KEPERAWATAN KRITIS
Disusun Oleh :
SintyaMarlianiPutri 1710711092
FijriReskiNendareswari 1710711093
TariGustika 1710711094
SherinAlindaZulfa 1710711095
Chaerani 1710711096
TsaniaRamadhanty 1710711097
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Mayor Di ICU”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
A. PENGERTIAN
Pembedahan merupakan suatu tindakan invasif dengan membuka atau
memperlihatkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh pada
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Menurut (Smeltzer dan Bare,2013)
mengatakan bawha operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian
tubuh, sedangkan pembedahan adalah suatu tindakan yang dilakukan di ruang operasi
rumah sakit dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Adapun pendapat lain mengenai
post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai dari
dipindahkannya pasien ke ruang pemulihan hingga evaluasi selanjutnya (Uliyah dan
Hidayat, 2008). Sedangkan operasi mayor adalah pembedahan yang melibatkan organ
tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup pasien misalnya operasi dilakukan pada bagian kepala, dada, dan perut yang
dimana akan membutuhkan waktu lama untuk pasien dapat pulih kembali.
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer dan Bare,2013). Adapun
indikasi dari laparatomi yaitu pasien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak
diketahui penyebabnya atau pasien dengan trauma abdomen. Laparatomi digunakan
untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma (Smeltzer dan Bare,2013).
B. JENIS
Menurut fungsinya, potter perry (2006) membaginya menjadi
1. Diagnostic : laparatomy eksplorasi, biopsy
2. Kuratif (ablatif) : tumor dan appendiktomi
3. Reparative : memperbaiki luka multiple
4. Paliatif : menghilangkan nyeri
5. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur
tubuh yang malfungsi
1. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan juga mempunyai tingkat
resikoyang tinggi tehadap kelangsungan hidup pasien
2. Minor
Operasi yang hanya melibatkan sebagian kecil bagian tubuh dan mempunyai
resiko serta komplikasi yang rendah dibandingkan dengan operasi mayor.
C. ETIOLOGI
Dilakukannya operasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
1. Berdasar tujuan
Ada banyak tujuan dilakukannya operasi, tidak hanya untuk mengangkat atau
memotong jaringan, namun operasi juga memiliki tujuan lain, antaralain:
a. Mendiagnosis
Operasi juga dilakukan jika dokter ingin mengetahui kondisi suatu
penyakit untuk ditegakkannya diagnosa. Misal, biopsi untuk
menentukan tumor, kanker atau mungkin lainnya. Atau laparatomi juga
dilakukan untuk mengetahui nyeri abdomen yang pasien rasakan
namun tidak dapat diketahui apa penyebabnya.
b. Mencegah
Operasi juga dapat digunakan untuk mencegah suatu penyakit menjadi
semakin buruk prognosisnya, misal operasi pengangkatan polip usus
yang jika tidak segera dioperasi akan menjadi kanker.
c. Menghilangkan
Tujuan ini sudah tidak asing dengan pasien, biasanya pasien tahu jika
terdapat tumor, kanker, polip, maupun kista, jaringan tersebut harus
segera diangkat dengan prosedur operasi
d. Mengembalikan
Mengembalikan berarti operasi dilakukan untuk membuat suatu fungsi
tubuh berfungsi normal kembali, contohnya rekontruksi payudara,
maupun pemasangan pen pada fraktur.
e. Paliatif
Pada pasien dengan kondisi kronis, atau telah mencapai stadium akhir,
operasi dilakukan hanya untuk mengurangi nyeri, atau memperpanjang
harapan hidup
2. Berdasar Teknik
Kondisi penyakit apa yang diderita pasien, dibagian organ mana yang perlu
dioperasi, maka berbeda pula tekniknya
a. Operasi bedah terbuka
Operasi bedah terbuka atau operasi konvensional yang biasa pasien
tahu adalah tindakan medis yang membuat sayatan pada bagian tubuh
dengan menggunakan pisau khusus, contohnya laparatomi, operasi
jantung, maupun kraniotomi.
b. Laparaskopi
Pada laparaskopi dokter bedah hanya akan membuat sayatan kecil dan
memasukan alat optik seperti selang masuk ke dalam tubuh pasien
melalui luka tersebut untuk mengetahui masalah yang terjadi.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sistem kardivaskular
a. Pendarahan
1) Penurunan tekanan darah
2) Takikardi
3) Denyut nadi lemah
4) Akral dingin
5) Pucat, lemah, dan gelisah
6) Eksternal : peningkatan drainase yang mengandung darah pada balutan
atau melalui drain.
b. Hipoksia
2. Sistem pernafasan
1) Depresi pernafasan : pernafasan dangkal dan lambat serta batuk yang
lemah
2) Takipnea
3) Bunyi napas abnormal
4) Gerakan dinding dada tidak simetris
5) Irama napas abnormal
6) Kedalaman ventilasi pernafasan abnormal.
3. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran pasien menurun
4. Sistem traktus urinarius
Retensi urin
5. Sistem gastrointetinal
1) Mual
2) Muntah
3) Defekasi
6. Luka operasi
Infeksi : luka post op yang masih basah dan terdapat pengumpulan cairan
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering ditemukan pada pasien post operasi yaitu :
1. Perdarahan
Kehilangan darah dapat terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi dan
secara internal melalui luka bedah. Dari kehilangan darah tersebut dapat
menyebabkan hipotensi, meningkatnya denyut jantung dan pernapasan ditandai
dengan nadi lemah, akral dingin, pucat, serta gelisah.
2. Infeksi
Infeksi biasanya terjadi 2-7 hari setelah pembedahan. Organisme yang paling
menimbulkan infeksi yaitu stapilokokus aureus yang mengakibatkan timbulkan
nanah pada luka bedah. Gejala yang akan ditimbulkan yaitu munculnya purulen,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak disekitar luka, peningkatan
suhu tubuh, dan peningkatan leukosit pada hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Eviserasi
Keluarnya organ-organ melalui insisi, dimana faktor yang menyebabkan eviserasi
adalah infeksi luka, kesalahan menutup pada saat pembedahan, ketegangan yang
berat pada dinding abdomen karena batuk atau muntah.
4. Hipertensi dan hipotensi
Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat, ventilasi
yang tidak adekuat, serta penyakit hipertensi yang tidak diberikan terapi.
Sedangan hipotensi disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan dari
perdarahan.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Diakibatkan oleh puasa yang harus dilakukan sebelum pembedahan, dan karena
kehilangan cairan melalui muntah, diare, atau dilatasi lambung. Selain itu
perdarahan juga dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan suhu dibawah 36,5° C. Hipotermi yang tidak
diinginkan mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah di kamar
operasi, infus dengan cairan yang dingin,inhalasi gas-gas dingin, aktivitas otot
yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunakan.
7. Depresi pernapasan
Diakibatkan dari kelemahan otot setelah pemulihan yang tidak adekuat, depresi
sentral dengan anestesi, hambatan batuk dan ventilasi yang tak adekuat, serta
nyeri yang dapat mempengaruhi gagal pernapasan.
G. PENATALAKSANAAN
Sesaat setelah pasien keluar dari ruang operasi, segera lakukan tindakan
pemeriksaan dan pengkajian pada pasien dan beri intervensi sesuai masalah yang
ada pada pasien.
1. Pemeriksaan Klien Pascaoperasi.
a. Memeriksa Status Pernapasan.
Periksa patensi jalan napas. Amati klien dan kaji pola napas saat istirahat.
Dengarkan bunyinya, bunyi napas seharusnya pelan. Disesabkan efek obat
ansestesi umum, laju dan kedalaman napas biasanya berkurang dan dapat
menyebabkan hipoksia. Manifestasi klinis hipoksia adalah kesadaran berkabut,
gelisah, kulit pucat, oksimetri denyut menunjukan angka < 90%, dan suhu
kulit yang dingin. Meskipun gelisah adalah tanda awal hipoksia, ada penyebab
lain seperti nyeri. Sianosis dan henti napas adalah manifestasi akhir dari
hipoksia.
b. Memeriksa Sirkulasi
Periksa tanda vital, warna kulit, dan suhu sessai dengan protokol fasilitas
kesehatan. Tanda vital perlu sering diperiksa (misalnya setiap 30 menit).
Tenangkan klien bahwa pola pemeriksaan ini hanyalah protokol rutin dan
bukan berarti ada yang salah degan klien. Oleh karena klien tidak bergerak
sama sekal selama operasi dan mungkin mengalami tekanan pada bagian tubuh
yang menghambat sirkulasi, dan baal. Tonjolan tulang harus diperiksa untuk
mengkaji adanya ulkus dekubitus level I dan luka jaringan dalam.
Semua klien dianjurkan untuk segera bergerak dan berjalan sesudah
pembedahan untuk mencegah pembentukan trombosit dan emboli yang
membahayakan, terutama pada pembedahan abdominal yang harus segera
digerakkan. Aorta dan arteri femoralis mungkin telah dimanipulasi selama
pembedahan.
c. Memeriksa Status Neurologis
Periksa tingkat kesadaran, orientasi, dan efek perlambatan gerak dari
anestesi pada 24 jam pertama. Bandingkan status mental sekarang sebelum
operasi untuk mengkaji status neurologis klien, obat-obatan lebih lambat
dibuang pada ginjal yang sudah menua, dan hipotermia dan nyeri dapat
memengaruhi fungsi kognitif.
Klien dengan obesitas dapat mengalami keterlambatan kembalinya
kesadaran. Jumlah obat anestesi yang lebih besar dibutuhkan untuk klien
seperti ini. obat anestesi intravena harus larut lemak. Pada obesitas, ekskresi
obat anestesi lebih lambat karena meningkatnya jumlah obat yang tertahan di
dalam tubuh.
2. Perawatan Pascaoperasi.
Komunikasikan kepada keluarga pasien mengenai hasil pembedahan, masalah
yang dihadapi selama pembedahan dan kemungkinan yang akan terjadi pasca
pembedahan.
a. Segera setelah pembedahan
Nilai ulang kebutuhan ICU/NICU
pastikan pasien pulih dari pengaruh anestesi
awasi tanda vital – frekuensi napas, denyut nadi dan, jika perlu, tekanan
darah setiap 15–30 menit hingga kondisi pasien stabil
lakukan pemeriksaan dan tangani tanda vital yang tidak normal.
b. Tatalaksana pemberian cairan
Awasi status cairan dengan ketat. Catat cairan masuk dan keluar (infus,
aliran dari NGT, jumlah urin) setiap 4-6 jam. Jumlah urin merupakan indikator
paling sensitif untuk mengukur status cairan
c. Mengatasi rasa sakit/nyeri
Beri parasetamol atau obat penurun nyeri lainnya, seperti ketorolac.
Atau beri infus analgetik narkotik Morfin sulfat 0.05–0.1 mg/kgBB IV setiap
2–4 jam atau tramadol melalui IV.
d. Nutrisi
Sebagian besar kondisi pembedahan meningkatkan kebutuhan kalori atau
mencegah asupan gizi yang adekuat. Banyak anak yang membutuhkan
tindakan operasi berada dalam kondisi lemah. Gizi yang kurang baik
mempengaruhi reaksi pasien terhadap cedera dan menghambat penyembuhan
luka. Beri makanan tinggi kalori yang mengandung cukup protein dan
suplemen vitamin via NGT atau IV. Dan pantau perkembangan berat badan.
3. Pengawasan Pascaoperasi
a. Memonitor Luka
Periksa balutan dan jumlah serta tipe rembesan yang muncul. Jika luka
sudah menutup dan dibiarkan sembuh dengan proses intensi pertama. Jika
penyembuhan luka pada intensi kedua atau ketiga, luka dibiarkan terbuka
supaya sembuh mulai dari fasia sampai kulit, dan perawatan khusus luka harus
dilakukan. Alat yang digunakan adalah pembalut luka, drainase, dan kantong
ostomi, tergantung ukuran dan lokasi luka dan rembesan luka.
Kaji dan catat rembesan secara rutin untuk membandingkan dengan
pemeriksaan sebelumnya untuk mengarahkan kemungkinan perubahan
rencana perawatan. Catat penampakan luka dan drainase serta keluhan klien
setiap sif jaga.
b. Memonitor Akses Intravena
Semua akses intravena harus diperiksa patensinya, jenis cairan dan laju
tetesan. Asupan dan keluaran cairan harus diawasi. Periksa tempat masuknya
akses IV, adakah tanda kemerahan, bengkak atau nyeri. Jika terdapat masalah,
kateter harus dilepaskan dari pembuluh darah; penggantian mungkin
diindikasikan atau tidak. Pemberian panas di tempat memasukkan akses IV
dapat mengurangi nyeri.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS 7: ASUHAN KEPERAWATAN POST OP BEDAH MAYOR
Tn.R (53 tahun) dirawat di ICU dengan diagnose medis Post op laparatomi,
ulkuspeptikumperforasi. Riwayatmasuk RS: Pasiendatangke IGD
dengankeluhannyeriperuttidakbisa BAB sejak 6 hari yang lalu. BAB hanyasedikitsekitar 2
harisebelummasuk RS.Keluargamengatakanpasienmual, muntasetiap kali
makan.Pasienmemilikiriwayathipertensi.
GCS : E4M6VETT, tingkatkesadaranComposmentis.
TTV : TD: 141/60 mmHg, HR: 90x/menit, Suhu: 37,5oC, RR: 20x/menit on ventilator
dengan mode SIMV(VC+PS), FiO2 80%, PEEP 5, I:E rasio 1: 2.
HasilpemeriksaanHematologis :
Ureum : 90 mg/dL
Kreatinin :1,86 mg/dL
Natrium : 146 mmol/L
Kalium : 4,10mmol/L
Clorida 107 mmol/L
HasilAGD :
PH : 7,48
PCO2 : 34 mmHg
HCO3: 25,6mmol/L
PO2: 187,4 mmHg
SpO2 : 99,5%
Pasienmendapatkanterapi : Amikasin 1x1 gr, Metronidazol 3x500 mg, IVFD Asering+
tramadol 500 cc+ 100 mg/jam.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Pasien
Nama : Tn R
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Cempaka Putih no 127
Suku/ Bangsa : Betawi
Tanggal Masuk RS : 28/09/2020
Tanggal Pengkajian : 28/09/2020
NoRekamMedis : 987654
Diagnosa Medis : Post op laparatomi, ulkus peptikum perforasi
2) Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Cempaka Putih no 127
Hub. Dengan Pasien : Istri Klien
b. Keluhan Utama
Nyeri
c. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang : ulkuspeptikumperforasi
b. Lalu : Hipertensi
c. Keluarga : Hipertensi
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
GCS : E4M6VETT
TD :141/60 (MAP: 87)
HR :90x/menit,
Suhu37,5oC,
RR : 20x/menitdenganventilator mode SIMV (VC+PS), Fio2 : 80% PEEP
5
2) Pemeriksaan Fungsi Tubuh
1) Sistem Pernapasan
Ronchi +/- , simetris, akumulasi sputum, RR : 20x/menit dengan
ventilator 80%
2) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada suara jantung tambahan, HR 90x/menit, TD :
141/60mmHg
3) Sistem Pencernaan
Terdapat bekas operasi laparatomi
4) Sistem Neurologis
Kesadaran pasien E4M6VETT Tingkat kesadaran composmentis
5) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6) Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan pergerakan sendi bagus 4444
7) Sistem Integumen
mukosa kering, turgor kulit tidak elastis
3) Nyeri
/kaku
Total skor 3
e. Data Penunjang
f. Penatalaksanaan Medis
1) Ventilator
Mode : SIMV (VC+PS)
FiO2 : 80%
PEEP :5
RR : 20 x/mnt
2) Medikasi
Amikasin 1x1 gr
Metronidazol 3x500 mg
IVFD Asering+ tramadol 500 cc+ 100 mg/jam.
2. ANALISA DATA
DO:
1. Tampak luka post op ulkus
peptikum pada abdomen
pasien
2. Luka tampak kemerahan
dan teraba panas
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi; efek anestesi
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan post operasi
3. Nyeri akut b.d Agens cidera fisik
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan
5. Risiko Infeksi dd prosedur invasif
6. INTERVENSI KEPERAWATAN