MELAHIRKAN
1. Latar Belakang
Capaian ASI Eksklusif di Indonesia masih terbilang sangat jauh dari target
nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan
gizi masyarakat telah menargetkan cakupan ASI Ekslusif 6 bulan sebesar 80%.
Namun pada kenyataannya angka ini cukup sulit untuk dicapai, bahkan
prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun tidak kunjung meningkat. Hal ini
tentu saja sangat memprihatinkan, mengingat betapa pentingnya ASI eksklusif
untuk tumbuh kembang bayi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 37,3 persen. Angka tersebut
tentu saja sangat jauh dari yang ditargetkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau
sedikitnya produksi ASI. Hal ini disebabkan pengaruh hormon oksitosin yang
kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang mengaktifkan
kerja hormon oksitosin.(Fikawati dkk, 2015:83) Pijat oksitosin merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat Oksitosin adalah
pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) dan merupakan usaha
untuk merangsang hormon oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo,2003;
Indiyani,2006:Yohmi &Roesli, 2009:Mardiyaningsih,2010 dalam Lestari
dkk,2018).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh pertanyaan ilmiah
sebagai berikut “Bagaimana Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI
pada Ibu Pasca Melahirkan?”
a. P (Population)
Populasi yang digunakan dalam pengkajian EBP ini adalah ibu pasca
melahirkan
b. I (Intervention)
Intervensi yang diberikan adalah pijat Oksitosin
c. C (Comparison)
Di dalam pengkajian EBP kali ini tidak ada pembanding
d. O (Outcome)
Outcome yang ingin diketahui adalah produksi ASI
3. Resume Penelitian
4. Pembahasan
Dalam pengkajian EBP kali ini, saya mengambil lima judul artikel sebagai berikut
:
a. Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post
Partum Seksio Sesarea hari Ke 2-3
b. Pijat Oksitosin pada Ibu Postpartum Primipara terhadap Produksi ASI dan
Kadar Hormon Oksitosin
c. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas
d. Perngaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Kota Mataram Tahun 2017
e. Peningkatan Produksi ASI Ibu Menyusui Pasca Melalui Pemberian Pijat
Oksitosin dan Terapi Musik Klasik (Mozart) Wilayah Kerja Puskesmas
Kradenan 2
Pada dasarnya, semua artikel jurnal ini sudah baik, namun tentu saja masih ada
beberapa kekurang yang nantinya dapat menjadi bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya. Pada artikel yang pertama, penelitian ini berisi
perbandingan produksi ASI pada ibu menyusui yang diberi pijat oksitosin sesuai
prosedur dan tidak sesuai prosedur. Ini artinya, pada penelitian ini sudah ada
prosedur pijat oksitosin. Dan sesuai dengan hasil penelitian, pijat oksitosin ini
dapat diterapkan dalam praktik keperawatan. Meskipun tidak sesuai prosedur,
pijat oksitosin ini tetap mampu membantu peningkatan produksi ASI.
Kekurangan dari artikel ini, di dalamnya tidak memberikan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya agar penelitian serupa dapat lebih baik. Pada penelitain
kedua, jumlah kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak seimbang di
bagian pre test dan post test. Tetapi secara keseluruhan artikel ini sudah bagus
dan hasilnya dapat diterapkan dalam praktik keperawatan. Selain itu, artikel ini
juga memberikan saran-saran yang dapat diterapkan untuk penelitian serupa
selanjutnya. Artikel ketiga juga sudah bagus secara keseluruhan, namun kurang
memberi saran untuk penelitian selanjutnya. Namun dalam artikel ini belum
menyebutkan frekuensi pijat oksitosin yang efektif agar produksi ASI meningkat.
Artikel keempat sudah bagus secara keseluruhan, karen dalam pelaksanaan
penelitian ini, mereka menggunakan beberapa langkah yang bagus, terutama
lembar observasi. Artikel kelima berisi tentang pemberian pijat oksitosin dan
terapi mozart. Dalam artikel ini belum dijelaskan jenis musik klasik apa yang
dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI.
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan yang telah dijelaskan diatas, maka
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penelitrian selanjutnya. Pada
penelitian selanjutnya, ada baiknya pada saat pelaksanaan pijat oksitosin ini
selalu menggunakan prosedur yang ada dan sesuai. Selain itu, selain
memberikan pijat oksitosin, ada baiknya dikombinasikan dengan terapi lain.
Seperti yang telah dilakukan pada artikel kelima. Pada artikel tersebut, pijat
oksitosin dibandingkan dengan pemberian terapi Mozart. Namun hasilnya lebih
baik jika diberikan pijat Okasitosin. Jika dua metode tersebut digabungkan,
mungkin akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Tidak hanya itu, pijat
oksitosin ini bisa juga dikombinasikan dengan teknik marmet, sugesti positif
ataupun memberikan ekstrak pelancar pengeluaran ASI.
Semua hasil penelitian dari kelima artikel di atas bisa diaplikasikan dalam praktik
keperawatan. Namun pada pelaksanaannya, beri rekomendasi untuk frekuensi
pelaksanaan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
5. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengkajian EBP ini adalah, kita dapat mengetahui apakah suatu
penelitian ini, terutama pijat oksitosin ini benar-benar dapat membantu dalam
peningkatan pengeluaran dan produksi ASI atau tidak. Setelah mengerjakan
pengkajian EBP ini, dapat diketahui bahwa pijat oksitosin dapat membantu ibu
menyusui, pasca melahirkan normal maupun seksio sesarea untuk
meningkatkan produksi ASI mereka.
Saran untuk kedepannya, di dalam artikel dijelaskan berapa frekuensi yang
efektif untuk melakukan pijat oksitosin agar menghasilkan hasil yang sesuai,
serta waktu yang tepat untuk melakukan pijat oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA