Disusun Oleh :
Sita Aninda Sari
(12307144020)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman pala (Myristica fragrans) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari Malaise argipelago yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku.
Buah pala merupakan rempah-rempah sehingga menghasilkan minyak atsiri.
Kandungan terbesar dari buah pala/biji pala yaitu miristisin. Biji pala
mengandung minyak menguap (myristin, pinen, kamfen (zat membius),
dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asammiristisinat, asam-oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin
A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimiristisin.
Bubuk pala digunakan sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai
sebagai campuran parfum atau sabun. Minyak pala adalah minyak atsiri yang
dihasilkan melalui proses penyulingan dengan menggunakan uap dari biji dan
fuli yang telah masak dan kering. Minyak pala biasanya didapatkan setelah
lemak yang terkandung di dalamnya dibuang terlebih dahulu.
Miristisin yang terdapat dalam minyak pala bersifat racun, mudah
terabsorpsi pada konstituen lain dalam minyak pala dan memiliki bau yang
sangat intens. Miristisin dapat digunakan sebagai obat bius dan campuran
obat-obatan tertentu dalam bidang farmasi. Zat ini merupakan agen yang
bersifat halusinogen dan toksik yang dapat menyebabkan keracunan pada
dosis yang berlebih. Meskipun demikian miristisin sangat bermanfaat dalam
pencegahan terbentuknya tumor.
Miristisin dapat digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan
perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental).
Miristisin juga dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut
synergistiche serta digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang
mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya akan dimanfaatkan
sebagai penghilang rasa sakit (analgesik). Namun rencana ini dibatalkan
karena memiliki efek samping diantaranya pusing, mual-mual dan kehilangan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Miristisin dalam Pala
Tanaman pala (Myristica fragans) merupakan tanaman khas Indonesia,
banyak ditemukan di kepulauan Maluku. Pemanfaatan buah pala telah
berlangsung cukup lama baik secara tradisional maupun dengan pengolahan
yang lebih maju. Buah pala yang dihasilkan juga dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog) dalam bentuk bubuk.
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Myristicaceae
Genus
: Myristica
Spesies
Komposisi buah pala segar yaitu 83,30% berupa daging buah, fuli (fuli
adalah aril yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang
membungkus biji) sebesar 3,32%, 3,94% tempurung biji dan 9,54% daging
biji. Myristica fragrans menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang
berasal dari biji dan fuli. Buah pala terdiri atas lipid dan non-lipid. Lipid yang
tekandung dalam buah pala adalah trimiristisin (kandungan terbesar), palmitin,
olein, linolein, dll, sedangkan non-lipid berupa miristisin (C11H12O3).
Miristisin merupakan komponen terbesar dalam buah pala yang bersifat
halusinogen.
BAB III
PEMBAHASAN
Senyawa miristisin (myrsticin) adalah penyebab hilangnya kesadaran (mabuk)
dalam biji pala jika dikonsumsi dalam dosis yang sangat tinggi (> 5 gram).
Terdapat beberapa kasus dampak memabukkan dan penyalahgunaan biji pala:
1. Bocah perempuan 13 tahun keracunan setelah menelan serbuk pala 14 gram
yang dimasukkan kapsul dan sambil menghisap ganja.
2. Mahasiswa (23 tahun) menelan sekitar satu sendok makan serbuk biji pala.
Timbulah gejala toksisitas berupa halusinasi.
Efek toksisitas akut mematikan pada manusia diperkirakan sekitar 3-4 sendok
penuh atau > 80 gram. Namun tidak mengancam jiwa atau menyebabkan
kematian, hanya kehilangan kesadaran.
Miristisin merupakan komponen terbesar dalam buah pala yang bersifat
halusinogen. Di dalam tubuh, miristisin bersama elimicin dimetabolisme menjadi
3 metoksi-4,5-metilendioksiamfetamina (MMDA) dan trimetoksiamfetamina
(TMA).
25% Miristisin
Elimisin
transaminasi
3 metoksi-4,5metilendioksiamfetamina (MMDA)
trimetoksiamfetamina (TMA)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Miristisin merupakan kandungan terbesar dari buah pala/biji pala yang
memabukkan atau bersifat halusinogen apabila dikonsumsi dalam jumlah yang
besar (lebih dari 5 gram). Sifat halusinogen tersebut diakibatkan karena
metabolisme mirisitin dalam tubuh bersama elimisin dan mengalami
transaminasi menghasilkan 3 metoksi-4,5-metilendioksiamfetamina (MMDA)
dan trimetoksiamfetamina (TMA).
MMDA merupakan salah satu contoh amfetamin desainer tersubtitusi yang
menyebabkan pelepasan katekolamin (dopamin dan norepinefrin) serta
serotonin, neurotransmiter yang dianggap sebagai jaras neurokimiawi utama
untuk halusinogen. Oleh karena itu, efek klinis amfetamin desainer merupakan
campuran efek amfetamin klasik dan halusinogen, menurut Buku Ajar
Psikiatri Klinis, obat-obat tersebut diklasifikasikan dengan golongan
amfetamin yang strukturnya berkaitan erat.
Jenis efek toksik senyawa miristisin mengakibatkan perubahan fungsional
yang berkaitan dengan wujud efek toksik senyawa miristisin yaitu dengan
reseptor (post-synaptic cell) mengakibatkan gangguan sistem syaraf. Sifat efek
toksik miristisin ini terbalikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://diagnosticartikel034.blogspot.co.id/2014/08/gangguan-terkaitamfetamin.html diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 11.44 WIB.
https://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/05/24/amphetamine/ diakses pada 19
Oktober 2015 pukul 10.34 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46178/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 09.49 WIB.
http://stereofarmasi.wordpress.com/2013/02/09/obat-dan-makanan-kadang-racunbiji-pala/ diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 12.35 WIB.
http://vitalaminaturalhealth.blogspot.co.id/2015/06/myristica-fragrans-vitalamipala.html diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 09.56 WIB.
Suprihatin, dkk.