Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGELOLAAN BENCANA

BANJIR, GEMPA BUMI, DAN GUNUNG


MELETUS

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Anggraini Ramadhaningtyas 1706105706
Emizia 1706105896
Fatia Sifa 1706105920

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Makalah ini membahas tentang “Pengelolaan Bencana Banjir, Gempa
Bumi, dan Gunung Meletus” yang berisikan tindakan yang dilakukan selama
siklus bencana mulai dari pra bencana, saat bencana, sampai pasca bencana.
Penyusunan makalah ini ditujukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengelolaan Bencana.
Selama menyusun makalah, penyusun mendapatkan banyak bantuan
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak. Maka dari itu pada kesempatan
ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Indri Hapsari
Susilowati, S.K.M., M.K.K.K. dan Ibu Laksita Ri Hastiti, S.K.M., M.K.K.K.
yang telah memberikan masukan positif untuk makalah kami.
Penyusun sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penyusun. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Depok, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I .......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan........................................................................ 1

BAB II ......................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

A. BANJIR ..................................................................................... 3
B. GEMPA BUMI .......................................................................... 8
C. GUNUNG BERAPI ................................................................. 15

BAB III ..................................................................................................... 21

PENUTUP ............................................................................................. 21

A. Kesimpulan .............................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berpotensi mengalami bencana alam.
Berdasarkan aspek geologinya, Indonesia terletak di antara 3 lempeng tektonik yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Hindia-Australia. Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, dan
jenis-jenis bencana geologi lain. Sedangkan berasarkan hidrometologi, Indonesia juga
terletak di garis khatulistiwa sehingga wilayahnya beriklim tropis. Akibat posisi geografis
ini, Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Pada saat musim penghujan apabila curah hujan tinggi, kondisi ini memicu terjadinya
puting beliung, banjir dan tanah longsor. Sedangkan pada musim kemarau, dan curah
hujan rendah terjadi bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (BNPB, 2017).
Berdasarkan data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun
2019, tercatat ada 2.372 kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2017 (per 31
Desember 2017). Angkakejadian bencana ini memiliki tren kecenderungan peningkatan
sejak tahun 2003 hingga tahun 2017. Bencana yang mendominasi diantaranya banjir,
longsor, dan putting beliung.
Indonesia memiliki Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah
daerah menjadi penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana. Badan
penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat nasional
dipegang oleh BNPB dengan didukung oleh kementerian/lembaga terkait (BNPB, 2017)
Dampak bencana alam dapat diminimalisasi apabila dikelola dengan tindakan
yang tepat. Penanganan bencana yang terpadu melibatkan masyarakat secara aktif. Upaya
mitigasi bencana sudah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2006Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengelolaan bencana banjir dilihat berdasarkan siklus bencana

1
2. Mengetahui pengelolaan bencana gempa bumi dilihat berdasarkan siklus
bencana
3. Mengetahui pengelolaan bencana gunung meletus dilihat berdasarkan
siklus bencana

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BANJIR
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Banjir juga adalah daratan yang terendam oleh air yang melimpah dan berlebih
yang nantinya akna kembali surut, sehingga air yang melimpah tersebut hanya bersifat
sementara waktu.
Berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir adalah
jenis benfana alam terbanyak di Indonesia pada tahun 2017. Sebanyak 729 bencana banjir
terjadi, bencana alam lainnnya yang terjadi di Indonesia adalah puting beliung, tanah
longsor, kebakarab hutan/lahan, banjir serta tanah longsor, kekeringan, gempa bumi,
gelombang pasang dan letusan gunung api.

Gambar 1. Jenis bencana alam di Indonesia 2017, sumber: tirto.id

Banjir menyebabkan kerugian sebab merusak bangunan, ekonomi, lingkungan


serta jiwa manusia. Berikut kejadian banjir terparah dan paling mematikan di dunia yang
pernah terjadi:
a. Banjir Cina (1931) dengan korban jiwa sebanyak 2500.000 – 3700.000;
b. Banjir Sungai Kuning, Cina (1887) dengan korban jiwa sebanyak 900.000
– 2000.000;
c. Banjir Sungai Kuning, Cina (1938) dengan korban jiwa sebanyak 000 –
700.000;

3
d. Tsunami Samudra Hindia, Indonesia (2004), dengan korban jiwa sebanyak
235.000 – 280.000;
e. Taifun Nina yang merusak bendungan Banqiao, China (1975), dengan
korban jiwa sebanyak 231.000;
f. Banjir Sungai Yang Tse, Cina (1935), dengan korban jiwa sebanyak
145.000;
g. Banjir Badai St. Felix, Belanda (1530), dengan korban jiwa sebanyak lebih
dari 100.000;
h. Banjir Hanoi dan Delta Sungai Merah, Vietnam Utara (1971), dengan
korban jiwa sebanyak 100.000;
i. Banjir Sungai Yang Tse, Cina (1911), dengan korban jiwa sebanyak
100.000.
Penyebab banjir ada dua faktor yaitu faktor alami dan faktor manusia. Faktor
alami meliputi curah hujan terus menerus, meluapnya air sungai, laut atau drainase,
tinggal di dataran rendah, tsunami, tanah yang tidak mampu menyerap air dan bendungan
yang jebol. Faktor manusia meliputi alih fungsi lahan, penggundulan hutan, membuang
sampah di sungai, tinggal di bantaran sungai serta kesalahan dalam sistem tata kelola
ruang.
Ada lima jenis banjir, yaitu banjir pantai (rob), banjir kiriman atau luapan sungai,
banjir hujan ekstrim, banjir bandang dan banjir hulu.
a. Banjir Pantai (rob)
Banjir yang biasa melanda pemukiman dekat pantai ini terjadi karena
dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Sebabnya ialah angin taifun
dan gelombang pasang laut. Wilayah Semarang paling sering dilanda
banjir rob.
b. Banjir Kiriman atau Luapan Sungai
Tidak ada tanda atau gejala alam bahwa akan terjadi banjir. Banjir
kiriman datangnya tiba-tiba. Dan biasanya terjadi musiman yang
bergantung pada iklim di Indonesia. Banjir ini tidak berlangsung
sebentar. Melainkan bisa beberapa hari bahkan sampai hitungan
minggu.
c. Banjir Hujan Ekstrim
Terjadinya hujan lebat disertai petir dan badai bisa memicu banjir
hujan ekstrim. Beberapa jam setelah hujan biasanya akan datang
4
banjir. Terlebih wilayah yang tanah bantaran kalinya tak kuat menahan
datangnya air (bantaran sudah lapuk).
d. Banjir Bandang
Banjir bandang timbul karena hujan yang deras sementara sungainya
tersumbat sampah. Dan pada akhirnya air sungai akan naik. Biasanya
tidak berlangsung lama dan akan kembali normal seiring berkurangnya
curah hujan.
e. Banjir Hulu
Jumlah air dari banjir hulu ini sedikit karena terjadi di wilayah yang
tidak luas, aliran airnya pun cepat. Pemukiman yang tak jauh dari hulu
sungai biasa mengalami banjir hulu.
Bencana banjir tentunya merugikan dan memberikan dampak, berikut dampak
yang dihasilkan oleh banjir:
a. Menyebarnya berbagai bibit penyakit
b. Kehilangan harta benda
c. Ladang, tanaman, lahan pertanian yang rusak
d. Banyak korban jiwa akibat banjir bandang
e. Fasilitas umum, sarana prasarana yang rusak
f. Jarang air karena sudah terkontaminasi banjir
g. Pohon-pohon besar yang lama terendam akan mati
h. Dalam jangka panjang, jumlah wisatawan akan menurun
i. Pemulihan kembali daerah bencana yang butuh waktu lama
j. Biaya untuk membangun sarana prasarana yang rusak tidak murah
k. Terjadi kenaikan harga karena bahan makanan yang langka

Menurut BNPB (2017), terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada
tahap pra bencana banjir, yaitu:
1. Pra Bencana
Yang perlu diperhatikan dan dilakukan saat pra bencana banjir adalah:
a. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya
banjir (Siaga I sampai siapa IV dan langkah yang perlu diambil)
b. Mengetahui tingkat kerentanan banjir di tempat tinggal
c. Persiapan evakuasi, memahami rute evakuasi
d. Mengetahui bantuan yang dibutuhkan saat banjir

5
e. Persiapan tas siaga bencana, penyediaan makan dan minum
f. Mengetahui cara mematikan air, listrik dan gas
g. Menyimpan dokumen penting di tempat aman
h. Mendirikan tenda pengungsian dan dapur umum

Gambar 2. Pra bencana banjir, sumber: BNPB

2. Saat Bencana
Yang perlu diperhatikan dan dilakukan saat bencana banjir adalah:
a. Evakuasi ke tempat yang lebih tinggi (jika ada perintah evakuasi,
tinggalkan rumah)
b. Menyimak informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan
c. Mematikan semua jaringan listrik (instruksi dari pihak berwenang)
d. Tidak mengemudikan mobil di wilayah banjir
e. Membersihkan dan menyiapkan penampungan air bersih
f. Menggunakan tongkat saat berjalan di wilayah banjir untuk mengecek
kepadatan tempat berpijak
g. Waspada saluran air atau tempat melintas air yang dilalui arus deras

6
Gambar 3. Saat bencana, sumber: BNPB

3. Pasca Bencana
Yang perlu diperhatikan dan dilakukan saat pasca bencana banjir adalah:
a. Menghindari air banjir (mungkin terkontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancama kesetrum)
b. Menghindari air yang bergerak
c. Menghindari lokasi yang masih terkena bencana (kecuali butuh
sukarelawan)
d. Waspada jalan keropos/ambles akibat banjir
e. Kembali ke rumah sesuai perintah dari pihak yang berwenang
f. Hati-hati memasuki gedung (ancaman kerusakan)
g. Menjaga kesehatan dan keselamatan
 Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
 Buang makanan yang terkontaminasi air banjir
 Mendengarkan berita/informasi mengenai kondisi air, tempat shelter
dan bantuan, pakaian dan makanan
 Mendapatkan perawatan kesehatan di faskes terdekat
h. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa banjir
i. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (psn)
j. Kaporitisasi sumur gali
k. Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah (spal)

7
Gambar 4. Pasca banjir, sumber: BNPB

B. GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunung api, atau
runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan
berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan,
jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi
yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang berwenang untuk
mengeluarkan informasi kejadian gempa bumi adalah BMKG.
Berdasarkan ESDM, kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng
utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan
Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke
perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan
di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar
Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu
sering terjadi gempabumi. Berikut ini adalah 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi
Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu,
Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi

8
Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-
Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur. Peta indeks risiko
gempa bumi di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Peta indeks bencana gempa bumi, Sumber: BNPB, 2009.

Kejadian gempabumi dapat menimbulkan bahaya ikutan lain yang terkadang lebih
banyak membawa korban. Dampak atau bahaya ikutan tersebut diantaranya:
a. tsunami
b. bangunan roboh
c. kebakaran
d. tanah longsor
e. runtuhan batuan.rekahan tanah
f. kecelakaan industri, seperti di Fukushima, Jepang
g. banjir, akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya
(BNPB, 2014).

1. Pra Bencana
Secara umum, menurut Purnama (2017), mitigasi bencana gempa bumi meliputi:
mengenali lokasi bangunan tempat tinggal atau bekerja; membangun rumah dengan
konstruksi tahan gempa sesuai dengan standar yang berlaku, di Indonesia digunakan SNI

9
03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan; melakukan
renovasi terhadap bangunan yang belum tahan gempa serta yang kondisinya sudah tua
atau buruk; mengurangi risiko pergeseran dan robohnya perabot ketika terjadi gempa; dan
membentuk organisasi mandiri berbasis masyarakat dalam penanggulangan bencana
gempa bumi. Berdasarkan Permendagri No. 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum
Mitigasi Bencana, terdapat beberapa upaya pengurangan bencana (mitigasi) gempa bumi
antara lain:
a. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan
getaran/gempa.
b. Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas
bangunan.
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
d. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan bencana.
f. Penerapan zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan
lahan.
g. Membangun rumah dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi
h. Kewaspadaan terhadap resiko gempa bumi.
i. Selalu tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi goncangan gempa bumi.
j. Sumber api, barang-barang berbahaya lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang aman dan stabil.
k. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi.
l. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
m. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggatian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
n. Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
Menurut BNPB (2017), terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada
tahap pra bencana gempa bumi, yaitu:
a. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi

10
b. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan
saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala,
berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja
c. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
d. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa
bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian
bangunan yang sudah rentan.
e. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan
lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat sebelum terjadi bencana gempa bumi
diantaranya:
a. Perabot (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, dan bergeser saat terjadi
gempa.
b. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah.
c. Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa
bumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).
d. Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
e. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak
mudah pecah untuk menghindari kebakaran.
f. Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga apabila
terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat
paling aman untuk berlindung.
g. Tentukan jalan melarikan diri: pastikan Anda tahu jalan yang paling aman
untuk meninggalkan rumah setelah gempa.
h. Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga terpencar,
tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi yang aman dekat
rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.
i. Persiapkan makanan praktis untuk bertahan hidup sampai bantuan datang.
j. Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi ponsel
tidak berfungsi.
k. Pelajari cara memberikan pertolongan pertama, sebab ambulans bisa
datang terlambat lantaran akses jalan terputus.
11
l. Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti berlindung
di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lain-lain.
m. Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa bumi
terjadi supaya tidak saling mencari satu sama lain.
2. Saat Bencana
Tindakan yang dilakukan pada saat terjadi gempa bumi di dalam bangunan seperti
rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat diantaranya:
a. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan
keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk
menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca.
Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilahdi bawah pintu.
Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah.
b. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan
mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
c. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau
material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan
terbuka, jangan berdiri dekat tiang,pohon, atau sumber listrik atau gedung
yang mungkin roboh.
d. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga
darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator,
tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada
pengelola bangunan.
e. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut
bangunan.
f. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan, ikuti instruksi evakuasi (BNPB, 2017).
Jika terjadi gempa saat berada di dalam mobil, maka tindakan yang dilakukan
adalah:
a. Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap
mobil.
b. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.

12
c. Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan
sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai.
Apabila terjadi gempa bumi saat berada di dalam kereta api, berpeganganlah
dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan
secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah
mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
Perlu diperhatikan peringatan dini tsunami pasca gempa bumi agar segera melakukan
evakuasi menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi bencana gempa bumi
diantaranya:
a. Jangan panik/menimbulkan kepanikan yang bisa mengakibatkan korban,
berjongkok dan ikuti petunjuk petugas yang berwenang (safety
officer/captain floor).
b. Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan dan gunakan segitiga
aman.
c. Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju
tempat terbuka sembari lindungi kepala jika memungkinkan.
d. Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, berlindunglah di bawah meja
yang kokoh sambil memegang kakinya.
e. Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya
melindungi kepala.
f. Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator.
Jika memungkinkan, merapatlah ke sana.
g. Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan barang-barang yang tergantung, seperti
lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain.
h. Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan segeralah
keluar saat pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak terbuka, tekan
tombol darurat untuk memanggil bantuan.
i. Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga
kesimbangan agar tidak jatuh.
j. Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa mengakibatkan
ledakan.
k. Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.

13
l. Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api.
Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.
m. Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan kebakaran
atau ledakan.
n. Gunakan menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan
elevator. Menggunakan elevator karena berisiko terjebak di dalam.
o. Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat
bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak.
Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.
p. Jangan berdiri dekat tiang/benda/ bangunan/pohon, yang berpotensi
menimpa.
q. Bawalah barang-barang berharga yang tidak merepotkan, seperti dokumen,
surat-surat tanah, perhiasan, atau uang tunai.
r. Jika tengah memasak, selamatkan diri lebih dulu, kemudian matikan api
setelah gempa reda.
s. Jika tengah berada di kamar, gunakan bantal atau selimut tebal untuk
melindungi kepala.
t. Jika tengah berada di kamar mandi, manfaatkan gayung atau ember untuk
melindungi kepala. Lalu, segeralah pindah ke tempat aman.
3. Pasca Bencana
Menurut BNPB (2017), terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada
tahap pasca bencana gempa bumi, yaitu:
a. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
b. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi
berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan pada saat evakuasi.
c. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
d. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
e. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air.
Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang
rawan longsor.
f. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu
lintas
14
g. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi bencana gempa
bumi diantaranya:
 Hati-hati pada runtuhan benda, seperti papan reklame, kaca, dan
dinding bangunan.
 Pergilah menuju tempat pengungsian (shelter) terdekat yang ditentukan
setelah memastikan keadaan memungkinkan.
 Ketika proses evakuasi berlangsung malam hari, gunakan senter untuk
mencegah tersandung dan jatuh.
 Jika seseorang di sekitar tertimpa runtuhan bangunan, panggil orang
lain yang lebih berkompeten untuk membantu menyelamatkan. Jangan
menyelamatkan seorang diri karena berbahaya
 Usahakan jangan menggunakan mobil untuk upaya penyelamatan,
sebab bisa menghambat akses kendaraan darurat
 Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus – bayi, orang
jompo, orang disabilitas – dan orang lain yang membutuhkan bantuan.

C. GUNUNG BERAPI
Indonesia memiliki lebih dari 500 gunungapi dengan 127 di antaranya berstatus
aktif. Gunung-gunungapi aktif yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku merupakan sekitar 17% dari sebaran
gunungapi aktif dunia. Sebaran gunungapi meliputi wilayah Sumatera (30 gunungapi),
Jawa (35), Bali dan Nusa Tenggara (30), Maluku (16), dan Sulawesi (18). Berdasarkan
hasil kajian risiko, total jumlah jiwa terpapar risiko bencana letusan gunungapi di
Indonesia adalah sebanyak 2.396.761 jiwa di seluruh Provinsi di Indonesia dengan
potensi kerugian mencapai Rp. 13.6 Trilyun.
Di Indonesia, terdapat 3 kejadian letusan gunung berapi yang mendapat perhatian
dunia, yaitu:
a. Gunung Toba Purba, meletus sekitar 70.000 tahun yang lalu. Letusan ini
menyebabkan munculnya sekitar 2.000-3.000 km kubik batu dan debu
panas. Diperkirakan 10.000 manusia dan makhluk hidup menjadi korban
b. Gunung Tambora, meletus tahun 1815. Sebelum meletus, ketinggian
gunung mencapai 4.300 meter. Setelah letusan, berkurang menjadi 2.851
meter. Korban letusan mencapai 17.000 orang.

15
c. Gunung krakatu, meletus tahun 1883. Mengakibatkan perubahan iklim
menurun 1.2 celcius lima tahun berturut-turut. 30.000 korban jiwa akibat
letusan gunung ini.
Tingkat Status (level) Gunung Api
Level Status Keterangan
IV Awas Tingkatan yang menunjukkan jelang letusan utama, letusan awal
mulai terjadi berupa abu atau asap. Berdasarkan analisis data
pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
III Waspada Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual atau pemeriksaan
kawah, kegempaan dan metode lain saling mendukung. Berdasarkan
analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.
II Siaga Peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau
hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lain.
I Normal Aktivitas gunung api, berdasarkan pengamatan hasil visual,
kegempaan, dan gejala vulkanik lain, tidak memperlihatkan adanya
kelainan.
Kawasan Rawan Bencana (KRB)
KRB III KRB III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava,
guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun. Kawasan ini meliputi
daerah pucak dan sekitar.
KRB II KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava,
lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas,
aliran lahar, dan gas beracun.
KRB II dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Kawasan rawan terhadap awan panas,
aliran lava, guguran lava, aliran lahar, dan gas beracun terutama daerah hulu. 2)
Kawasan rawan terhadap hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan/atau hujan
lumpur panas.
KRB I Kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan
abu, dan/atau air dengan keasaman tinggi. Apabila letusan membesar, kawasan
ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan
berupa hujan abu lebat, serta lontaran batu (pijar).
KRB I dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Kawasan rawan terhadap lahar. Kawasan
ini terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di
daerah puncak. 2) Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan
arah tiupan angin.

16
Agar gunung meletus tidak menimbulkan banyak korban maka perlu dilakukan usaha-
usaha pengenalan dan penanggulangan bencana, yaitu:
1. Pra Bencana
Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang/ pemerintah sebelum terjadi
letusan adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif
b. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung
api, peta zona risiko bahaya gunung api, serta peta pendukung lainnya,
seperti peta geologi gunung api.
c. Membuat langkah-langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan
gunung api.
d. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada
masyarakat.
e. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung
api.
f. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan
sarana dan prasarana.
Tindakan individu/masyarakat sebelum terjadi letusan adalah sebagai berikut:
a. Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat mengungsi
b. Memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api.
c. Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang bertanggung jawab
d. Memiliki persediaan kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti obat-obatan dan
makanan yang memadai.
e. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak
berwenang
f. Membawa barang-barang yang berharga, terutama dokumen dan surat
penting
g. Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar
prediksi ahli
Persiapan untuk melakukan pengungsian meliputi:
a. Persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu
vulkanik.
b. Persiapkan dukungan logistic, khususnya bagi keluarga minimal untuk
kebutuhan tiga hari pertama.
17
c. Mengetahui jalur evakuasi, titik kumpul dan lokasi pengungsian yang telah
disiapkan oleh pihak berwenang. Kadang lokasinya harus berpindah-
pindah sesuai dengan prediksi besaran letusan.
d. Kenali layanan kesehatan yang bisa diakses, misalnya dimana lokasi
puskesmas di dekat pengungsian
e. Persiapkan lampu senter dan baterai cadangan, karena kadang ketika
letusan terjadi instansi listrik harus dimatikan.
f. Persiapkan uang tunai secukupnya.
2. Saat Bencana
Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang/ pemerintah saat terjadi
letusan adalah sebagai berikut:
a. Membentuk tim Tanggap Darurat bila terjadi peningkatan aktivitas gunung
api, mengevaluasi laporan dan data PVMBG, mengirimkan tim ke lokasi.
b. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan
penambahan peralatan yang lebih memadai.
c. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur
Adapun mekanisme pelaporan status gunung berapi adalah sebagai berikut:
a. Aktif-Normal, setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari
Pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB. Laporan bulanan
disampaikan oleh Pengamat gunungapi ke Kantor DVMBG ditembuskan
kepada Pemprov dan Pemerintah kabupaten.
b. Waspada, selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporan
mingguan disampaikan kepada Kepala Badan Geologi.
c. Siaga dan awas, tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan
evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan
kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan
Direktorat Keselamatan Penerbangan.
Tindakan individu/masyarakat sebelum terjadi letusan adalah sebagai berikut:
a. Pastikan anda sudah berada di shelter atau tempat yg aman dari dampak
letusan, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah
dipastikan aman.
b. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah
aliran lahar
c. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
18
d. Pakailah kacamata pelindung.
e. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
f. Jangan gunakan lensa kontak karena akan mengakibatkankerusakan
kornea (saat hujan abu vulkanik)
3. Pasca Bencana
Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang/ pemerintah setelah terjadi
letusan adalah sebagai berikut:
a. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
b. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
c. Memberikan sarana penanggulangan bahaya
d. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
e. Menurunkan status tingkat kegiatan.
f. Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah menurun.
g. Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
h. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena
bencana.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu/masyarakat setelah terjadi letusan
adalah sebagai berikut:
a. Apabila anda dan keluarga harus tinggal lebih lama di shelter, pastikan
kebutuhan dasar terpenuhi dan pendampingan khusus bagi anak-anak dan
remaja diberikan
b. Ikuti perkembangan informasi dari pihak berwenang
c. Apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali, periksalah rumah dan
barang lain yang ada.
d. Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan
dan memperbaiki saranasarana yang masih dapat dimanfaatkan.
e. Membantu tim medis menolong para korban.
f. Tetap gunakan master dan kacamata pelindung ketika berada di wilayah
yang terdampak abu vulkanik.
g. Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar
pada musim hujan.
h. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu

19
i. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik
sebab bisa merusak mesin kendaraan seperti rem, persneling, hingga
pengapian.
j. Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik
k. Jika memungkinkan, bantulah orang disabilitas, wanita hamil, anak-anak,
atau mereka yang membutuhkan bantuan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya pengelolaan bencana dapat dilakukan sejak tahap pra bencana, saat
bencana, dan pascabencana untuk mengurangi dampak buruk dari bencana. Selain
pemerintah, diperlukan juga peran dari masyarakat dalam penaggulangan bencana agar
pelaksanaannya berjalan secara maksimal.
a. Pada bencana banjir yang lebih sering terjadi di banding bencana alam
lainnya di Indonesia, yang dapat dilakukan dalam tahap pra bencana
adalah mengetahui peringatan bahaya banjir, mengetahui tingkat
kerentanan tempat tinggal akan bencana banjir, mempersiapkan alat
evakuasi seperti tas siaga bencana, makanan dan minuman serta cadangan
air bersih, menyelamatkan dokumen penting dan mendirikan tenda
pengungsian serta dapur umum. Tindakan yang dilakukan saat benacan
banjir adalah evakuasi saat diperintahkan, menyimak informasi banjir,
meningkatkan kewaspaaan, mematikan semua jaringan listrik, mewaspadai
saluran air dan tempat melintas air serta menjaga penampungan air bersih
agar tetap cukup dan bersih. Kemudian tindakan saat pasca bencana adalah
menghindari air banjir kecuali menjadi sukarelawan, mengajaga kesehatan,
waspada dengan jalanan dan bangunan yang rusak serta kembali ke rumah
saat sudah dihimbau.
b. Pada bencana gempa bumi, tindakan tahap pra bencana yang dilakukan
seperti mengenali bangunan tempat tinggal/bekerja, membangun rumah
dengan konstruksi sesuai standar yang aman terhadap gempa bumi,
menyiapkan rencana penyelamatan gempa bumi, melakukan latihan yang
dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi,
mengurangi risiko pergeseran dan robohnya perabot, serta membentuk
organisasi mandiri berbasis masyarakat untuk penanggulangan gempa
bumi. Tindakan saat bencana gempa bumi meliputi penyelamatan diri baik
di dalam gedung maupun di dalam kendaraan dengan cepat dan tepat.
Sedangkan tindakan pasca bencana gempa bumi meliputi kewaspadaan
tsunami/gempa susulan, dan evakuasi korban lain.

21
c. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak letusan gunung
berapi dapat dibedakan menjadi tiga tahapan. Tahapan pertama, yaitu pra-
bencana melipui pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api
yang sedang aktif, pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan
bencana letusan gunung api, peta zona risiko bahaya gunung api, serta peta
pendukung lainnya, seperti peta geologi gunung api, membuat langkah-
langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api.
Tahapan kedua, saat tejadi bencana, yaitu: Membentuk tim Tanggap
Darurat bila terjadi peningkatan aktivitas gunung api, mengevaluasi
laporan dan data PVMBG, mengirimkan tim ke lokasi. Tahapan ketiga,
pasca bencana meliputi rekonstruksi dan rehabilitasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2009. Peta Indeks Risiko Gempabumi di Indonesia. Diakses melalui:


http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/02/2010-02-
10_gempabumi_kabupaten_bnpb.pdf
BNPB. 2014. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.
Tersedia di: https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf
BNPB. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.
Tersedia di https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-content/uploads/documents/Buku_Saku-
10Jan18_FA.pdf
BNPB. 2019. Trend Bencana 2013-2017. Diakses melalui:
https://bnpb.go.id/trend-bencana-2013-2017
ESDM. Pengenalan Gempabumi. Diakses melalui:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gempa_Bumi.pdf
Permendagri No 33/2006 Tentang Pedoman Mitigasi Bencana.
Purnama, Sang Gede. 2017. Modul Manajemen Bencana. Bali: Universitas
Udayana.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian
Rakyat
Pusat Ilmu Geografi. 2015. 10 Penyebab Banjir – Akibat dan Cara Mengatasi
Banjir. https://ilmugeografi.com/bencana-alam/penyebab-banjir diakses pada 24 Maret
2019.
Badan Nasional Penanggulan Bencana. 2017. Siaga Bencana Banjir.
https://www.bnpb.go.id/infografis/detail/siaga-bencana-banjir diakses pada 24 Maret
2019.
Islahuddin. 2017. Indeks risiko bencana di 34 Ibu Kota Provinsi se-Indonesia.
https://beritagar.id/artikel/berita/indeks-risiko-bencana-di-34-ibu-kota-provinsi-se-
indonesia diakses padsa 24 Maret 2019.
Purnamasari, Desi. 2017. Indonesia, Negeri Ribuan Bencana.
https://tirto.id/indonesia-negeri-ribuan-bencana-cCnu diakses pada 24 Maret 2019.

23

Anda mungkin juga menyukai