Anda di halaman 1dari 83

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN


KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA BATULICIN IRIGASI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATULICIN 1
TAHUN 2023

HADY PRAYITNO
NIM. 1114210706

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2023
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA BATULICIN IRIGASI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATULICIN 1
TAHUN 2023

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Darul Azhar Batulicin

HADY PRAYITNO
NIM. 1114210706

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2023

i
ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Hipertensi Di Desa Batulicin
Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1 Tahun 2023”, ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dalam penyusunan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Program Khusus S1 Keperawatan Stikes Darul
Azhar Batulicin.
Proposal ini telah disusun semaksimal mungkin dengan segala kemampuan
yang penyusun miliki, namun penyusun menyadari apa yang disajikan jauh dari
sempurna dan ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan dan petunjuk serta
dukungan dari berbagai pihak sehingga Proposal ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. dr. H. M. Zairullah Azhar, M.Sc selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam
Darul Azhar Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Dr. Ir. H. Budi Santoso, MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Darul Azhar Batulicin Tanah Bumbu.
3. Farhandika Putra, Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
dan pembimbing yang telah memberikan waktu, pemikiran, dan perhatian
dalam membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyusun Proposal.
4. Tika Sari Dewy, Ns.,M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan
waktu, pemikiran, dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan
penulis dalam menyusun Proposal.
5. Herdy Juniawan, Ns.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
waktu, pemikiran, dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan
penulis dalam menyusun Proposal.
6. dr. Rinasary Aras selaku Kepala Puskesmas Batulicin 1 yang telah
mendukung dan memberikan ijin dalam pengambilan data untuk penyusunan
Proposal ini.
7. Supriyadi ,Amd selaku Kepala Desa dan Staf Desa Batulicin Irigasi yang
telah memberikan dukungan dan ijin dalam pengambilan data dan
memberikan tempat untuk melakukan penelitian.

iii
8. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Darul Azhar Kabupaten Tanah Bumbu, yang telah
memberikan bantuan, bimbingan , pelajaran, dan arahan selama penulis
mengikuti pendidikan.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Progran Khusus Studi SI Keperawatan angkatan
Tahun 2022-2023 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penyusunan Proposal ini.
10. Teman-teman sejawat Puskesmas Batulicin 1 yang telah banyak membantu
dalam penyusunan Proposal ini.
Semoga semua bantuan dan dukungan mendapatkan balasan dari Allah
SWT, Amin Yaa Robbal Alamin. Penyusun menyadari dalam penyusunan
proposal ini masih banyak terdapat kekurangan baik materi, maupun tata bahasa,
sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran masukan yang bersifat
membangun untuk melengkapi kekurangan proposal ini selanjutnya.
Penyusun berharap semoga Proposal ini bermanfaat bagi pembaca, dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Batulicin, 02 April 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 7
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
2.1 Konsep Hipertensi ................................................................. 10
2.1.1 Definisi Hipertensi ....................................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ................................................... 11
2.1.3 Jenis dan Penyebab Hipertensi ..................................... 11
2.1.4 Gejala Hipertensi .......................................................... 16
2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi .......................................... 17
2.1.5 Komplikasi Hipertensi ................................................. 23
2.2 Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi ................. 25
2.2.1 Definisi Pengetahuan .................................................... 25
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ....... 28
2.2.3 Pengetahuan Tentang Hipertensi ................................... 33
2.2.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan ................................. 34
2.3 Konsep Kepatuhan Minum Obat Hipertensi .......................... 35
2.3.1 Definisi Kepatuhan ....................................................... 35
2.3.2 Kepatuhan Minum Obat Hipertensi ............................. 35
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minum Obat
Hipertensi ...................................................................... 36
2.3.4 Pengukuran Kepatuhan Minum Obat Hipertensi ......... 41

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ..................................................... 43


3.1 KerangkaTeori ........................................................................ 43
3.2 Kerangka Konsep ................................................................... 44
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 45
BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................... 46
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 46
4.1.1 Tempat Penelitian .......................................................... 46
4.1.2 Waktu Penelitian ........................................................... 46

v
4.2 Desain Penelitian .................................................................... 46
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 47
4.3.1 Populasi ......................................................................... 47
4.3.2 Sampel dan Sampling .................................................... 47
4.4 Variabel Penelitian ................................................................. 50
4.4.1 Variabel Independen ..................................................... 50
4.4.2 Variabel Dependen ........................................................ 50
4.5 Definisi Operasional ............................................................... 51
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................... 51
4.6.1 Instrumen Tingkat Pengetahuan .................................... 51
4.6.2 Instrumen Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita
Hipertensi ...................................................................... 52
4.7 Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 52
4.8 Pengolahan Data ..................................................................... 54
4.9 Analisa Data ........................................................................... 55
4.9.1 Analisa Univariat........................................................... 55
4.9.2 Analisa Bivariat ............................................................. 55
4.10 Etika Penelitian ..................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 7


Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Pedoman 10
Tabel 4.1 Definisi Operasional 50
Tabel 4.2 Interpretasi Keeratan Korelasi 56
Tabel 4.2 Interpretasi Keeratan Korelasi 56

vii
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Teori Skripsi Hubungan Antara Tingkat


Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi Wilayah
Kerja Puskesmas Batulicin 1 42
Skema 3.2 Kerangka Konsep Skripsi Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi Wilayah
Kerja Puskesmas Batulicin 1 43

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Rangkaian Penelitian


Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Quesioner Penelitian
Lampiran 5. Lembar Monitoring Konsultasi Bimbingan

ix
DAFTAR SINGKATAN

IHME : Institute for Health Metrics and Evaluation


WHO : World Health Organization
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
PERKI : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
PERHI : Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia
BPS : Badan Pusat Statistik
PTM : Program Penyakit Tidak Menular
HCT : Hidroklortiazid
ARB : Angiotensin II Receptor Blocker
CCB : Calcium Channel Blocker
ACE-I : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ARBs : Angiotensin Ii Receptor Blockers
HK-LS : Hypertension Knowledge-Level Scale

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis dan tidak menular

serta termasuk faktor resiko utama penyakit kardiovaskular aterosklerotik,

gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi dapat menimbulkan

morbiditas atau mortalitas dini yang meningkat saat tekanan darah sistolik

dan diastolik meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan

dapat merusak pembuluh darah di organ target seperti jantung, ginjal, otak

dan mata (Smeltzer, 2017).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 di

seluruh dunia sekitar 40% dari orang dewasa yang berusia 25 tahun keatas

telah terdiagnosis dengan hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus

meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5

Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya

10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes

RI, 2018). Data penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2016

didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta dengan penyebab kematian

terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler 36,9%. Institute for Health

Metrics and Evaluation (IHME) juga menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta

kematian tahun 2017 di Indonesia didapatkan faktor risiko yang

menyebabkan kematian adalah hipertensi sebesar 23,7%, hiperglikemia

1
2

sebesar 18,4%, merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%

(Kemenkes RI, 2019). WHO mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi

secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah

penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya

pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki (Kemenkes RI, 2020).

Pemerintah melalui kementerian kesehatan terus berupaya mendukung

program kesehatan dalam pengendalian penyakit tidak menular hipertensi

melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan

upaya-upaya pencegahan dan mengenal lebih dini tentang hipertensi,

dikarenakan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang

hipertensi masih rendah, dan itu merupakan masalah utama. Oleh karena itu

perlu diberikan edukasi dengan cara yang mudah dipahami dan mendorong

kemandirian masyarakat untuk mengenal dan mampu mencegah penyakit

hipertensi serta memahami pentingnya kepatuhan (compliance) dalam

menjalankan pengobatan dan perubahan gaya hidup (Kemenkes RI, 2014).

Kepatuhan dalam pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting

karena merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus

selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat

berujung pada kematian (Mangendai dkk, 2017). Data WHO menyebutkan

pada tahun 2013 ada 50-70% pasien yang tidak patuh terhadap obat

antihipertensi yang diresepkan. Rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan

hipertensi berpotensi menjadi penghalang tercapainya tekanan darah yang

terkontrol dan dapat dihubungkan dengan peningkatan biaya rawat inap


3

serta komplikasi penyakit jantung (Harahap dkk, 2019). Pengetahuan pasien

tentang hipertensi dibutuhkan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan

(Sahadewa, dkk, 2019). Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam

menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan mencegah

terjadi komplikasi (Lailatushifah, 2012).

Menurut Presticasari (2017) pada jurnal penelitian yang dilakukannya

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan menggunakan

antihipertensi. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Harahap dkk (2019)

dari hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan pengetahuan penderita

hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi dengan nilai

p=0,014.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terjadi

peningkatan prevalensi kejadian hipertensi dari 25,8% (2013) menjadi

34,1% (2018) dengan provinsi Kalimantan Selatan menempati posisi

pertama yaitu 44,1 % prevalensi Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran

pada penduduk umur ≥ 18 tahun, angka tersebut diatas angka Nasional

sebesar 34,1 %. Proporsi riwayat minum obat hipertensi berdasarkan

diagnosis Dokter diketahui ada 54,4 % pasien yang rutin minum obat,

kemudian 32,3 % tidak rutin minum obat dan sisanya 13,3 % tidak minum

obat hipertensi (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun

2020, presentase capaian penderita hipertensi yang mendapat pelayanan


4

kesehatan di Tanah bumbu sebesar 18,3%, masih dibawah capaian provinsi

sebesar 28,8% (Dinkes Prov Kalsel, 2020).

Hasil laporan program penyakit tidak menular Puskesmas Batulicin 1

tahun 2022, jumlah kasus penyakit hipertensi umur ≥ 15 tahun ada

sebanyak 1821 orang yang tersebar di lima desa wilayah kerja Puskesmas

Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang yaitu desa Manunggal, Batulicin

Irigasi, Madu Retno, Maju Sejahtera, dan Selaselilau sebanyak masing-

masing 985, 293, 186, 302, dan 55 orang dengan jumlah penduduk umur ≥

15 tahun sejumlah masing-masing 4165, 1090, 1488, 1304, dan 432 jiwa.

Sedangkan hasil laporan kunjungan berobat rawat jalan, penyakit hipertensi

yang juga merupakan penyakit terbanyak kedua di Puskesmas Batulicin 1

ada sebanyak 884 kunjungan selama tahun 2022 (Profil Puskesmas

Batulicin 1, 2022).

Jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun

2021 mencapai 328.146 jiwa dari 4.122.576 jiwa penduduk di Provinsi

Kalimantan Selatan, dengan jumlah penduduk kelompok umur diatas 15

tahun sebanyak 276.556 jiwa dari jumlah keseluruhan penduduk diatas 15

tahun provinsi yaitu sebanyak 3.154.399 jiwa. (BPS Kalimantan Selatan,

2022). Jumlah penduduk pada tahun 2022 di Kecamatan Karang Bintang

yang terdiri dari 11 desa sebanyak 20.793 jiwa (BPS Kabupaten Tanah

Bumbu, 2022). Sedangkan data yang didapat dari kantor desa Batulicin

Irigasi, jumlah penduduk pada tahun 2022 sebanyak 1533 jiwa dengan
5

jumlah kelompok umur ≥ 15 tahun sebanyak 1090 jiwa (Desa Batulicin

Irigasi, 2022).

Desa Batulicin Irigasi merupakan desa dengan proporsi penderita

hipertensi berdasarkan jumlah penduduk desa pada kelompok umur ≥ 15

tahun pada tahun 2022 yang tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Batulicin

1 Kecamatan Karang Bintang yaitu 26,9 % (Laporan PTM Puskesmas

Batulicin 1, 2022).

Hasil dari wawancara terhadap keteraturan minum obat hipertensi

untuk studi pendahuluan terhadap penderita hipertensi yang berkunjung di

Pos UKK dan Posyandu Lansia pada bulan Desember 2022, didapatkan 3

orang dari mereka tidak meminum obat hipertensi dikarenakan merasa tidak

ada keluhan maupun gejala dan ada 2 orang yang bosan karena harus

minum obat setiap hari, ada 2 orang yang meminum obat hipertensi jika ada

keluhan atau gejala saja, serta ada 2 orang yang minum obat hipertensinya

secara rutin. Dari hal tersebut didapatkan masyarakat masih mengganggap

sepele penyakit tersebut dengan alasan tidak bergejala sehingga mereka

tidak memeriksakan kembali tekanan darahnya bahkan ada yang tidak lagi

meminum obat hipertensinya karena bosan ataupun tidak meminum obat

hipertensi secara teratur sesuai anjuran.

Berdasarkan paparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi

Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1”.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut “Apakah ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada

penderita hipertensi di desa Batulicin Irigasi wilayah kerja Puskesmas

Batulicin 1?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa Batulicin

Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan pada Penderita

Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas

Batulicin 1.

2. Mengindentifikasi Kepatuhan Minum Obat pada Penderita

Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas

Batulicin 1.

3. Menganalisis Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa

Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi sarana belajar, pengembangan diri serta

menambah pengalaman peneliti khususnya tentang pengetahuan dan

kepatuhan minum obat terhadap penderita hipertensi.

1.4.2 Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kepatuhan penderita hipertensi dalam minum obat.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan,

pembanding, pendukung, serta pelengkap informasi pada penelitian

selanjutnya mengenai pengendalian tekanan darah berdasarkan

pengetahuan dan kepatuhan minum obat terhadap penderita hipertensi.

1.4.4 Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tempat

penelitian khususnya desa dalam memperoleh data kepatuhan minum

obat hipertensi pada masyarakatnya dan bermanfaat dalam

penyusunan upaya peningkatan pengobatan khususnya hipertensi di

tingkat desa.
8

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul dan
No Metode Hasil Kesamaan Perbedaan
Nama
1. Faktor-Faktor Jenis penelitian Bahwa tidak ada -Persamaan -Penelitian diatas
Internal observasional hubungan bermakna terdapat pada hanya
Ketidakpatuha analitik dengan antara umur (p=0,811), pendekatan cross menggunakan 2
n Pengobatan pendekatan cross jenis kelamin (p=0,396), sectional. variabel.
Hipertensi di sectional. pekerjaan (p=0,248), - Sampel
Puskesmas Pengambilan lama menderita dilakukan dengan
Kedungmundu sampel dalam (p=0,081), jumlah obat teknik purposive
Kota penelitian ini antihipertensi yang sampling.
Semarang dilakukan dengan diminum (p=0,467) dan - Lokasi dan
(Pujasari dkk, tehnik non efek samping obat tempat dilakukan
2015) probability (p=0,182), namun penelitian
sampling yaitu terdapat hubungan berbeda.
consecutive signifikan antara tingkat - Teknik analisis
sampling. Tehnik pendidikan (p= < data univariat dan
analisis data 0,0001), pengetahuan bivariat dengan
menggunakan (p= <0,0001; 95% uji Rank
analisis univariat CI=24,21-307,10; Spearman.
dan bivariat dengan POR=86,2) dan lama
uji Chi Square dan Pengobatan (p=0,003)
menggunakan dengan ketidakpatuhan
analisis multivariate dalam pengobatan pasien
dengan regresi hipertensi
logistik.
2. Factors Methods data were Results fifty nine (15%) - Similarities - Different
Affecting acquired from 384 participants had good questionnaire research
Self-Reported people ≥45 years hypertension knowledge used of MMAS-8 participants on
Medication old living in eight (score ≥8 out of 10). for measure ≥15 years old.
Adherence rural villages via a Compared to participants medication - Different
and researcher with poor knowledge, adherence. location of
Hypertension administered these participants had - Similarities research.
Knowledge: A questionnaire, a higher formal education methods of cross - This research
Cross- validated adherence (odds ratio = 2.7, 95% sectional study. used HK-LS
Sectional scale and confidence interval = - Similarities for instrument for
Study in Rural standardized 1.5–4.7), and live closer to take samples measure
Villages, hypertension to a community health with purposive knowledge
Yogyakarta knowledge survey. center (odds ratio = 1.8, sampling. hypertension.
Province, Multivariate 95% confidence interval
Indonesia analysis was to = 1.0-3.3). Good
(Rahmawati identify the hypertension knowledge
and Bajorek, predictor of predicted good
2018) adherence and adherence to medication
knowledge. (odds ratio = 7.1, 95%
confidence interval =
3.3-15.2). Only 42 (11%)
participants were
considered to have good
adherence
9

3. Hubungan Jenis penelitian Didapatkan ada - Persamaan pada - Sampel


Pengetahuan analitik dengan hubungan pengetahuan variabel dilakukan dengan
Penderita rancangan cross penderita hipertensi penelitian. teknik purposive
Hipertensi sectional. tentang hipertensi - Persamaan sampling.
Tentang Pengambilan dengan kepatuhan terdapat pada - Lokasi dan
Hipertensi sampel dalam minum obat pendekatan cross tempat dilakukan
dengan penelitian ini antihipertensi dengan sectional. penelitian
Kepatuhan dilakukan dengan nilai p = (0,014) ≤ (0,05). berbeda.
Minum Obat tehnik accidental - Teknik analisis
Antihipertensi sampling .Tehnik data univariat dan
di Wilayah analisis data bivariat dengan
Kerja menggunakan uji Rank
Puskesmas analisis univariat Spearman.
Kampa dan analisis bivariat
(Harahap dkk, dengan uji Chi
2019) Square.
4. The The design of this Statistical test results - Similarities - Different
Relationship study used a show a correlation with questionnaire research
of Family correlational compliance with used of MMAS-8 participants on
Support and description hypertension treatment for measure ≥15 years old.
Patients approach with a showed that there was a medication - Different
Knowledge cross-sectional strong relationship adherence location of
With The approach. The between family support - Similarities research.
Treatment population of this with hypertension methods of cross - Different using
Adherence of study was 189 treatment adherence with sectional study. purposive
Hypertension elderly p = 0.001, and there was sampling.
Patients hypertension no relationship between - Different
(Sukartini et patients. The patients’ knowledge with analyzed using
al., 2020) samples are 51 adherence to chi-square.
people using a hypertension treatment - This research
consecutive with p=0.772 using HK-LS
sampling technique. instrument for
The data were measure
analyzed using chi- knowledge
square with α =0.05 hypertension.
5. Hubungan Jenis penelitian Menunjukkan pasien - Persamaan - Lokasi dan
antara dengan rancangan hipertensi memiliki terdapat pada tempat dilakukan
Pengetahuan cross sectional tingkat pengetahuan dan pendekatan cross penelitian
Pasien dan study. Pengambilan kepatuhan yang tinggi sectional study. berbeda.
Kepatuhan sampel dilakukan dengan angka 61 - Pengambilan - Responden pada
Minum Obat dengan tehnik (69,3%) dan 40 (45,5%) sampel dengan penelitian ini
Antihipertensi purposive sampling secara berturut-turut. teknik purposive adalah usia ≥15
di Puskesmas . Menggunakan Analisis bivariat sampling. tahun.
Mengwi I instrument HK-LS menunjukkan hubungan - Instrumen juga
(Apsari dkk, untuk mengukur yang cukup dan menggunakan
2022) pengetahuan dan signifikan antara HK-LS untuk
MMAS-8 untuk kepatuhan dengan mengukur
mengukur pengetahuan terkait pengetahuan dan
kepatuhan. Tehnik penanganan medis (r = MMAS-8 untuk
analisis data 0,371; p = 0,000), gaya mengukur
menggunakan hidup (r = 0,310; p = kepatuhan.
analisis univariat 0,003) dan diet (r = - Analisis data
dan analisis bivariat 0,318; p = 0,003). univariat dan
dengan uji Rank bivariat dengan
Spearman. Rank Spearman.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah

tinggi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang

melebihi ambang batas normal yaitu tekanan darah sistolik ≥140 dan

atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang

berulang (WHO, 2021).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu

keadaan medis dimana ditandai dengan meningkatnya kontraksi

pembuluh darah arteri sehingga terjadilah resistensi aliran darah

yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah,

kemudian meningkatkan kerja jantung agar bekerja lebih maksimal

untuk memompa darah melalui pembuluh darah arteri yang sempit.

Jika keadaan seperti ini terus-menerus berlangsung akan

menyebabkan pembuluh darah dan jantung rusak. Hipertensi sering

disebut sebagai slient killer atau pembunuh diam-diam, hal ini

dikarenakan hipertensi sering terjadi tanpa gejala (Yahya P dkk,

2017).

10
11

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) dapat dilihat pada tabel

2.1

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal ˂120 Dan ˂80
Normal 120-129 Dan/ atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/ atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/ atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 Dan/ atau ≥110
Hipertensi sistolik ≥140 Dan ˂90
terisolasi
(Sumber: PERKI, 2015)

2.1.3. Jenis dan Penyebab Hipertensi

Hipertensi dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi

rendahnya sistolik dan diastolik. Nilai tekanan darah dapat bervariasi

karena berbagai kondisi. Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua

kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder

(Octaviani, 2021).

1. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah

hipertensi yang sampai saat ini masih belum diketahui

penyebabnya. Hampir 90% penderita hipertensi tergolong

sebagai hipertensi esensial. Hipertensi primer biasanya dikaitkan

dengan beberapa faktor risiko dibawah ini :


12

a. Keturunan (genetik)

Menurut Agnesia (2012), yang mengemukakan bahwa

riwayat keluarga yang menderita hipertensi terbukti

merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan

terjadinya hipertensi. Faktor genetik pada keluarga tertentu

akan menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko

menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio

antara kalium terhadap natrium.

b. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin

menurun dengan produktivitas organ tubuh seseorang.

Hampir setiap survei yang dilakukan para ahli ditemukan

terjadinya kenaikan tekanan darah rata-rata dengan naiknya

usia (Maya Apriyanti, 2013).

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tekanan darah yang tidak dapat diubah.

Laki-laki memiliki tingkat hipertensi yang lebih tinggi

daripada wanita namun memiliki tingkat kewaspadaan yang

lebih rendah terhadap penyakit hipertensi daripada wanita

(Everret dan Zajacova, 2015).


13

d. Ras

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam

dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum

diketahui secara pasti etiologinya (Sylvestris, 2014).

e. Obesitas

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Kartika, 2016) dengan

yaitu ditemukan bahwa responden dengan berlebihnya

asupan lemak maka berisiko 4,246 kali lebih tinggi untuk

mengalami hipertensi dibandingan responden dengan

asupan lemak yang rendah. Perubahan fisiologis dapat

menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan

tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-

angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Insulin

merupakan zat penekan karena meningkatkan reabsobsi

natrium dan kadar katekolamin (Liwang, dkk, 2020).

f. Kurang aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik seseorang dapat menyebabkan

denyut jantung meningkat. Hal tersebut menyebabkan

jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah

sehingga tahanan perifer juga meningkat sehingga dapat

mengakibatkan tekanan darah naik. Aktivitas fisik yang


14

kurang juga dapat menyebabkan obesitas yang termasuk

faktor risiko hipertensi (Anindya, 2022).

g. Konsumsi garam

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma,curah jantung dan tekanan

darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6

gr / hr yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400

mg/hr. Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan

tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume

darah (Lina, 2016).

h. Gaya hidup

Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian yang dimana

responden dengan kebiasaan konsumsi makanan berlemak

kategori cukup sebagian bear tidak mengalami hipertensi

(68,57%) dan responden dengan kebiasaan konsumsi

makanan berlemak kategori sering sebagian besar

mengalami hipertensi (84,21%) menunjukkan bahwa

hubungan antara keduanya bersifat searah dimana semakin

sering kebiasaan konsumsi makanan berlemak akan

semakin berisiko untuk mengalami hipertensi (Oktadoni

Saputra dkk, 2016).


15

i. Kebiasaan merokok

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan

insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis

arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Nikotin dalam

rokok juga diketahui dapat menstimulasi syaraf simpatis

dan meningkatkan sekresi epinefrin (PERHI, 2019).

j. Stress

Seseorang yang mengalami stress fisik atau emosional dapat

meningkatkan tekanan darah. Stress menyebabkan resistensi

pembuluh darah perifer meningkat sehingga merangsang

aktivitas saraf simpatis yang membuat tekanan darah naik

secara intermiten (Anindya, 2022).

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari

penyakit sebelumnya. Secara klinis dikenal dua jenis hipertensi

yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial, yang

penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dengan

penyebab diketahui. Pada anak, sebagian besar (>90%)

hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang diketahui

penyebabnya, sedangkan pada orang dewasa sebagian besar

(sekitar 90%) merupakan hipertensi primer, dan sisanya (10%)

merupakan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui. 1,2


16

Sekitar 50% hipertensi sekunder disebabkan kelainan jaringan

ginjal (Nadeak, 2016).

Menurut PERHI (2019) etiologi dari hipertensi

sekunder dibagi dalam beberapa kategori :

a. Hipertensi kardiovaskular, dihubungkan dengan

peningkatan Resistensi Perifer Total (TPR) yang kronik

akibat aterosklerosis.

b. Hipertensi ginjal (renalis) dapat terjadi akibat penyakit

parenkim ginjal dan penyakit renovaskular.

c. Hipertensi endokrin akibat dari beberapa kelainan endokrin.

d. Hipertensi neurogenik, dapat diakibatkan oleh defek pada

pusat kontrol kardiovaskular atau baroreseptor, juga karena

efek kompensasi terhadap reduksi aliran darah diotak.

2.1.4. Gejala Hipertensi

Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer kerena

termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala – gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul

gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa sehingga

korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit ( Seftian,

2021).

Gejala – gejala hipertensi bervariasi pada masing – masing

individu dan hampir sama dengan penyakit lainnya. Gejala – gejala

itu adalah (Situmorang, 2015) :


17

1. Sakit kepala

2. Jantung berdebar – debar

3. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

4. Mudah lelah

5. Penglihatan kabur

6. Wajah memerah

7. Hidung berdarah

8. Sering buang air kecil terutama dimalam hari

9. Telinga berdenging (tinnitus)

10. Dunia terasa berputar (vertigo)

2.1.5. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan

pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas penyerta

dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah

sesuai target. Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan

dengan dua pendekatan yaitu secara non farmakologi dan

farmakologi (Presticasari, 2017).

1. Non Farmakologi

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat

menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,

tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup


18

sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani

setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu

tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang

diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang

lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi

(PERKI, 2015).

Berdasarkan pedoman tatalaksana hipertensi oleh

PERKI (2015) ada beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan

yaitu :

a. Penurunan berat badan

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak

asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan

manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti

menghindari diabetes dan dislipidemia.

b. Mengurangi asupan garam

Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan

makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang

pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada

makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan

sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga

bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada

pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan

garam tidak melebihi 2 gr/ hari.


19

c. Olahraga

Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60

menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong

penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak

memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya

harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai

sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di

tempat kerjanya.

d. Mengurangi konsumsi alkohol

Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup

yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol

semakin hari semakin meningkat seiring dengan

perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota

besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada

pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan

tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam

penurunan tekanan darah.

e. Berhenti merokok

Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek

langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok

merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit


20

kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk

berhenti merokok.

2. Farmakologi

Menurut pedoman tatalaksana hipertensi oleh PERKI

(2015) terapi farmakologi merupakan terapi dengan memberikan

obat antihipertensi yang telah terbukti kegunaannya dan

keamanannya bagi penderita. Secara umum terapi farmakologi

pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1

yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6

bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan

hipertensi derajat ≥ 2.

Diuretic (thiazid), ACE Inhibitor, Angiotensin II

Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB)

merupakan first-line terapi pada hipertensi primer (PERHI,

2019).

a. Diuretika Thiazid

Diuretik mengurangi kongesti paru dan edema perifer.

Obat-obat ini berguna mengurangi volume berlebihan,

termasuk ortopmea dan dispnea noktural paroksimal.

Diuretik menurunkan volume plasma, dan selanjutnya

menurunkan aliran balik vena menuju jantung (preload).

Hal ini menurangi beban kerja jantung dan kebutuhan

oksigen. Diuretik juga menurunkan afterload dengan


21

mengurangi volume plasma yang selanjutnya menurunkan

tekanan darah. Diuretik tiazid merupakan diuretik yang

relatif ringan, dan akan kehilangan manfaatnya jika

bersihan kreatinin pasien kurang dari 50 ml/menit (Harvey,

2013). Contoh: hidroklortiazid (HCT), klortalidon, dan lain-

lain.

b. ACE Inhibitor

Obat-obat ini menghambat enzim yang memecah

angiotensin I untuk membentuk vasokontriksi poten

angiotensin II. Dengan menurunkan kadar angiotensin II

yang bersirkulasi, ACEI juga menurunkan sekresi

aldosteron, menyebabkan penurunan retensi natrium dan air.

Obat ini dapat menyebabkan efek samping seperti hipotensi

postural, insufisiensi ginjal, hiperkalemia, angioedemaa dan

batuk kering. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada

wanita hamil karena bersifat fetotoksik (Harvey, 2013).

Contoh: captopril, lisinopril dan lain-lain.

c. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)

Penghambatan reseptor angiotensin II merupakan alternatif

penghambatan ACE. Obat-obat ini menghambat reseptor

AT1. Obat-obat ini akan menghasilkan dilatasi arteriol dan

vena dan menghambat sekresi aldosteron sehingga

menurunkan tekanan darah dan menurunkan retensi garam


22

berserta air. ARB menurunkan nefrotoksisitas pada diabetes,

sehingga obat-obat ini menjadi terapi yang disetujui pada

diabetik hipertensi. ARB juga bersifat fetotoksik. Contoh:

valsartan (Harvey, 2013).

d. CCB (Calcium Channel Blocker)

CCB efektif dalam mengobati hipertensi pada apsien

dengan angina dan diabetes. Konsentasi kalsium intasesluler

memaninkan peran penting dalam mempertahankan tonus

otot polos dan dalam kontraksi miokardium. Kalsium

memasuki sel otot melalui kanal kalsium sensitif volatse

yang khusus. Pemicu ini melepaskan kalsium dari retikulum

sarkoplasma dan mitokondia, yang kemudian meningkatkan

kadar kalsium sitosol/ antagonis kanal kalsium menghambat

gerakan kalsium masuk melalui pengikatan dengan kanal

kalium tipe-L dalam jantung dan otot polos pembuluh darah

koroner dan perifer. Hal ini menyebabkan relaksasi otot

polos pembuluh darah, terutama dilatasi arterior. CCB yang

di indikasikan terhadap hipertensi, antara lain verapamil,

diltiazem, nifedipin, felodipin, isradipin, amlodipin dan

nicardipin. CCB merupakan agen-agen yang bisa digunakan

dalam pengobatan hipertensi yang juga memiliki asma,

diabetes, angina dan/ atau penyakit vaskuler perifer (Harvey,

2013).
23

Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi menurut

PERKI (2015) yang perlu diperhatikan untuk menjaga

kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :

a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.

b. Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan

dapat mengurangi biaya.

c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80

tahun ) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan

memperhatikan faktor komorbid.

d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting

enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II

receptor blockers (ARBs).

e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien

mengenai terapi farmakologi.

f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara

teratur.

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada organ

jantung dan pembuluh darah, otak, ginjal, serta mata sehingga

menimbulkan komplikasi diantaranya :

1. Gagal Jantung

Hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan arteri

(peningkatan afterload) sehingga tegangan dinding ventrikel kiri


24

juga meningkat kemudian dikompensasi dengan hipertrofi (left

ventrikel hipertophy) (PERHI, 2019). Meskipun awalnya

hipertrofi ventrikel hanyalah kompensasi, peningkatan tekanan

pada hipertensi sistemik akan mengakibatkan peningkatan

massa ventrikel kiri menjadi tidak cukup menjaga keseimbangan

tekanan, terjadilah disfungsi sistolik dan menyebabkan gagal

jantung (Liwang, 2020).

2. Iskemia dan Infark Miokard

Peningkatan tekanan arteri (peningkatan afterload)

akibat hipertensi menyebabkan tegangan dinding ventrikel

meningkat sehingga miokard membutuhkan suplai oksigen yang

lebih, tetapi bila terjadi atelesklerosis pada arteri koroner akibat

kerusakan arteri suplai oksigen untuk miokard akan berkurang

sehingga terjadilah iskemik atau infark miokard karena

kebutuhan oksigen tidak terpenuhi (Liwang, 2020).

3. Stroke

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan arteri yang

mengakibatkan terjadinya aterosklerosis dan kelemahan dinding

pembuluh darah, sehingga dapat terjadi thrombosis, ateroemboli,

pendarahan pada pembuluh darah serebral yang menyebabkan

stroke (Liwang, 2020).


25

4. Gagal Ginjal

Hipertensi memberikan konsekuensi gagal ginjal

hipertensif yang menyebabkan peningkatan tekanan darah

menetap sehingga mengganggu kemampuan ginjal meregulasi

volume darah dan terjadi disfungsi ginjal progresif, karena

terjadi kerusakan glomerulus dan renovaskular (Sherwod, 2019).

5. Retinopati

Hipertensi mengakibatkan kerusakan arteri berupa

kelemahan dinding pembuluh darah. Terdapat pembuluh darah

arteri sistemik pada retina yang ditemukan pada pemeriksaan

fisik dapat mengalami gangguan retinopati akibat tekanan darah

tinggi atau hipertensi (Liwang, 2020).

2.2. Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari proses pembelajaran

dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan

pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap

individu dalam setiap mengambil keputusan sehingga individu akan

melakukan perubahan dengan mengadopsi perilaku (Setiawati,

2008). Selain itu pengetahuan juga diartikan sebagai hasil dari tahu

dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek. Pengetahuan juga dapat di peroleh dari pengalaman

belajar dari pendidikan formal dan non formal (Notoadmojo, 2007).


26

Menurut Notoadmojo (2007) faktor pengetahuan mempunyai

pengaruh sebagai dorongan awal seseorang dalam berperilaku.

Kebanyakan orang yeng berperilaku baik sudah mempunyai

pengetahuan yang baik. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu

pemahaman manusia tentang kehidupan dunia dan isinya, yang

didapat dari hasil tahu dari faktor pendidikan dan pengalaman baik

formal dan non formal. Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain :

1. Mengetahui (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali atau recall terhadap sesuatu yang

spsifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima.

2. Memahami (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainnyadalam konteks atau situasi lain.

3. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi


27

masih di dalam suatu stryktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

4. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suuatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagiab di dalam suatu

bentuk keseluruhan.

5. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justufikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan padasuatu kriteria yang

di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang

sudah ada.

Menurut Suriasumantri (2005) ada dua cara pada manusia

untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu melalui rasio dan

pengalaman. Rasio adalah pengalaman yang bersifat abstrak dan pra

pengalaman yang di dapatkan melalui penalaran manusia tidak

memerlukan pengamatan fakta yang ada. Sementara pengalaman

adalah jenis pengetahuan yang didapat dilihat oleh indra manusia

berdasarkan pengalaman pribadi berupa fakta dan informasi yang

kongkretdan memrlukan pembuktian lebih lanjut.


28

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Mahmud (2018) antara lain:

1. Faktor Internal

a. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin membaik (Notoatmodjo, 2010). Selain

itu semakin bertambahnya usia seseorang maka makin

bertambah pula tingkat pengetahuan seseorang, seiring

dengan pengalaman hidup, emosi, pengetahuan, dan

keyakinan yang lebih matang. Akan tetapi pada usia tertentu

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berusia belasan tahun (Notoatmodjo,

2010). Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan melakukan demi suksesnya upaya

menyasuaikan diri menuju usi tua. Dua sikap tradisional

mengenaijalannya perkembangan hidup dimana semakin tua

semakin bijaksana semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuan dan tidak dapat

mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua


29

karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.

Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan

bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan yang

lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum

(Erfandi, 2009).

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir secara abstrak guna menyesuaikan diri

secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses

belajar seseorang. Sehingga perbedaan intelegensi

seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur

dan pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud

bahwa semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang

tinggi, maka pengalaman seseorang akan jauh lebih luas

(Fahmi, 2012). Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan

(diketahui, dikerjakan), juga kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang didapat

dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan


30

pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan

terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan

aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan

perilaku seseorang (Budiman, 2013). Pengetahuan dapat

diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi

maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya

diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak dkk,

2008).

2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum orang yang berpendidikan tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan

seseorang yang tingkat pendidikannya rendah

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut


31

semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat

diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek juga mendukung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah

yang akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap obyek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang

diketahui akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

objek tersebut (Erfandi, 2009).

b. Sumber Informasi

Informasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang, informasi yang diperoleh

dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Sumber informasi adalah proses

pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui

informasi dengan mendengar atau melihat sesuatu secara

langsung ataupun tidak langsung dan semakin banyak

informasi yang didapat, akan semakin luas pengetahuan

seseorang (Fahmi, 2012). Kemudahan untuk memperoleh

suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak dkk, 2008).


32

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2008).

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal yang buruk tergantung dari sifat kelompoknya.

Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman

yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang

(Notoatmodjo, 2010).

d. Pekerjaan

Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai,

bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman. Selain

itu pekerjaan juga mempengaruhi daya beli seseorang,

sehingga mampu memperoleh sumber informasi yang lebih

banyak untuk menambah wawasan dan pengetahuan

(Mubarak dkk, 2008). Pekerjaan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan

yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak


33

pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada

interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan memberikanpengetahuan dan

keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik (Ratnawati, 2009).

e. Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor yang

memepengaruhi tingkat pengetahuan. Seseorang dengan

tingkat ekonomi rendah akan mengalami kendala untuk

mendapatkan informasi, terutama sumber informasi yang

berbayar (Fahmi, 2012).

2.2.3 Pengetahuan Tentang Hipertensi

Pengetahuan pasien tentang hipertensi dibutuhkan dalam

mencapai kepatuhan yang lebih tinggi. Meningkatkan pengetahuan

hipertensi memerlukan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan

pasien. Sementara pasien harus dididik tentang bahaya dari

hipertensi yang tidak terkontrol. Pengetahuan dan kesadaran pasien

hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai target tekanan

darah (Sahadewa dkk, 2019). Pengetahuan yang baik tentang

hipertensi akan memotivasi pasien untuk berpartisipasi dalam

memodifikasi gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, berhenti


34

merokok, olahraga teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi

(Presticasari, 2017).

2.2.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan dengan

menggunakan kuesioner Hypertension Knowledge-Level Scale (HK-

LS). Kuesioner tersebut di populerkan oleh Erkoc at al di Turkey

pada tahun 2012 dalam jurnalnya "Hypertension Knowledge-Level

Scale (HK-LS): a study on development, validity and reliability.

Instrumen tersebut telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan

terdiri atas 22 item pernyataan yang telah valid dan reliabel tiap

itemnya (Ernawati at al, 2020). Terbagi 6 domain, terdiri atas 2

pernyataan terkait definisi hipertensi, 4 pernyataan terkait

penanganan medis, 4 pernyataan terkait kepatuhan pengobatan, 5

pernyataan terkait gaya hidup, 2 pernyataan terkait diet dan 5

pernyataan terkait komplikasi hipertensi. Setiap poin pernyataan

terdapat jawaban benar dan salah. Jawaban benar bernilai 1 dan

jawaban yang salah bernilai 0. Instrumen ini memiliki nilai skor 0-

22. Kategori penilaian tingkat pengetahuan HK-LS dibagi menjadi 3

yaitu rendah (0-7), sedang (8-15), dan tinggi (16-22) (Apsari dkk,

2022).
35

2.3. Konsep Kepatuhan Minum Obat Hipertensi

2.3.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat ketaatan seseorang dalam

melaksanakan suatu aturan dalam perilaku yang disarankan.

Pengertian dari kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu

aturan. Kepatuhan adalah tingkat ketaatan seseorang dalam

melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Kepatuhan

(compliance atau adherence) mengambarkan sejauh mana pasien

berperilaku untuk melaksanakan aturan dalam pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh tenaga kesehatan (Lailiyah, 2021).

2.3.2 Kepatuhan Minum Obat Hipertensi

Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum

sebagai tingkatan perilaku dimana pasien menggunakan obat,

menaati semua aturan dan nasihat yang dianjurkan oleh tenaga

kesehatan (Fauziah dkk, 2019). Kepatuhan atau ketaatan

(compliance atau adherence) sebagai tingkat pasien melaksanakan

cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau

oleh tim medis lainnya. Perilaku pasien yang mentaati semua nasihat

dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis. Segala

sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan,

salah satunya adalah kepatuhan minum obat (Dewi & Luh, 2013).
36

Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu

keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam

menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan

mencegah terjadi komplikasi (Depkes RI, 2006). Kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat harian menjadi fokus dalam mencapai derajat

kesehatan pasien. Beberapa dampak ketidakpatuhan pasien ketika

mengkonsumsi obat, antara lain terjadinya efek samping obat yang

merugikan pasien dan membengkaknya biaya pengobatan. Pada

kasus hipertensi, kepatuhan minum obat juga akan menurunkan

risiko kematian, risiko kerusakan ogran penting dalam tubuh dan

resiko penyakit jantung (Olusegun dkk, 2010).

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat

Hipertensi

Menurut Lars & Terrence (2005) Beberapa alasan pasien

tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan sifat penyakit

yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang,

efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang

kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya

pengobatan yang relatif tinggi (Presticasari, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elmiani dkk,

didapatkan bahwa dukungan keluarga berbanding lurus dengan

kepatuhan pengobatan hipertensi (Presticasari, 2017). Penelitian

serupa yang dilakukan oleh Olusegun dkk, mendapatkan bahwa


37

penyebab ketidakpatuhan pasien hipertensi diakibatkan oleh

kurangnya pemahaman terhadap pengobatan, harga obat yang kurang

terjangkau, kepercayaan dan budaya setempat, munculnya efek buruk

penggunaan obat, akses ke pelayanan kesehatan dan penggunaan

obat komplementer (Fitria dkk, 2014). Sedangkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fitria dkk faktor-faktor yang

signifikan mempengaruhi kepatuhan antara lain; pengetahuan,

motivasi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga (Fitria

dkk, 2014). Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pujasari dkk (2015) bahwa faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan pengobatan hipertensi adalah pendidikan,

pengetahuan dan lama pengobatan pada pasien hipertensi.

Menurut Nugraha (2019), faktor yang mempengaruhi

kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi dibagi menjadi dua

faktor yaitu faktor internal dan eksternal yaitu :

1. Faktor Internal

a. Usia

Usia merupakan suatu tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan teratur

dalam melaksanakan pengobatan. Namun, bisa saja mereka

yang usia muda lebih patuh dari usia tua atau sebaliknya

usia tua lebih patuh dari usia muda (Fitria & Mara, 2014).
38

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya. Pengetahuan tidak hanya didapat secara formal

melainkan juga melalui pengalaman. Pengetahuan penderita

hipertensi akan sangat berpengaruh pada sikap untuk patuh

berobat karena semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki

oleh penderita tersebut, maka semakin tinggi pula

kesadaran/keinginan untuk bisa sembuh dengan cara patuh

kontrol dan datang berobat (Fitria & Harysko, 2014).

c. Pekerjaan

Pekerjaan mempunyai hubungan dengan kepatuhan pasien

dimana pasien yang bekerja mempunyai penyakit hipertensi

tidak mematuhi untuk minum obat dibadingkan dengan

pasien yang tidak bekerja (Cho & Kim, 2014).

d. Tingkat ekonomi

Merupakan finansial kebutuhan untuk memenuhi segala

kebutuhan hidup seseorang, tetapi ada pula orang yang

sudah pensiun dan tidak bekerja bisa membiayai semua

progam pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu

tingkat menengah kebawah akan mengalami ketidakpatuhan

dalam pengobatan dan sebaliknya tingkat ekonomi

menengah baik bisa terjadi ketidakpatuhan (Niven, 2008).


39

e. Pendidikan

Tingkat pendidikan menengah akan mempunyai umur

harapan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya

lulus sekolah dasar. Demikian pula pada individu yang

berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi akan hidup lebih

lama dibandingkan dengan pendidikan menengah. Hal ini

terkait salah satunya dengan upaya-upaya yang dilakukan

individu tersebut dalam menjaga kesehatannya dimana

individu dengan tingkat pendidikan lebih baik akan

melakukan upaya menjaga kesehatan secara lebih tepat

dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.

Pendidikan juga berdampak pada tingkat penghasilan,

sehingga individu dengan pendidikan sedang akan mampu

hidup dan tinggal dilingkungan yang lebih sehat

dibandingkan individu dengan pendidikan dasar (Fitria &

Mara, 2014).

f. Faktor Eksternal

a. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penentuan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga

merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan

tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan

tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan tersebut


40

akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi

atau mengelola penyakitnya Keluarga perlu memberikan

dukungan yang positif untuk melibatkan keluarga sebagai

pendukung pengobatan sehingga adanya kerjasama dalam

pemantauan minum obat dengan anggota keluarga yang

sakit (Friedman, 2010). Anggota keluarga yang

memberikan dukungan secara baik kepada anggota keluarga

yang sakit memiliki peran penting dalam kepatuhan

pengobatan perhatian keluarga mulai dari mengingatkan

jadwal kontrol dan mengantarkan ke layanan kesehatan

(Puspita, 2017).

b. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk

mensosialisasikan pentingnya menjalani pengobatan yang

teratur bagi pasien hipertensi. Hal ini disebabkan karena ada

berbagai masalah yang menyebabkan pasien hipertensi

tidak melaksanakan kontrol tekanan darah, diantaranya

adalah sebagian besar pasien hipertensi tidak merasakan

adanya keluhan, serta kurangnya pengetahuan (Ekarini,

2011). Dalam hal ini semua anggota keluarga berperan

dalam memberikan dukungan sosial kepada pasien, seperti

mengingatkan minum obat tepat teratur, dan memperhatikan

keluhan pasien. Bentuk dukungan ini membuat individu


41

memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai

oleh keluarga sehingga individu dapat menghadapi masalah

dengan baik (Latifatul & Umdatus, 2017).

c. Lingkungan

Faktor lingkungan dan sosial mempunyai hubungan dengan

meningkatnya angka hipertensi tiap tahunnya. Dukungan

sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-

beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan

sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal.Sebagai akibatnya, hal ini

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Fitria &

Mara, 2014).

d. Motivasi

Motivasi pasien dalam menjalani pengobatan sangat

mempengaruhi pasien hipertensi dalam menjalani

pengobatan, motivasi merupakan suatu kekuatan yang

mendorong seseorang untuk berprilaku, beraktivitas dalam

mencapai tujuan (Fitria & Harysko, 2014).

2.3.4 Pengukuran Kepatuhan Minum Obat Hipertensi

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang akan diukur
42

dari responden atau subjek penelitian. Kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan metode MMAS-8

(Morisky Medication Adherence Scale) (Hardiana, 2021).

Pada tahun 2008, oleh Morisky MMAS-8 dikembangkan dari

empat item skala aslinya. MMAS-8 telah menjadi popular dan sering

digunakan serta telah diterjemahkan dan divalidasi di berbagai

negara. Metode ini digunakan untuk mendeteksi pasien dengan

kepatuhan rendah dan tinggi. Tujuh item kategori respon dengan ya

atau tidak dan item terakhir adalah respon Likert lima poin (Saleem

dkk, 2011). Kuesioner yang telah diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia telah valid dan reliabel pada tiap item pertanyaannya

dalam Jurnal berjudul Validity and reliability of Morisky Medication

Adherence Scale 8 Bahasa version to measure statin adherence

among military pilots (Vika at al, 2016).

MMAS memiliki 8 pertanyaan dengan pilihan respon untuk

item 1 sampai 7 adalah “Ya” memiliki score 0 dan “Tidak” memiliki

score 1. Pertanyaan item 8 adalah Likert type dengan pilihan “Tidak

pernah” memiliki score 1, sedangkan pilihan “Sekali-kali”, “Kadang-

kadang”, “Sering” dan “Selalu” memiliki score 0. Kemudian hasil

score dari item 1 sampai 8 dijumlahkan maka didapat total score 0

sampai 8. Score kurang dari 6 menunjukkan kepatuhan yang rendah,

score dari 6 sampai 7 menunjukkan kepatuhan sedang, dan score 8

menunjukkan kepatuhan tinggi (Moharamzad dkk, 2015).


BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1.10. Kerangka Teori

Faktor risiko hipertensi :


1. Genetik/ keturunan
2. Usia
3. Jenis kelamin
Komplikasi :
4. Ras
5. Obesitas 1. Gagal jantung
6. Kurang aktifitas fisik 2. Iskemia dan infark miokard
7. Konsumsi garam 3. Stroke
8. Gaya hidup 4. Gagal ginjal
9. Kebiasaan merokok 5. Retinopati
10. Stress

Hipertensi

Non Farmakologi : Farmakologi :

1. Penurunan berat badan 1. Diuretika thiazid


2. Mengurangi asupan 2. ACE inhibitor
Tingkat Pengetahuan
garam 3. Angiotensin II receptor
3. Olahraga blocker
4. Mengurangi konsumsi 4. Calcium channel
alkohol blocker
5. Berhenti merokok

Kepatuhan Minum
Obat pada Penderita
Hipertensi

Sumber : Fitria & Harysko (2014), PERKI (2015), Presticasari (2017), PERHI (2019),
Oktaviani (2021).

Skema 3.1 Kerangka Teori Skripsi Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa
Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1.

43
44

3.2 Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).

Kerangka konsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil

penemuan dengan teori (Nursalam, 2015 : 50).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan Kepatuhan Minum Obat

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi


Pengetahuan (Mahmud, 2018): kepatuhan minum obat hipertensi
1. Faktor Internal (Nugraha, 2019):
1. Usia 1. Faktor Internal
2. Intelegensi 1. Usia
3. Pengalaman 2. Tingkat Pengetahuan
4. Minat 3. Pekerjaan
2. Faktor Eksternal 4. Tingkat Ekonomi
1. Pendidikan 5. Pendidikan
2. Sumber Informasi 2. Faktor Eksternal
3. Lingkungan 1. Dukungan Keluarga
4. Pekerjaan 2. Dukungan Petugas Kesehatan
5. Tingkat Ekonomi 3. Lingkungan
4. Motivasi

Keterangan : - Diteliti
- Tidak diteliti

Skema 3.2 Kerangka Konsep Skripsi Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa
Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1.
45

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah

suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel

yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian

(Nursalam, 2015 : 51).

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi di desa Batulicin Irigasi wilayah

kerja Puskesmas Batulicin 1.

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat pada penderita hipertensi di desa Batulicin Irigasi wilayah kerja

Puskesmas Batulicin 1.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu penelitian

4.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Batulicin Irigasi wilayah kerja

Puskesmas Batulicin 1, Kecamatan Karang Bintang. Alasan penelitian

dilakukan di Desa Batulicin Irigasi dikarenakan proporsi penderita

hipertensi yang terbanyak dibandingkan dengan lima desa lainnya di

wilayah kerja Puskesmas Batulicin 1. Selain itu penderita masih

mengganggap sepele penyakit tersebut dengan alasan tidak bergejala

sehingga mereka tidak memeriksakan kembali tekanan darahnya

bahkan ada yang tidak lagi meminum obat hipertensinya karena bosan

ataupun tidak meminum obat hipertensi secara teratur sesuai anjuran.

4.1.2 Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan dan pengambilan data dilakukan pada

bulan Januari dan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2023.

4.2. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan pengumpulan

data, desain penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanakan, juga sebagai petunjuk dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2015 : 158).

46
47

Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif

dengan desain korelasional mengkaji hubungan antara variabel, menjelaskan

suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada.

Dalam penelitian digunakan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2015 :

163).

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia,

klien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2015 :

170). Jumlah populasi dalam penelitian, yang diperoleh dari laporan

program penyakit tidak menular puskesmas Batulicin 1 selama tahun

2022 diperoleh jumlah penderita hipertensi usia ≥ 15 tahun di Desa

Batulicin Irigasi sebanyak 293 orang.

4.3.2 Sampel dan Sampling

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampling

adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili

populasi (Nursalam, 2015 : 172). Teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga


48

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015 : 175).

Teknik pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata,

random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu,

teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan

dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar atau jauh

(Arikunto, 2010 : 183).

Menurut Nursalam (2015) penetapan jumlah sampel dalam

penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

𝑁. 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

z = Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak

diketahui dianggap 50% (0,50) = 0,269

q = 1- p (100%-p)

d = Derajat penyimpanngan yang dipilih 10% (0,10), 5% (0,05),

atau 1% (0,01)

maka penghitungan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu :

𝑁. 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑧 2 . 𝑝. 𝑞

293 . (1,96)2 . 0,269 . (1 − 0,269)


𝑛=
(0,1)2 . (293 − 1) + (1,96)2 . 0,269 . (1 − 0,269)
49

293 . 3,8416 . 0,269 . 0,731


𝑛=
0,01 . 292 + 3,8416 . 0,269 . 0,731

221,34
𝑛=
2,92 + 0,76

221,34
𝑛=
3,68

𝑛 = 60,2 (61 responden)

Jumlah sampel yang diperoleh adalah 61 responden dengan

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2015 : 173). Kriteria dalam penelitian ini adalah :

a. Responden sebagai penderita hipertensi dengan atau tanpa

penyakit penyerta.

b. Responden berusia ≥ 15 tahun.

c. Responden setuju dan bersedia dilibatkan dalam penelitian.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria eksklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2015 : 173). Kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah :

a. Penderita hipertensi dengan kehamilan.

b. Penderita hipertensi dengan tunawicara dan atau tunarungu.


50

4.4 Variabel Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, sebaiknya terlebih dahulu di

tentukan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian. Variabel penelitian

adalah konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam.

2015 : 178), variabel penelitian terdiri dari :

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas atau penyebab atau

variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah “tingkat pengetahuan”.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah “kepatuhan minum obat pada penderita

hipertensi”.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi

lagi oleh orang lain (Nursalam, 2015 : 181).


51

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Definisi
No Parameter Skala Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional
1 Variabel 1. Definisi Skala Kuesioner Score jawaban dari 22
independen : hipertensi ordinal Hypertension pernyataan :
2. Penanganan Knowledge - Benar = 1
Tingkat medis terhadap Level Scale - Salah = 0
pengetahuan adalah hipertensi (HK-LS)
pemahaman serta 3. Kepatuhan Kategori Tingkat
pengetahuan terhadap obat Pengetahuan :
responden dengan hipertensi - Rendah = Nilai (< 7)
menjawab beberapa 4. Gaya hidup - Sedang = Nilai (8-15)
pertanyaan dalam hipertensi - Tinggi = Nilai (16-22)
kuesioner. 5. Diet hipertensi
6. Komplikasi
hipertensi

2 Variabel dependen : 1. Frekuensi Skala Kuesioner Score item 1 s.d 7 :


Kepatuhan minum kelupaan minum ordinal Morisky - Ya = 0
obat pada penderita obat hipertensi Medication - Tidak = 1
hipertensi adalah 2. Kesengajaan Adherence Score item 8 :
perilaku keataatan berhenti minum Scale - Tidak pernah = 1
responden dalam obat hipertensi (MMAS-8) - Sekali-kali = 0
tanpa - Kadang-kadang = 0
mengikuti program
sepengetahuan - Sering = 0
pengobatan sesuai
medis - Selalu = 0
anjuran dan aturan 3. Kemampuan
medis dengan dalam Kategori Kepatuhan :
menjawab beberapa mengendalikan - Rendah = Nilai (< 6)
pertanyaan dalam diri untuk tetap - Sedang = Nilai (6-7)
kuesioner. minum obat - Tinggi = Nilai (8)
hipertensi

4.6 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan terhadap dua variabel Tingkat

Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi dengan

masing- masing instrument atau alat pengumpul data sebagai berikut :

4.6.1 Instrumen Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan dengan

menggunakan kuesioner Hypertension Knowledge-Level Scale (HK-

LS) terdiri atas 22 item pernyataan yang harus dijawab dan diisi

dengan jawaban benar mendapat score 1 dan jawaban salah mendapat


52

score 0, yang kemudian score dari jawaban responden dihitung

totalnya. Hasil tersebut diantaranya kategori rendah jika score 0-7,

sedang jika score 8-15, dan tinggi jika score 16-22.

4.6.2 Instrumen Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dapat diukur

menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence

Scale) terdiri atas 8 item pertanyaan yang harus dijawab dan diisi.

Pertanyaan 1-7 dijawab dengan jawaban Ya mendapat score 0 dan

jawaban Tidak mendapat score 1 sedangkan pertanyaan 8 dengan

jawaban Tidak pernah bernilai 1 dan jawaban Sekali-kali/ Kadang-

kadang/ Sering/ Selalu adalah bernilai 0. Dari score yang diperoleh

dihitung totalnya. Hasil tersebut diantaranya kategori rendah jika

score 0-6, sedang jika score 6-7, dan tinggi jika score 8.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan

data, setelah di setujuinya konsep penelitian yang akan dilaksanankan,

adalah sebagai berikut :

4.7.1 Persiapan administrasi

Peneliti sudah lulus mata kuliah biostatistik dan metodologi

penelitian, dan telah melakukan penyelesaian administrasi yang

merupakan syarat melakukan penelitian.

4.7.2 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan setelah diberikan ijin

untuk melakukan studi pendahuluan tentang tingkat pengetahuan dan


53

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi disetujui oleh

pembimbing 1 dan 2, yang merupakan syarat dalam dikeluarkannya

surat ijin untuk melakukan pengambilan data awal dari Stikes Darul

Azhar. Surat tersebut digunakan sebagai permohonan pengambilan

data di Dinas Kesehatan Tanah Bumbu, yang kemudian mengeluarkan

surat balasan yang akan digunakan sebagai surat pengantar untuk

pengambilan data awal di Puskesmas Batulicin 1.

Setelah ijin diberikan oleh pihak puskesmas, barulah

pengambilan data awal dilakukan untuk mengetahui populasi

penderita hipertensi dan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, serta menemui responden dan memaparkan tentang

penelitian, tujuan, dan langkah-langkah penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Batulicin 1 khususnya desa Batulicin Irigasi.

4.7.3 Penelitian

Setelah memperoleh surat pengantar dari puskesmas Batulicin

1 dan surat pengantar dari Stikes Darul Azhar, peneliti memberikan

surat tersebut kepada kepala desa Batulicin Irigasi. Setelah mendapat

ijin dari kepala desa untuk melakukan penelitian, peneliti melakukan

penelitian dengan tata cara sebagai berikut :

2. Melakukan pengambilan sampel dengan jumlah sampel responden

dengan menggunakan teknik purporsive sampling.

3. Mendatangi rumah responden dengan menjelaskan prosedur

penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian kepada responden, serta

melakukan penandatanganan informed consent.


54

4. Peneliti memberikan kuesioner HK-LS dan MMAS-8 untuk diisi

secara mandiri oleh responden sesuai petunjuk atau secara

langsung membacakan isi kuesioner dan mengisikannya sesuai

jawaban dari responden.

5. Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner yang telah diisi baik

secara mandiri ataupun kuesioner yang ditanyakan secara

langsung oleh peneliti sambil mengecek ketepatan pengisian atau

kelengkapan data pengisian kuesioner.

4.8. Pengolahan Data

4.8.1. Memeriksa Data (editing)

Kegiatan editing adalah meneliti kembali data yang

dikumpulkan petugas pengumpul data untuk mengetahui apakah layak

dan dapat diteruskan pada proses berikutnya (Agung dkk, 2017: 98).

Dalam hal ini dilakukan editing pada data hasil kuesioner HK-LS dan

MMAS-8 yang telah dikumpulkan baik dari kelengkapan isian data

maupun jawabannya.

4.8.2 Memberi Kode (Coding)

Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban para

responden menurut macamnya kedalam kategori-kategori penting dan

dilakukan dengan menandai masing-masing jawaban dengan kode

tertentu dan biasanya berbentuk angka (Agung dkk, 2017: 101).

4.8.3 Memindahkan data (Transferring)

Transferring adalah tindakan memindahkan data yang

dilakukan dengan cara meng-entry data yang telah diberi kode tertentu
55

kedalam perangkat komputer. Data yang di-entry kedalam komputer

adalah data coding hasil kuesioner HK-LS dan MMAS-8 dari

responden.

4.8.4 Penyajian Dalam Tabel (Tabulating)

Proses penghitungan frekuensi kedalam masing-masing

kategori dan disajikan dalam bentuk table sehingga dapat dibaca dan

dipahami dengan mudah (Agung dkk, 2017: 108).

4.9. Analisa Data

Analisa data penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk

mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan juga menggunakan analisis

bivariat untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi.

4.9.1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat dalam penelitian ini

digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi. Jumlah dan presentasenya

kemudian disajikan menggunakan table dan diinterpretasikan sesuai

dengan hasil yang didapat.

4.9.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang signifikan antara dua variabel. Analisa bivariat dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis


56

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat

pada penderita hipertensi dengan menggunakan Uji Rank Spearman

dalam program SPSS (Statistical Program for Social Science) melalui

perangkat komputer.

Uji korelasi rank spearman merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Jenis data untuk korelasi ini adalah data ordinal,

berasal dari sumber yang tidak sama serta data dari kedua variabel

tidak harus membentuk distribusi normal. Uji korelasi rank spearman

dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2013):

6 ∑ 𝑑𝑖 2
𝜌 = 1−
𝑛(𝑛2 − 1)

Keterangan :

ρ = Nilai koefisien korelasi rank spearman

di2 = Selisih peringkat setiap data

n = Jumlah data

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikansi (nilai p) menurut Sugiyono

(2013), yaitu :

1. Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada

hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

2. Jika nilai p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Adapun untuk menjelaskan tingkat keeratan hubungan dalam

analisis korelasi rank spearman adalah sebagai berikut :


57

Tabel 4.2 Interpretasi Keeratan Korelasi


Tingkat Keeratan
Koefisien Korelasi (r)
Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Lemah
0,200 – 0,399 Lemah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat
(Sumber: Sugiyono, 2013)

Sedangkan untuk menginterpretasikan arah hubungan

korelasi rank spearman menurut Sugiyono (2013), yaitu :

1. Jika nilai p antara +1 s.d -1 dengan tanda positif (+), maka

memiliki hubungan searah antara kedua variabel sehingga semakin

besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y.

2. Jika nilai p antara +1 s.d -1 dengan tanda negatif (-), maka

memiliki hubungan berlawanan arah antara kedua variabel

sehingga semakin kecil nilai variabel X maka semakin besar nilai

variabel Y atau sebaliknya.

4.10. Etika Penelitian

Setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian dari Dinas

Kesehatan dan Puskesmas Batulicin 1. Peneliti menjelaskan tujuan dan

proses penelitian kepada responden untuk mengisi kuesioner atau dibantu

peneliti untuk dibacakan yang kemudian dituliskan sesuai jawaban kelembar

kuesioner secara langsung dalam satu waktu dan peneliti akan merahasiakan

data yang telah diberikan. Peneliti juga memberi hak pada responden untuk

menerima dan menolak menjadi responden dalam penelitian. Bila sampel

menyetujui untuk menjadi responden, peneliti meminta responden untuk

menandatangani surat persetujuan yang sudah disiapkan, sehingga peneliti

dapat melakukan penelitian dengan etika peneliti meliputi :


58

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Sebelum dilakukan pengambilan data dan pengisian kuesioner,

peneliti menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian dan meminta

responden menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi

responden untuk selanjutnya dilakukan proses penelitian.

2. Privacy

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi

yang diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian saja dan tidak akan disalahgunakan.

3. Tanpa nama (Anonymity)

Dalam melakukan penelitian, penulisan nama responden

menggunakan inisial, hal ini dilakukan peneliti untuk menjaga

kerahasian identitas responden. Penamaan dengan menggunakan inisial

juga dilakukan dalam penyusunan hasil penelitian.

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin atas kerahasian informasi yang diperoleh dari

responden. Pelaporan hasil penelitian hanya diberikan pada kelompok

tertentu saja.

5. Melindungi ketidaknyamanan (Protection from discomfort)

Peneliti di sini memperhatikan kemungkinan timbulnya

ketidaknyamanan yang dirasakan responden selama pengisian

kuesioner, untuk menghindari hal tersebut peneliti mendampingi

responden selama pengisian kuesioner.


DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, Nuarima Kartikasari. (2012). Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat


di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Diakses pada tanggal 4
Desember 2022, dari http://agnesia_nurarima_G2A008009_LAP_KTI_Pdf
//.html
Agung, A. A. P., & Yuesti, A. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Abpublisher. Yogyakarta.
Anindya, Agninda Kris. (2022). Pengaruh Edukasi Kesehatan Dengan
Telenursing Terhadap Pengetahuan pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas Mandiraja 2. Skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Apriyanti, Maya. (2013). Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita
Darah Tinggi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Apsari, Dewi Puspita, dkk. (2022). Hubungan antara Pengetahuan Pasien dan
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi di Puskesmas Mengwi I. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Bali Internasional. E-Jurnal Widya Kesehatan
Vol. 4, No. 1 : 55-62. Diakses pada tanggal 16 Februari 2023, dari
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyakesehatan/article/view/2805
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu. (2022). Kecamatan Karang
Bintang dalam Angka 2022. Tanah Bumbu.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. (2022). Provinsi Kalimantan
Selatan dalam Angka 2022. Kalimantan Selatan.
Budiman. (2013). Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Salemba
Medika. Jakarta.
Cho, S., & Kim J. (2014). Factors Associated With Nonadherence To
Antihypertensive Medication. Nursing and Health Sciencies, 16, 461–467.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2022, dari
http://doi.org/10.1111/nhs.12145
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Hipertensi. Departemen kesehatan RI. Jakarta.
Desa Batulicin Irigasi. (2022). Profil Desa Batulicin Irigasi tahun 2022.
Dewi, E. & Luh M.K Sukmayanti. (2013). Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Tipe A Dan Tipe B. Diakses pada tanggal 20 Desember 2022,
dari https://ojs.unud.ac.id /index.php/psikologi/article/view/25046/16262
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2020). Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan. 2020.
Ekarini, D. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan
Klien Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan Di Puskesmas Gondangrejo
Karanganyar. Jurnal Kesehatan. Stikes Khusuma Husada.
Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Diakses
pada tanggal 16 Desember 2022, dari https://forbetterhealth.wordpress.com
/2009/04/19/pengetahuan -dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi/
Ernawati, I. Fandinata, SS. Permatasari SN. (2020). Translation and Validation of
the Indonesian Version of the Hypertension Knowledge-level Scale.
Macedonian Journal of Medical Sciences. 2020 Oct 26; 8(E):630-637.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2023, dari http://repository.
akfarsurabaya.ac.id/396/1/ivos-oamjms-8e-630.pdf
Everett, B. & Zajacova A. (2015). Gender Differences In Hypertension And
Hypertension Awareness Among Young Adults. Biodemography and social
biology, 61(1), 1-17.
Fahmi, Ismail. (2012). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Kewaspadaan
Standart. Program Studi S-1 Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok.
Fauziah, Yulianti. Musdalipah. Rahmawati. Sri Hariati Dongge. (2019). Analisis
Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Minum Obat di RSUD Kota
Kendari. Politeknik Bina Husada Kendari. Warta Farmasi Vol.8, No.2,
2019. Diakses pada tanggal 20 Desember 2022, dari https://poltek-
binahusada.ejournal.id /wartafarmasi/article/view/115
Fitria & Mara I. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Berobat Pada Penderita Hipertens di Klinik Sumber Sehat Indra Aceh
Besar. Diakses pada tanggal 17 Desember 2022, dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/ article/view/6734
Fitria, F. & Harysko O.R. (2014). Hubungan Karakteristik dan Motivasi Pasien
Hipertensi Terhadap Kepatuhan Dalam Pengobatan. Jurnal stikes Unsrat.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2022, dari http://ejournal.stikesyarsi.
ac.id/index.php/JAV1N1 /article/download/51/104
Fitria, NA. Wahiduddin. Jumriani A. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Berobat Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pattingalloang
Kota Makassar. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. EGC. Jakarta.
Harahap, Dewi Anggriani, dkk. (2019). Hubungan Pengetahuan Penderita
Hipertensi Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampa. Jurnal Ners, Volume 3,
Nomor 2 : 97-102. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari
https://journal.universitas pahlawan.ac.id/index.php/ners/article/view/493
Hardiana, Seftian. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan
Minum Obat pada Pasien Hipertensi di Rawat Jalan RSUD Kota Madiun.
Stikes Bakti Husada Mulia. Madiun.
Harvey, A. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar: Edisi IV. EGC. Jakarta.
p.307-317.
Kadir, Akmarawita. (2018). Hubungan patofisiologi hipertensi dan hipertensi
renal. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya.
5(1), 15-25.
Kartika . (2016) . Asupan Lemak dan Aktivitas Fisik Serta Hubungannya Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. Universitas Alma Ata. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022,
dari https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/343
Kementarian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Kendalikan Hipertensi,
Galakkan Program: Intervensi Kesehatan Masyarakat Guna Mengubah Perilaku
Pasien Hipertensi. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20140108/199549/
kendalikan-hipertensi-galakkan-progra/
_______ (2018a). Manajemen Program Pencegahan dan Perhitungan
Pencapaian SPM Hipertensi. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzDN3UCs4eUJ0dVBndz
09/2018/05/Manajemen_Program_Hipertensi_2018_Subdit_PJPD_Ditjen_P
2PTM.pdf
_______ (2018b). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. 2018.
_______ (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan
Tekanan Darahmu dengan CERDIK”. Diakses pada tanggal 4 Desember
2022, dari https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/hari-hipertensi-dunia-2019-know-
your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik#:~:text=Estimasi
%20jumlah%20kasus%20hipertensi%20di,akibat%20hipertensi%20sebesar
%20427.218%20kematian
_______ (2020). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Diakses pada tanggal 4
Desember 2022, dari https://www.kemkes.go.id/article/print/
20030900006/hipertensi-si-pembunuh-senyap.html
Lailathusifah, S. (2012). Kepatuhan Pasien Yang Menderita Penyakit Kronis
Dalam Mengkonsumsi Obat Harian. Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.
Lailiyah, Fadhilatul. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Peningkatan Perilaku Kesehatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
Dinoyo Kota Malang. Stikes Widyagama Husada. Malang.
Latifatul, M, & Umdatus S. (2017). Motivasi Dan Dukungan Sosial Keluarga
Memperngaruhi Kepatuhan Berobat Pada Pasien TB PARU di Poli Paru
BP4 Pamekasan. Universitas Nahdlatul Ulama. Surabaya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 172-179.
Lina . (2016) . Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Demak II. Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Liwang, Ferry, dkk. (2020). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi V. Media
Aesculapius. Jawa Barat.
Mahmud, Amirudin. (2018). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Minum Obat Penderita Hipertensi di Batu. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Mangendai, Yulike. Rompas Sefti. Hamel Rivelino. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas Ranotama Weru. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi. e-journal Keperawatan (e-Kp)
Volume 5 Nomor 1.
Moharamzad, Y . Saadat H. Shahraki BN. Rai A. Saadat Z. Sheibani HA.
Naghizadeh MM. (2015). Morisky DE Validation of the Persian Version of
the 8- Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) in Iranian
Hypertensive Patients. Global Journal of Health Science; 4(7): 173- 183.
Morisky, DE. Green LW. Levine DM. (2008). Preictive Validity of a Medication
Adherence Measure for Hypertension Control. University of California. J.
Of Clin Hypertension. 10: 348:354.
Mubarak, I. M. dkk. (2008). Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Nadeak, Bernadheta. ( 2016) . Hipertensi Sekunder Akibat Perubahan Histologi
Ginjal. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia. Jakarta.
Niven, N. (2008). Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat Dan
Profesional. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta. Jakarta.
_______ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nugraha, Randa Satriya. (2019). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Minum Obat Penderita Hipertensi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.
Octaviani, Ni Kadek Dwi. (2021). Gambaran Penggunaan Obat Tradisional
(Rebusan Daun Salam) pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Gianyar 1. Program Studi Keperawatan. Poltekkes Denpasar.
Bali.
Oktadoni, Saputra & Khairul Anam. (2016). Gaya Hidup Sebagai Faktor Risiko
Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Pantai. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung. Lampung.
Olusegun, AB. Timothy OO. Olufemi OD. Oladimeji GO. Ahmed KJ. Segun MA.
Olusogo EB. Olaleye O. (2010). Impact of patients’ knowledge, attitude and
practices on hypertension on compliance with antihypertensive drugs in a
resourcepoor setting. TAF Preventive Medicine Bulletin; 9(2): 87-92.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. (2019). Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019. Jakarta.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler.
National Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital. Jakarta.
Pramestutie, Hanandita & Silviana Nina. (2016). Tingkat Pengetahuan Pasien
Hipertensi tentang Penggunaan Obat di Puskesmas Kota Malang. Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia. Vol 5 No.1 hal 26-34.
Presticasari, Hardiyani. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Hipertensi dengan Kepatuhan Menggunakan Antihipertensi di Puskesmas
Gondokusuman 1 dan Gedongtengen. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Pujasari, Ajeng, dkk. (2015). Faktor – Faktor Internal Ketidakpatuhan
Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.
Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume
3, Nomor 3 : 99-108. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari
https://ejournal3.undip.ac.id /index.php/jkm/article/view/12098
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2020). Hipertensi Si
Pembunuh Senyap. Diakses pada tanggal 6 Desember 2022, dari
https://www.kemkes.go.id/article/view/20030900006/hipertensi-si-pembunu
h-senyap.html
Puskesmas Batulicin 1. (2022). Laporan Program Penyakit Tidak Menular Tahun
2022.
_______ (2022). Profil Puskesmas Batulicin 1 Tahun 2022.
Puspita, E. (2017). Peran Keluarga dan Petugas Kesehatan Dalam Kepatuhan
Pengobatan Penderita Hipertensi di Puskesmas Gunung kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 12(2): 2017. ISSN 1693-3443.
Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari https://jurnal.unimus.ac.id/
index.php/jkmi/article /view/3172
Rahmawati, R & Beata Bajorek. (2018). Factors Affecting Self-Reported
Medication Adherence and Hypertension Knowledge: A Cross-Sectional
Study In Rural Villages, Yogyakarta Province, Indonesia. Pubmed vol.14
issue 3: 212-227. Diakses pada tanggal 14 Februari 2023, dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov /29119817/
Ratnawati, D. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
Patient Safety Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Dengan Standar
Operasional Prosedur. Diakses pada tanggal 4 Desember 2022, dari
https://www.biddokes.com /index.php.
Sahadewa, Sukma. Nova Novita. Kadek Dwipa. Gede Abi Yoga. Mandasari Dwi
Pertiwi. (2019). Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat
Anti Hipertensi pada Pasien Hipertensi Usia Lanjut di Puskesmas Krian
Kabupaten Sidoarjo. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hang Tuah
Medical Journal. Vol.17, No.1, 2019.
Saleem, F. Hassali MA. Shafie AA. Awad AG. Bashir S. (2011). Association
between Knowledge and Drug Adherence In Patients with Hypertension in
Quetta, Pakistan. Tropical Journal of Pharmaceutical Research April 2011;
10 (2): 125-132.
Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Trans
Info Media. Jakarta.
Sherwod, lauralee. (2019). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. EGC.
Jakarta.
Smeltzer S. C. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. ECG. Jakarta.
Sukartini, T. Putri Mulyasari. Erna Dwi Wahyuni. (2020). The Relationship of
Family Support and Patients' Knowledge With The Treatment Adherence of
Hypertension Patients. Systematic Reviews in Pharmacy vol.11 issue 6:
1108-1110. Diakses pada tanggal 14 Februari 2023, dari
https://www.sysrevpharm.org /abstract/the-relationship-of-family-support-
and-patients-knowledge-with-the-treatment-adherence-of-hypertension-
patients-66206.html
Suriasumantri, JS. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Sylvestris, Alfa. (2014). Hypertension And Retinopathy Hypertension. Universitas
Muhammadiyah Malang. Diakses pada tanggal 6 Desember 2022, dari
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/4142/4515/
10751
Vika, V., Siagian, M., & Wangge, G. (2016). Validity and reliability of Morisky
Medication Adherence Scale 8 Bahasa version to measure statin adherence
among military pilots. Health Science Journal of Indonesia, 7(2), 129-133.
Diakses pada tanggal 7 Januari 2023, dari https://www.neliti.com/
publications/63571/validity-and-reliability-of-morisky-medication-
adherence-scale-8-bahasa-version
World Health Organization. (2021). Hypertension. Diakses pada tanggal 12
Desember 2022, dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/
detail/hypertension
Yahya, P. (2017). Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya . Universitas Tanjung
Pura. Pontianak.
LAMPIRAN 1

JADWAL RANGKAIAN PENELITIAN

Waktu
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
Mengumpulkan Literatur
1
Rancangan Penelitian
Pengajuan Judul
2
Penelitian
Penyusunan Proposal
3
Penelitian
Konsultasi Proposal
4
Penelitian
Seminar Proposal
5
Penelitian
Perbaikan Proposal
6
Penelitian
7 Penelitian
Pengolahan Data dan
8
Penyusunan Skripsi
Konsultasi Bimbingan
9 Skripsi dan Sidang
Skripsi
Revisi dan pengumpulan
10
Skripsi
LAMPIRAN 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak / Ibu Calon Responden
Di –
Tempat

Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKES Darul Azhar :

Nama : HADY PRAYITNO


NIM : 1114210706
Alamat : Desa Manunggal, RT.003, Kec. Karang Bintang

Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat


Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa
Batulicin Irigasi Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1”. Penelitian ini dilakukan
secara sukarela dengan mengukur tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat
hipertensi. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk tujuan penelitian saja. Apabila Bapak/Ibu bersedia
menjadi responden, maka dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah dilampirkan.
Atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu sebagai responden saya
ucapkan terimakasih.

Karang Bintang, Mei 2023


Peneliti,

( HADY PRAYITNO)
LAMPIRAN 3

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama/Inisial :
Umur :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan


dilakukan oleh mahasiswa STIKES Darul Azhar Batulicin, yaitu :

Nama : HADY PRAYITNO


NIM : 1114210706
Judul : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Desa Batulicin Irigasi
Wilayah Kerja Puskesmas Batulicin 1.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan
dari pihak manapun dan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Karang Bintang, Mei 2023


Responden Penelitian

( )
LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Pendidikan :
Umur : Pekerjaan :
Jenis Kelamin : L / P
B. SKALA TINGKAT PENGETAHUAN HIPERTENSI
Berikan tanda centang (√ ) pada jawaban yang menurut anda paling tepat
No. Pernyataan Benar Salah
Definisi
Tekanan darah sistolik (batas atas) atau diastolik (batas
1
bawah) yang tinggi berarti menderita hipertensi
Tekanan darah diastolik yang meningkat juga berarti
2
menderita hipertensi
Penanganan Medis
Penderita hipertensi harus minum obat karena itu adalah
3
cara yang terbaik
Obat penurun tekanan darah tinggi harus diminum setiap
4
hari
Penderita hipertensi harus minum obat penurun tekanan
5
darah jika sedang merasa sakit saja
Penderita hipertensi harus minum obat penurun tekanan
6
darah seumur hidup
Kepatuhan Pengobatan
Peningkatan tekanan darah merupakan akibat dari
7 bertambahnya usia (penuaan), jadi pengobatan tidak
diperlukan
Jika obat hipertensi bisa mengontrol tekanan darah tinggi,
8
maka tidak perlu mengubah gaya hidup
Jika penderita hipertensi mengubah gaya hidupnya, maka
9
pengobatan tidak diperlukan
Penderita hipertensi boleh makan makanan asin selama
10
mereka minum obat penurun tekanan darah teratur
Gaya Hidup
Untuk penderita hipertensi, cara masak makanan terbaik
11
adalah dengan digoreng
Untuk penderita hipertensi, cara masak makanan terbaik
12
adalah dengan direbus atau dipanggang
13 Penderita hipertensi harus sering makan buah dan sayur
14 Penderita hipertensi tidak boleh merokok
15 Penderita hipertensi boleh minum minuman beralkohol
lxx

Diet
Jenis daging terbaik untuk penderita hipertensi yaitu
16
daging berwarna merah (sapi, kambing, dll)
Jenis daging terbaik untuk penderita hipertensi yaitu
17
daging berwarna putih (unggas)
Komplikasi
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke, jika
18
tidak ditangani
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit
19
jantung, seperti serangan jantung jika tidak ditangani
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kematian dini,
20
jika tidak ditangani
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal,
21
jika tidak ditangani
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gangguan
22
penglihatan, jika tidak ditangani
(Sumber: Ernawati at al, 2020)
C. SKALA KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
Berikan tanda centang (√ ) pada jawaban yang menurut anda paling tepat
No. Pernyataan Ya Tidak
Apakah kadang-kadang anda lupa minum obat tekanan
1
darah tinggi anda?
Orang kadang-kadang tidak minum obat bukan karena
2 lupa. Selama 2 minggu terakhir ini, pernahkah anda
dengan sengaja tidak meminum obat?
Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat
3 tanpa memberitahu dokter karena anda merasa kondisi
anda bertambah parah ketika meminum obat tersebut?
Ketika anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah
4
kadang-kadang anda lupa membawa obat?
5 Apakah kemarin anda lupaminum obat?
Ketika anda merasa sehat, apakah anda juga kadang
6
berhenti meminum obat?
Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak
menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah anda pernah
7
merasa terganggu dengan kewajiban anda terhadap
pengobatan yang harus anda jalani?
Seberapa sering anda mengalami kesulitan meminum
semua obat anda?
a. Tidak pernah
b. Sekali-kali
8
c. Kadang-kadang
d. Sering
e. Selalu
Tulis : Ya (bila memilih b/c/d/e) ; Tidak (bila memilih a)
(Sumber: Vika at al, 2016)

Anda mungkin juga menyukai