Daniel De Backer, M.D., Ph.D., Patrick Biston, M.D., Jacques Devriendt, M.D., Christian Madl, M.D.,
Didier Chochrad, M.D., Cesar Aldecoa, M.D., Alexandre Brasseur, M.D., Pierre Defrance, M.D.,
Philippe Gottignies, M.D., and Jean-Louis Vincent, M.D., Ph.D., for the SOAP II Investigators*
ABSTRAK
pertama dalam pengobatan syok. Terdapat kontroversi yang berkelanjutan mengenai apakah
METHODS
Dalam multisenter ini, dilakukan uji coba secara acak, pasien yang mengalami syok kami
berikan dopamin atau norepinefrin sebagai terapi vasopressor lini pertama yng berfungsi
untuk memulihkan dan menjaga tekanan darah. Apabila tekanan darah tidak dapat
pat ditambahkan. Hasil utama yang diharapkan adalah 28 hari setelah pengambilan sampel
secara acak, titik akhir sekunder termasuk jumlah hari tanpa perlu dukungan organ dan
RESULTS
Percobaan ini meliputi 1679 pasien, diantaranya 858 kelompok dopamine dan 821 kelompok
norepinefrin. Karakteristik dari kedua kelompok sama. Tidak ada pengaruh yang nyata di
antara perbedaan kelompok pada rate kematian pada 28 hari (52,5 % pada kelompok
dopamine dan 48,5% pada kelompok norepinefrin; odd ratio pada kelompok dopamine, 117;
koefisien interval, 0,97- 1,42; p=0,10). Meskipun ada beberapa peristiwa arritmia yang
diperlakukan menggunakan norepinefrin (207 kasus [24.1%] vs 102 kasus [12,4%], p<0,001).
dengan gagal jantung tetapi tidak di antara pasien 1044 dengan mengalami septic shock atau
263 dengan syok hipovolemik (P = 0,03 untuk kardiogenik syok, P = 0.19 untuk mengalami
septic shock, dan P = 0,84 untuk syok hipovolemik, Kaplan -Meier analisis).
CONCLUSIONS
Meskipun tidak ada perbedaan yang menonjol dari rate kematian antara pasien dengan syok
yang diterapi dengan dopamin sebagai first-line agen vasopressor dan orang orang yang di
terapi dengan norepinefrin, penggunaan dopamin ini terkait dengan sejumlah besar kejadian
PENDAHULUAN
Syok peredaran darah adalah suatu kondisi mengancam kehidupan yang dikaitkan dengan
tinggi mortalitas. Administrasi cairan, yang merupakan terapi strategi first-line sering tidak
cukup untuk menstabilkan pasien dan agen adregenik yang sering diperlukan untuk
memperbaiki tekanan darah rendah. Kedua agen ini berpengaruh yaitu alpha-adregenic dan
beta-adregenic reseptor, tapi untuk derajat yang berbeda. Efek alpha-adregenic dapat
meningkatkan irama pembuluh darah jamtung tapi bisa mengurangi curah jantung terutama di
daerah cutneus, splanic, dan renal beds. Efek beta-adregenik membantu untuk menjaga aliran
darah melalui inotropik dan kronotropik dan untuk meningkatkan splanic perfusi.
Rangsangan beta-adregenik ini dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk
ginjal perfusi dan juga mungkin menfasilitasi resolusi dari edem paru paru. Namun
dopaminergik stimulasi dapat memiliki efek imunologik yang berbahaya, yaitu dengan
mengubah fungsi jaras hypotalamo-pituitari, hasilnya ditandai dengan meningkatnya
Dengan demikian, dopamin dan epinefrin mempunyai efek yang berbeda terhadap
ginjal, regio splanic dan aksis pituitari, tapi implikasi klinis dari perbedan ini masih belum
pasti. Pedoman konsesus dan ahli rekomendasi menyarankan bahwa salah satu dari agen
tersebut dapat digunakan sebagai pilihan pertama vasopressor pada pasien dengan syok.
Namun pengamatan studi telah menunjukkan bahwa dopamin mungkin memiliki hubungan
dengan angka kematian yang lebih tinggi daripada norepinefrin. The Sepsis Occurance in
Acute III Patient (SOAP) yang melibatkan 1058 pasien yang mengalami syok, menunjukkan
bahwa dopamin merupakan faktor resiko independen di ICU. Dalam suatu meta-analisis,
setelah diambil secara acak terdapat 3 dari 11, dengan total hanya 62 pasien, didentifikasi
dengan membandingkan efek dopamin dan norepinefrin pada pasien yang mengalami syok
septik. Kurangnya data dari uji klinis dalam menghadapi meningkatnya bukti pengamatan,
norepinefrin mungkin terkait dengan hasil yang lebih baik yang disebut RCT. Studi kami,
dirancang untuk mengevaluasi apakah pilihan norepinefrin terhadap dopamin sebagai first-
METHODS
Study Pasien
Kami melakukan percobaan multisenter antara 19 Desember 2003 dan 6 Oktober 2007 di
delapan negara pusat yaitu Belgia, Austria, dan Spanyol. Semua pasien yang berumur 18 th
atau lebih yang merupakan agen vassopressor diperlukan untuk pengobartan syok dalam studi
ini. Pasien yang dianggap syok jika tekanan darah arteri <70 mmHg atau tekanan darah
sistolik <100mmHg meskipun pada keadaan yang sebenarnya memiliki jumlah cairan yang
memadai (1000ml kristaloid atau 500 mm koloid) yang didistribusikan (kecuali ada
ketinggian tekanan vena sentral sampai >12 mmHg atau tekanan oklusi pulmonalarteri
>14mmHg) dan jika ada tanda tanda hipoperfusi jaringan (misalnya, keadaan mental
berubah, kulit bintik - bintik), urin output nya <0,5ml/kgBB selama 1 jam atau tingakat laktat
serum >2lt mmol/lt. Pasien dinyatakan tidak dapat mengikuti penelitian apabila lebih muda
dari 18th yang telah menerima agen vassopressor (dopamin, norepinefrin, epinefrin atau
phenylephrine) lebih dari 4 jam selama episode syok, terdapat aritmia, seperti fibrilasi atrium
cepat (160x/mnt) atau takikardi ventrikel. Penacakan ini dilakukan dalam blok dalam
komputer 6-10 secara bertingkat menurut ICU. Perawatan dan referensi 5 digit ditempatkan
dalam amplop tertutup buram yang sudah dibuka oleh orang yang bertanggung jawab untuk
persiapan percobaan. Cairan norepinefrin atau dopamin disiapkan di dalam vial atau jarum
suntik Setiap vial atau jarum suntik kemudian di cap sesuai dengan nomor yang telah di acak.
Para dokter dan perawat yang memberikan obat tersebut serta pihak peneliti lokal dan
peneliti personil yang akan mengumpulkan data. Uji coba ini disetujui oleh komite etika
DISCUSSION
norepinefrin sebagai terapi vassopressor awal dalam pengobatan syok, tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat kematian pada hari ke 28 antara pasien yang menerima
dopamin dan yang menerima norepinefrin. Dopamin lebih berkaitan dengan aritmia
dibandingkan dengan norepinefrin dan aritmia adalah peristiwa yang cukup parah sehingga
perlu dilakukan studi yang lebih sering pada kelompok dopamin. Di samping itu dopamin
berhubungan dengan peningkatan yang signifikan dalam tingkat kematian pada kelompok
pasien dengan syok kardiogenik. Tingkat kematian pada hari ke 28 dalam penelitian ini
hampir 50%, yang diharapkan dalam sebuah studi dengan sedikit kriteria eksklusi dan hampir
sama dengan pengamatan sebelumnya.Penelitian ini menggunakan studi pragmatik dengan
menjadikan semua pasien yang diterapi karena syok karena memiliki validitas eksternal yang
tinggi. Studi desain yang diizinkan untuk maksimal paparan studi obat yaitu sejak pasien
menerima open label vassopressor maksimal 4 jam sebelum pengacakan dan selama 28hari,
studi obat ini akan ditarik kembali ketika pasien disapih dari terapi vasopressor dan
Pengamatan studi yang lebih kecil telah mentebutkan bahwa pengobatan dengan
dopamin dapat merugikan pasien dengan syok septik. Namun angka kematian lebih rendah
norepinefrin. Dalam studi kami yang menggunakan >1000 pasien dengan syok septik, tidak
ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diobati menggunakan dopamin dan yang
signifikan lebih tinggi pada kelompok yang diobati menggunakan dopamin daripada
norepinefrin, meskipun orang berharap bahwa cardiac output akan lebih baik dipertahankan
kematian tidak dapat ditentukan, namun terdapat selisih pada tingakat kematian yang
menunjukkan bahwa denyut nadi lebih tinggi dengan mengguanakan dopamin, ini mungkin
yang merekomendasikan dopamin sebagai agen first choice untuk meningkatkan tekanan
arteri diantara pasien yang memiliki tekanan darah rendah sebagai akibat dari infark miokard
akut.
kurang kuat daripada norepinefrin. namun kami menggunakan infus yang kira kira
ekuipotent terhadap tekanan darah arteri sistemik, dan hanya ada sedikit perbedaan dalam
penggunaan open label norepinefrin yang terkait dengan terminasi dini dari studi obat dan
pergeseran pada open label norepinefrin karena terjadinya aritmia yang sulit dikendalikan.
Dosis open label norepinefrin dan penggunaan open label epinefrin dan vasopresin adalah
serupa antara kedua kelompok. Kedua, studi ini menguunakan desain sequensial (berurutan),
yang berpotensi untuk menghentikan studi ini diawal jika terjadi efek yang lebih besar dari
yang diharapkan dari pengamatan. Meskipun demikian, penelitian ini akhirnya dihentikan
setelah kriteria inklusi yang diinginkan lebih banyak dari yang diperkirakan berdasarkan
perkiraan dari ukuran sampel. Dengan demikian, semua kesimpulan terkait dengan penelitian
kelompok pasien yang diobati dengan dopamin dan kelompok yang diobati norepinefrin,
penelitian ini menimbulkan keprihatinan tentang keamnan terapi dopamin, karena dopamin,