Anda di halaman 1dari 32

Upper gastrointestinal barium

evaluation of duodenal
pathology: A pictorial review

Nestiti Riescha K
01.210.6236
Pembimbing :
dr. Oktina Rahmi Darliana, Sp. Rad
Anatomi
Sistem Gastrointestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan dan mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses pencernaan tersebut dari tubuh. Sistem
Pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan
dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan
dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai
anus.Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), usus
halus, usus besar (kolon), rektum dan anus.
Duodenum berbentuk huruf C yang
panjangnya sekitar 25cm yang
menghubungkan lambung dengan
jejenum.
Ada beberaapa pars yg terdapat pada
duodenum :
1. Pars Superior > panjangnya 5cm,
bagian ini mulai dari pylorus dan
berjalan keatas dan belakang pada
sisi kanan vertebtra lumbnalis
pertama.
2. Pars Descenden panjangnya
8cm, bag.ini berjalan ke bawah, di
depan hilus ginjal kanan sebelah
vertebra lumbalis dua dan tiga.
3. Pars Horizontal panjangnya
8cm, bag ini berjalan ihorizontal ke
kiri pada bidang subcostalis,
mengikuti pinggir bawah caput
pancreas. Setinggi vertebra lumbal
2.
4. Pars Ascenden panjangnya 5cm,
bag.ini berjalan ke atas dan iri dan
memutar kedepan pada perbatasan
duodenum-jejenum. Setinggi
lumba;l 1 atau 2.
Media Kontras
Suatu bahan atau media yang digunakan untuk
menyangatkan gambaran suatu organ tubuh
dalam radiografi imaging.
Media Kontras dibagi menjadi dua : media kontras
negatif dan media kontras positif (barium dan
iodine)
BARIUM
pada umumnya digunakan untuk pemeriksaan
traktus digestivus
Penggunaan barium untuk OMD diberikan 1:4,
jumlah kurang lebih 100 s/d 200 ml
Pendahuluan
Pada Saluran Gastrointestinal (GIT), Duodemum sering
terlewatkan diberbagai literatur radiologi.
Sama seperti organ GIT lainnya, duodenum dapat dipengaruhi
oleh berbagai kondisi pattologis, misalnya kongenital, inflamasi, dan
neoplastik. Sementara beberapa penyakit bawaan seperti duplikasi
duodenum dan divertikulum.
Penggunaan barium untuk mengetahui patologi di duodenum ,
sampai sekarang masih digunakan untuk mengevaluasi pasien karena
ketersediaan yang murah dan biaya yang murah. Namun CT dan
endoskopi lebih memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dalam
mendeteksi keadaan patologis di duodenum. CT dapat memberikan
informasi perjalanan penyakit intra mural maupun ekstramural.
Sedangkan barium tidak memberikan petunjuk yang berguna untuk
mengetahui patofisiologi dan tidak dapat sebagai pilihan pemeriksaan
yang lebih lanjut. Maka disini, akan disajikan ulasan dalam bentuk
gambar, penggunaan barium pada lesi duodenum yang umum
ditemukan dan jarang ditemuan.
Upper GI Tract X-ray

Radiograph from double-contrast


upper GI showing a normal duodenum.
Studi Barium pada
sal.pencernan
bag.atas :
duodenojejunal
malrotasi

Terdapat pelebaran
duodenum. Pada USG
terdapat lesi kistik pada
duplikasi duodenal
(tidak ditampilkan)
temuan barium yang
jarang
ANOMALI KONGENITAL
Midgut Malrotasi
Malrotasi dapat terjadi sebagai anomali kongenital yang terisolasi atau
sebagian dari anomali situs visceral. Penggunaan studi barium pada
GIT bagian atas adalah akurat, dapat digunakan untuk mendeteksi
malrotasi

Studi Barium pada sal.pencernan bag.atas : duodenojejunal


malrotasi
Duplikasi Duodenal
Duplikasi duodenum adalah anomali kongenital yang relatif jarang,
terhitung kurang dari 10% dari semua organ GIT. Duplikasi pada
duodenal biasanya terletak di sepanjang mesenterika duodenum.
Untuk mendapatkan diagnostik yang spesifik dapat dilakukan
pemeriksaan menggunakan USG resolusi tinggi dengan catatan
usus dapat terlihat.

Terdapat pelebaran duodenum. Pada USG


terdapat lesi kistik pada duplikasi duodenal
(tidak ditampilkan) temuan barium yang
jarang
Divertikulum
Divertikulum duodenum dapat kongenital atau didapat.
Keadaan ini sering ditemukan sekitar 5% pada studi
penggunaan barium GIT bagian atas. Biasanya ditemukan
di sepanjang perbatasan mesenterika pada pars kedua
duodenum, dekat dengan ampula vater.

Barium mengisi sepanjang pars


kedua duodenum di bagian medial
(panah) pada divertikulum
duodenum.
Preduodenal Vena Portal
Keadaaan ini biasanya berhubungan dengan malformasi
kongenital lainnya, yang paling sering yaitu malrotasi
pankreas, limfa dan anomali jantung. Vena portal melewati
bagian anterior duodenum dan Caput pankreas. Pada
pemeriksaan barium, tampak kesan obstuksi duodenum
proksimal.
Annular Pankreas
Pada saat embriologi, pankreas mengalami kegagalan
pada saat rotasi. Pada keadaan patologis biasanya
terdapat pada serosa duodenum dan pada kasus ekstrim
jaringan pankreas melekat pada dinding duodenum. Pada
studi barium, terdapat gambaran penyempitan yang halus
dan lancip dari pars kedua duodenum.
diagnosis ditegakkan dengan CT scan
pencitraan cross sectional

Menunjukkan parenkim pankreas yang tidak lengkap


disekitar duodenum (panah)
Jaring Duodenum
Ada beberapa jenis jaring : atresia duodemum komplit,
wind sock webs, webs with central, tempat paling sering
ditemukan berada di sekitar ampula. Pada studi barium
pada GIT atas menunjukkan kelainan filling deffect pada
duodenum pars descending.

Penyempitan (panah) terdapat web


di pars pertama dan kedua dari
duodenum. Selain itu, beberapa
divertikula terlihat pada pars
descenden di medial (panah).
Hiperplasi Gland Brunner
Hiperplasi Gland Brunner adalah temuan yang asimtomatik
pada saat evaluasi barium pada GIT atas. Tampak nodular
soliter atau multipel kurang dari 5mm pada duodenum
proksimal. Apabila meluas, nodul menyebabkan batu atau
pola keju. Diagnosis banding gambaran filling defect pada
duodenum yaitu heterotopia, nodul limfoid hiperplasi,
multipel adenoma dan tumor carsinoid

KET : terdapat gambaran filling deffect pada


multipel nodulear (panah) diikuti dengan penebalan
lipatan di pars descenden duodenum. Temuan ini
menunjukkan diagnosis Brunner gland hiperplasia.
Penyakit yang Didapat
1. Inflamatorry Disease
Peptic Ulser : ulkus duodenum sangat umum dijumpai pada populasinorang
dewasa. Ulkus duodenum hampir selalu jinak tidak seperti ulkus di lambung
dimana 5% dari ulkus lambung dapat menjadi ganas. Meskipun endoskopi
adalah metode yang paling sensitif dan spesifik untuk mediagnosis suspek
ulkus duodenum, tapi perlu tindakan invansif dan mahal. Double kontras
barium GI atas masih tetap menjadi alternatif selain menggunakan
endoskopi. > 90% ulkus duodenum terjadi pada seluruh duodenum dan
hampir 50% terjadi pada dinding anterior.

## Diagnosis menggunakan barium dipengaruhi oleh lokasi. Meskipun


terdapat indentasi yang berlawanan pada dinding lateral duodenum
akibat spasme.
Gambaran ulkus pada barium yaitu berbentuk bulat seperti telur dikelilingi oleh
edem mukosa. Ulkus yang mengalami penyembuhan memberikan gambaran
sepeti bola. Ulkus Duodemum yang jarang ditemukan yaitu ulkus postbullar
biasanya terletak di mediial sepanjang pars kedua duodenum diatas ampulla
vater.

Penggunaan Barium pada gastroinstestinal


menunjukkan deformitas, terdapat gambaran
striktur pada lekukan pars kedua dan pars
pertama duodenum

Ditemukan penyembuhan sekunder


pada bulbar dan ulkus duodenal post
bulbar
Tuberkulosis

TB duodenum sebanyak 2% berasal dari TB gasrtoinstinal. Secara


klinis, pasien dibagi menjadi dua kelompok : pasien dengan gejala
gejala dispepsia dan pasien dengan gejala obstruksi.

Pada kelompok dengan gejala obtruktif , menunjukkan penyempitan


lumen atau penyempitan yang bervariasi di lekukan pars kedua dan
ketiga duodenum yang menyerupai sindrom SMA.

Ada penyempitan di distal pars kedua


duodenum dengan refluks barium ke dalam
saluran empedu. Dan juga pada ileoccecal
(tak terlihat). Pada pemeriksaan histologi
menunjukkan tuberkulosis gastrointestinal.
Crohns Disease

20- 40% CD mempengaruhi mukosa GIT atas. Pada awal penyakit


menyebabkan penebalan irregular, edema, batu. Dengan
berkembangnya penyakit terdapat fibrosis dan stenosis pada segmen
yang terlibat. Terdapat tiga pola yang terlihat pada fase lanjut. Pola
pertama yang paling umum : perlekatan lambung dan duodenum dan
dua pola lainnya tidak terihat.
Pada temuan yang jarang terdapat gambaran fisura yang
melebar, pseudodiverticula dan refluks kontas ke bilier.

Terdapat penyempitan dengan garis panjang yang tidak teratur dan dilatasi
proksimal pada pars keempat duodenum. Terdapat beberapa tambahan
striktur pada proksimal jejenum. Evaluasi rinci pada pasien ini
mengungkapkan diagnosis penyakit Crohn
Penyakit radang atau neoplastik ekstrinsik yang berpengaruh pada
duodenum :
Penebalan dinding duodenal yang nonspesifik dapat terjadi pada kondisi
peradangan pankreaas atau empedu atau vesika urinaria. Selain itu proses
neoplastik yang dapat melibatkan duodenum yaitu adenokarsinoma pankreas.

Distrofi duodenum :
Keadaan ini dikaitkan dengan pankreatitis akut dan pankreatitis kronis. Hal ini
ditandai dengan adanya beberapa lesi kistik di dinding duodenum yang
menebal arena peradangan kronis. Pada evaluasi barium yang jarang
ditemukan terdapat gambaran stenosis . Endoskopik Ultrasound bisa
digunakan sebagai alternatif. Pada CT Scan menunjukkan penebalan dinding
duodenum antara lumen duodenal dan pankreas juga terdapat lesi kistik pada
dinding yang menebal.

Penyempitan lumen dengan ulserasi pada


duodenum proksimal. Pada Computed
tomography pasien ini (tidak ditampilkan)
menunjukkan penebalan mural dari duodenum
dengan perubahan kistik sugestif.
2. Sindrom SMA
adalah suatu kondisi langka yang ditandai dengan
angulasi akut SMA yang mengarah ke kompresi pars
ketiga duodenum yaitu antara SMA dan aorta. Etiologinya
adalah hilangnya abdominal fat karena berbagai kondisi.

Pada pemeriksaan barium GIT atas menunjukkan


kompresi ekstrinsik pars ketiga , dilatasi proksimal
duodenum dan kolaps usus.
Evaluasi menggunakan barium saluran pencernaan bagian atas
menunjukkan duodenum seperti terpotong di lekukan pars
kedua dan ketiga dengan kolaps distal duodenum SMA
(Superior Mesenterica Arteri)
3. Neoplasma
Banyaknya tumor duodenum sekitar sepertiga
dari neoplasma usus halus. Keseluruhan tumor
usus halus terdiri dari 5% tumor git. Tumor jinak
jarang terjadi misalnya polip, adenomatosa,
lipoma dan leiomioma.
Adenokarsinoma primer adalah lesi ganas yang paling
umum dari duodenum dan biasanya ditemukan di
wilayah periampula

Terdapat gambaran massa pada pars medial


pertama dan kedua duodenum disertai ulkus
(panah). Terdapat penyempitan striktur
dengan mukosa yang itrregular pada pars
distal ketiga dari duodenum. Dilakukan
Biopsi Endoskopi mengungkapkan
adenokarsinoma.

Menunjukkan salah satu massa polipoid yang


menyebabkan filling defect , kontriksi annular
lesidengan deformitas dari lumen dan mukosa.
Lesi ganas yang langka, limfoma dan tumor
ganas stromal gastrointestinal.

Penyempitan segmen
panjang pars kedua
(panah) dari duodenum
Gambaran dengan Computed Tomography Axial menunjukkan
penebalan circumferentia pada duodenum (panah pendek).
Pemeriksaan menggunakan biopsi endoskopik, diagnosisnya Limfoma
non-Hodgkin.
Kesimpulan
Keadaan patologi pada GIT, salah satunya
duodenum berbeda beda pada setiap orang.
Penegakan diagnosis menggunakan barium pada
saluran pencernaan bagian atas merupakan salah
satu metode awal untuk mengevaluasi keadaan
patologi di duodenum. Meskipun, tidak
sepenuhnya spesifik untuk melihat particular yang
mengalami patologis, penggunaan barium dapat
memberikan informasi yang cukup baik tentang
pola penyakit yang mendasari dan dapat
digunakan sebagai dasar pemeriksaan yang lebih
lanjut.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai