Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TOKSIKOLOGI

WUJUD DAN SIFAT EFEK TOKSIK SENYAWA MIRISTISIN


DALAM BIJI PALA (Myristica fragrans)

Disusun Oleh :
Sita Aninda Sari

(12307144020)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman pala (Myristica fragrans) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari Malaise argipelago yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku.
Buah pala merupakan rempah-rempah sehingga menghasilkan minyak atsiri.
Kandungan terbesar dari buah pala/biji pala yaitu miristisin. Biji pala
mengandung minyak menguap (myristin, pinen, kamfen (zat membius),
dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asammiristisinat, asam-oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin
A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimiristisin.
Bubuk pala digunakan sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai
sebagai campuran parfum atau sabun. Minyak pala adalah minyak atsiri yang
dihasilkan melalui proses penyulingan dengan menggunakan uap dari biji dan
fuli yang telah masak dan kering. Minyak pala biasanya didapatkan setelah
lemak yang terkandung di dalamnya dibuang terlebih dahulu.
Miristisin yang terdapat dalam minyak pala bersifat racun, mudah
terabsorpsi pada konstituen lain dalam minyak pala dan memiliki bau yang
sangat intens. Miristisin dapat digunakan sebagai obat bius dan campuran
obat-obatan tertentu dalam bidang farmasi. Zat ini merupakan agen yang
bersifat halusinogen dan toksik yang dapat menyebabkan keracunan pada
dosis yang berlebih. Meskipun demikian miristisin sangat bermanfaat dalam
pencegahan terbentuknya tumor.
Miristisin dapat digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan
perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental).
Miristisin juga dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut
synergistiche serta digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang
mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya akan dimanfaatkan
sebagai penghilang rasa sakit (analgesik). Namun rencana ini dibatalkan
karena memiliki efek samping diantaranya pusing, mual-mual dan kehilangan

keseimbangan. Beberapa efek merugikan tersebut sebenarnya disebabkan


karena adanya miristisin dalam minyak pala. Miristisin di dalam tubuh
manusia akan diubah menjadi suatu senyawa mirip meskalin dan ampetamin.
Kedua senyawa ini yang menimbulkan efek pusing, mual-mual, dll.
Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek
merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala menimbulkan
efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat-saraf disusul
oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang,
halusinasi, pusing kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa
ngantuk, kulit dan selaput lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa
berat di kepala.
Konsumsi pala yang berlebih hampir sama efeknya dengan menenggak
amfetamin (tanpa membuat mual yang hebat), tetapi tetap mengakibatkan rasa
mual, panas dingin, juga sakit kepala. Dosis yang lebih tinggi (lebih dari 5
gram) menimbulkan kejang-kejang dan menimbulkan halusinasi.
Keracunan yang diakibatkan biji pala dapat menyebabkan kematian,
kelumpuhan, dal turbulensi hebat. Telah dilaporkan 2 kasus kematian akibat
keracunan biji pala (pada tahun 1908 dan 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metabolisme senyawa miristisin dalam tubuh sehingga
dapat menyebabkan keracunan?
2. Bagaimana wujud dan sifat efek toksik yang ditimbulkan oleh senyawa
miristisin?

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Miristisin dalam Pala
Tanaman pala (Myristica fragans) merupakan tanaman khas Indonesia,
banyak ditemukan di kepulauan Maluku. Pemanfaatan buah pala telah
berlangsung cukup lama baik secara tradisional maupun dengan pengolahan
yang lebih maju. Buah pala yang dihasilkan juga dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog) dalam bentuk bubuk.

Gambar 1. Myristica fragrans Houtt


Klasifikasi tanaman
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub division

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledone

Ordo

: Magnoliales

Famili

: Myristicaceae

Genus

: Myristica

Spesies

: Myristica fragans Houtt

Komposisi buah pala segar yaitu 83,30% berupa daging buah, fuli (fuli
adalah aril yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang
membungkus biji) sebesar 3,32%, 3,94% tempurung biji dan 9,54% daging
biji. Myristica fragrans menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang
berasal dari biji dan fuli. Buah pala terdiri atas lipid dan non-lipid. Lipid yang
tekandung dalam buah pala adalah trimiristisin (kandungan terbesar), palmitin,
olein, linolein, dll, sedangkan non-lipid berupa miristisin (C11H12O3).
Miristisin merupakan komponen terbesar dalam buah pala yang bersifat
halusinogen.

Gambar 2. Struktur miristisin


B. Kajian Farmakologi
Jumlah molekul kimia dalam biji pala ada sekitar 30 yang teridentifikasi.
Miristisin adalah komponen utama kimiawi yang diduga memabukkan atau
menghilangkan kesadaran dalam biji pala. Dalam istilah farmakologi
miristisin berefek penghambat protein monoamine oksidase (penyebab stress).
Jika takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek
merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala menimbulkan
efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada urat-saraf disusul
oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti sakit kepala, kejang,
halusinasi, pusing kepala, runtuh, dan sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa
ngantuk, kulit dan selaput lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa
berat di kepala.
Berdasarkan hasil tes terhadap beberapa pasien di Australia tahun 1977,
minyak pala dapat menyebabkan halusinasi dan psikoaktif. Minyak pala juga
mengandung racun yang dapat menyebabkan kematian. Penggunaan minyak
pala yang berlebihan akan menyebabkan mual dan muntah-muntah, mulut

kering, tachycardia (detak jantung mendadak menjadi cepat), euphoria


(perasaan senang yang semu) dan halusinasi. Hal tersebut dikarenakan adanya
kandungan elimicin dalam biji pala. Elimicin bersama miristisin di dalam
tubuh diubah menjadi senyawa baru yang mirip dengan mercalin dan
amfetamin. (Suranto, 1993).

BAB III
PEMBAHASAN
Senyawa miristisin (myrsticin) adalah penyebab hilangnya kesadaran (mabuk)
dalam biji pala jika dikonsumsi dalam dosis yang sangat tinggi (> 5 gram).
Terdapat beberapa kasus dampak memabukkan dan penyalahgunaan biji pala:
1. Bocah perempuan 13 tahun keracunan setelah menelan serbuk pala 14 gram
yang dimasukkan kapsul dan sambil menghisap ganja.
2. Mahasiswa (23 tahun) menelan sekitar satu sendok makan serbuk biji pala.
Timbulah gejala toksisitas berupa halusinasi.
Efek toksisitas akut mematikan pada manusia diperkirakan sekitar 3-4 sendok
penuh atau > 80 gram. Namun tidak mengancam jiwa atau menyebabkan
kematian, hanya kehilangan kesadaran.
Miristisin merupakan komponen terbesar dalam buah pala yang bersifat
halusinogen. Di dalam tubuh, miristisin bersama elimicin dimetabolisme menjadi
3 metoksi-4,5-metilendioksiamfetamina (MMDA) dan trimetoksiamfetamina
(TMA).

Gambar 3. Struktur TMA

25% Miristisin

Elimisin
transaminasi

3 metoksi-4,5metilendioksiamfetamina (MMDA)

trimetoksiamfetamina (TMA)

Gambar 4. Bagan metabolisme miristisin dalam tubuh


MMDA merupakan salah satu contoh amfetamin desainer tersubtitusi.
Amfetamin desainer menyebabkan pelepasan katekolamin (dopamin dan
norepinefrin) serta serotonin, neurotransmiter yang dianggap sebagai jaras
neurokimiawi utama untuk halusinogen. Oleh karena itu, efek klinis amfetamin
desainer merupakan campuran efek amfetamin klasik dan halusinogen. Beberapa
psikofarmakologis mengklasifikasikan amfetamin tersubstitusi sebagai
halusinogen, namun, menurut Buku Ajar Psikiatri Klinis, obat-obat tersebut
diklasifikasikan dengan golongan amfetamin yang strukturnya berkaitan erat.
Karena efeknya seperti amfetamin, miristisin mengalami proses ADME yaitu
absorbsi, distribusi, biotrasformasi (metabolisme), dan ekskresi yang berjalan
secara simultan langsung atau tak langsung meliputi perjalanan suatu obat
melistasi sel membran.
Adsorpsi merupakan transfer obat melintasi membran, ada tiga tipe membran
badan yaitu membran kulit, membran epitel usus dan membran sel tunggal. Dalam
melintasi sel membran obat melakukan dengan dua cara, yaitu transfer pasif dan
tranfer aktif khusus. Setelah diabsorbsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui sirkulasi darah. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase.
1. Fase distribusi I : terjadi setelah diabsorbsi yaitu ke organ-organ yang
perfusinya baik : jantung, hati, ginjal, otak
2. Fase distribusi II : ke otot, kulit, jaringan lemak
Biotransformasi yaitu istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
metabolisme obat dibadan. Biotransformasi berlangsung terutama di hati, tetapi
ada beberapa obat mengalami biotransformasi di dalam ginjal, plasma, dan selaput
lendir di usus. Reaksi biotransformasi biasanya oksidasi, hidrolisa, dan konjugasi.
Selanjutnya proses ekskresi atau pengeluaran obat dari tubuh melalui organ
ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
Ekskresi suatu obat dan atau metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi
zat berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi bergantung pada sifat
fisikokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan gas) senyawa yang
diekskresi, melalui

Gambar 4. Mekanisme MMDA menyerang sistem syaraf


Mekanisme halusinasi akibat senyawa miristisin belum diketahui secara tepat,
tetapi berdasarkan gambar tersebut dijelaskan releases post-synaptic cells in
cortex and subcortical areas from inhibition. Many of these cells are in visual
processing systems, e.g. lateral geniculate and limbic stuctures.
Jenis efek toksik senyawa miristisin mengakibatkan perubahan fungsional yang
berkaitan dengan wujud efek toksik senyawa miristisin yaitu dengan reseptor
(post-synaptic cell) mengakibatkan gangguan sistem syaraf. Sifat efek toksik
miristisin ini terbalikan.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Miristisin merupakan kandungan terbesar dari buah pala/biji pala yang
memabukkan atau bersifat halusinogen apabila dikonsumsi dalam jumlah yang
besar (lebih dari 5 gram). Sifat halusinogen tersebut diakibatkan karena
metabolisme mirisitin dalam tubuh bersama elimisin dan mengalami
transaminasi menghasilkan 3 metoksi-4,5-metilendioksiamfetamina (MMDA)
dan trimetoksiamfetamina (TMA).
MMDA merupakan salah satu contoh amfetamin desainer tersubtitusi yang
menyebabkan pelepasan katekolamin (dopamin dan norepinefrin) serta
serotonin, neurotransmiter yang dianggap sebagai jaras neurokimiawi utama
untuk halusinogen. Oleh karena itu, efek klinis amfetamin desainer merupakan
campuran efek amfetamin klasik dan halusinogen, menurut Buku Ajar
Psikiatri Klinis, obat-obat tersebut diklasifikasikan dengan golongan
amfetamin yang strukturnya berkaitan erat.
Jenis efek toksik senyawa miristisin mengakibatkan perubahan fungsional
yang berkaitan dengan wujud efek toksik senyawa miristisin yaitu dengan
reseptor (post-synaptic cell) mengakibatkan gangguan sistem syaraf. Sifat efek
toksik miristisin ini terbalikan.

10

DAFTAR PUSTAKA
http://diagnosticartikel034.blogspot.co.id/2014/08/gangguan-terkaitamfetamin.html diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 11.44 WIB.
https://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/05/24/amphetamine/ diakses pada 19
Oktober 2015 pukul 10.34 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46178/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 09.49 WIB.
http://stereofarmasi.wordpress.com/2013/02/09/obat-dan-makanan-kadang-racunbiji-pala/ diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 12.35 WIB.
http://vitalaminaturalhealth.blogspot.co.id/2015/06/myristica-fragrans-vitalamipala.html diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 09.56 WIB.
Suprihatin, dkk.

. Isolasi Miristisin dari Minyak Pala (Myristica fragrans)

dengan Metode Penyulingan Uap. Jurnal Teknik Industri Pertanian. Vol.


17(1),23-28.

Anda mungkin juga menyukai