BENCANA BANJIR
Disusun Oleh:
2018
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ............................................................................................. 3
B. Dasar Hukum.................................................................................... 5
C. Analisa Kasus ................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Penanganan Bencana Banjir ............................................................. 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh
air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir
merupakan ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan. Sungai-sungai di Indonesia 30 tahun terakhir ini mengalami
peningkatan termasuk di daerah Bengawan Solo. Bencana banjir termasuk
bencana alam yang pasti terjadi pada setiap datangnya musim penghujan.
Banjir disebabkan oleh alam atau ulah manusia sendiri. Banjir juga bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi
Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir adakalanya terjadi dengan waktu yang
cepat dengan waktu genangan yang cepat pula, tetapi adakalanya banjir terjadi
dengan waktu yang lama dengan waktu genangan yang lama pula. Banjir bisa
terjadi karena curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai, tanggul sungai yang
jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya saluran drainase atau bendungan
yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana jika sudah mengganggu
kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya. Penanganan
bahaya banjir bisa dilakukan dengan cara struktural dan nonstruktural.
Banjir merupakan bencana alam yang sudah terjadi dari dahulu hingga
sekarang. Tidak sedikit wilayah di Indonesia, mengalami banjir setiap
tahunnya. Faktanya, 60% penduduk Indonesia menempati Pulau Jawa dan
kepadatannya mencapai seribu orang/km2. 3 Jawa mempunyai kepadatan
penduduk yang tinggi, tetapi penduduk tidak menjaga lingkungan dan
membuang limbah sembarangan. Hal inilah yang mengakibatkan bencana
seperti banjir banyak melanda wilayah di Pulau Jawa.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari bencana banjir?
2. Apakah dasar hukum penanganan bencana?
3. Bagaimana analisis kasus pada bencana banjir?
4. Bagaimana pengerahan sumber daya manusia bencana banjir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari bencana banjir.
2. Untuk mengetahui dasar hukum penanganan bencana.
3. Untuk mengetahui analisis kasus pada bencana banjir.
4. Untuk mengetahui pengerahan sumber daya manusia bencana banjir.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Bencana
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas
alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah
longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia,
akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang
diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan
gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya
ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala
produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat
menyebutnya sebagai bencana.
Bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 pasal 1 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Banjir
Banjir adalah aliran yang melimpas tanggul alam atau tanggul
buatan dari suatu sungai . Banjir di suatu daerah dapat disebabkan oleh
dua hal yaitu peristiwa alam, dan aktifitas manusia. Banjir karena
3
peristiwa alam disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi dan lama
curah hujan, topografi, kondisi tanah, penutupan lahan, dan
pendangkalan alamiah. Banjir karena ulah manusia disebabkan oleh
kerapatan penduduk, jaringan drainase yang buruk, banjir juga bisa
disebabkan oleh perubahan tataguna lahan, pembangunan permukiman
dan kegiatan-kegiatan lain di dataran banjir (Suhandini, 2011)
Banjir yang terus berlangsung di Indonesia disebabkan oleh empat
hal yaitu faktor hujan yang lebat, penurunan resistensi DAS terhadap
banjir, kesalahan pembangunan alur sungai dan pendangkalan sungai.
Faktor hujan merupakan faktor alami yang dapat menyebabkan banjir
namun faktor ini tidak selamanya menyebabkan banjir karena
tergantung besar intensitasnya
3. Macam-Macam Banjir
Menurut Suripin (2014), Sumber banjir dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Banjir kiriman, aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di
luar kawasan yang tergenang. Hal ini dapat terjadi jika hujan yang
terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi
kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada sehingga ada
limpasan.
b. Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di
daerah itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan melebihi
kapasitas drainase yang ada.
c. Banjir rob, banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air
pasang dan/atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat
oleh air pasang
4
B. Dasar Hukum
5
Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat Kedaruratan dan Bencana
Tahun 2002-2005.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Pedoman Penyusunan
Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kab/Kota serta Rumah
Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
876/Menkes/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
C. Analisa Kasus
1. Contoh Kasus
Banjir bandang yang terjadi Sabtu (29/4/2017) melanda 5 dusun
2 desa yaitu Dusun Nipis, Dusun Sambungrejo, Dusun Karanglo di
Desa Sambungrejo; dan Dusun Deles, Dusun Kalisapi di Desa
Citrosono Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Hingga Minggu
(30/4/2017) sore, terdapat 10 korban meninggal dunia dan 4 korban
luka berat yang berasal dari Dusun Nipis dan Dusun Sambungrejo.
Disampaikan, hingga saat ini sebanyak 46 KK atau 170 jiwa
mengungsi di masjid dan di rumah warga. Sebanyak 71 rumah
mengalami kerusakan akibat banjir bandang yaitu 25 unit rumah rusak
berat, 12 unit rusak ringan, dan 34 unit rumah terdampak. Menurut dia,
pendataan masih terus dilakukan oleh BPBD Kabupaten Magelang.
Untuk mempercepat penanganan darurat pascabanjir bandang,
sambung dia, Bupati Magelang telah menetapkan status tanggap
darurat selama 7 hari yaitu 29/4/2017 hingga 5/5/2017. Dikatakan,
komando tetap berada di Pemda Kabupaten Magelang didampingi
BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Tengah dibantu berbagai pihak.
Dengan adanya status tanggap darurat maka ada kemudahan akses
6
dalam pengerahan sumberdaya, personil, anggaran dan lainnya guna
mempercepat penanganan darurat.
"Lebih dari 1.500 personil gabungan terlibat dalam penanganan
darurat pada Minggu (30/4/2017). Gubernur Provinsi Jawa Tengah
telah mengunjungi lokasi bencana, memberikan bantuan dan arahan
agar dipercepat pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban. BPBD
tetangga di sekitar Jawa Tengah diperintahkan membantu BPBD
Magelang dengan mengerahkan personil dan bantuan logistik,"
ujarnya.
Operasi tanggap darurat melibatkan personil dari BNPB, BPBD
Provinsi Jawa Tengah, BPBD Magelang, BPBD Klaten, BPBD
Boyolali, BPBD Temanggung, BPBD Wonosobo, BPBD Kudus, TNI,
Polri, Basarnas, Dinkes, Dishub Magelang, DPU (Binamarga Jawa
Tengah dan Kab. Magelang), SAR Kab. Magelang, PMI, komunitas
relawan seperti MDMC, Tagana, NU, dan lainnya dibantu masyarakat.
Operasi pencarian korban hilang dibagi menjadi 3 sektor yaitu Sektor
A operasi di Dsn. Sambungrejo, Ds. Sambungrejo; Sektor B operasi di
Dsn. Nipis; dan Sektor C, operasi di Dsn. Deles Desa Citrosono. Alat
berat dikerahkan. Listrik di Dusun Sambungrejo telah hidup kembali.
Pada pukul 14.30 Wib operasi SAR dihentikan karena hujan.
Pencarian, penyelamatan dan evakuasi akan dilanjutkan kembali besok
pagi. Posko Bersama telah didirikan dan malam ini akan dilakukan
rapat koordinasi.
2. Analisa Kasus
a. Situasi daerah dan Waktu kejadian
Lokasi kejadian berada di 2 desa di Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa tengah. Dimana lokasi terjadinya bencana
berada di bawah kaki pegunungan andong dan telemoyo.
1) Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang
secara geografis terletak pada koordinat : 7⁰21’29.32” Lintang
7
Selatan dan 110⁰21’27.24” Bujur Timur waktu kejadian Sabtu,
29 April 2017 sore hari.
2) Desa Citrosono, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang
secara geografis terletak pada koordinat : 7⁰21’27.51” Lintang
Selatan dan 110⁰21’17.29” Bujur Timur waktu kejadian Sabtu,
29 April 2017 sore hari.
b. Kondisi bencana dan dampak yang ditimbulkan
Banjir bandang yang menimpa Desa Sambungrejo dan desa
Citrosono, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah berupa Banjir dengan arus pekat yang berasal dari
material rombakan berupa lumpur, bongkahan batuan dan material
kayu pepohonan. Sebanyak 46 KK atau 170 jiwa mengungsi di
masjid dan di rumah warga. Sebanyak 71 rumah mengalami
kerusakan akibat banjir bandang yaitu 25 unit rumah rusak berat,
12 unit rusak ringan dan mengakibatkan 10 orang meninggal, 4
orang luka berat dan 2 orang masih dalam pencarian.
c. Kondisi daerah bencana
1) Secara umum topoografi di klokasi banjir bandang berupa kaki
perbukiran gunung Telomoyo dan Andong dengan ketinggian ±
860 mdpl.
2) Berdasarkan pengamatan citra satelit lokasi terjadinya bencana
memiliki kemiringan ari sedang hingga curam.
3) Arah aliran sungai berasal dari lereng gunung Telomoyo
dengan arah aliran dari Timurlaut-Baratdaya dengan karakter
sungai berbentuk V dan lebar sungau berskala kecil.
4) Berdasarkan peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang
(Robert E. Thaden, Herli SUmardidja dan Paul W. Richards,
1975) bantuan penyusun di daerah bencana terdiri dari breksi
gunungapi hasil aktifitas gunungapi Telomoyo yang berumur ±
11.500 tahun yang lalu.
d. Faktor penyebab terjadinya banjir bandang
8
1) Curah hujan yang tinggi dengan durasi lama sebelum terjadi
gerakan tanah.
2) Adanya aktivitas gerakan tanah pada daerah hulu sungai akibat
dari intensitas hujan yang tinggi dan membendung sungai di
daerah hulu.
3) Kondisi batuan dan tanah di sekitaran lokasi kejadian yang
mudah jenuh dan menyebabkan longsor.
4) System drainase pada daerah aliran sungai yang terlalu sempit.
5) Jebolnya tanggul yang dibentuk oleh material gerakan tanah
sehingga membawa material llongsoran bersama dengan air
yang dibendung.
6) Debit banjir yang lebih besar dari kapasitas pengaliran. Debit
banjir pada saat kejadian mencapai 19,24 m3/detik, sementara
kapasitas pangaliran sungai hanya 5,48 m3/detik. Jadi sekitar
14 m3/detik meluap du sepanjang sempadan sungai sehingga
mencapai ketinggian 3 meter.
7) Kondisi perbukitan dan tata guna lahan yang kirang baik
sehingga aliran air hujan tidak dapat meresap ke tanah dan
akhirnya mengalir menjadi aliran permukaan.
e. Mekanisme terjadinya Banjir bandang
Adanya hujan deras dalam waktu yang lama menyebabkan
air hujan sebagian meresap ke dalam tanah melalui retakan dan
ruang antar pori sehingga menyebabkan batuan dan tanah disekitar
lereng menjadi longsor. Material longsoran tersebut menutup aliran
sungai sehingga membendung aliran sungai, intensitas hujan yang
sangat tinggi menyebabkan meluapnya bendungan oleh material
longsoran dan menyebabkan bendungan jebol dengan arus yang
kuat membawa material hasil longsoran berupa bongkah batuan,
lumpur dan material pepohonan. Dengan cepat banjir tersebut
menerjang pemukiman warga dan mengendapkan material hasil
9
longsoran di sungai sehingga banjir pun meluap ke pemukiman
warga dan merusak segala yang dilaluinya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
3) Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan – Pembersihan
sungai sangatlah penting, dimana hal ini untuk mengurangi
sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat
diterapkan di sungai yang memiliki saluran terbuka,
tertutup ataupun di terowongan.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi
struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi.
Dalam mitigasi non-struktural ini sangat mengharapkan dari
perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah
teknologi yang dapat memprediksi, mengantisipasi & mengurangi
resiko terjadinya suatu bencana.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non-
struktural adalah :
1) Pembentukan LSM – Membentuk LSM yang bergerak dalam
bidang kepedulian terhadap bencana alam dan juga mengadakan
kampanye peduli bencana alam kepada masyarakat, agar
masyarakat lebih sadar untuk selalu siap apabila bencana alam
terjadi.
2) Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan – Melatih, mendidik dan
memberikan pelatihan kepada masyarakat akan bahaya banjir
yang disertai dengan pelatihan lapangan.
3) Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA – Dimana dalam
kelompok tersebut didalamnya beranggotakan instansi terkait
untuk melakukan dan menetapkan pembagian peran dan kerja
untuk penanggulangan benjana bajir.
4) Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir – Melakukan pengamatan
dan penelusuran di tempat yang rawan banjir, sehingga apabila
ada tanggul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki.
12
5) Memperbaiki Sarana dan Prasarana – Mengajukan proposal
untuk pembangunan perbaikan sarana dan prasarana yang
memang sudah tidak layak.
6) Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir –
Mengevaluasi dan memonitor data curah hujan, debit air dan
informasi yang berkaitan dengan banjir seperti daerah yang
rawan banjir dan mengidentifikasi daerah yang rawan
banjir tersebut. Apakah memang ada tanggul yang rusak atau
memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila ditempati.
7) Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah
yang rawan banjir disertai dengan rute pengungsian, lokasi
POSKO dan lokasi pos pengamat banjir.
8) Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya – Menguji sarana
sistem peringatan dini terhadap banjir serta memikirkan
langkah selanjutnya apabila sarana tersebut belum tersedia.
9) Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan –
Mempersiapkan persediaan tanggap darurat seperti menyediakan
bahan pangan, air minum dan alat yang akan digunakan ketika
bencana banjir terjadi.
10) Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir –
Merencanakan Prosedur Operasi Standar untuk tahap tanggap
darurat yang nantinya melibatkan semua anggota yang bertujuan
untuk mengidentifitasi daerah rawan banjir, identifikasi rute
evakuasi, mepersiapkan peralatan evakuasi dan juga tempat
pengungsian sementara.
11) Mengadakan Simulasi Evakuasi – Melakukan percobaan
pelatihan evakuasi apabila bencana banjir terjadi dan
menguji kesiapan tempat pengungisan sementara
beserta perlengkapan dalam pengungsian.
13
12) Mengadakan Rapat – Mengadakan rapat koordinasi di
berbagai tingkat dan utamanya adalah instansi
pemerintah tentang pencegahan bencana banjir.
14
h. Diusahakan untuk bijak dalam menggunakan air bersih.
i. Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal dan kesehatan
bagi mereka yang memang terluka akibat bencana banjir tersebut.
15
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana (BNPB, 2007).
16
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi
(Yuniarsih & Suwatno, 2008). Sumber daya manusia merupakan daya
(tenaga atau kekuatan) yang bersumber dari manusia (Sedarmayanti,
2009).
a. Pengorganisasian
17
b. Penyuluhan
c. Pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Banjir adalah aliran
yang melimpas tanggul alam atau tanggul buatan dari suatu sungai . Banjir di
suatu daerah dapat disebabkan oleh dua hal yaitu peristiwa alam, dan aktifitas
manusia.
Penanganan bencana banjir meliputi penanganan pra bencana,
penanganan saat bencana, penanganan pasca bencana, dan pengerahan sumber
daya manusia. Penanganan bencana harus dilakukan dengan optimal dengan
melibatkan berbagai pihak secara seimbang, dengan tujuan untuk
mengembalikan kehidupan atau normalisasi semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat ke kondisi semula setelah terjadi bencana.
B. SARAN
1. Pemerintah agar tetap konsisten menjaga prinsip badan penanganggulan
bencana dan memberikan pendidikan sejak dini kepada masyarakat tentang
pencegahan dan penganggulangan bencana, terutama di daerah-daerah yang
berrisiko tinggi akan bencana agar masyarakat siap siaga dalam menghadapi
bencana.
2. Masyarakat agar tetap siap siaga dalam menghadapi bencana dengan cara
menyadari, belajar, dan berpartisipasi dalam mencegah dan menanggulangi
bencana.
19
DAFTAR PUSTAKA
Yuniarsih, T., & Suwatno. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :
Alfabeta
20