PERATURAN INTERNAL
RUMAH SAKIT UMUM BAKTI MULIA BANYUWANGI
(HOSPITAL BYLAWS)
BAB I
MUKADIMAH
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Definisi
BAB III
JATIDIRI
Pasal 2
Identitas
3
Logo :
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BYLAWS)
Pasal 3
Maksud & Tujuan
BAB V
LANDASAN HUKUM
Pasal 4
4
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
3. Undang-Undang Nomor : 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
4. Undang-Undang Nomor : 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws).
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) Di Rumah Sakit.
BAB VI
TUJUAN
Pasal 5
Tujuan Rumah Sakit
BAB VII
VISI, MISI, DAN MOTTO
Pasal 6
Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit
(1) Visi, Misi dan Motto rumah sakit adalah sebagai berikut :
Visi : Menjadikan Rumah Sakit Umum Bakti Mulia sebagai Unit Pelayanan Kesehatan
Profesional, Terjangkau dan menjadi pusat rujukan rumah sakit di Kabupaten
Banyuwangi.
hospital
(2) Visi, Misi dan Motto rumah sakit beserta perubahannya dari waktu ke waktu ditetapkan oleh
wakil pemilik (Komisaris)
BAB VIII
FUNGSI
Pasal 7
Fungsi Rumah Sakit
BAB IX
PENGORGANISASIAN
Pasal 8
Uraian singkat tentang Wakil Pemilik / Komisaris, Direktur dan Staf Klinik
(1) Komisaris adalah pengurus organisasi rumah sakit yang mewakili pemilik (pemegang
saham) dalam mengawasi pengelolaan rumah sakit, serta memberikan keputusan dan
penetapan-penetapan yang diperlukan
(2) Direktur adalah pengurus organisasi rumah sakit yang bertugas mengelola rumah sakit
serta bertanggung jawab atas pengelolaan tersebut kepada pemilik dalam Rapat Umum
dengan Pemilik didahului dengan laporan-laporan kepada wakil pemilik (komisaris)
(3) Staf klinik adalah tenaga medis yang melaksanakan aktivitas pelayanan medis
berdasarkan standar profesi dan etik medis dan bertanggung jawab atas mutu pelayanan
medis
6
BAB X
MANAJEMEN
Pasal 9
Struktur Organisasi Rumah Sakit
(2) Struktur organisasi rumah sakit ditetapkan oleh wakil pemilik (Komisaris).
(3) Perubahan struktur organisasi sampai dengan tingkat kepala bagian ditetapkan oleh
wakil pemilik (Komisaris)
(4) Perubahan struktur organisasi mulai 1 (satu) tingkat dibawah kepala bagian ditetapkan
oleh Direktur rumah sakit.
Pasal 10
Pertanggungjawaban Manajemen
Manajemen rumah sakit melalui Direktur, bertanggung jawab (accountable) atas pengelolaan
mutu pelayanan Rumah Sakit yang sistematis dan efisien kepada pemilik pada Rapat Umum
Pemilik (Pemegang Saham) yang didahului dengan rapat dan laporan kepada wakil pemilik
(Komisasis)
BAB XI
ORGAN WAKIL PEMILIK (KOMISARIS)
Pasal 11
Syarat pengangkatan komisaris
Yang dapat diangkat sebagai Komisasris adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 12
Jumlah anggota komisaris
Komisaris terdiri dari 3 (tiga) orang, dengan susunan sebagai berikut :
a. 1 orang Ketua Komisaris
7
Pasal 14
Pengorganisasian / Pembagian kerja
Pembagian kerja diantara para pengurus komisaris diatur oleh para pengurus komisaris sendiri
Pasal 15
Uraian tugas komisaris
Komisaris bertugas :
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan Rumah Sakit yang dilakukan
Direktur serta memberi nasehat kepada Direktur termasuk mengenai rencana
pengembangan Rumah Sakit, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Rumah Sakit,
pelaksanaan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemilik
(Pemegang Saham) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Melakukan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Anggaran Dasar Rumah Sakit dan keputusan Rapat Umum Pemilik (Pemegang Saham).
8
d. Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang disiapkan Direktur serta menandatangani
laporan tersebut
Pasal 16
Hak dan kewajiban komisaris
(1) Komisaris mengadakan rapat sekurang-kurangnya tiap bulan, dalam rapat tersebut
Komisaris dapat mengundang Direktur.
(2) Komisaris dapat juga mengadakan rapat sewaktu-waktu bilamana dianggap perlu oleh
Ketua Komisaris dan dihadiri oleh anggota komisaris.
(3) Rapat Komisaris dilakukan di tempat kedudukan rumah sakit atau tempat kegiatan usaha
Rumah Sakit atau di tempat lain di luar wilayah Republik Indonesia yang ditetapkan oleh
Komisaris.
(4) Semua rapat Komisaris dipimpin oleh Ketua Komisaris, dalam hal Ketua Komisaris tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Komisaris akan dipimpin oleh oleh anggota
Komisris yang ditunjuk oleh Ketua Komisaris.
(5) Rapat Komisaris adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah pengurus komisaris yang hadir.
(6) Keputusan Rapat Komisaris harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dalam
hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil dengan suara terbanyak.
(7) Dari segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Komisaris, harus dibuat
suatu risalah yang ditanda tangani oleh Ketua Rapat dan oleh salah seorang anggota
komisaris yang ditunjuk oleh dan dari antara mereka yang hadir.
BAB XII
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Pasal 18
Syarat Pengangkatan Direktur
Yang dapat diangkat sebagai Direktur adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 19
Jumlah Anggota Dewan Direktur
Direktur Rumah Sakit Umum Bakti Mulia terdiri dari :1 orang Direktur
10
Pasal 20
Prosedur pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian
(1) Direktur diangkat oleh Rapat Umum Pemilik (Pemegang Saham) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun
(2) Rapat Umum Pemilik (Pemegang Saham) sebagaimana dimaksud diatas harus dihadiri
oleh pemilik (pemegang saham) atau wakilnya yang sah dan keputusan rapat harus
disetujui oleh pemegang saham atau wakilnya yang sah.
(3) Direktur dapat diberi gaji dan/atau tunjangan yang jumlahnya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemilik (Pemegang Saham).
(4) Apabila oleh suatu sebab jabatan Direktur lowong, maka dapat digantikan langsung oleh
Kepala Bagian Pelayanan Medis dfan Penunjang Medis dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi lowongan.
(5) Apabila jabatan Direktur lowong lebih dari jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadi lowongan harus diselenggarakan RUPS
(6) Apabila oleh suatu sebab apapun semua jabatan Direktur lowong, untuk sementara
Perseroan diurus oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Rapat Dewan Komisaris.
(7) Seorang Direktur berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan
secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan sekurang-kurangnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya
(8) Jabatan Direktur berakhir apabila :
a. Mengundurkan diri
b. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang undangan
c. Meninggal dunia
Pasal 21
Uraian Tugas Direktur
(1) Direktur wajib melaksanakan pengurusan Rumah Sakit untuk kepentingan dan tujuan
rumah sakit dan bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut serta senantiasa
berusaha meningkatkan efisiensi Rumah Sakit.
(3) Direktur bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan
Rumah Sakit dalam mencapai maksud dan tujuannya
(4) Direktur wajib dengan itikad baik dan tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Direktur berhak mewakili Rumah Sakit didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal
dan dalam segala kejadian, mengikat Rumah Sakit dan pihak lain dengan Rumah Sakit,
11
Pasal 22
Hak dan Kewajiban Direktur
Direktur berhak :
(1) Menetapkan kebijaksanaan dalam memimpin dan mengurus Rumah Sakit
(2) Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian Rumah Sakit termasuk penetapan gaji,
pensiun dan jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi para pegawai Rumah Sakit
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlau dan keputusan rapat umum
pemegang saham.
(3) Mengangkat dan memberhentikan pegawai Rumah Sakit berdasarkan berdasarkan
peraturan kepegawaian Rumah Sakit dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Mengatur penyerahan kekuasaan Direktur untuk mewakili Rumah Sakit di dalam dan di luar
pengadilan kepada seorang atau beberapa orang pegawai-pegawai Rumah Sakit baik sendiri
maupun bersama-sama atau kepada orang atau badan lain.
(5) Menjalankan tindakan-tindakan lainnya baik mengenai pengurusan maupun pemilikan
Pasal 23
Rapat Direksi
(1) Rapat Direktur dapat diadakan sekurang-kurangnya tiap bulan atau setiap waktu bilamana
dipandang perlu.
(2) Rapat Direktur dilakukan di tempat kedudukan rumah sakit atau tempat kegiatan usaha
Rumah Sakit.
(3) Rapat Direktur dipimpin oleh Direktur rumah sakit, dalam hal Direktur rumah sakit tidak dapat
hadir atau berhalangan hal maka rapat akan dipimpin oleh Kepala Bagian Pelayanan Medis
dan Penunjang Medis.
(5) Dari segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Direktur, harus dibuat
suatu laporan yang ditanda tangani oleh Direktur.
Pasal 24
Hubungan Fungsional Direktur Dengan Wakil Pemilik (Komisaris)
12
(1) Direktur secara fungsional bertanggung jawab atas pengelolaan rumah sakit kepada wakil
pemilik (komisaris) melalui rapat-rapat dan laporan pertanggungjawaban yang akan
dilanjutkan dengan Rapat Umum Pemilik (Pemegang Saham)
(2) Direktur sebagai pengelola rumah sakit berkoordinasi dengan staf klinik atas pelaksanaan
kegiatan pelayanan medis oleh staf klinik dan mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut
dengan berpedoman pada standar pelayanan medis dan mutu pelayanan medis.
BAB XIII
KOMITE MEDIS
Pasal 25
Organisasi Komite Medis
(1) Untuk melindungi pasien dan meningkatkan profesionalisme staf dilingkungan Rumah
Sakit dibentuk suatu wadah yang disebut sebagai Komite Medis Rumah Sakit yang
bertanggung jawab kepada Direktur.
(2) Komite Medis Rumah Sakit terdiri dari ketua staf medis yang telah diberi kewenangan
untuk melakukan tindakan medis di Rumah Sakit Bakti Mulia Banyuwangi.
(3) Pemilihan ketua suatu kelompok staf medis dilakukan dengan surat suara dari anggota
kelompok staf medis tersebut.
Pasal 26
Kepengurusan Komite Medik
(1) Komite Medis dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih setiap 3 tahun dari antara
anggota komite medis yang diselenggarakan oleh suatu panitia pemilihan dengan
ketentuan yang akan ditetapkan dari waktu kewaktu oleh komite medis untuk diajukan
dan disetujui oleh direktur.
(2) Dalam Komite Medis ditetapkan pengurus harian komite medis yang terdiri dari ketua
komite medis, sekretaris komite medis dan ketua sub komite medis.
(3) Pengurus harian komite medis melaksanakan fungsi dan tugas komite medis sehari-hari
13
Pasal 27
Ketua Komite Medis
(1) Ketua dipilih dari 3 calon pada pemilihan secara periodic yang diselenggarakan setiap 3
tahun yang selanjutnya diajukan dan disetujui oleh Direktur
Pasal 28
Sekretaris Komite Medis
(4) Pada sekretaris komite medis diperbantukan petugas sekretaris dan segala prasarana
lain yang disediakan oleh rumah sakit.
Pasal 29
14
a. Menyediakan wadah agar anggota staf Medis dapat berpartisipasi dalam memberi
masukan dalam masalah profesi Medis dan teknis Medis dan menghadiri rapat bersama
Direktur dan komite lainnya di Rumah Sakit.
b. Melakukan kredensial tenaga medis yang akan bekerja di Rumah Sakit dan memberikan
rekomendasi kepada Direktur.
c. Merencanakan dan mengatur pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan
spesialisasi yang disesuaikan dengan master plan Rumah Sakit bagi setiap anggotanya.
d. Menyelenggarakan audit medis secara berkesinambungan.
e. Memantau perilaku etik dan professional anggota staf Medis dan menyelenggarakan
proses pendisiplinan profesi medis serta mengusulkan tindak lanjut hasil kajian Komite
Medis kepada Direktur.
f. Bekerjasama dengan Direktur merencanakan suatu program untuk mengatur
kewenangan melakukan tindakan Medis sesuai master plan Rumah Sakit.
g. Menyampaikan laporan kegiatan Komite Medis akan disampaikan secara berkala pada
seluruh anggota Kelompok Staf Medis (KSM) sedikitnya setahun sekali.
h. Memberikan masukan pada Direktur perihal :
a) Pelayanan klinis yang adekuat bagi Rumah Sakit.
b) Kebijakan yang menyangkut pengorganisasian pelayanan klinik Rumah Sakit.
c) Membantu mengidentifikasi kebutuhan pasien Rumah Sakit dan pelayanan yang
layak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pasal 30
Rapat Komite Medis
(1) Rapat komite Medis terdiri atas Rapat rutin, Rapat khusus dan Rapat pleno
(2) Setiap rapat komite medis dinyatakan sah bila undangan telah disampaikan secara pantas
kecuali seluruh anggota komite medis yang berhak memberikan suara menolak undangan
tersebut
Pasal 31
Rapat Rutin Komite Medis
(1) Komite menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh komite medis.
15
(2) Sekretaris komite medis menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari kerja rapat tersebut
dilaksanakan.
Pasal 31
Rapat Khusus Komite Medis
(2) Sekretaris komite medis menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda rapat
kepada para pengurus yang berhak hadir.
(3) Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan
dibicarakan dalam rapat tersebut.elenggarakan rapat khusus dalam waktu empat puluh
delapan jam .
Pasal 32
Rapat Plenos Komite Medis
(2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh staf medis rumah sakit
(3) Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan komite
medis, rencana kegiatan yang akan dilakukan komite medis dan agenda lainnya yang
ditetapkan oleh komite medis
(4) Sekretaris komite medis menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis beserta
agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir.
16
Pasal 32
Kuorum
(1) Kuorum tercapai bila rapat dihadiri paling sedikit setengah dari pengurus komite medis.
(2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai
Pasal 33
Pengambilan Putusan Rapat
(2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir.
(3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah ketua berwenang membuat keputusan hasil
rapat.
Pasal 34
Tata Tertib Rapat
(1) Setiap rapat komite medis berhak dihadiri oleh seluruh pengurus komite medis.
(2) Rapat dipimpin oleh ketua komite medis atau yang ditunjuk oleh ketua komite medis
(3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah ketua
(5) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan rapat.
(6) Setiap peserta rapat wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung
(7) Hal-hal lain yang menyangkut tekhnis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh ketua sebelum
rapat dimulai.
Pasal 35
Notulen Rapat
(2) Semua notulen rapat komite medis dicatat oleh sekretaris komite medis atau penggantinya
yang ditunjuk
(3) Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir sebelum rapat
berikutnya.
(4) Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan
notulen tersebut.
(5) Notulen rapat ditanda tangani oleh ketua komite medis dan sekretaris komite medis pada
rapat berikutnya dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah.
(6) Sekretaris memberikan salinan notulen direktur paling lambat satu minggu setelah ditanda
tangani oleh ketua dan sekretaris komite medis.
Pasal 36
Hubungan Fungsional dan Hubungan Akuntabilitas Dengan Direktur dan Wakil Pemilik
Komite Medis sebagai wadah staf klinik secara fungsional melaksanakan tugas kegiatan
pelayanan medis bertanggung jawab kepada Direktur dan wakil pemilik (komisaris) atas
pelayanan medis berdasarkan standar profesi dan etik.
Pasal 37
Organisasi Komite Medis
Susunan organisasi komite medis adalah sebagaimana tersebut dalam bagan lampiran Hospital
By Laws ini.
BAB XIV
STAF MEDIK FUNGSIONAL (SMF)
Pasal 30
Definisi
Staf Medik Fungsional (SMF) adalah sekumpulan staf medis dengan spesialisasi dan atau
keahlian yang sejenis, atau hampir sejenis
Pasal 31
Klasifikasi
(2) Setiap kelompok memilih sendiri di antara sejawat sekelompok sebagai wakilnya untuk
duduk sebagai anggota komite medik.
Pasal 42
Kelompok Staf Medik Fungsional (SMF)
Pasal 43
Tugas Staf Medik Fungsional (SMF)
Pasal 44
Kewenangan Melakukan Tindakan Medis
(1). Staf Medis hanya dapat melakukan tindakan Medis sesuai dengan spesialisasi dan
kemampuannya secara khusus, kecuali dalam keadaan darurat, di Rumah Sakit setelah
mendapatkan penugasan klinis ( clinical privilege) dari Direktur yang ditetapkan dengan
suatu surat keputusan.
(2). Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) terdiri dari:
a.Penugasan klinis biasa sebagai staf Medis di Rumah Sakit
b.Penugasan klinis sementara sebagai konsultan tamu
19
(3). Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) hanya diberikan pada dokter
yang telah terikat perjanjian dengan Rumah Sakit yang ditetapkan setelah memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam statuta ini, sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh komite Medis dengan merujuk pada organisasi profesinya.
(4). Penilaian persyaratan dan jenis tindakan Medis untuk setiap staf Medis sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan oleh Komite Medis melalui Sub-Komite Kredensial.
(5). Hasil Penilaian oleh Sub-Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
diserahkan kepada Komite Medis untuk memperoleh pengesahannya.
(6). Komite Medis menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial kepada Direksi.
Pasal 45
Pemberian Kewenangan Staf Medis
(1) Penentuan kewenangan untuk melakukan tindakan Medis didasarkan pada pendidikan,
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pengalaman, unjuk kemampuan termasuk
pengambilan keputusan, sebagaimana tercantum dalam berkas kredensial, dan didasarkan
pada pengamatan kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan kinerja yang
bersangkutan.
(2) Penggunaan kewenangan klinis dalam sebuah Kelompok Staf Medis (KSM) akan
tergantung pada peraturan dan ketentuan yang berlaku di Kelompok Staf Medis (KSM)
masing-masing.
Pasal 46
Berakhirnya Kewenangan Melakukan Tindakan Medis
(1) Kewenangan untuk melakukan tindakan Medis seorang staf medis di rumah sakit berakhir
bila hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit telah berakhir atau penugasan
klinis (clinical privilege) dokter yang bersangkutan dicabut oleh Direktur berdasarkan
usulan Komite Medis .
(2) Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit berakhir maka Direktur
memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada yang bersangkutan dengan
tembusan kepada Komite Medis .
(3) Dalam hal seorang Staf Medis dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus
Komite Medis, Ketua Komite Medis memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu
kepada Direktur dengan tembusan kepada yang bersangkutan.
Pasal 47
Penjagaan Mutu Pelayanan Medis
(1) Untuk menjaga mutu pelayanan medis dilakukan audit medis secara berkala dan
pendidikan kedokteran yang berkelanjutan dengan tatacara yang lazim yang ditentukan
oleh Sub-Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis.
(2) Topik, jangka waktu, dan tatacara audit medis ditetapkan oleh Sub-Komite Peningkatan
Mutu Profesi Medis.
20
(3) Sub-Komite Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil audit medis dan analisisnya
secara berkala kepada komite medis untuk ditindak lanjuti.
(4) Komite medis wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindak
lanjuti hasil audit medis sebagaimana diatur dalam ayat (3).
(5) Setiap anggota staf Medis wajib menjalani pendidikan kedokteran berkelanjutan yang
substansi dan tata caranya diatur oleh sub komite Peningkatan Mutu Profesi Medis.
(6) Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis memberikan laporan kepada Komite Medis
mengenai efektifitas, dan kewajaran pelayanan medis yang diberikan oleh seluruh staf
medis yang bekerja dirumah sakit.
PASAL 48
KOMITE KEPERAWATAN
BAB XV
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 48
Lain-lain
(1) Hal-hal lain yang dipandang perlu dan belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan
ditetapkan kemudian.
DITETAPKAN DI : BANYUWANGI
PADA TANGGAL : 1 JANUARI 2015
( HARI SANTOSO)