Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

PERAN PERAWAT dalam

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

Di susun oleh kelompok 2 :

1.  Arwinda Dewi Saputri (163210047)  7. Ratna Puspitawati (163210070) 


2.  Achmad Gilang Aditya (163210082)  8. Sakanun Eka Novandri (163210071) 
3.  Dasih Sahlul Khasanah (163210051)  9. Siska Novi Yuliani (163210073) 
4.  Indah Aulia Safitri (163210060)  10. Sriwati (163210076) 
5.  Johana Susilowati (163210062)  11. Zahro Ainur Rofiqoh (163210040) 
6.  Miftahul JM (163210064) 

S1 KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESESHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

 
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di
harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini

membahas tentang “Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana Banjir ” dan


kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang
 bagaimana konsep keperawatan bencana.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu


meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu, saya juga berharap
semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan
meningkatkan mutu individu kita.

Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

18 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA

PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Alam

2.2 Definisi Bencana Banjir

2.3 Penyebab Banjir

2.4 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir

2.5 Dampak Yang Timbul Dari

Banjir 2.6 Tahap Penanggulangan

Bencana

2.7 Bagaimana Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) bencana adalah


 peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian
yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

Jenis-jenis banjir menurut penyebabnya di Indonesia. Di Indonesia, banjir


adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena letak Indonesia
 pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi setiap tahunnya.
Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu : Banjir bandang, Banjir
Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman, Banjir Pantai (ROB),
Banjir Hulu
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
 berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
 berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit

sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah dengan sungai yang
alirannya terhambat oleh sampah.
Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat mulai
turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang menggumpal di
angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai dengan badai tropis atau cuaca
dingin. Umumnya banjir ini akibat meluapnya air hujan yang sangat deras,
khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak
air.
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali

tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran – sebab
 peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-minggu sebelumnya. Jenis
 banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Datangnya banjir dapat
mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan
 bisa berlangsung selama berhari- hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.
Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-daerah lembah.
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang pasang
air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat pantai dan
mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut. Banjir ini
 biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan pantai. Contoh daerah
yang biasanya terkena ROB adalah Semarang.
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan berlangsung
cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di pemukiman dekat hulu
sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena tingginya debit air yang mengalir,
sehingga alirannya sangat deras dan bisa berdampak destruktif.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena
 peningkatan volume air yang diakibatkan dari tingginya curah hujan, meluapnya air
sungai atau laut, dan pecahnya bendungan. Banjir bandang adalah banjir yang
terjadi secara tiba-tiba karena terisinya air pada daerah yang tanahnya kering /sukar
meresap air ketika hujan turun, air sukar meresap ke dalam tanah dan akhirnya
terjadi banjir bandang.

1.2 Rumusan Masalah

1.   Apa definisi dari bencana alam?


2.  Apa definisi dari bencana banjir?
3.  Apa penyebab dari banjir?
4.  Bagaimana tindakan untuk mengurangi dampak banjir?
5.   Apa saja dampak yang timbul dari banjir?
6.   Bagaimana tahap penanggulangan bencana?
7.   Bagaimana peran perawat dalam penanganan bencana?
1.3 Tujuan

1.   Mengetahui definisi dari bencana alam


2.  Mengetahui definisi dari bencana banjir
3.  Mengetahui penyebab dari banjir
4.  Memahami tindakan untuk mengurangi dampak banjir
5.   Memahami dampak yang timbul akibat banjir
6.   Memahami tahap penanggulangan bencana
7.   Memahami peran perawat dalam penanganan bencana
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu


 peristiwa, seperti banjir, letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor )  dan
aktivitas manusia.  Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh
gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan
 biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda

manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda),
kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
 bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa

keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk


 bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban
umat manusia.
 Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
 bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur

untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.


Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
 penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
cukup.
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana.
1.   Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,


 baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2.   Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
 bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
3.   Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4.   Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik


sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
5.   Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya


 bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi

6.  Kegiatan pencegahan bencanaadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
 bencana.
7.   Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
8.   Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9.   Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10.  Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
 pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
11.  Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
 pascabencana.
12.  Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayahpascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
 bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13.  Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14.  Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
15.  Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
 Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
 Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
 pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hil
 Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
 Status keadaan darurat bencanaadalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka wa
 Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana
 Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.

2.2 Definisi Bencana Banjir

h kondisi air yang menenggelamkan atau menggenangi suatu


mpat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya daratan yang semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume a

hujan yang terlalu lama, tidak adanya


mbuat air tertahan, tidak adanya pohon

yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehe
liran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir. Banjir merugikan banyak pihak
enis banjir dibedakan

menjadi tiga, yaitu :


1.  Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai 2.  Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau 3.  Banjir Laut pasang
Terjadi antara lain akibat adanyadan 

2.3 Penyebab Banjir

Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak bencana alam yang sering
terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim
hujandengan intensitasyangseringdan lebat. Daerah yang menjadi
langganan banjir terutama pada daerah sekitar arus sungai.
 Namun daerah yang jauh dari sungai pun kadang terkena musibah banjir

 juga jika curah banjir terjadi hujan yang datang terus menerus dan sungai tidak
lagi sanggup menampung banyaknya air hujan. Secara umum, penyebab terjadinya
 banjir yaitu:
1.  secaratanpa disertai2. 
3.  Pembuangan sampah yang sembarangan, baik kesungai 4.  Pembuatanyang tidak memenuhi
  Pembuatanyang kurang baik
   sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

2.4 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir


Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko penanggulangan
 banjir, diantaranya yaitu :
1.   Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.

2.   Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai


yang sering menimbulkan banjir.
3.   Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah

rawan banjir.

4.   Tidak membuang sampah ke dalam sungai.


5.   Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta
mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

2.5 Dampak yang Timbul

1.  Dampak fisikS 


Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang
disebabkan oleh banjir. 
2.   Dampak sosial 
Mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya
 perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat
 pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik,
kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. 
3.   Dampak ekonomi 
Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat
 pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan
lain-lain).
4.   Dampak lingkungan 
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir)
atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir. 
5.   Dampak ancaman wabah penyakit 
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare, penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk. 

2.6 Tahap Penanggulangan Bencana


1.   Tahap Pencegahan & Mitigasi
a.  Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama
sekali atau mengurangi ancaman.
Misalnya :
1)   Pencegahan penebangan
liar  2)  Melakukan Reboisasi 
3)  Tidak membuang sampah sembarangan 
 b.  Mitigasi
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau
meredam risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal untuk
mengendalikan banjir, pembangunan tanggul sungai dan lainnya.
1)   Kenali Penyebab Banjir
a)   Curah hujan tinggi
 b)  Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut
c)  Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan
 pengaliran air keluar sempit
d)   Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang
sungai
e)   Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta
 bangunan di pinggir sungai.
f)   Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2)   Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a)   Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi
lahan
 b)  Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di
 bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
c)   Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai
d)   Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin
mengadakan program pengerukan sungai
e)   Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
 permukaan laut
f)   Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian
sungai rawan banjir
3)   Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a)   Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau
selokan, dari timbunan sampah
 b)  Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi,
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
 pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait
dan pengurus RT/RW
c)   Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim
 penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya
mengangkat penanggung jawab posko banjir
d)   Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan
 pelampung guna evakuasi
e)   Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau
melakukan konfirmasi
f)   Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim
warga tentang curah hujan dan kondisi air
g)   Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio
 baterai, senter, korek gas, dan lilin
h)   Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih
i)  Siapkan obat-obatan darurat
 j)  Amankan dokumen penting
4)  Yang harus dilakukan saat banjir
a)  Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
 b)  Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi
c)   Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir, serta segera amankan barang-barang
 berharga ketempat yang lebih tinggi
d)   Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait
5)  Yang harus dilakukan setelah banjir
a)  Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu
gunakan antiseptik untuk membunuh kuman
 b)  Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
 penyakit diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir

c)  Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang


 penyebar penyakit
d)  Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
2.   Tahap Kesiapsiagaan 
Kesiapsiagaan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah
serangkaian kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan
atau mengurangi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah upaya
menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga
mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan meliputi, Penilaian Risiko (risk assessment), Perencanaan
Siaga (Contingency planning), Mobilisasi sumber daya (Resouce
mobilization), Pendidikan dan pelatihan Tuminting dalam penanganan
 banjir
Tindakan kesiapsiagaan:
a.  Pembuatan sistem peringatan dini, misalnya dengan dibuat tanda
antisipasi siaga 1 penanda bencana
 b.  Menyediakan obat-obatan dan p3k
c.   Menyediakan matras, pos pengungsian
d.   Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman, misalnya Simak
informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim warga tentang
curah hujan dan posisi air pada pintu air
e.   Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: senter, selimut, tikar,
 jas hujan, ban karet bila ada

f.  Pembuatan rencana evakuasi


g.   Membuat tempat dan sarana evakuasi
h.   Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
i.   Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini jika diperlukan
5.   Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi
untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta
 benda. Tindakan tanggap darurat:
a.  Pencarian
 b.  Evakuasi dan penggolongan korban (sesuai tingkat keparahan)
c.  Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
d.   Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan
e.   Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang,
 papan, kesehatan, konseling
f.   Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi,
listrik, pasokan air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap
darurat
g.   Rehabilitasi
3.   Tahap Pasca Darurat
a.  Tahap Rehabilitatif ( Pemulihan ) 
1)   Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan,
kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,
lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan
 pembaharuan struktur penanggulangan bencana di pemerintahan. 
 b.  Tahap Rekonstruksi ( pembangunan berkelanjutan )
1)   Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan,
 pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan
dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana. 
2)   Pemulihan psiko-sosial
3)   Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan
2.7 Peran Perawat dalam Penanganan Bencana

1.   Peran perawat dalam keadan darurat (Impact Phase) 


 biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan bencana stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing
 bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-
kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat
harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
 pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan
segera (emergency) akan lebih efektif .
TRIASE

a.  Merah  — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam


kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma

dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran,


luka bakar derajat I-II.
 b.  Kuning  —  penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam
keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60
menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c.  Hijau  —  prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan

dislokasi.
d.  Hitam  —  meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

2.   Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana


a.  Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
 b.  Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c.   Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
 penanganan kesehatan di RS.
d.   Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e.   Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
 bayi, peralatan kesehatan.
f.   Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g.   Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia,
fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
h.   Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
 bermain.
i.   Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater.
 j.  Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
3.   Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
 psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik
mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali
 bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang


menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Banjir adalah
kondisi air yang menenggelamkan atau mengenangi suatu area atau tempat yang
luas. Adapula peran perawat dalam penanggulagan bencana yaitu melakukan
 penyeleksian korban atau TRIASE, menyusun rencana prioritas asuhan
keperawatan harian di posko pengungsian, dan rebalitasi.

3.2 Saran

Sebaiknya para mahasiswa keperawatan maupun perawat tetap meng-


agendakan kegiatan pelatihan atau demonstrasi kepada masyarakat rawan bencana
 banjir mengenai cara penanggulangan bencana banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Carter, W.N. (1991)  Disaster  Management: A disastermanager’s handbook. 


Manila, Asian Development Bank.

Makhfudli, F. E. (2009).  Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik


dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai