BENCANA BANJIR
Disusun Oleh :
MULIADI
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4
BAB II PEMBAHSAN
A. Definisi......................................................................................................5
B. Jenis Banjir................................................................................................7
C. Tanda-tanda banjir.....................................................................................8
D. Penyebab banjir.........................................................................................8
E. Faktor kerentanan banjir............................................................................11
F. Dampak banjir...........................................................................................15
G. Tindakan yang mengurangi dampak banjir...............................................16
H. Penaggulangan Banjir Secara Umum........................................................17
I. Mitigasi Banjir...........................................................................................18
J. Penyiapan bencan banjir masyarakat.........................................................21
K. Kearifan Lokal dalam pemberdayaan banjir..............................................33
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................36
B. Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan bencana banjir?
2. Apa yang menjadi penyebab banjir ?
3. Apa saja dampak bencana banjir ?
4. Bagaimana cara mengatasi bencana banjir ?
5. Bagaimana kesiapan masyarakat menghadapi banjir ?
6. Bagaimana kearifan lokal masyarakat terhadap pemberdayaan pada bencana
banjir ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Agar masyarakat mengerti dan memahami tentang bencana banjir.
2. Tujuan Khusus
A. Definsi Banjir
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan
sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Banjir adalah tanah tergenang akibat luapan sungai, yang disebabkan oleh
hujan deras atau banjir akibat kiriman dari daerah lain yang berada di tempat
yang lebih tinggi. Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi, yang berkisar
antara 2000-3000 mm/tahun, sehingga banjir mudah terjadi selama musim
hujan, yang antara bulan Oktober sampai Januari. Ada 600 sungai besar yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang kondisinya kurang baik dan tidak
dikelola dengan baik sehingga menyebabkan banjir (Bakornas : 2007).
Menurut (Simajuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam yang biasa
terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini
sepertinya sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia
ketika musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu
output dari pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh
beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS,
penyempitan saluran drainas dan perubahan penggunaan lahan.
Sementara itu, menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai
tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasistas
pembuangan air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial,
dan ekonomi.
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan
sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat
banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barangbarang
berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan
sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, tetapi bisa dikontrol dan dikurangi dampak
kerugian yang ditimbulkannya (Kegeografian & Semarang, 2015).
Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, (Yulaelawati,
2008) memberikan gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu
ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya, yanki palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran
banjir yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai.
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi
dari bantaran sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai
pada saat banjir. Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran
sungai saat banjir tiba. Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau
sebagai tempat membuang sampah pada daerah ini. Sementara, garis sempadan
sungai (GS) adalah garis batas luar pengamanan sungai. Apabila daerah
bantaran sungai dijadikan sebagai tempat hunian penduduk suatu daerah, maka
akan berdampak daerah tersebut akan selalu digenangi oleh air ketika banjir
melanda. Tetapi, bila tetap ingin didirikan hunian pada daerah tersebut maka
tipe rumah yang harus dibangun merupakan tipe rumah panggung.
Gambar 1.2 mengilustrasikan bagaimana daerah bantaran sungai yang
tergenang ketika dilanda banjir
B. Jenis-jenis banjir
(Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat
tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut.
Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan
banjir pantai.
1. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis
atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air
hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan
oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang
meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar
dibagian hulu sungai.
2. Banjir Luapan
Sungai Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang
cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan,
sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini
biasanya bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat
lama. Penyebab utamanya adalah kelongsoran di daerah yang biasanya
mampu menahan kelebihan debit air.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai
yangdipicu angin kencangdisepanjangpantai. Halini mengakibatkan air garam
akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang
4. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis
ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian
mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan
yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan
sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke
pemukiman warga.
5. Banjir bandang
Banjir bandang ( flash flood ) adakah penggenangan akibat limpasan keluar
alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui
kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah rendah
permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan
biasanya membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir
bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan
mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter
dengan membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang
lajurnya (Mulyanto, 2012). Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir
menurut (Paripurno, 2013), banjir bandang dapat dikategorikan sebagai jenis
banjir tipe kilat. Karena dapat terjadi dengan waktu yang singkat dan juga
disertai membawa material- material sampah atau debris.
C. Tanda-tanda banjir
1. Curah hujan dengan intessitas tinggi tanpa adanya penyerapan air yang baik.
2. Air sungai menguap dan menggenangi daerah sekitarnya.
3. Tergenangnya air karena tidak mampu melakukan filtrasi.
4. Air yang jatuh kepermukaan tidak dapat mengalir dengan baik, karena
saluran drainase tidak dapat berfungsi dengan baik.
D. Penyebab banjir
1. Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas
saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis,
angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase
tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat
mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir
besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang
bendungan, tanah longsor, atau gletser.
2. Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan
angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
3. Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
4. Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
5. Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak
keseimbangan alam
6. Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.
Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap
atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika
mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah
bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan
massal.
7. Abrasi
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air
laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan.
Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub
akibat pemanasan global.
8. Banyaknya bangunan
Banyaknya bangunan juga menjadi penyebab terjadinya banjir karena
kurangnya daerah resapan air. Kebanyakan bangunan perkantoran atau
perumahan menggunakan materi padat pada halamannya, seperti aspaldan
semen, sehingga air hujan tidak dapat terserap ke tanah. Selain itu banyak
rawa-rawa yang kemudian berganti menjadi daerah perumahan atau gedung
perkantoran, padahal rawa-rawa sangat berguna sebagai daerah resapan air.
9. Perubahan lingkungan
Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan
adalah terjadinya pemanasan global, selain itu manusia juga telah merubah
penggunaan lahan (yang juga perubahan lingkungan) yang berakibat pada
berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin
berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Akibat pemanasan global
menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah
pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa
sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah.
10. banyaknya tumpukan sampah
Hal ini merupakan penyebab utama, karena beberapa dari kita banyak yang
malas untuk membuang sampah pada tempatnya, yang semestinya wajib
kita lakukan agar terhindar dari banjir. Namun masih banyak masyarakat
yang kurang tanggap dan terkesan meremehkan hal ini. Sehingga, sampah
jadi menumpuk dan menyumbat beberapa saluran air dan sungai.
11. Penebangan hutan
Banyaknya penebangan hutan secara liar juga menjadi salah satu penyebab
banjir. Karena penebangan hutan yang tidak diikuti dengan penanaman
kembali dapat menyebabkan erosi, sehingga tidak ada penyerapan air pada
saat musim hujan.
12. Banjir kiriman
Hal ini sering terjadi didaerah dataran rendah. Banjir yang tiba-tiba datang
karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan meluapnya aliran
sungai yang menuju ke dataran rendah meluap, sehingga terjadilah banjir
pada dataran yang lebih rendah
13. Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya
akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau
penguapan rendah). Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan
dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
bencana banjir pada umumnya diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang
tinggi. Apabila peningkatan curah hujan tidak di imbangi dengan infiltrasi dan air
larian yang baik maka air akan melebihi kapasitas,sehingga mengakibatkan
limpasan. Dalam daur hidrologi masukan berupa curah hujan akan di distribusikan
kedalam beberapa cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (steamfall), dan
air hujan langsung ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian,
evaporasi dan air infiltrasi. Aliran batang dan air lolos erat kaitannya dengan
penggunaan lahan sedangkan air larian dan air infiltrasi dipengaruhi oleh
parameter kemiringan kemiringan lereng dan jenis tanah
c) Tahap Persiapan
Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan latihan
kesiapsiagaan. Dalam persiapan ini yang terutama dilakukan adalah:
1) Briefng-briefng untuk mematangkan perencanaan latihan. Pihak-pihak
yang perlu melakukan briefng antara lain tim perencana, peserta
simulasi, dan tim evaluator/observer. Informasi penting yang harus
disampaikan selama kegiatan ini, yakni:
● Waktu: alur waktu dan durasi waktu simulasi yang ditentukan sesuai
PROTAP/ SOP simulasi
● Batasan Simulasi: batasan-batasan yang ditentukan selama
simulasi, berupa apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan selama
simulasi.
● Lokasi: tempat di mana simulasi akan dilakukan.
● Keamanan: hal-hal yang harus dilakukan untuk keamanan simulasi
dan prosedur darurat selama simulasi.
2) Memberikan poster, leafet, atau surat edaran kepada siapa saja yang
terlibat latihan kesiapsiagaan.
3) Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya
yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat. Misalnya, gedung
dan fasilitas medis, persediaan barang-barang untuk kondisi darurat,
dan lain-lain.
4) Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang
mudah dilihat semua orang.
d) Tahap Pelaksanaan
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan kesiapsiagaan
berlangsung:
1) Tanda Peringatan
Tentukan tiga ganda peringatan berikut:
● Tanda latihan dimulai (tanda gempa)
● Tanda Evakuasi
● Tanda Latihan Berakhir
Tanda bunyi yang menandakan dimulainya latihan, tanda evakuasi,
dan tanda latihan berakhir. Tanda mulainya latihan dapat
menggunakan tiupan peluit, atau tanda bunyi lainnya. Tanda ini harus
berbeda dengan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti pukulan
lonceng/sirine/megaphone/bel panjang menerus dan cepat, atau yang
telah disepakati. Tanda latihan berakhir dapat kembali menggunakan
peluit panjang.
2) Reaksi Terhadap Peringatan
Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan prosedur
yang ditetapkan. Pastikan semua peserta latih, memahami bagaimana
harus bereaksi terhadap tanda-tanda peringatan di atas. Seluruh
komponen latihan, harus bahu membahu menjalankan tugasnya
dengan baik.
3) Dokumentasi
Rekamlah proses latihan dengan kamera foto. Jika memungkinkan,
rekam juga dengan video. Seluruh peserta latih, pelaksanan maupun
yang bertugas, dapat bersama-sama melihat hal-hal yang baik atau
masih perlu diperbaiki, secara lebih baik dengan rekaman
dokumentasi.
1. Sebelum bencana
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir
2. Latihan evakuasi banjir
3. kesiapsiagaan setelah banjir
35
K. kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat terhadap banjir
Pengertian kearifan lokal,menurut Keraf (2002) adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Dijelaskan pula bahwa kearifan lokal/tradisional bukan hanya
menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang manusia dan
bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut
pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan
bagaimana relasi di antara penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun.
kearifan budaya lokal yang ada dalam masyarakat merupakan potensi yang
sangat berharga untuk bisa dimanfaatkan dalam menghadapi persoalan-
persoalan bencana alam yang selalu melanda suatu wilayah. Bencana alam
berupa gempa bumi, tsunami, banjir dan letusan gunung berapi yang sering
terjadi belakangan ini harus disikapi secara serius oleh pemerintah. Bencana
gempa bumi dan tsunami misalnya telah mengakibatkan kerugian materiil dan
non materiil dan bahkan korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari 75% korban
meninggal terjadi di kota, yang diakibatkan karena reruntuhan, terbatasnya
akses dan ruang evakuasi di perkotaan dan kebakaran pasca gempa terjadi.
Kerawanan bencana di Indonesia secara geologis memiliki potensi yang besar,
khususnya pada beberapa bagian wilayah dan kota yang berada pada jalur
patahan lempeng Eurasian (Asia, Pasifik dan Australia) dan garis circumstance,
yaitu garis potensi bencana gunung berapi yang membentang di sepanjang
Asis, Pasifik dan Amerika yang melewati daerah Indonesia (Wikantiyoso,
2010:18).
Dalam perspektif kearifan budaya lokal, satwa seperti ikan, buaya, burung,
kalong, binatang liar lainnya dan bintang- bintang oleh masyarakat tradisional
diamati sebagai fenomena alam yang kemudian dijadikan petunjuk baik
sebagai tanda-tanda datangnya bencana alam ataupun musim dalam pertanian,
seperti masyarakat Jawa tengah mengenai Pranata Mangsa, masyarakat Bali
mengenai Kerta Masa, masyarakat Sulawesi Selatan menyebutnya
Palangkaraya dan masyarakat Nusa Tenggara menyebutnya Nyali, dan orang
Dayak menyebutnya Bulan Berladang. (Noor dan Jumberi, 2008)
36
Kearifan budaya lokal sesungguhnya merupakan bagian darietika dan
moralitas yang membantumanusia untuk menjawab pertanyaanmoral apa yang
harus dilakukan,bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan
lingkungan dansumberdaya alam. Bahasan ini sangatmembantu kita dalam
halmengembangkan perilaku, baik secaraindividu maupun secara kelompok
dalamkaitan dengan lingkungan dan upaya pengelolaan sumberdaya alam.
Selain itumembantu kita untuk mengembangkan sistem sosial politik yang
ramah terhadap lingkungan serta mengambil keputusan dan kebijakan yang
berdampak terhadap lingkungan atau sumberdaya alam termasuk sumberdaya
alam pesisir dan laut (Stanis, 2005:24-27). Nilai-nilai kerarifan lokal yang
terkandung dalam suatu sistem sosial masyarakat, dapat dihayati, dipraktekkan,
diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke genarasi lainnya yang sekaligus
membentuk dan menuntun pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap
alam maupun terhadap alam.
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada istilah
‘empowerment’ yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang
sudah dimiliki oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya
masyarakat lokal yang mandiri (selffreliant communities), sebagai suatu sistem
yang mengorganisir diri mereka sendiri. Menurut Moebyarto bahwa
pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan
memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai
pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka.13 Pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang berpusat pada manusia (people-centereddevelopment) ini
kemudian melandasi wawasan pengelolaan sumberdaya lokal
(communitybased management), yang merupakan mekanisme perencanaan
people-centered development yang menekankan pada teknologi pembelajaran
sosial (social learning) dan strategi perumusan kebijakan. Adapun tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengaktualisasikan dirinya (empowerment).
Kearifan lokal sangat penting untuk dipertimbangkan dalam identifikasi
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan diketahuinya
kearifan lokal yang ada, level kapasitas masyarakat dapat terukur, sehingga
dapat diketahui model sistem mitigasi bencana yang berbasis masyarakat
seperti apa yang paling efektif untuk diimplementasikan. Hal ini penting
mengingat masyarakat di daerah rawan bencana pada umumnya sudah
mempunyai sistem peringatan dini yang bersifat lokal, walaupun belum
terstruktur. Dengan demikian, model sistem peringatan dini yang akan
diterapkan akan mengadaptasi kearifan lokal masyarakat yang sudah ada
selama i
Namun demikian, potensi kearifan lokal tersebut tidak akan bisa dikelola
apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternak, yaitu (1)
kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bencana (hazards); (2) sikap dan
perilaku yang mengakibatkan rentannya kualitas sumber daya alam
(vulnerability); (3) kurangnya informasi peringatan dini sehingga
mengakibatkan ketidaksiapan; (4) ketidakberdayaan/ ketidakmampuan dalam
menghadapi bahaya. Karena itu perlu diupayakan program yang praktis namun
sistematis dalam memberikan pemahaman karakteristik bencana, yaitu usaha
mitigasi bencana (Maryani, 2009)
Sistem peringatan dini itu dilakukan masyarakat dalam membaca tanda-
tanda bencana banjir dan tanah longsor dengan beberapa cara tradisional
berikut:
1. Membaca karakteristik pegunungan dan kondisi air sungai
2. Memperhatikan isyarat hewan Capung dan Burung
3. Memperhatikan munculnya mata air baru secara tiba-tiba 4
4. Memprediksi melalui itensitas dan lamanya curah hujan
5. Memantau debit aliran di hulu sungai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana terbagi menjadi dua jenis yaitu bencana alam seperti banjir, genangan,
gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya
dan bencana ulah manusia (man made disaster) seperti tabrakan pesawat udara
atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Peran perawat dalam menghadapi banjir
bandang meliputi pra bencana, saat bencana dan pasca bencana
B. Saran
Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko penanggulangan
banjir, diantaranya yaitu :
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
Daftar Pustaka
Indonesia 2012. Kodoatie, Robert J., and Roestam Sjarief. 2010. Tata