ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. 1 Latar Belakang........................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1. 3 Tujuan.....................................................................................................................3
1. 4 Manfaat...................................................................................................................4
1. 5 Ruang Lingkup.......................................................................................................4
iii
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.............................................................................21
4. 1 Pembelajaran Baik yang Bisa Diperoleh dari Penanganan Bencana...................21
4. 2 Strategi Penanganan Bencana Lain yang Perlu Dilakukan..................................21
4. 3 Pedoman atau Instrument Edukatif yang Bisa Digunakan dalam Penangan
Bencana dari Aspek Kesehatan............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara rawan bencana, salah satu penyebabnya karena
posisi geografis Indonesia yang di apit oleh dua samudra besar dunia (samudra
Hindia dan samudra Pasifik) dan posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga
lempeng utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng
Pasifik yang sewaktu-waktu dapat menjadi bencana besar bagi Indonesia apabila
lempeng-lempeng tersebut saling bertabrakan. Selain itu Indonesia memiliki berbagai
potensi bencana seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan, gempa, puting beliung,
longsor, dan sebagainya (Alghifari, 2020). Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2016
telah melakukan asistensi di 34 Kabupaten/Kota rawan bencana dari 170
Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan. Kabupaten/kota tersebut berada di 8 provinsi
salah satunya yaitu Provinsi Bengkulu (Pusat Krisis Kemenkes RI, 2016).
Provinsi Bengkulu terletak di pantai barat pulau Sumatra. Provinsi ini
memiliki garis pantai 525 km yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia.
Beberapa provinsi lain yang berbatasan dengan daerah pedalaman merupakan
Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi di utara, Provinsi Sumatera Selatan di
timur, dan Provinsi Lampung di selatan. Secara geografis, Provinsi Bengkulu terletak
di antara 02°16'-03°31'Lintang Selatan dan 101°01'-103°41'Bujur Timur. Wilayahnya
terdiri dari 9 kabupaten, 1 kota, 126 kecamatan, 148 desa, dan 1.294 desa. Dengan
luas 19.919,33 km2. Provinsi ini dapat dibagi menjadi tiga wilayah fisiografis, yaitu
dataran rendah di sepanjang pantai barat, bukit-bukit di wilayah tengah, dan
pegunungan di wilayah timur berbatasan dengan Jambi dan Sumatera Selatan.
Provinsi ini juga terletak di zona tabrakan aktif dua lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Mengacu pada kondisi tersebut, provinsi ini
rawan bencana gempa, gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor (BPS Provinsi
Bengkulu, 2021).
1
Banjir merupakan bencana yang terjadi hampir diseluruh Indonesia. Banjir
merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak
digenangi air dalam jangka waktu tertentu (BNPB, 2019). Banjir juga diartikan
sebagai peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Selain memutuskan akses, banjir juga menyebabkan masyarakat mengalami kerugian
harta dan benda serta merendam rumah masyarakat. Selain itu akibat dari bencana
banjir biasanya juga menyebabkan bencana longsor karena tanah yang ada
strukturnya menjadi lemah (Alghifari, 2020).
Di Kota Bengkulu, banjir merupakan bencana alam yang menduduki
peringkat tertinggi yaitu terjadi sebanyak 16 kali di tahun 2015, 39 kali ditahun 2016
dan 31 kali di tahun 2017 (BPBD, 2018 dalam Santri et al., 2020). Bencana banjir ini
kemudian terjadi lagi pada tahun 2019, tepatnya pada 26 April 2019. Hujan deras
pada tanggal 26 April di Provinsi Bengkulu menyebabkan banjir dan longsor yang
mempengaruhi sembilan (9) kabupaten di provinsi tersebut: Kota Bengkulu, Kaur,
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Seluma, Kapahiang, Lebong
dan Rejang Lebong dan sekitar 13.000 orang terkena dampak banjir (Indonesian Red
Cross Agency, 2019).
Hingga Sabtu 27 April, banjir menewaskan 10 orang, 8 orang hilang, 2 orang
luka berat dan lebih dari 12.000 orang mengungsi. Selain itu, 184 unit rumah, 4
fasilitas pendidikan dan 40 lokasi prasarana umum seperti jalan, jembatan dan sistem
drainase rusak. Banjir memaksa masyarakat yang tinggal di daerah bencana untuk
mengungsi ke daerah yang lebih tinggi dan tinggal di tenda darurat atau tempat
penampungan yang dapat mereka temukan. Longsor juga terjadi di wilayah tersebut
dan memutus akses sepenuhnya dari Provinsi Sumatera Selatan ke Bengkulu
(Indonesian Red Cross Agency, 2019).
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
pembuatan laporan ini adalah:
a. Apa definisi bencana banjir?
2
b. Bagaimana aspek kesehatan dalam bencana banjir?
c. Bagaimana manajemen penanganan bencana banjir dalam aspek kesehatan?
d. Bagaimana kronologis kejadian bencana banjir Bengkulu?
e. Apa saja dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana banjir Bengkulu?
f. Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah dan non pemerintah dalam
menanggulangi bencana banjir Bengkulu?
g. Bagaimana bencana banjir Bengkulu berdasarkan kajian aspek kesehatan
matra?
h. Apa pembelajaran baik yang bisa diperoleh dari penanganan bencana banjir
bengkulu?
i. Bagaimana strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan selain yang
sudah dilakukan pada bencana banjir Bengkulu?
j. Apa pedoman atau instrument edukatif yang bisa digunakan dalam
penanganan bencana banjir dari aspek kesehatan?
1. 3 Tujuan
Berdasarkan beberapa poin rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan
laporan ini adalah:
a. Mengetahui definisi bencana banjir
b. Mengetahui aspek kesehatan dalam bencana banjir
c. Mengetahui manajemen penanganan bencana banjir dalam aspek kesehatan
d. Mengetahui kronologis kejadian bencana banjir Bengkulu
e. Mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana banjir
Bengkulu
f. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dan non pemerintah dalam
menanggulangi bencana banjir Bengkulu
g. Mengetahui bencana banjir Bengkulu berdasarkan kajian aspek kesehatan
matra
h. Mengetahui pembelajaran baik yang bisa diperoleh dari penanganan bencana
banjir bengkulu
3
i. Mengetahui strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan selain yang
sudah dilakukan pada bencana banjir Bengkulu
j. Mengetahui pedoman atau instrument edukatif yang bisa digunakan dalam
penangan bencana banjir dari aspek kesehatan
1. 4 Manfaat
Berdasarkan beberapa poin tujuan diatas, maka manfaat dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor ini mahasiswa
keperawatan dapat menambahkan pengetahuan dalam penanganan bencana
banjir dan longsor serta mendapatkan informasi bagaimana peran perawat
dalam kesehatan matra.
b. Bagi Masyarakat
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor maka masyarakat dapat
menerima informasi terkait bencana banjir dan longsor di Bengkulu dan dapat
menjadikan informasi tersebut sebagai acuan dalam menghadapi bencana
banjir dan longsor.
c. Bagi Institusi
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor maka institusi dapat
menggunakan sebagai tinjauan materi pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan sumber informasi bagi institusi terkait dan sebagai bentuk
intervensi dalam bentuk konsultasi kesehatan matra sehingga dapat dijadikan
acuan dalam penanganan bencana banjir dan longsor.
1. 5 Ruang Lingkup
Berikut ruang lingkup dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Kronologis banjir dan longsor Bengkulu pada 27 April tahun 2019
b. Dampak kesehatan dalam bencana banjir dan longsor Bengkulu 2019
c. Manajemen penanganan bencana banjir dan longsor dalam aspek kesehatan
4
d. Penanggulangan dari pemerintah dan non pemerintah dalam bencana banjir
dan longsor Bengkulu 2019
e. Pembelajaran yang dapat diambil dalam bencana banjir dan longsor di
Bengkulu tahun 2019
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
frasa / istilah lain yang digunakan secara bergantian dengan istilah “tanah longsor”
termasuk gerakan massa (mass movement), kegagalan lereng (slope failure), dan
sebagainya. Orang biasanya mendengar istilah seperti itu berlaku untuk semua jenis
dan ukuran tanah longsor ( Highland, L. M., Bobrowsky, P., 2008 dalam Polawan &
Alam, 2019).
7
Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda, antara
lain tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cedera yang
memerlukan perawatan medis, misalnya, relatif lebih banyak dijumpai pada bencana
gempa humi dibandingkan dengan kasus cedera akibat banjir dan gelomhang pasang.
Sebaliknya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif lama dapat menyebabkan
kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta menimbulkan potensi kejadian luar
biasa (KLB) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water-borne
diseases) seperti diare dan leptospirosis (Widayatun dan Fatoni, 2013).
8
musim Peralatan emergensi, cadangan
Dampak utama timbul fasilitas dan perlengkapan Bantuan dalam
akibat inundation dan seperti sepatu boot khusus, skala besar
erosi, terutama kantung pasir, cadangan dibutuhkan
termasuk isolasi pasir (termasuk relawan sampai masa
masyarakat dalam yang ditugaskan untuk panen berikutnya
suatu daerah dan menangani kondisi
termasuk kebutuhan emergensi)
untuk evakuasi dalam Kewaspadaan masyarakat
skala besar dan program pendidikan
9
o Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir
dalam Jangka Pendek
Penanganan Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi
(Intervention/Response) Prakiraan Banjir
Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat
Banjir
Perlawanan terhadap Banjir
Pemulihan (Recovery) Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan
Perbaikan Sarana dan Prasarana
o Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir
o Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan
Non-Fisik
Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi
Bencana Banjir
Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir
10
Seperti dijelaskan sebelumnya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif
lama dapat menyebabkan kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta menimbulkan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air. Berikut beberapa jenis penyakit
dan jenis obat serta perbekalan kesehatan yang dibutuhkan pada saat banjir :
11
o
1 Dokter - Bedah Umum & Orthopedi Sesuai kebutuhan/
Spesialis - Bedah Plastik rekomendasi tim
- Obgyn RHA
- Anaestesi
- Anak
- Penyakit Dalam
- Pulmonologi
- Kesehatan Jiwa DVI
- Forensik
- Dental Forensik
2 D3 Perawat Anaestesi dan perawat mahir Sesuai kebutuhan/
Mahir gawat darurat (emergency rekomendasi tim
nursing) dasar dan lanjutan serta RHA
perawat mahir jiwa, OK/ICU
3 Radiografer Rontgent Sesuai kebutuhan/
rekomendasi tim
RHA
BAB III
ANALISIS KASUS KEJADIAN BENCANA
12
3. 1 Kronologis Kejadian Bencana Banjir Bengkulu
Pada tanggal 26 - 27 April 2019, hujan lebat memicu banjir dan tanah longsor
di Pulau Sumatera, Indonesia. khususnya di Provinsi Bengkulu yang melanda hampir
seluruh kabupaten di provinsi tersebut (3.8 °S; 102.26 °BT). Banjir dan longsor di
Provinsi Bengkulu pada tanggal 27 April 2019 diakibatkan oleh curah hujan yang
ekstrim dari tanggal 25 hingga 27 April 2019. Menurut boxplot, curah hujan tinggi
dimulai pada tanggal 25 April dengan curah hujan rata-rata 37,77 mm, dan curah
hujan ekstrim tertinggi 190 mm. Keesokan harinya curah hujan rata-rata turun sebesar
24,88 mm sedangkan curah hujan ekstrim tertinggi sedikit meningkat sebesar 198
mm. Puncak curah hujan tinggi terjadi pada 27 April 2019, rata-rata curah hujan yang
diperoleh dari data observasi adalah 78,91 mm, dengan median 75 mm. Kuartil
pertama (25% dari data) terletak pada 19 mm dan untuk kuartil ketiga (75% dari data)
terletak pada 115 mm sedangkan curah hujan ekstrim tertinggi adalah 375 mm (Paski
et al., 2021).
Berdasarkan hasil analisis, distribusi curah hujan di Provinsi Bengkulu hampir
merata untuk semua kabupaten dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di
Bengkulu Tengah sebesar 163 mm dengan curah hujan maksimum 375 mm yang
menyebar ke arah Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, sebagian Lebong, Rejang
Lebong, dan Kepahiang. Sedangkan Kaur mendeteksi curah hujan ekstrim dengan
rata-rata 82,73 mm dengan curah hujan maksimum 245 mm yang menyebar ke
Bengkulu Selatan. Sedangkan Mukomuko dan Seluma memiliki rata-rata curah hujan
yang relatif kecil yaitu 37,31 mm dan 28,27 mm (Paski et al., 2021).
Berdasarkan hasil analisis multiskala, terdapat gangguan cuaca yang
mendukung terjadinya hujan sedang hingga lebat disertai petir dengan durasi lebih
dari 12 jam pada tanggal 26 April 2019 di Provinsi Bengkulu. Hal tersebut dipicu
karena adanya perambatan gelombang MJO (penjalaran gelombang atmosfer ekuator
dari barat ke timur) pada kuadran 3 wilayah Sumatera Barat dan konektivitas yang
kuat di wilayah Bengkulu yang diperkuat dengan adanya gelombang CCKW dan
Rossby (gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah
ekuator) serta dampak dari Siklon Tropis "Lorna" di barat daya Provinsi Bengkulu.
13
Labilitas udara skala lokal yang ditunjukkan dari pengamatan udara bagian atas juga
berpengaruh terhadap umur awan konvektif, yang dideteksi sebagai MCS oleh radar
cuaca yang bergerak dari Samudera Hindia ke pantai barat Bengkulu (Paski et al.,
2021).
3. 2 Dampak Kesehatan
PASCA banjir bandang, sebanyak 1.664 warga Provinsi Bengkulu terserang
penyakit. Warga yang sakit tersebar di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara,
Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, dan Kota
Bengkulu. Sebanyak 1.664 jiwa terserang penyakit dengan rincian 981 orang
terserang penyakit ispa, 151 orang terserang penyakit diare, 532 orang terserang
penyakit kulit serta 24 orang lainnya masih trauma. Rohidin meminta tim kesehatan
untuk tetap memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat yang menjadi
korban bencana alam. Untuk itu, ibu hamil yang ada saat ini sebanyak 1.550 orang,
bayi 1.761 orang, balita 6.238 orang dan 7.184 orang lanjut usia (lansia) menjadi
prioritas (Media Indonesia, 2019).
14
atas respon baik dan cepat, baik telah disampaikannya bantuan dana tanggap bencana.
Selain itu, terkait akses transportasi masyarakat, baik itu jalan dan jembatan nasional
maupun jalan dan jembatan provinsi, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan
segera diaktifkan kembali. khusus kerusakan jalan provinsi, juga akan dimaksimalkan
perbaikannya. Terlebih hal ini setelah mendapatkan laporan kesiapan pihak Balai
Sumatera VII dalam pengerjaannya dan penyiapan alat berat (Bengkuluprov, 2019).
Kepala BNPB Pusat Letjend Doni Monardo dalam kunjungannya ke Provinsi
Bengkulu terus melakukan pemantauan dan diskusi mendalam bersama aparat
pemerintah daerah dan TNI-Polri di Bengkulu, BNPB melalui BPBD provinsi dan
kabupaten kota akan maksimal melakukan penanggulangan serta evakuasi korban
yang hingga saat ini masih dalam proses pencarian. Sarana dan Prasarana seperti
tenda pengungsi sebanyak 2 unit, perahu karet 6 unit, dapur umum 5 unit, genset 2
unit, tangka air dan perahu lipat masing –masing 1 unit, tenda pleton 3 unit serta
mobil ranger dan ambulance masing-masing 3 tim (Bengkuluprov, 2019).
15
Provinsi Bengkulu (BPBD), mensuport kegiatan lapangan organisasi/lembaga di
kampus dalam aplikasi lapangan, serta melakukan kegiatan-kegiatan strategis terukur
di beberapa titik khususnya penanganan bidang kesehatan, medis dan mental
((kegiatan medical center dan trauma healing) terhadap para korban terdampak banjir.
Selain itu, penggalangan dana dan penyaluran bantuan terhadap para korban bencana
banjir juga dilakukan Program Studi Magister Ilmu Hukum (PSIH) Fakultas Hukum
UNIB. Namun kegiatan ini dikhususnya bagi daerah parah terdampak banjir, yaitu
Desa Genting dan Desa Pagar Dewa Kabupaten Bengkulu Tengah (UNIB, 2019).
16
2. Topografi :
Daerah Aliran Sungai Bengkulu bagian hilir memiliki
topografi yang relatif datar, dengan ketinggian sebagian
wilayah yang terkena dampak banjir relatif sama dengan
ketinggian permukaan laut. Selain itu, wilayah terdampak
banjir di Bengkulu merupakan daerah tangkapan air yang
berbentuk segitiga sehingga memang rawan mengalami
banjir limpasan.
Daerah tangkapan air yang berbentuk segitiga
memiliki anak-anak sungai yang langsung menuju sungai
utama serta jarak hulu dan hilir terlalu pendek. Hal Itu
menyebabkan banjir cepat datang. Biasanya banjir yang
terjadi dalam debit besar terjadi akibat hujan lebat pada
bagian hulu daerah aliran sungai.
3. Peta
17
Korban 1. Korban jiwa:
- Meninggal : 10 orang
- Luka berat : 2 orang
- Luka ringan : 2 orang
- Orang hilang : 8 orang
- Pengungsi : 12.000 orang
- Terdampak : 13.000 orang
2. Korban ternak:
- Sapi : 106 ekor
- Kambing/domba : 101 ekor
- Kerbau : 4 ekor
Kerusakan 1. Bangunan:
- Rumah : 184 unit
- Fasilitas Pendidikan : 4 unit
2. Sarana dan prasarana:
- 40 lokasi infrastruktur (jalan, jembatan, oprit, gorong-
gorong) yang tersebar di 9 kab/kota
- 9 lokasi sarana prasarana perikanan dan kelautan yang
tersebar di 5 kab/kota
18
- Melakukan pemantauan Koordinasi dengan lintas sektor
terkait Mendirikan Pos Kesehatan
2. Upaya Dinkes Provinsi:
- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma,
Bengkulu Tengah, Kaur, Lebong, Kepahiang, Bengkulu
Utara, Kota Bengkulu, Mokumoku dan Rejang Lebong
- Menerima dan mengarahkan relawan
- Menerima bantuan dan distribusi logistic
- Koordinasi dengan lintas sektor terkait
3. Upaya Kemenkes:
- Melakukan pemantauan
- Membuat laporan
19
- Mobil ranger : 3 tim
- Ambulance : 3 tim.
Sumber : (Pemprov Bengkulu, 2019a), (Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, 2019),
(Republika, 2019), (Okezone.com, 2019b).
20
Kepala BNPB Pusat Letjend Doni Monardo dalam kunjungannya ke Provinsi
Bengkulu terus melakukan pemantauan dan diskusi mendalam bersama aparat
pemerintah daerah dan TNI-Polri di Bengkulu, BNPB melalui BPBD provinsi dan
kabupaten kota akan maksimal melakukan penanggulangan serta evakuasi korban
yang hingga 29 April 2019 masih dalam proses pencarian. Terhadap kerusakan
infrastruktur yang terjadi akibat banjir dan tanah longsor, BNPB juga akan
mendorong percepatan pembangunan dan perbaikan, sehingga akses dan aktifitas
masyakat Bengkulu kembali normal (Pemprov Bengkulu, 2019a).
21
meninggal dunia yang jumlahnya masing-masing 15 juta rupiah (Pemprov Bengkulu,
2019).
22
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
5. 2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
9(2).
26