KEPERAWATAN KRITIS
Disusun Oleh :
Chaerani 1710711096
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) Di ICU”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
A. Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru yang
ditandai dengan penyumbatan pada aliran udara dari paru-paru. Penyakit ini
merupakan penyakit yang mengancam kehidupan dan mengganggu pernafasan
normal (WHO,2016)
Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakann untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama (Grace
&Borlay, 2011) yang ditandai oleh adanya respons inflamasi paru terhadap partikel
atau gas yang berbahaya (Padila, 2012). Adapun pendapat lain mengenai PPOK
adalah kondisi ireversibelyang berkaitan dengan dispneasaat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer& Bare, 2006) yang ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya (Edward. 2012).
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang bisa
dicegah dan diobati. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ditandai dengan adanya
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonrevesibel parsial,
serta adanya respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD, 2016)
B. Klasifikasi
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat, menurut Global
InitiativeforChronicObstructive Lung Disease(GOLD) tahun 2017 yaitu :
1. Derajat 0 (beresiko)
Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dipsnea, terdapat paparan terhadap faktor resiko.Spirometri : normal
2. Derajat 1 (PPO ringan)
Gejala klinis : dengan atau tampak batuk, dengan atau tanpa produksi sputum,
sesak napas derajat 0 sampai derajat sesak 1.Spirometri : FEV1/FVC < 70%,
FEV1≥ 80%,
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum,
sesak napas derajat sesak 2 ( sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri :
FEV1/< 70%;50% < FEV1 < 80%,
4. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : sesak napas derajat 3 dan 4, eksaserbasi lebih sering terjadi.
Spirometri : FEV1/< 70%, 30% < FEV1 < 50%.
5. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : pasien derajat III dengan gagal napas kronik, disertai komplikasi
kor pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri FEV1/FVC < 70%, FVE1 <
30%
C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut
Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi.
2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisemapada usia yang relatif muda, walau
pun tidak merokok.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menurut (Mansjoer,
2001) yaitu
1. Batuk
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen
3. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas
E. Komplikasi
Komplikasi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menurut (soemantri, 2008)
1. Hipoksemia
Hipoksemia di definisikan sebagai penurunan nilai PO2<55mmHg dengan nilai
saturasi O2<85%. Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Asidosis respiratori timbul akibat dari peningkatan nilai PCO2(hiperkapnia).
Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, takipnea, dizzines
3. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsang otot polos bronchial, dan edema mukosa. Terhambatnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan menimbulkan dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantug kanan akibat penyakit paru) harus
diobservasi terutama pada pasien dypsnea berat, komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, namun beberapa pasien emfisema berat
juga mengalami ini
5. Disritmia jantung
Disritmia jantung timbul akibat hipoksemia, penyakit jantung lain, efek dari obat
atau terjadinya asidosis respiratori
6. Status Asmatikus
Status asmatikus merupakan komplikasi utama yang berhubungan dengan asma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan sering
kali tidak memberikan respon terhadap terapi yang biasa dilakukan. Penggunaan
otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat
PPOK
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Kayu manis
Suku/ Bangsa : Betawi
Tanggal Masuk RS : 23/09/2020
Tanggal Pengkajian : 25/09/2020
NoRekamMedis : 987654
Diagnosa Medis : ARDS+, PPOK+ pneumonis, TB paru, tumor
mediastinum.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Sesak napas dan demam, batuk produktif dengan sputum berwarna putih,
terdengar mengi sejak semalam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
pneumonis, Tb paru, tumor mediastinum
c. Keluhan Penyakit dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, GCS : E4M5Vett
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah
Sistolik : 99 mmHg
Diastolik : 73 mmHg
MAP : 57
Herat Rate : 124 x/menit
Respirasi : 34 kali/menit,
2) Suhu : 37 ⁰C
3) Nilai CPOT : (diisi kalau ada keluhan nyeri dengan pasien terintubasi)
N Indikator Skalapengukur Sk HasilPenil
o an or aian
1 Ekspresiwajah Rileks, netral 0
Tegang 1 1
Meringis 2
2 Gerakantubuh Tidakbergerak 0
Perlindungan 1 1
Gelisah 2
3 Kesesuaiandenganventilas Dapat 0
imekanik mentoleransi
Batuk, 1
tapidapatmentol 2
eransi
Fighting 2
ventilator
4 Keteganganotot Rileks 0 1
Tegangdankaku 1
Sangattegang 2
/kaku
Total skor 5
4. Data Penunjang
a. Data Laboratorium (Hematologi, Anilisis gas daraharteri, dll)
Tanggal dan Jam Pemeriksaan
b. Pemeriksaan penunjang
6. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data tambahan
1. Batuk produktif
2. Terdengar suara mengi saat
bernapas
Hasil AGD :
PH : 7,48
PCO2 : 35,7 mmHg
HCO3: 26,9 mmol/L
PO2: 57,1 mmHg
SpO2 :96%
BE: 4,2
B. Diagnosa Keperawatan
Kolaborasi:
11. Pemberian terapi oksigen
12. Pemberian bronkodiltor
melalui nebulizer
13. Pemberian antibiotic
sesuai order
Kolaborasi:
1. Beri O2 sesuai indikasi
2. Beri bronkodilator
Kolaborasi:
1. Berikan terapi IV sesuai
indikasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandaioleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan PPOK adalah : Bronchitis
kronis, emfisema, paru-apru dan asma bronchiale
Penyakit paru obstruktif kronik merupkan penyakit yang menyerang sistem respirasi
dengan gangguan emfisema, asma, atau bisa keduanya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dan menyebabkan sesorang itu menderita penyakit paru obstruktif kronik
seperti usia, jenis kelamin, gen atau keturuan, gangguan sistem pernafasan lain merokok dan
lingkungan.
Peran kita sebagai perawat tentunya sesuai dengan gejala dan diagnosa pada pasien,
seperti memberikan terapi pada oksigen pada tidakefektifnya jalan nafas, memberikan obat
penenang dan penghindar rasa nyeri serta kolaborasi dengan tenaga tim medis lainnya.
Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu perawat juga
harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda
penanganan dan pencegahannya
DAFTAR PUSTAKA
Mahawati E, Husodo A H, Astuti I, Sarto. 2017. Jurnal: Pengaruh Teknik Aplikasi Pestisida
terhadap
Derajat Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada Petani. Yogyakarta:
JKLI
Maisaroh, I. 2018. KTI: Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)
Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas. Jombang
Safitri, Y. 2016. Skripsi: Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Derajat Keparahan
Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Semarang
Rahmadi, Y. 2015. KTI: Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di ruang AggrekBougenvile RSUD Pandan
Arang Boyolali. Boyolali