidak timbul komplikasi.
d. Pola eliminasi lancar.
e. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
f. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
g. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
1) Pengobatan lanjutan.
2) Jenis obat yang diberikan.
3) Diet.
4) Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.
4. Tindakan Keperawatan (Intevensi Keperawatan) Pre Operatif :
a. Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah
ditegakkan.
b. Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien
untuk tidak makan dan minum.
c. Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
d. Mencatat intake dan output.
e. Posisi pasien seenak mungkin.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
g. Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
h. Monitoring tanda-tanda vital.
6. Evaluasi
a. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
1) Suhu tubuh normal
2) Nada normal
3) Perut tidak kembung
4) Peristaltik usus normal
5) Flatus positif
6) Bowel movement positif
b. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
c. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
d. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
e. Luka operasi baik.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari, tanggal : Senin, 31 Januari 2012
Jam : 1 0.20 W IB
Tempat : bangsal Cendana 2 RSUP Dr. Sardjito
Metode : observasi, wawancara dan studi dokumen
Sumber Data : pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan status pasien
Oleh : T ia M arina
1. Identitas Diri
a. Klien
Nama : Tn.BS
Umur :20t
ahun Jenis kelamin :
Laki-laki
Alamat : Palgading RT 04/18 Sinduharjo
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : I slam
Status : Kawin
Tanggal masuk : 27-12-2012 jam WIB
No.RM : 01.61.50.80
Diagnosa medik : Post Operasi Laparatomy dengan peritonismus
e.c. perdarahan intraabdomen e.c. laserasi hepar.
2) Riwayat Kesehatan
Dari keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, DM, dan tidak menderita penyakit seperti yang diderita
klien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular.
klien mengatakan minum habis ± 8-10 gelas per hari seperti air
putih dan air teh.Klien dirumah suka makan sayuranan dan
buah-buahan.
b) Selama sakit
Klien mengatakan bahwa klien tidak merasa mual atau
muntah ketika makan. Nafsu makan klien menurun karena
nyeri pada perut ketika makan banyak. Diet klien adalah bubur nasi
dan susu peptisol 3x250. Klien hanya makan seperempat
dari porsi makan rumah sakit, karena klien merasa perutnya
penuh ketika ada makanan yang masuk ke tubuhnya. Sebelum
masuk rumah sakit, klien tidak mempunyai kesulitan makan,
nafsu makan klien menurun ketika nyeri pada perut. Klien
mengatakan cenderung menghindari makan karena takut nyeri
perutnya bertambah parah. Klien merasa berat badannya
menurun selama di rumah sakit. Istri klien juga mengatakan
bahwa berat badan klien terasa turun. Berat badan klien
sebelum masuk rumah sakit adalah 47 kg. Klien terpasang
infus RL 30 tpm sejak 27 Desember 2012.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan buang air kecil dengan lancar kurang
lebih 4 kali sehari, b.ab. 1 kali dalam sehari. Konsistensi feses
lunak, bau khas feses. Klien jarang mengalami diare dan
konstipasi.
b) Selama sakit
Klien terpasang kateter sejak 27 Desember 2012. Klien
merasa tidak nyeri saat melakukan b.a.k. Warna urin
kekuningan, bau khas urin dan tidak ada perdarahan.
Klien tidak mengalami diare dan konstipasi. Klien juga
terpasang drain pada bagian abdomen.
3) Pola Aktivitas Istirahat-Tidur
a) Sebelum sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari- hari
Aktivitas klien sehari-hari yaitu sebagai pekerja
proyek. Klien tidak menggunakan alat bantu untuk
berjalan. Klien tidak memerlukan bantuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
(2) Keadaan pernapasan
Klien tidak mengalami gangguan pernafasan. Klien
tidak melakukan latihan pernapasan dan tidak alergi
terhadap debu.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Klien merasa tidak cepat lelah, tidak sering terkejut
dan tidak berdebar-debar. Klien tidak menggunakan alat
pacu jantung.
(4) Kebutuhan tidur
Klien tidur kurang lebih selama 8 jam sejak pukul
21.00 dan bangun pukul 05.00.
HCT 29,4 - %
MCV 86,5 fL
79 – 99
MCH 30 Pg 27 – 31
RDW-CV 15,3 + %
11,5 – 14,5
RDW-SD 45,9 fL 35 – 47
PDW 12,0 fL
9 – 31
MPV 10,5 fL 7,2 – 11 ,1
P-LCR 28,8 + % 15 – 25
Differential
Neut# 9,03 10^3/uL 1,8 – 8
Lymph# 10^3/uL 0,9 – 5, 2
Mono# 10^3/uL 0,16 – 1
Eo# 10^3/uL 0,045 – 0,
Baso# 10^3/uL 44
Neut% % 0 – 0 ,2
50 – 70
Lymph% % 25 – 40
Mono% % 2–8
Eo% % 2- 4
Baso% % 0–1
KED I ... mm/jam L:0 ,
KED II ... mm/jam
P : 0-20
15
b. Terapi
1) Infus : RL 30 tpm
2) Terapi O2 : 3 lpm
3) Injeksi :
a) Ceftriaxon : 2x1 gram (antibiotik)
b) Metronidazole : 2x500 mg (antibiotik)
c) Kalnex : 3x500 mg (analgesik)
d) Terfacef : 2x1 (antibiotik)
4) Obat oral :
a) Ambroxol : 3x1 (Obat mukolitik)
b) Pumpitor : 1x40 mg (obat lambung)
c) Ratinal : 3x30 mg (antiemetik)
d) Inspepsa : 3x1 sdm (obat penyakit sistem pencernaan)
e) HP Pro : 2x1 sdm (vitamin ; food suplemen).
5) Diit : BBS
Bubur saring dan susu peptisol 3x250 mg.
B. ANALISA DATA
Hari, tanggal : Senin 31 Desember 2012
batuk berdahak
setelah operasi.
DO :
- Klien mengalami
batuk berdahak
dengan
dahak
jernih dan tidak
berdarah.
- RR : 23kpm
- TD : 120/80
mmHg
- Suara nafas :
vesikuler.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik yang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada area sekitar luka operasi dengan skala
nyeri 3
DO :
- Terdapat luka jahitan operasi tertutup kassa pada perut klien.
- Klien terlihat berhati-hati dalam bergerak.
- Klien menyatakan sulit tidur di malam hari dan lebih banyak tidur di
siang hari.
- Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 kpm
RR : 23 kpm
S : 37,2 oC
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan a. Observasi tanda-tanda vital. a. Tanda-tanda vital dapat
tidak efektif
keperawatan selama 3 x 24 digunakan untuk mengetahui
berhubungan dengan
jam bersihan jalan nafas klien keadaan umum klien
adanya sekret yang
efektif dengan kriteria : terutama RR
tertahan pada jalan
a. Suara nafas vesikuler b. Anjurkan posisi semi b. Peninggian kepala Tempat
nafas ditandai
b. RR normal sekitar 18-24 fowler. tidur mempermudah fungsi
dengan :
x/mnt pernafasan dengan gravitasi.
DS :
c. Klien mengatakan sokongan tangan / bantal
- Klien
sesak nafas membantu menurunkan
menyatakan
hilang atau keemahan otot dan dapat
sesak
berkurang. sebagai alat ekspansi dada
napas.
Tia c. Beri klien pelatihan c. Pemahaman batuk
- Klien mengeluh
batuk efektif efektif mempermudah
batuk berdahak
pengeluaran dahak
setelah operasi. d. Nafas dalam meningkatkan
d. Beri klien pelatihan nafas
DO :
- Klien mengalami dalam kenyamanan dalam bernafas.
batuk berdahak e. Beri asupan cairan minimal e. Hidrasi membantu
dengan 8 gelas/hari. penurunan kekentalan secret
dahak dan mempermudah
jernih dan tidak pengeluaran
berdarah. f. Kelola pemberian obat : f. Ambroxol dapat berfungsi
- RR : 23kpm ambroxol. sebagai mukolitik.
- TD : 120/80 Tia Tia
mmHg
5. Resiko Setelah dilakukan asuhan a. Observasi berat badan. a. Berat badan merupakan
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam indikator penting
nutrisi : kurang dari resiko ketidakseimbangan keseimbangan nutrisi.
kebutuhan tubuh nutrisi tidak terjadi, dengan b. Auskultasi bising usus. b. Penurunan atau hipoaktif
berhubungan kriteria hasil : bising usus menunjukkan
dengan faktor a. Nafsu makan klien penurunan motilitas gaster dan
biologis meningkat. konstipasi (komplikasi
ditandai dengan : b. Kebutuhan nutrisi klien umum) yang berhubungan
DO : terpenuhi. dengan pembatasan ,
- Porsi makan pemasukan cairan, pilihan
klien tidak habis. makanan buruk, penurunan
- Klien hanya
makan aktivitas dan hipoksemia.
seperempat dari c. Berikan klien perawatanc. Menurunkan rasa tak enak
klienmenurun
karena nyeri pada
perut ketika
makan banyak.
-Klien mengatakan cenderung menghindari
makankarena
takut nyeri
perutnya
bertambah parah.
- Klien merasa
berat badannya menurun selama di rumah sakit. Istri klien juga mengatakan
bahwaberat
badan klien terasa
turun
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No.
Implementasi Evaluasi
Diagnosa
1Senin, 31 Desember 2012Senin, 31 Desember 2012
Jam 09.00 WIB
Jam 09.30 WIB
S : pasien menyatakan sesak nafas, tadi malam hanya
1. Monitor TTV
Mengatur posisi semifowler tidur 3 jam, pasien menyatakan lebih nyaman dalam
Melatih nafas dalam dan batuk efektif posisi setengah duduk
Meningkatkan
O : keadaan
hidrasi hangat
umum pasien sedang, CM, terpasang infuse
MengelolaCVP
terapi
RL 30
: ambroxol
tpm , dan3x1.
O2 3 lpm
TiaTD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 37,20C, R : 18 kpm, sekret keluar setelah batuk efektif dengan konsistensi jernih dan tidak ada dara
A : tujuan tercapai sebagian.
P : lanjutkan intervensi, kelola terapi obat dan batuke fektif,monitor KU dan vital sign
T
a. Memonitor TTV. S : klien mengatakan sesak nafas, nyeri dan tidak bisa
b. Mengkaji pola nafas. bernafas panjang seperti biasanya, posisi nyaman :
b. Mengauskultasi bunyi nafas. terasa dan selang oksigen tidak digunakan.
O : kesadaran klien CM, terpasang infuse CVC RL
Ti Tia
a
B. Daftar Pustaka
Doenges E.M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC
NANDA International. 2009-2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC