Pengobatan pada penyakit kulit umumnya dilakukan secara topikal yang dipandang
sesuai meskipun ada beberapa penyakit pada kulit yang lebih berespon dan sesuai dengan
penggunaan obat secara sistemik.Efek pengobatan yang didapat disebabkan oleh pengaruh
fisik dan kimiawi dari obat topikal yang digunakan pada kulit.Pengaruh fisik antara lain
adalah mengeringkan,membasahi,melembutkan,lubrikasi,mendinginkan,memanaskan,dan
proteksi dari agen penyebab peyakit.Sifat terebut ditujukan untuk menimbulkan
homeostasis,yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan sekitarnya ke keadaan
fisiologis stabil kembali.Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bahan,yaitu:
1) Bahan dasar (Vehikulum)
Bahan dasar atau yang selanjutnya disebut vehikulum adalah langkah utama
yang terpenting untuk memilih terapi yang tepat pada penyakit kulit.Pada
umumnya pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai vehikulum yang
yang cair/basah,dan sebaliknya pada yang kering.Secara sederhana sediaan
vehikulum ada 3 yaitu cairan,bedak,salap.Kemudian ada beberapa yang
dikombinasikan dari bahan dasar yaitu seperti bedak kocok
(lotion),krim,pasta,linimen.
2) Bahan Aktif
Bahan aktif adalah bahan yang dimasukan ke dalam vehikulum yang
mempunyai efek tertentu dan khusus untuk keadaan tertentu yang
menyebabkan penyakit kulit.Beberapa bahan aktif yang sering digunakan
adalah alumunium asetat,asam asetat,asam benzoat,asam borat,asam
salisilat,asam undeselinat,asam vit.A,benokain,benil
benzoat,camphora,kortikosteroid topikal,mentol,podofilin,selenium
disulfid,sulfur,ter,urea,zat antiseptik,obat imunomudulator topikal.
Selanjutnya jenisojenis obat topikal akan dibahas sesuai pembagian penyebab
timbulnya penyakit
A. Antibakteri Topikal
Basitrasin
Basitrasin adalah antibiotika golongan peptida,aktif terhadap gram
positif,seperti stafilokokus,streptokokus,dan pneumokokus.Selain itu juga
Natrium Sulfasetamid
Sulfasetamid topikal tersedia dalam bentuk tunggal ebagai losio 10% (klaron)
dan sabun 10% (ovace) serta dalam beberapa sediaan kombinasi dengan sulfur
untuk mengobati akne vulgaris dan akne rosasea.Mekanisme kerjanya
diperkirakan adalah inhibisi P.Acnes melalui inhibisi kompetitif dari pemakain
asam dari p-aminobenzoat.Sekitar 4% sulfasetamid diserap perkutan sehingga
pemakaiannya dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui hipersensitif
terhadap sulfonamid.
B. Antimikotik Topikal
Golongan Azol Topikal
Imidazol topial yang saat ini mencakup
klotrimazol,ekonazol,ketokonazol,mikonazol,oksikonazol,sulkonazol dan
sertakonazol memilik rentang aktivitas yang luas terhadap dermatofita dan
ragi yang mencakup candida albicans dan pityrosporum arbiculare.Terdapat
sediaan kombinasi tetap antimikotik dengan kortikosteroid topikal yang dibuat
untuk mempercepat redanya gejala dibandingkan dengan obat antijamur
saja.Pemakaian satu atau dua kali sehari ke bagian yang terkena umumnya
menyebaban lenyapnya infeksi dermatofit superfisial dalam 2-3 minggu
meskipun pengobatannya perlu dilanjutkan sampai dipastikan telah terjadi
eradikasi organisme.Reaksi samping lokal adalah berupa rasa
tersengat,gatal,eritema,dan iritasi lokal.
Nistatin & Amfoterisin B
Nistatin dan Amfoterisin B berguna dalam terapi topikal infeksi
C.Albicans,tetapi tidak efektif dalam dermatofitosis.Nistatin terbatas untuk
pengobatan topikal infeksi kandida kulit dan mukosa karena spektrumnya
yang sempit dan penyerapannya yang hampir nihil dari saluran cerna setelah
pemberian oral.Amfoterisin B memiliki spektrum antijamur yang lebih
luas.Aplikasi topikal tidak menyebabkan iritasi dan frekuensi hipersensitivitas
alergik sangat jarang.Obat ini dapat menyebabkan warna kekuningan
sementara pada kulit,khususnya jika digunakan vehikulum krim.
C. Kortikosteroid Topikal
1) Indikasi
2) Potensi
Potensi/kekuatan KT dapat diukur dengan menghitung daya vasokonstriksi.Daya
vasokonstriksi di kulit orang sehat menjadi dasar klasifikasi potensi.Efek terapi
KT pada setiap pasien hasilnya bervariasi.Keberhasilan terapi tidak hanya
bergantung pada kekuatan KT, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah
obat yang diaplikasikan, jangka waktu pemberian terapi, dan lokasi anatomi.
Terdapat perbedaan hasil pengobatan KT walaupun formula generiknya sama atau
di satu kelas yang sama. Setiap nama dagang tertentu menggunakan vehikulum
yang berbeda.Bentuk lotion, krim, salep, ataupun gel memberikan hasil berbeda.
Konsentrasi formula juga akan mempengaruhi potensi KT.Sebagai aturan umum,
KT potensi rendah adalah agen paling aman untuk penggunaan jangka panjang,
pada area permukaan besar, pada wajah, atau pada daerah dengan kulit tipis dan
untuk anak-anak. KT yang lebih kuat sangat berguna untuk penyakit yang parah
dan untuk kulit yang lebih tebal di telapak kaki dan telapak tangan. KT potensi
tinggi dan super poten tidak boleh digunakan di selangkangan, wajah, aksila dan
di bawah oklusi, kecuali dalam situasi yang jarang dan untuk durasi pendek.KT
diklasifikasikan menjadi tujuh kelas menurut sistem Amerika dengan kelas I
merupakan super poten dan kelas VII menunjukkan potensi yang paling rendah.
3) Bentuk Sediaan
Pemilihan bentuk sediaan disesuaikan dengan keadaan,di antaranya lokasi
dermatosis.Perhatikan kenyamanan pasien karena dapat mempengaruhi
kepatuhan.Salep bersifat lengket dan berminyak,kurang nyaman bagi pasien.
Salep lebih nyaman digunakan pada lesi hiperkeratotik yang kering dan tebal.
Salep lebih meningkatkan potensi dibandingkan dengan kemasan krim,karena
salep bersifat lebih oklusif.Salep tidak dianjurkan pada daerah intertriginosa dan
pada daerah berambut karena dapat menimbulkan maserasi dan folikulitis.Krim
tidak iritatif, juga dapat digunakan pada lesi sedikit basah atau lembap dan di
daerah intertriginosa.Krim lebih baik untuk efeknya yang nonoklusif dan cepat
kering.Lotion dan gel paling sedikit berminyak dan oklusif dari semua sediaan
KT.Konsistensi lotion lebih ringan, mudah diaplikasikan dan nyaman dipakai di
daerah berambut, misalnya kulit kepala.Vehikulum beralkohol (tingtura) dapat
mengeringkan lesi eksudatif, tetapi terkadang ada rasa seperti tersengat.
4) Penggunaan
Pada dewasa dianjurkan pemberian KT poten tidak melebihi 45 gram per minggu
atau KT potensi menengah tidak melebihi 100 gram per minggu.Pasien dermatitis
kronik, misalnya dermatitis atopik, mungkin menggunakan KT potensi kuat atau
KT potensi lebih rendah dalam jumlah berlebihan atau mengoles KT lebih sering
atau.Dan sebaliknya terkadang pasien,mengoleskan hanya seminggu sekali,
sehingga pemakaian KT di bawah standar dan tidak efektif. Pada laki-laki satu
fingertip unit setara dengan 0,5 gram,sedangkan pada perempuan setara dengan
0,4 gram.Bayi dan anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya.Jumlah krim atau salep yang
dibutuhkan per hari dapat dikalkulasi mendekati jumlah yang seharusnya
diresepkan
5) Efek Samping