Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN

BENCANA BANJIR

Disusun Oleh :
MULIADI

PROGRAM STUDIS1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia-
NYA, kami dapat menyelesaikan makalah ini ,Sholawat serta salam tetap tercurah kepada nabi
Muhammad sholallahu’alaihi wasalam.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelebihan oleh karena itu
penyusun sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang dan penyusun sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi pembaca dan panyusun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Terara , 7 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4
BAB II PEMBAHSAN
A. Definisi......................................................................................................5
B. Jenis Banjir................................................................................................7
C. Tanda-tanda banjir.....................................................................................8
D. Penyebab banjir.........................................................................................8
E. Faktor kerentanan banjir............................................................................11
F. Dampak banjir...........................................................................................15
G. Tindakan yang mengurangi dampak banjir...............................................16
H. Penaggulangan Banjir Secara Umum........................................................17
I. Mitigasi Banjir...........................................................................................18
J. Penyiapan bencan banjir masyarakat.........................................................21
K. Kearifan Lokal dalam pemberdayaan banjir..............................................33
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................36
B. Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan


aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah
longsor. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila
ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian,
aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah
tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena
peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan
manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya
sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai
peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan yang mengangu
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau
perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang
atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda.
Dampak dari bencana dapat bervariasi, tergantung pada kondisi dan kerentaan
lingkungan dan masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab bencana dapat dibagi menjadi
dua, yakni : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi di
muka bumi, misal tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-
benda dari langit ke bumi (misalkan meteor), tidak adanya hujan pada suatu
lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan bencana
kekeringan, atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi
menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor (Sjarief, 2010).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah
Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Bencana
banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir
dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barangbarang berharga,
hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah.
Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak
kerugian yang ditimbulkannya (Kegeografian & Semarang, 2015).
Dalam tiga dekade terakhir, ada fenomena kecenderungan meningkatnya
bencana alam, khususnya bencana yang tidak bisa diprediksi kapan terjadi.
Selama periode 1980-2010, lebih dari empat miliar orang terkena dampak
peristiwa alam yang ekstrim. Faktor utama yang menyababkan meningkatnya
kerugian ekonomi perubahan penggunaan lahan dan peningkatan konsentrasi
orang dan modal di daerah berisiko tinggi, misalnya, di wilayah pesisir terkena
angin puting beliung, di DAS terkena banjir dan di daerah perkotaan terkena
gempa bumi (Dutta, 2012). Selama 1980-2010 tren bencana banjir mengalami
peningkatan secara signifikan (Kegeografian & Semarang, 2015).
Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di Jakarta, misalnya, banjir sudah
terjadi sejak 1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit. Banjir
Jakarta terjadi sejak 1621, kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918,
1923, 1932 yang menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari
sungai Ciliwung, Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, banjir masih
terus terjadi di Jakarta a.l pada 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (kompasiana,
2012;
Fitriindrawardhono, 2012).
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda
Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan
mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan
dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis
banjir, bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan bagaimana mitigasi
yang
harus dilakukan ketika terjadi banjir. Maka dibuatlah sebuah makalah dengan
judul Bencana Banjir.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bencana banjir?
2. Apa yang menjadi penyebab banjir ?
3. Apa saja dampak bencana banjir ?
4. Bagaimana cara mengatasi bencana banjir ?
5. Bagaimana kesiapan masyarakat menghadapi banjir ?
6. Bagaimana kearifan lokal masyarakat terhadap pemberdayaan pada bencana
banjir ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Agar masyarakat mengerti dan memahami tentang bencana banjir.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada bencana banjir

b. Untuk menganalisis masalah yang terjadi pada bencana banjir

c. Mengetahui pengertian tentang bencana banjir

d. Mengetahui tanda-tanda bencana banjir dan efek bencana banjir

e. Mengetahui kondisi emergency yang terjadi pada bencana banjir

f. Mengetahui penanganan yang dilakukan pada bencana banjir

g. Mengetahui kearifan lokal masyarakat terhadap pemberdayaan pada


bencana banjir

h. kesiapan masyarakat menghadapi banjir


D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa mengetahui dan paham serta dapat melaksanakan penanganan
pada bencana banjir
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Berguna untuk mengembangkan ilmu keperawatan bencana dan
mengembangkan pengetahuan terkait masalah bencana banjir
3. Bagi Instansi Layanan Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan dapat dijadikan referensi untuk menambah
informasi dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
masalah yang ada dimasyarakat
4. Bagi Masyarakat
Menambah Pengetahuan masyarakat tentang bencana banjir
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Banjir
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan
sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Banjir adalah tanah tergenang akibat luapan sungai, yang disebabkan oleh
hujan deras atau banjir akibat kiriman dari daerah lain yang berada di tempat
yang lebih tinggi. Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi, yang berkisar
antara 2000-3000 mm/tahun, sehingga banjir mudah terjadi selama musim
hujan, yang antara bulan Oktober sampai Januari. Ada 600 sungai besar yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang kondisinya kurang baik dan tidak
dikelola dengan baik sehingga menyebabkan banjir (Bakornas : 2007).
Menurut (Simajuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam yang biasa
terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini
sepertinya sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia
ketika musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu
output dari pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh
beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS,
penyempitan saluran drainas dan perubahan penggunaan lahan.
Sementara itu, menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai
tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasistas
pembuangan air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial,
dan ekonomi.
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan
sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat
banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barangbarang
berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan
sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak
kerugian yang ditimbulkannya (Kegeografian & Semarang, 2015).
Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, (Yulaelawati,
2008) memberikan gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu
ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya, yanki palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran
banjir yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai.

Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi
dari bantaran sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai
pada saat banjir. Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran
sungai saat banjir tiba. Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau
sebagai tempat membuang sampah pada daerah ini. Sementara, garis sempadan
sungai (GS) adalah garis batas luar pengamanan sungai. Apabila daerah
bantaran sungai dijadikan sebagai tempat hunian penduduk suatu daerah, maka
akan berdampak daerah tersebut akan selalu digenangi oleh air ketika banjir
melanda. Tetapi, bila tetap ingin didirikan hunian pada daerah tersebut maka
tipe rumah yang harus dibangun merupakan tipe rumah panggung.
Gambar 1.2 mengilustrasikan bagaimana daerah bantaran sungai yang
tergenang ketika dilanda banjir
B. Jenis-jenis banjir
(Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat
tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut.
Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan
banjir pantai.
1. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis
atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air
hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan
oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang
meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar
dibagian hulu sungai.
2. Banjir Luapan
Sungai Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang
cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan,
sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini
biasanya bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat
lama. Penyebab utamanya adalah kelongsoran di daerah yang biasanya
mampu menahan kelebihan debit air.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai
yangdipicu angin kencangdisepanjangpantai. Halini mengakibatkan air garam
akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang
4. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis
ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian
mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan
yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan
sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke
pemukiman warga.
5. Banjir bandang
Banjir bandang ( flash flood ) adakah penggenangan akibat limpasan keluar
alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui
kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah rendah
permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan
biasanya membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir
bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan
mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter
dengan membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang
lajurnya (Mulyanto, 2012). Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir
menurut (Paripurno, 2013), banjir bandang dapat dikategorikan sebagai jenis
banjir tipe kilat. Karena dapat terjadi dengan waktu yang singkat dan juga
disertai membawa material- material sampah atau debris.

C. Tanda-tanda banjir
1. Curah hujan dengan intessitas tinggi tanpa adanya penyerapan air yang baik.
2. Air sungai menguap dan menggenangi daerah sekitarnya.
3. Tergenangnya air karena tidak mampu melakukan filtrasi.
4. Air yang jatuh kepermukaan tidak dapat mengalir dengan baik, karena
saluran drainase tidak dapat berfungsi dengan baik.

D. Penyebab banjir
1. Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas
saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis,
angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase
tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat
mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir
besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang
bendungan, tanah longsor, atau gletser.
2. Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan
angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
3. Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
4. Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
5. Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak
keseimbangan alam
6. Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.
Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap
atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika
mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah
bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan
massal.
7. Abrasi
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air
laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan.
Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub
akibat pemanasan global.
8. Banyaknya bangunan
Banyaknya bangunan juga menjadi penyebab terjadinya banjir karena
kurangnya daerah resapan air. Kebanyakan bangunan perkantoran atau
perumahan menggunakan materi padat pada halamannya, seperti aspaldan
semen, sehingga air hujan tidak dapat terserap ke tanah. Selain itu banyak
rawa-rawa yang kemudian berganti menjadi daerah perumahan atau gedung
perkantoran, padahal rawa-rawa sangat berguna sebagai daerah resapan air.
9. Perubahan lingkungan
Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan
adalah terjadinya pemanasan global, selain itu manusia juga telah merubah
penggunaan lahan (yang juga perubahan lingkungan) yang berakibat pada
berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin
berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Akibat pemanasan global
menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah
pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa
sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah.
10. banyaknya tumpukan sampah
Hal ini merupakan penyebab utama, karena beberapa dari kita banyak yang
malas untuk membuang sampah pada tempatnya, yang semestinya wajib
kita lakukan agar terhindar dari banjir. Namun masih banyak masyarakat
yang kurang tanggap dan terkesan meremehkan hal ini. Sehingga, sampah
jadi menumpuk dan menyumbat beberapa saluran air dan sungai.
11. Penebangan hutan
Banyaknya penebangan hutan secara liar juga menjadi salah satu penyebab
banjir. Karena penebangan hutan yang tidak diikuti dengan penanaman
kembali dapat menyebabkan erosi, sehingga tidak ada penyerapan air pada
saat musim hujan.
12. Banjir kiriman
Hal ini sering terjadi didaerah dataran rendah. Banjir yang tiba-tiba datang
karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan meluapnya aliran
sungai yang menuju ke dataran rendah meluap, sehingga terjadilah banjir
pada dataran yang lebih rendah
13. Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya
akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau
penguapan rendah). Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan
dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
bencana banjir pada umumnya diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang
tinggi. Apabila peningkatan curah hujan tidak di imbangi dengan infiltrasi dan air
larian yang baik maka air akan melebihi kapasitas,sehingga mengakibatkan
limpasan. Dalam daur hidrologi masukan berupa curah hujan akan di distribusikan
kedalam beberapa cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (steamfall), dan
air hujan langsung ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian,
evaporasi dan air infiltrasi. Aliran batang dan air lolos erat kaitannya dengan
penggunaan lahan sedangkan air larian dan air infiltrasi dipengaruhi oleh
parameter kemiringan kemiringan lereng dan jenis tanah

E. Faktor kerentanan banjir


Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan
suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan
dapat menimbulkan bencana (disaster). Banjir menjadi bencana jika terjadi
pada daerah yang rentan.Kerentanan banjir merupakan suatu kondisi yang
menunjukkan mudah tidaknya suatu daerah terlanda dan tergenang banjir
(Dibyosaputro,1988dalam Kurnianto, 2010).
Setiap daerah dengan kondisi fisik yang berbeda akan memiliki tingkat
kerentanan yang berbeda pula. Ada daerah yang sangat rentan terhadap banjir
dan ada pula yang tidak rentan terhadap banjir.Tingkat kerentanan banjir dapat
diketahui dengan memanfaatkan data dengan pendekatan bentuk lahan, iklim,
hidrologi dan curah hujan. Dengan demikian, tingkat kerentanan banjir pada
suatu wilayah dapat diketahui secara tidak langsungdengan menggunakan
pendekatan karakteristik lahan pada setiap satuan bentuk lahan yang ada.
1. Curah hujan
terjadinya hujan terutama karena adanya perpindahan massa air basah
ketempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara
dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Namun demikian mekanisme
berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama, dengan kata lain akan
terjadi hujan apabila berlangsung tiga kejadian berikut
a) Kenaikan massa uap air ketempat lebih tinggi sampai saatnya atsmosfer
menjadi jenuh
b) Terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atsmosfer
c) Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu
untuk kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan)
karena gaya gravitasi
2. Infiltasi tanah
infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
kedalam tanah. Aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler
(gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vetikal).
Proses infiltrasi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain tekstur dan struktur
tanah,persediaan air awal (kelembapan awal), kegiatan biologi dan unsur
organik, jenis dan kedalam seresah, dan tumbuhan bawah atau tajuk penutup
tanah lainnya. Tanah remah akan memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar
dari tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih
kecil di bandingkan tanah dalam keadaan kering. Tekstur dan struktur tanah
mempengaruhi penyebaran pori-pori yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan tanah dalam menampung air
(kelempaban tanah), pertumbuhan tanaman, dan proses-proses bilogis dan
hidrologis lainnya.Tekstur tanah biasanya mengacu pada jumlah fraksi tanah
yang dikandungnya. Sedangkan kecenderungan butir-butir tanah yang
membentuk gumpalan tanah atau menunjukkan keremahan tanah dalam hal
ini menandakan struktur tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh struktur
tanah, lahan organik, tipe mineral serta kegiatan biologis. Tekstur tanah juga
memempengaruhi kecepatan infiltrasi tanah, penetrasi dan kemampuan
pengikatan air oleh tanah serta merupakan satu-satunya sifat fisik tanah
yang tetap dan tidak mudah diubah oleh tangan manusia
3. Penggunaan Lahan
penggunaan lahan berkaitan dengan proses intersepsi air hujan (rainfall
interception loss) yaitu proses ketika air hujan jatuh pada permukaan
vegetasi, tertahan beberapa saat, untuk kemudian diuapkan kembali ke
atsmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi
terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti
sampai permukaan tajuk vegetasi menjadi kering kembali. Setiap kali air
hujan jatuh pada penggunaan lahan yang memiliki vegetasi, sebagian air
yang tidak mencapai permukaan tanah dan dengan demikian tidak berperan
dalam membentuk air larian atau air tanah
air hujan yang jatuh diatas penggunaan lahan dengan vegetasi yang lebat
untuk sementara akan ditampung oleh tajuk, batang, cabang vegetasi. Air
hujan jatuh pada permukaan tajuk vegetasi akan mencapai permukaan tanah
melalui dua proses mekanis, yaitu air lolos langsung (throughfall) dan aliran
batang (steamflow). Air lolos jatuh berlangsung ke permukaan tanah melalui
ruangan antar tajuk/daun atau menetes melaui daun, batang dan cabang.
Sedangkan aliran batang adalah air hujan yang dalam perjalannnya
mencapai permukaan tanah mengalir melalui batang vegetasi, sehingga
berkurangnya air hujan yang sampai di permukaan tanah oleh adanya proses
intersepsi cukup besar. Dari keseluruhan evapotranspirasi, besarnya
intersepsi bervariasi antara 35-55%. Sebaliknya, pada penggunaan
lahanyang tidak bervegetasi air hujan yang turun akan langsung menuju
permukaan tanah untuk kemudian melalui tahap proses infiltrasi tanah dan
menjadi air larian.
4. Kemerengan lereng
Kemiringan Lereng adalah sudut rerata antara bidang datar dipermukaan
bumi terhadap suatu garis atau bidang miring yang ditarik dari titik terendah
sampai titik tertinggi di permukaan bumi pada suatu bentuk lahan, yang
merupakan satu-kesatuan kemiringan lereng berpengaruh pada jumlah dan
kecepatan limpasan permukaan, drainese permukaan, penggunaan lahan dan
erosi. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin cepat laju air
larian, dan dengan demikian, mempercepat respon DAS tersebut oleh
adanya curah hujan. Bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan
parit, dan bentuk-bentuk cekungan permukaan tanah lainnya akan
mempengaruhi laju dan volume air larian. DAS dengan sebagian besar
bentang lahan datar atau pada daerah dengan cekungan-cekungan tanah
tanpa saluran pembuangan (outlet) akan menghasilkan air larian yang
lebihkecil dibandingkan daerah DAS dengan kemiringan lereng lebih besar
serta pola pengairan yang dirancang dengan baik. Dengan kata lain,
sebagian aliran air ditahan dan diperlambat kecepatannya sebelum mencapai
lokasi,sehingga kemungkinan terjadinya genangan atau banjir menjadi besar
5. Faktor Kondisi Drainase yang Tidak Memadai
Faktor kondisi drainase yang tidak memadai menjelaskan kondisi
infrastrukturutama pengendali banjir yang tidak berfungsi dengan optimal
khususnya saat terjadi bencana banjir, dimana kondisi ini terjelaskan pada
variabel kondisi drainase
6. faktor Dekatnya Jarak Bangunan dengan Sungai Sehingga Mudah
Terkena Luapan Sungai
Faktor dekatnya jarak bangunan dengan sungai menjelaskan bahwa banyak
bangunan dalam hal ini adalah permukiman baik formal maupun swadaya
yang membangun dekat dengan sungai, sehingga mudah terkena luapan air
sungai, apabila terdapat limpasan air dari wilayah
7. Faktor Tingginya Potensi Penduduk Terdampak Banjir
Faktor tingginya potensi korban terdampak menggambarkan mengenai
tingginya jumlah penduduk yang berpotensi terdampak banjir,Laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berkorelasi searah dalam
meningkatkan potensi korban terdampak banjir
8. Faktor Konstruksi Jalan Rentan Kerusakan Akibat Genangan
Faktor kondisi jalan rentan kerusakan menggambarkan mengenai kondisi
jalan baik secara material dan elevasi jalan sehingga menyebabkan mudah
tergenang dan mengalami kerusakan akibat banjir
F. Dampak banjir
1. Dampak fisik
Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang
disebabkan oleh banjir. Melumpuhkan aktifitas masyarakat,Banjir yang
cukup besar dapat menenggelamkan rumah penduduk dan mengharuskan
masyarakat korban untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pakaian
seadanya dan tidak adanya tempat tinggal membuat masyarakat menjadi
sulit untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Bencana banjir juga membuat
kesulitan dalam akses dan transportasi. Selain itu dapat merusak fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang dapat membantu kegiatan pemenuhan
kebutuhan masyarakat sehari-hari.
2. Dampak sosial
Mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya
perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat
pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik,
kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Korban jiwa juga dapat ditemukan dalam kondisi bencana banjir. Baik
karena terseret arus banjir atau karena luapan air yang tidak dapat
diprediksi. Sangat memungkinkan hal itu terjadi jika banjir yang terjadi
menimbulkan kerusakan permukiman masyarakat dan lingkungannya.
Selain itu, korban jiwa juga berasal dari korban banjir yang terkena penyakit
seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, tidak sedikit juga korban
jiwa ini terjadi karena penggunaan listrik atau peralatan elektronik di rumah
yang sedang kebanjiran atau terkena sengatan listrik yang berasal dari tiang
listrik yang tidak dipadamkan sebelumnya oleh PLN.
3. Dampak ekonomi
Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak
dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat,
dan lain-lain). Banjir mengakibatkan kerusakan rumah dan isi barang dalam
rumah, bahkan kehilangan barang-barang berharga lainnya. Selain itu, para
korban juga akan sulit untuk bekerja selama banjir terjadi. Musibah ini
menimbulkan kerugian kepada masyarakat korban dari sisi ekonomi. Untuk
beberapa daerah yang terdampak besar terhadap banjir ini akan berdampak
juga kepada penghambatan laju perputaran roda ekonomi suatu daerah
karena masyarakat setempat sangat bergantung dengan hasil alam di daerah
tersebut
4. Dampak lingkungan
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir)
atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.
Keterbatasan air bersih pasti ditemukan dalam kondisi banjir begini, baik
untuk minum atau untuk kebutuhan sehari-hari lainnya. Air isi ulang sangat
dibutuhkan untuk air minum dan mandi.
5. Dampak ancaman wabah penyakit
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare, penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk. Air kotor, kekurangan air bersih, dan
banyaknya genangan air sudah dipastikan menimbulkan masalah kesehatan.
Dan berikutnya akan menimbulkan penyebaran wabah penyakit. Penyakit
yang timbul pada kawasan yang terkena banjir ini rentan menyerang anak-
anak dan kaum lanjut usia. Hal ini terjadi karena Perilaku Hidup Sehat dan
Bersih (PHBS) tidak dilaksanakan dengan baik dan benar seperti melakukan
cuci tangan setelah kontak dengan air banjir (khususnya sebelum makan),
tidak membiarkan anak-anak bermain dengan air banjir dan mainan yang
sudah terkontaminasi air banjir. Di Indonesia, penyakit demam berdarah
adalah penyakit yang paling diwaspadai ketika musim hujan tiba atau pasca
banjir. Sementara untuk penyakit yang disebabkan oleh binatang pengerat,
leptospirosis merupakan penyakit yang paling banyak ditemui. Bakteri
leptospira banyak ditemukan pada tikus. Penyebaran pada manusia terjadi
bila urine tikus yang mengandung leptospira mengkontaminasi air dan
makanan serta mengenai kulit manusia.

G. Tindakan yang dapat mengurangi dampak banjir


1. Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
2. Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
3. Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-
sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap
sungai.
4. Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah lokasi
penyerapan air.
5. Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air
tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus
tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
6. Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang sungai,
tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga tingkat
ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.

H. Penanggulangan banjir secara umum


Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan
secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat
banjir response/intervention ), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara
menyeluruh, tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus
penanggulangan banjir yang berkesinambungan.
Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian
sebagai masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi.
Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir
di wilayah aliran sungai sampai wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya
berupa pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana banjir.
Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya
response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan
diantaranya adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan
banjir, tanggap darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan
perlawanan terhadap banjir. Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat
mungkin agar kondisi dapat segera kembali normal. Tindakan pemulihan,
dilaksanakan mulai dari bantuaan pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan
sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik maupun non-fisik,
penilaian kerugian, asuransi bencana banjir, dan pengkajian cepat penyebab
banjir.
I. Mitigasi banjir
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam
risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan
banjir, pembangunan tanggul sungai dan lainnya.
1. Kenali Penyebab Banjir
a) Curah hujan tinggal
b) Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut
c) Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran
air keluar sempit
d) Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang sungai
e) Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta bangunan di
pinggir sungai.
f) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2. Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
b) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir
c) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai
d) Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan
program pengerukan sungai
e) Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut
f) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan,
dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir
3. Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a) Persiapan didalam rumah :
1) tentukan peran dan tugas keluarga (misalnya saat banjir apa peran
ayah, ibu, anak , dan asisten rumah tangga)
2) Pastikan gas, instalasi listrik dan dokumen penting dalam kondisi aman
3) Memperhatikan keluarga yang sakit dan berkebutuhan khusus
4) Pastikan bahwa keluarga mengetahui Tempat evakuasi akhir (TEA)
banjir terdekat dari rumah
5) Pastikan rencana keluarga ketika terjadi bencana banjir (dimana titik
kumpul, dimana jalur evakuasi)
6) Siapkan keluarga menghadapi evakuasi mandiri untuk keluarga
(berlatih renang, menyiapkan pelampung)
b) persiapan lingkungan
1) Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat, membersihkan
lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau selokan, dari timbunan
sampah
2) Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW
3) Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan banjir
di tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung jawab posko
banjir
4) Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan LSM
untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung guna
evakuasi
5) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan
konfirmasi
6) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga
tentang curah hujan dan kondisi air
7) Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai,
senter, korek gas, dan lilin
8) Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih
9) Siapkan obat-obatan darurat
10) Amankan dokumen penting
4. Yang harus dilakukan saat banjir
a) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
b) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi
c) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir, serta segera amankan barang-barang berharga ketempat yang lebih
tinggi
d) Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait
5. Yang harus dilakukan setelah banjir
a) Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu gunakan
antiseptik untuk membunuh kuman
b) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit
diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir
c) Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang penyebar penyakit
d) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan
e) Pastikan anggota keluarga dan barang yang diungsikan lengkap
f) Mendengarkan arahan lanjutan dari RT, RW dan petugas terkait
g) Jangan kembali ke rumah sebelum diperbolehkan dan dinyatakan
amanPeriksa rumah (jika ada tanda-tanda dinding retak , atau kerusakan
lainnya)
h) Jangan langsung masuk ke dalam rumah yang masih digenangi air
,berhati- hatilah dengan binatang beracun dan benda-benda berbahaya
yang tersembunyi, lihatlah situasi dengan seksama
i) Buang bahan makanan yang terendam air banji
j) mengevaluasi rencana kesiapsiagaan keluar

J. penyiapan/kesiapsiagaan bencana banjir masyarakat


Dalam pedoman ini, latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan
koordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah dan masyarakat umum). Seluruh pihak yang terlibat
mensimulasikan situasi bencana sesungguhnya menggunakan skenario bencana
yang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata. Dengan mengacu pada defnisi
tersebut diatas, maka pedoman ini disusun untuk penyelenggaraan latihan yang
melibatkan multipihak serta digunakan untuk membangun dan
menyempurnakan system kesiapsiagaan sekaligus meningkatkan keterampilan
dalam koordinasi serta pelaksanaan operasi penanggulangan bencana.
1. Jenis-Jenis Latihan Kesiapsiagaan
Latihan merupakan elemen yang sangat berperan penting dalam
meningkatkan upaya kesiapsiagaan secara sistematis. Ada tiga tahapan
latihan, yakni tahap pelatihan, tahap simulasi, dan tahap uji sistem.
Ketiganya memilik alur, yakni:
a) Pengertian bertahap dalam latihan kesiapsiagaan dilaksanakan mulai dari
tahap awal analisis kebutuhan, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan,
serta monitoring dan evaluasi.
b) Berjenjang, berarti bahwa latihan dilakukan mulai dari tingkat
kompleksitas paling dasar, yakni sosialisasi, hingga kompleksitas paling
tinggi, yakni latihan terpadu/gladi lapang. Semua jenis latihan
kesiapsiagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pemangku
kepentingan, mulai dari peningkatkan pengetahuan, hingga sikap dan
keterampilan dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawab saat situasi
darurat.
c) Berkelanjutan, dalam arti latihan kesiapsiagaan dilakukan secara terus
menerus dan rutin. Kegiatan latihan kesiapsiagaan dapat dilakukan secara
rutin, terutama di kota/ kabupaten risiko bencana yang tinggi, dan
dilakukan minimal 1 tahun sekali guna mengurangi jumlah korban
bencana.
Pada tahap latihan kesiapsiagaan, salah satu jenis latihan adalah evakuasi
mandiri. Evakuasi mandiri adalah kemampuan dan tindakan
individu/masyarakat secara mandiri, cepat, tepat, dan terarah berdasarkan
langkah-langkah kerja dalam melakukan penyelamatan diri dari bencana.
Latihan evakuasi mandiri adalah latihan untuk dilaksanakan oleh organisasi
atau perusahaan, hotel, sekolah, desa, dan sebagainya dalam rangka
merespon sistem peringatan dini bencana. Latihan kesiapsiagaan biasanya
dilakukan pada tingkat komunitas, seperti organisasi perusahaan, hotel,
sekolah, desa, dan lain sebagainya.
2. Manajemen kesiapsiagan bencana
Secara umum, kegiatan latihan kesiapsiagaan dibagi menjadi 5 (lima)
tahapan utama, yakni tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta
monitoring dan evaluasi. Latihan Aktivasi Sirine Peringatan Dini, Latihan
Evakuasi Mandiri di Sekolah/Madrasah, Rumah Sakit Siaga Bencana,
Gedung, pemukiman, Uji Terap Tempat Pengungsian Sementara/ Akhir
(Shelter) se Indonesia.
a) Tahap Perencanaan
1) Membentuk Tim Perencana:
● Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksaaan evakuasi
berjalan dengan baik dan teratur.
● Tim Perencana terdiri dari pengarah, penanggung jawab, bidang
perencanaan yang ketika pelaksanaan tim perencana berperan
sebagai tim pengendali. Fungsi masing-masing, yakni:
Pengarah, bertanggung jawab memberi masukan yang bersifat
kebijakan untuk penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan, dan dapat
memberikan masukan yang bersifat teknis dan operasional,
mengadakan koordinasi, serta menunjuk penanggung jawab
organisasi latihan kesiapsiagaan.
Penanggung Jawab, membantu pengarah dengan memberikan
masukan-masukan yang bersifat kebijakan, teknis, dan operasional
dalam penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan. Bidang
Perencanaan/Pengendali, merencanakan latihan kesiapsiagaan
secara menyeluruh, sekaligus menjadi pengendali ketika latihan
dilaksanakan.
Bidang Opersional Latihan menjalankan perannya saat latihan.
Yang terdiri dari Peringatan Dini, Pertolongan Pertama, Evakuasi
dan Penyelamatan, Logistik serta Keamanan turut diuji dalam
setiap latihan.
Bidang Evaluasi, mengevaluasi latihan kesiapsiagaan yang
digunakan untuk perbaikan latihan ke depannya.
2) Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang
dirancang.
3) Anggota organisasi bertanggung jawab pada perencanaan,
pelaksanaan, hingga akhir latihan.
4) Tugas dari tim perencana ini meliputi :
a) Menentukan risiko/ancaman yang akan disimulasikan.
b) Menentukan skenario bencana yang akan disimulasikan.
c) Merumuskan strategi pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
d) Menyiapkan kerangka kegiatan simulasi kesiapsiagaan (tipe
simulasi, maksud, tujuan dan ruang lingkup latihan).
e) Menetapkan jadwal kegiatan latihan kesiapsiagaan.
f) Mengintegrasikan kegiatan simulasi kesiapsiagaan menjadi
kegiatan rutin dalam jangka panjang.
g) Mendukung persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi latihan.
h) Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut setelah pelaksanaan
kegiatan latihan kesiapsiagaan.
b) Menyusun Rencana Latihan Kesiapsiagaan
Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan (aktivasi sirine dan evakuasi
mandiri) yang melibatkan populasi di lingkungan tempat tinggal, kantor,
sekolah, area publik, dan lain-lain. Rencana latihan tersebut berisi:
1) Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
Membuat skenario latihan kesiapsiagaan.
2) Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan
kesiapsiagaan. Sebaiknya, latihan disesuaikan dengan ancaman di
wilayah masingmasing.
3) Membuat skenario latihan kesiapsiagaan. Skenario adalah acuan jalan
cerita kejadian yang dipakai untuk keperluan latihan. Skenario dibuat
berdasarkan kejadian yang paling mungkin terjadi di desa. Skenario
perlu dipahami oleh pelaksana dan peserta yang terlibat dalam latihan
(contoh terlampir)
4) Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/Protap yang sudah ada yaitu
memastikan kembali: Memastikan beberapa area/tempat alternatif
yang akan dijadikan sebagai pusat evakuasi, tempat pengungsian
maupun tempat perlindungan sementara. Tempat tersebut bisa
memanfaatkan bangunan, seperti kantor, sekolah, tempat ibadah,
gedung, dan area terbuka lainnya berdasarkan keamanan, aksesibilitas,
juga lingkungan lokasi.
5) Menentukan tempat pengungsian yang dipilih setelah
mempertimbangkan kapasitas ketersediaan logistik (seperti makanan
atau minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan medis, keperluan
tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar, dan lain-lain), serta
ketersediaan fasilitas umum.
6) Menetapkan dan menyiapkan jalur evakuasi, dengan memperhatikan
beberapa hal penting sebagai berikut:
● Jalur evakuasi yang merupakan rute tercepat dan teraman bagi
pengungsi menunju tempat pengungsian
● Rute alternatif selain rute utama.
● Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat
pengungsian.
● Kelengkapan sumber daya termasuk ketersediaan kendaraan
yang dapat digunakan dalam proses evakuasi. Penting juga
mempertimbangkan posisi kendaraan dan jumlah minimum muatan
jika dibutuhkan.
● Peta evakuasi berdasarkan hasil survei dan desain yang
menginformasikan jalur evakuasi, tempat pengungsian dan waktu
untuk mencapainya, jalur alternatif, lokasi-lokasi aman bencana,
serta posisi posko siaga tim evakuasi.
7) Orientasi sebelum Latihan
● Sosialisasi untuk mendapat pembelajaran terbaik, seluruh peserta
latih dan pelaksana yang terlibat perlu memahami tujuan dari
latihan. Tidak dianjurkan membuat latihan tanpa kesiapan yang
baik dari peserta latih maupun pelaksana.
● Perkenalkan kembali pemahaman risiko bencana di lingkungan,
sebelum dan sesudah latihan dilakukan.
● Sampaikan tujuan latihan, waktu pelaksanaan dan hal-hal yang
perlu dipersiapkan
● Himbau pentingnya keterlibatan aktif dan keseriusan semua pihak
dalam mengikuti latihan
● Sampaikan tanda bunyi yang akan digunakan dalam latihan tanda
latihan dimulai, tanda evakuasi, tanda latihan berakhir). Pastikan
seluruh peserta latih memahami tanda ini
8) Dalam melaksanakan latihan, yang akan melakukan simulasi juga
dapat mengundang pengamat atau observer untuk membantu
memberikan masukan dan umpan balik proses latihan, untuk perbaikan
kedepan
9) Perencanaan Dokumentasi
Bagian penting lainnya dari kegiatan latihan kesiapsiagaan adalah
dokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam
dokumentasi sebagai salah satu alat untuk pelaporan maupun
monitoring dan evaluasi. Kegiatan pendokumentasian ini dilakukan
pada keseluruhan
tahap kegiatan penyelenggaraan, mulai dari perencanaan, persiapan
dan pelaksanaan hingga selesainya pelaksanaan simulasi bencana.
Dokumentasi kegiatan tidak hanya berupa foto dan video saja, tetapi
juga mencakup laporan, dokumen-dokumen output termasuk petapeta,
surat edaran, manual latihan/SOP, dokumen skenario dan SOP
simulasi, formulir evaluasi (atau panduannya jika ada), kumpulan
catatan masukan, rencana perbaikan dan tindak lanjut, ringkasan
laporan dan rekomendasi.

c) Tahap Persiapan
Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan latihan
kesiapsiagaan. Dalam persiapan ini yang terutama dilakukan adalah:
1) Briefng-briefng untuk mematangkan perencanaan latihan. Pihak-pihak
yang perlu melakukan briefng antara lain tim perencana, peserta
simulasi, dan tim evaluator/observer. Informasi penting yang harus
disampaikan selama kegiatan ini, yakni:
● Waktu: alur waktu dan durasi waktu simulasi yang ditentukan sesuai
PROTAP/ SOP simulasi
● Batasan Simulasi: batasan-batasan yang ditentukan selama
simulasi, berupa apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan selama
simulasi.
● Lokasi: tempat di mana simulasi akan dilakukan.
● Keamanan: hal-hal yang harus dilakukan untuk keamanan simulasi
dan prosedur darurat selama simulasi.
2) Memberikan poster, leafet, atau surat edaran kepada siapa saja yang
terlibat latihan kesiapsiagaan.
3) Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya
yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat. Misalnya, gedung
dan fasilitas medis, persediaan barang-barang untuk kondisi darurat,
dan lain-lain.
4) Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang
mudah dilihat semua orang.
d) Tahap Pelaksanaan
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan kesiapsiagaan
berlangsung:
1) Tanda Peringatan
Tentukan tiga ganda peringatan berikut:
● Tanda latihan dimulai (tanda gempa)
● Tanda Evakuasi
● Tanda Latihan Berakhir
Tanda bunyi yang menandakan dimulainya latihan, tanda evakuasi,
dan tanda latihan berakhir. Tanda mulainya latihan dapat
menggunakan tiupan peluit, atau tanda bunyi lainnya. Tanda ini harus
berbeda dengan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti pukulan
lonceng/sirine/megaphone/bel panjang menerus dan cepat, atau yang
telah disepakati. Tanda latihan berakhir dapat kembali menggunakan
peluit panjang.
2) Reaksi Terhadap Peringatan
Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan prosedur
yang ditetapkan. Pastikan semua peserta latih, memahami bagaimana
harus bereaksi terhadap tanda-tanda peringatan di atas. Seluruh
komponen latihan, harus bahu membahu menjalankan tugasnya
dengan baik.
3) Dokumentasi
Rekamlah proses latihan dengan kamera foto. Jika memungkinkan,
rekam juga dengan video. Seluruh peserta latih, pelaksanan maupun
yang bertugas, dapat bersama-sama melihat hal-hal yang baik atau
masih perlu diperbaiki, secara lebih baik dengan rekaman
dokumentasi.
1. Sebelum bencana
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir
2. Latihan evakuasi banjir
3. kesiapsiagaan setelah banjir

35
K. kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat terhadap banjir
Pengertian kearifan lokal,menurut Keraf (2002) adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Dijelaskan pula bahwa kearifan lokal/tradisional bukan hanya
menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang manusia dan
bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut
pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan
bagaimana relasi di antara penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun.
kearifan budaya lokal yang ada dalam masyarakat merupakan potensi yang
sangat berharga untuk bisa dimanfaatkan dalam menghadapi persoalan-
persoalan bencana alam yang selalu melanda suatu wilayah. Bencana alam
berupa gempa bumi, tsunami, banjir dan letusan gunung berapi yang sering
terjadi belakangan ini harus disikapi secara serius oleh pemerintah. Bencana
gempa bumi dan tsunami misalnya telah mengakibatkan kerugian materiil dan
non materiil dan bahkan korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari 75% korban
meninggal terjadi di kota, yang diakibatkan karena reruntuhan, terbatasnya
akses dan ruang evakuasi di perkotaan dan kebakaran pasca gempa terjadi.
Kerawanan bencana di Indonesia secara geologis memiliki potensi yang besar,
khususnya pada beberapa bagian wilayah dan kota yang berada pada jalur
patahan lempeng Eurasian (Asia, Pasifik dan Australia) dan garis circumstance,
yaitu garis potensi bencana gunung berapi yang membentang di sepanjang
Asis, Pasifik dan Amerika yang melewati daerah Indonesia (Wikantiyoso,
2010:18).
Dalam perspektif kearifan budaya lokal, satwa seperti ikan, buaya, burung,
kalong, binatang liar lainnya dan bintang- bintang oleh masyarakat tradisional
diamati sebagai fenomena alam yang kemudian dijadikan petunjuk baik
sebagai tanda-tanda datangnya bencana alam ataupun musim dalam pertanian,
seperti masyarakat Jawa tengah mengenai Pranata Mangsa, masyarakat Bali
mengenai Kerta Masa, masyarakat Sulawesi Selatan menyebutnya
Palangkaraya dan masyarakat Nusa Tenggara menyebutnya Nyali, dan orang
Dayak menyebutnya Bulan Berladang. (Noor dan Jumberi, 2008)

36
Kearifan budaya lokal sesungguhnya merupakan bagian darietika dan
moralitas yang membantumanusia untuk menjawab pertanyaanmoral apa yang
harus dilakukan,bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan
lingkungan dansumberdaya alam. Bahasan ini sangatmembantu kita dalam
halmengembangkan perilaku, baik secaraindividu maupun secara kelompok
dalamkaitan dengan lingkungan dan upaya pengelolaan sumberdaya alam.
Selain itumembantu kita untuk mengembangkan sistem sosial politik yang
ramah terhadap lingkungan serta mengambil keputusan dan kebijakan yang
berdampak terhadap lingkungan atau sumberdaya alam termasuk sumberdaya
alam pesisir dan laut (Stanis, 2005:24-27). Nilai-nilai kerarifan lokal yang
terkandung dalam suatu sistem sosial masyarakat, dapat dihayati, dipraktekkan,
diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke genarasi lainnya yang sekaligus
membentuk dan menuntun pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap
alam maupun terhadap alam.
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada istilah
‘empowerment’ yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang
sudah dimiliki oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya
masyarakat lokal yang mandiri (selffreliant communities), sebagai suatu sistem
yang mengorganisir diri mereka sendiri. Menurut Moebyarto bahwa
pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan
memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai
pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka.13 Pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang berpusat pada manusia (people-centereddevelopment) ini
kemudian melandasi wawasan pengelolaan sumberdaya lokal
(communitybased management), yang merupakan mekanisme perencanaan
people-centered development yang menekankan pada teknologi pembelajaran
sosial (social learning) dan strategi perumusan kebijakan. Adapun tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengaktualisasikan dirinya (empowerment).
Kearifan lokal sangat penting untuk dipertimbangkan dalam identifikasi
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan diketahuinya
kearifan lokal yang ada, level kapasitas masyarakat dapat terukur, sehingga
dapat diketahui model sistem mitigasi bencana yang berbasis masyarakat
seperti apa yang paling efektif untuk diimplementasikan. Hal ini penting
mengingat masyarakat di daerah rawan bencana pada umumnya sudah
mempunyai sistem peringatan dini yang bersifat lokal, walaupun belum
terstruktur. Dengan demikian, model sistem peringatan dini yang akan
diterapkan akan mengadaptasi kearifan lokal masyarakat yang sudah ada
selama i
Namun demikian, potensi kearifan lokal tersebut tidak akan bisa dikelola
apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternak, yaitu (1)
kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bencana (hazards); (2) sikap dan
perilaku yang mengakibatkan rentannya kualitas sumber daya alam
(vulnerability); (3) kurangnya informasi peringatan dini sehingga
mengakibatkan ketidaksiapan; (4) ketidakberdayaan/ ketidakmampuan dalam
menghadapi bahaya. Karena itu perlu diupayakan program yang praktis namun
sistematis dalam memberikan pemahaman karakteristik bencana, yaitu usaha
mitigasi bencana (Maryani, 2009)
Sistem peringatan dini itu dilakukan masyarakat dalam membaca tanda-
tanda bencana banjir dan tanah longsor dengan beberapa cara tradisional
berikut:
1. Membaca karakteristik pegunungan dan kondisi air sungai
2. Memperhatikan isyarat hewan Capung dan Burung
3. Memperhatikan munculnya mata air baru secara tiba-tiba 4
4. Memprediksi melalui itensitas dan lamanya curah hujan
5. Memantau debit aliran di hulu sungai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana terbagi menjadi dua jenis yaitu bencana alam seperti banjir, genangan,
gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya
dan bencana ulah manusia (man made disaster) seperti tabrakan pesawat udara
atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Peran perawat dalam menghadapi banjir
bandang meliputi pra bencana, saat bencana dan pasca bencana

B. Saran
Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko penanggulangan
banjir, diantaranya yaitu :
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
Daftar Pustaka

Carter, W.N. (1991) Disaster Management: A disastermanager’s handbook.


Manila, Asian DevelopmentBank.
Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori
dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Rosyidie, A. (2013). Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh
dari Perubahan Guna Lahan. Journal of Regional and City
Planning, 24(3), 241– 249.
Kegeografian, P., & Semarang, D. I. K. (2015). Kesiap Siagaan Masyarakat
Dalam Penanggulangan Banjir Di Kota Semarang. Jurnal Geografi, 12(1),
102–114
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2013): Bencana di

Indonesia 2012. Kodoatie, Robert J., and Roestam Sjarief. 2010. Tata

ruang air. Penerbit Andi,2010. Departemen Kehutanan (2009):

Kerangka Kerja Pengelolaan DAS di Indonesia.

Rachmat, Adhe Reza Pamungkas, Adjie (Vol. 3, No. 2, (2014).


Faktor-Faktor Kerentanan yang Berpengaruh Terhadap Bencana
Banjir di Kecamatan Manggala Kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai