Anda di halaman 1dari 11

Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.

Pengobatan mutakhir giant cell tumor tulang


(osteoklastoma)
David a dan Fajar Arifin
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK

Tumor giant cell tumor (TGC) tulang adalah tumor jinak yang mempunyai sel yang sulit dibedakan. Jenis sel
TGC yang sebenarnya tidak diketahui. Saat ini karakteristik anatomi dari TGC masih merupakan tantangan bagi
para ahli bedah. TGC merupakan tumor jinak yang sangat berpotensi untuk bermetastase. TGC lebih banyak
dijumpai di Asia Tenggara dibandingan dengan negara Barat. Insidens TGC di Asia Tenggara besarnya 20%
dibandingkan di negara Barat sebesar 4-5%. Insidens tertinggi ditemukan pada dekade ke tiga dengan 70% terjadi
pada usia antara 20-40 tahun. Lokasi dari TGC yang tersering adalah di daerah sekitar lutut (daerah epifisis) dan
mempunyai rasio yang lebih tinggi pada wanita serta sering pada dekade 3. Gambaran radiologisnya berbeda-beda
pada setiap stadium, pada TGC terlihat adanya lesi litik ekspansil tipe geografik, eksentrik, dengan penipisan
korteks di mana pada keadaan yang agresif dapat terlihat adanya destruksi korteks disertai reaksi periosteal dan
adanya ekspansi ke jaringan lunak. Beberapa pengobatan strategis telah dikembangkan untuk TGC, termasuk
pembedahan, raditerapi, embolisasi, pembedahan krio, semenatsi dan pengobatan menggunakan bahan kimiawi
seperti fenol dan cairan nitrogen. Tindakan pembedah tetap merupakan pilihan utama. Bila menggunakan sistem
Enneking untuk menentukan stadium TGC, semakin tinggi stadium radiografik, semakin radikal tindakan
pembedahan. Secara umum telah disepakati bahwa reseksi radikal memberikan hasil yang memuaskan; namun
demikian reseksi radikal tidak mudah dilakukan pada penderita dengan TGC di tulang.

Kata kunci: Tumor, giant cell, tulang, jinak, tulang

Current treatment of giant cell tumor of bone (osteoclastoma)

ABSTRACT

Giant cell tumor (GCT) of bone is a benign tumor of undifferentiated cells. The exact cell of origin is unknown.
The anatomical characteristics of bone GCT still present challenges to surgeons. It is a benign but potentially
aggressive lesion with high rates of local recurrence and metastases.GCT is more common in South East Asia than
in the West. The incidence is about 20% compared to 4 to 5% in the West. Peak incidence is in the third decade with
70% occuring between 20 and 40 years of age. Most of GCT is localized in the knee joint (epiphyses) and female
with 3rd decade has a higher ratio than male. GCT has different radiologic appearance in each stage, on GCT will
found lytic lesion tumor which geographic type expansile, eccentric, with thinning cortex, if in aggressive condition
will seen the destruction of cortex with periosteal reaction and the expansion to soft tissue. Several treatment
strategies have been developed for GCT, including surgery, radiotherapy,embolization, cryosurgery, cementation,
and chemical adjuvant such as phenol or liquid nitrogen.Surgical management remains the mainstay of the treatment
processes. When using the Enneking grading system, the higher the radiographic grading, the more radical the
required surgery. It is generally agreed that radical resection achieves the best results; however, radical resection
is often difficult in patients with bone lesions.

Keywords: Giant cell tumor, bone, benign bone tumor

Korespondensi : a David
94 Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440
Tel. 021-5672731 eks. 2702, Fax. 021-5660706
E-Mail : davesaboch@yahoo.com
Universa Medicina Vol.25 No.2

PENDAHULUAN TGC diidentifikasikan sebagai suatu


komponen histologis dari adanya reaksi tubuh
Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan akibat rangsangan benda asing, materi kristalin
sebuah lesi yang bersifat jinak tetapi secara lokal (seperti monosodium urat), agen penyebab
dapat bersifat agresif dan destruktif yang infeksi (bakteri dan jamur), ketidakseimbangan
ditandai dengan adanya vaskularisasi yang hormonal (hiperparathyroidisme), dan
banyak pada jaringan penyambung termasuk neoplasma; namun penyebabnya belum dapat
proliferasi sel-sel mononuklear pada stroma dan ditentukan.(7) Menurut pendapat yang baru, TGC
banyaknya sel datia yang tersebar serupa berasal dari unsur selular sumsum tulang, di
osteoklas. (1,2) Cooper merupakan orang yang mana sel raksasanya merupakan fusi dari sel
pertama kali melaporkan kasus TGC pada abad mononuklear.(8)
kedelapan belas. (3) TGC pada tulang sangat Berbagai modalitas pencitraan dan
jarang terjadi, biasanya berbentuk jinak, angka histopatologis akan sangat membantu dalam
kejadian baik jinak maupun ganas hanya 4,5% mendiagnosis TGC dan membedakannya dari
dari seluruh tumor tulang pada penelitian di tumor jinak tulang lainnya. Dalam makalah ini
Mayo Clinic.(2) Angka kejadian dari TGC sekitar kami akan mengemukakan TGC dalam berbagai
4-5% dari seluruh tumor tulang dan 18,2% dari pencitraan serta klasifikasinya untuk
tumor tulang yang jinak. Tumor ini umumnya membedakan dengan tumor jinak tulang lainnya.
jinak, walaupun demikian 510% pasien dapat
berubah menjadi ganas. Tumor ganas ini LOKASI
umumnya disebabkan dari perubahan maligna
sekunder setelah radioterapi. Tumor ini dapat Lokasi yang tepat dari TGC masih menjadi
terjadi pada seluruh ras, namun angka kejadian kontroversi, dan menurut beberapa ahli lesi
yang tertinggi didapatkan di Cina, di mana angka tumor muncul di metafisis dari tulang skeletal
kejadiannya sekitar 20% dari seluruh tumor yang matur dan meluas ke epifisis. (1,9) Enam
tulang. (4) Tumor ini sering terjadi pada wanita puluh persen dari tumor ini terjadi pada tulang
dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1. panjang, dan hampir seluruhnya terletak pada
Biasanya tumor ini terjadi pada pasien dengan ujung tulang di persendian. Umumnya tumor ini
usia 2040 tahun, karena tumor ini terjadi tulang terjadi pada proksimal tibia, distal femur, distal
yang sudah matur.(3,5) radius, dan proksimal humerus.(1,3,5) Didapatkan
Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional juga kasus TGC pada tulang pubis, kalkaneus,
Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) dalam dan tulang-tulang kaki.(3)
kurun waktu 1990 -1997 tercatat angka kejadian TGC dapat terjadi di tulang-tulang
TGC dari keseluruhan tumor tulang baik jinak vertebra, sebagian besar terjadi di sakrum.
maupun ganas sebesar 13%, dengan penderita Tumor ini kadang meluas sampai meliputi sendi
pria lebih banyak dibandingkan wanita dengan sakroiliaka dan juga dapat mengenai diskus
perbandingan 5:3. Usia yang paling banyak intervertebralis L5 S1 bahkan sampai pada
didapat pada golongan umur 2140 tahun. posterior dari L5. (3) Kadang-kadang tumor ini
Pasien TGC yang datang ke RSUPNCM (1990 terdapat di tulang rahang, proksimal humerus,
1997) sering pada stadium ke-2 dengan proksimal femur, proksimal fibula, distal tibia,
keluhan di daerah lesi. Rekurensi TGC biasanya patela, ujung tulang metakarpal, dan juga tulang
dalam kurun waktu 3 tahun setelah tindakan jari-jari. (3) TGC dapat juga terjadi multisentrik/
terapi. (6) lebih dari satu dan biasanya bersifat agresif

95
David, Arifin Giant cell tumor tulang

secara klinis. (10) Pada beberapa kasus TGC


terjadi di metafisis skeletal tulang yang belum
matur dan sering meluas ke diafisis daripada ke
epifisis karena adanya lempeng epifisis yang
bertindak sebagai barrier terhadap pertumbuhan
tumor. (3)
Di RSUPNCM, lokasi terjadinya TGC
terbanyak secara berurutan pada proksimal
tibia, distal radius, distal femur, distal ulna,
proksimal humerus, distal humerus, vertebra
Gambar 1. Gambaran makroskopis dari giant
servikal, proksimal femur. (6)
cell tumor pada distal radius. Tumornya
didomonasi oleh foam cells, yang
GEJALA KLINIS
menyebabkan warna kuning terang
Pada umumnya non-spesifik dan tergantung
dari beratnya penyakit. Yang sering dikeluhkan Secara mikroskopik TGC terdiri dari sel
adalah rasa nyeri yang biasanya berkurang bila mononuklear yang bulat sampai oval yang
pasien beristirahat, bengkak lokal, dan gerakan biasanya bercampur dengan banyak osteoklas
yang terbatas pada sendinya. Bila lesi tumor yang menyerupai sel datia yang berukuran besar
terletak di tulang-tulang vertebra dapat timbul dan mempunyai inti 50100 (Gambar 2). (3)
gejala nerologis. (1,3) Nyeri tekan pada Terlihat adanya sedikit atau beberapa mitosis
pemeriksaan palpasi juga didapatkan pada disertai adanya sel datia dengan pembentukan
pasien. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kolagen, kadang berbentuk atypia (Gambar 3).(3)
atrofi otot dan menurunnya pergerakan sendi. Osteoid sering ditemukan pada tumor di mana
TGC pada sakrum sering menimbulkan gejala terdapat fraktur patologis. Nekrosis fokal sering
low back pain yang meluas di kedua ekstremitas pula terjadi. Beberapa TGC dapat rekuren dan
bagian bawah dan dapat disertai gejala menjadi ganas yang secara histologis mempunyai
neurologis, gangguan berkemih atau buang air gambaran serupa dengan lesi primer tulang. (12)
besar. (3,5) Fraktur patologis ditemukan sekitar
1137% pasien. (2,11) KLASIFIKASI

HISTOPATOLOGI Enneking mengemukakan suatu sistem


klasifikasi stadium TGC berdasarkan klinis-
TGC tulang mempunyai gambaran yang radiologis-histopatologis sebagai berikut: (6,13)
khusus dengan mikroskopis, dan untuk Stage 1: Stage inaktif/laten: (i) klinis, tidak
menegakkan diagnosis biasanya tidak sulit. memberikan keluhan, jadi ditemukan secara
Tumor ini secara makroskopis biasanya terlihat kebetulan, bersifat menetap/tidak ada proses
sebagai massa yang coklat dan lunak (Gambar pertumbuhan; (ii) radiologis, lesi berbatas tegas
1). (3) Pada daerah pembuluh darah terlihat tanpa kelainan korteks tulang: dan (iii)
gambaran merah gelap, dan daerah kolagen histopatologi, didapat gambaran sitologi yang
terlihat gambaran warna ungu. Pada pemotongan jinak, rasio sel terhadap matriks rendah.
tumor, biasanya terlihat gambaran nekrosis dan Stage 2: stage aktif: (i) klinis: didapat keluhan,
ruang yang berisi darah. (3) ada proses pertumbuhan; (ii) radiologis: lesi

96
Universa Medicina Vol.25 No.2

berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada


gambaran septa di dalam tumor. Didapati adanya
bulging korteks tulang; dan (iii) histopatologis:
gambaran sitologi jinak, rasio sel tehadap
matriks berimbang.
Stage 3: stage agresif: (i) klinis: ada keluhan,
dengan tumor yang tumbuh cepat; (ii) radiologis:
didapatkan destruksi korteks tulang, sehingga
tumor keluar dari tulang dan tumbuh ke arah
jaringan lunak secara cepat; didapati reaksi Gambar 3. Gambaran tumor giant cell
periosteal segitiga Codman, kemungkinan ada dengan aktivitas mitosis dan bentuk sel
fraktur patologis; dan (iii) histopatologis: atypia yang jarang
gambaran sitologi jinak dengan rasio sel
terhadap matriks yang tinggi, bisa didapat intra-artikular, dan adanya perubahan sumsum
nukleus yang hiperkromatik, kadang didapat tulang. MRI merupakan metode yang terbaik
proses mitosis. untuk mencari adanya perluasan ke subkondral
dan perluasan tumor ke jaringan sekitar sendi.
RADIOLOGIS Dengan MRI, ketepatan diagnostiknya sangat
baik, terutama bila diinterpertasikan bersama
Dengan foto polos TGC sudah dapat dengan foto polos. Kekurangan dari MRI adalah
diketahui karena mempunyai gambaran yang harganya yang relatif mahal, kadang diperlukan
sangat khas. Magnetic resonance imaging sedasi pada pasien yang claustrophobia, dan
(MRI) digunakan untuk mendeteksi adanya MRI kontraindikasi pada pasien dengan cardiac
perubahan pada jaringan lunak, perluasan ke pacemakers, orbital foreign bodies.(3)

a b
Gambar 2. Gambaran patologis yang khas dari TGC. (a) Foto dengan potongan coronal dengan
pewarnaan (hematoxylin-eosin [H-E] stain) memperlihatkan gambaran TGC yang menggantikan
sumsum tulang dari tulang radius distal (*) dan meluas ke subkondral (panah besar). Lesinya
berupa zona lancip antara batas tumor dengan trabekula tulang yang normal (panah kecil).
(b) Dengan pembesaran (x250; H-E stain) terlihat multinucleated giant cells (panah)

97
David, Arifin Giant cell tumor tulang

khas, yaitu: (14) (i) stadium I: lesi osteolitik


berbatas tegas tanpa deformasi korteks tulang
dan dapat disertai reaksi sklerotik di sekitar
lesi; (ii) stadium II: lesi osteolitik berbatas
tegas disertai gambaran septa/trabekulasi di
dalam tumor yang terlihat membagi lesi tumor
dalam beberapa kompartemen disertai
deformitas korteks tulang berupa bulging/
ekspansif dan penipisan/erosi korteks serta
terlihat perluasan lesi tumor ke subartikular
dan ke metafisis (Gambar 4 dan 5) (3) ; (iii)
stadium III: telah didapatkan adanya erosi dan
destruksi korteks tulang disertai perluasan
Gambar 4. Giant cell tumor. Foto polos
tumor ke metafisis, subartikular dan keluar dari
pasien wanita 19 tahun memperlihatkan lesi
tulang masuk ke jaringan lunak secara cepat
geographic yang radiolusen dengan batas
yang terlihat sebagai soft tissue mass (massa
sklerotik (panah) pada metafise dan epifise
tibia proksimal jaringan lunak). Dapat terlihat reaksi periosteal
berupa segitiga Codman bila terdapat fraktur
patologis (Gambar 6). (3)
Foto polos sangat penting untuk Septa mungkin dapat dilihat di lesi pada
menemukan lokasi lesi, keadaan matriks tulang, 3357% pasien; sebenarnya septa ini
tepi lesi, reaksi periosteal, dan keadaan merupakan pertumbuhan nonuniform dari
jaringan lunak. (8) Gambaran radiologis dari tumor tersebut. Tumor ini biasanya sudah
TGC tulang pada foto polos menurut membesar pada waktu ditemukan, dengan
Campanacci mempunyai gambaran yang sangat diameter kurang lebih 57 cm. (3)

Gambar 5. Terlihat gambaran TGC yang khas pada tulang radius

98
Universa Medicina Vol.25 No.2

Computed tomography (CT) Scan


Pada CT Scan dapat ditemukan gambaran-
gambaran karakteristik yang sama dengan foto
polos. Marginal sklerosis, destruksi korteks,
dan massa jaringan lunak dapat terlihat lebih
jelas pada CT Scan dibandingkan foto polos.
Gambaran dari fluid-fluid level kadang-kadang
dapat terlihat. 3 Pada CT Scan akan terlihat
adanya lesi heterogen dengan area berukuran
kecil, berbentuk bulat dengan densitas yang
rendah di dalamnya. Tepi lesi tumor licin
dikelilingi oleh expanded shell yaitu berupa
lapisan tipis dari tulang atau periosteum,
disertai gambaran trabekulasi di dalam tumor
Gambar 6. TGC pada radius distal dengan disertai kelainan korteks tulang berupa bulging/
pseudotrabeculation pada pria 25 tahun. Foto ekspansif dengan penipisan/erosi korteks dan
AP dari pergelangan tangan terlihat sebuah terlihat perluasan lesi tumor ke metafisis dan
lesi litik di metaepiphyseal yang meluas ke subartikular dan bila dibiarkan lesi akan
subkondral dengan sebuah fraktur patologis meluas ke intraartikular disertai adanya erosi
(panah) dan terlihat trabekulasi internal dan destruksi korteks tulang (blow out) dan
pertumbuhan jaringan tumor ke luar dari tulang
masuk ke jaringan lunak dengan batas tumor
Sebanyak 85% TGC tulang yang yang suram (karena sudah bercampur dengan
didiagnosis melalui foto polos terdapat di jaringan lunak) yang disebut sebagai massa
bagian akhir dari tulang panjang; dan kurang ekstraosseus (Gambar 7). (15)
lebih 50% terjadi pada tulang sekitar lutut.
Lokasi dari tumor ini sangat penting untuk
menegakkan diagnosis. Kebanyakan letaknya
eksentrik dan biasanya sampai ke subartikular.
TGC yang didiagnosis pada vertebra sangatlah
jarang terjadi (5%). Sakrum adalah tulang
belakang yang sering terkena. Tumor ini
biasanya sampai meliputi korpus vertebra.
Pada foto polos daerah destruksi TGC pada
korpus vertebra terlihat di bagian posterior dan
tumor ini dapat menyebabkan hancurnya
korpus vertebra dan kompresi saraf-saraf
tulang belakang. (3)
Ketepatan untuk diagnosis TGC pada
tulang-tulang ekstremitas dengan menggunakan Gambar 7. TGC pada tibia proksimal wanita 30
foto polos sangat tinggi. Pada tulang belakang tahun. Pada CT scan terlihat mild ekspansi dan
ketepatan diagnosis tidak terlalu tinggi karena sclerosis yang ringan sekitar TGC (panah) tapi
TGC sulit dibedakan dengan tumor tipe lain. (3) tidak ada massa jaringan lunak

99
David, Arifin Giant cell tumor tulang

Densitas jaringan lesi tumor terlihat lebih luasnya area nekrosis dan perdarahan)
heterogen dengan fokal area yang tidak disertai adanya destruksi korteks dan perluasan
mengalami penyangatan dengan kontras bila lesi tumor ke metafisis, intraartikular dan
sudah terdapat nekrosis, kista, maupun jaringan lunak sebagai massa ekstraosseus.
perdarahan di dalamnya. (15) Pada jaringan Destruksi korteks dapat terlihat dengan jelas
tumor sendiri bila diberikan kontras akan karena adanya intensitas yang heterogen dari
tampak penyangatan dengan terlihatnya lesi tumor sedangkan korteks tulang mempunyai
peningkatan nilai atenuasi sebesar 2060 H intensitas yang rendah (yang terlihat hitam).
akibat adanya hipervaskularisasi. (3) Ketepatan Pada T2-weighted image tampak intensitas lesi
diagnosis dari CT Scan sangat tinggi bila meningkat heterogen (rendah sampai sedang
dipakai sebagai tambahan dengan foto polos. yang terlihat pada daerah solid tumor) (Gambar
CT Scan akan lebih berguna dipakai pada 8). (16)
bentuk tulang yang kompleks, seperti vertebra
atau tulang pelvis, dimana gambaran lesi tidak
dapat terlihat jelas pada foto polos. CT Scan
juga sangat berguna untuk rencana tindakan
operasi. (3)

Magnetic Resonance Imaging (MR I)


TGC pada MRI memberikan gambaran
yang tidak spesifik, dari yang hipo, iso, dan T1
hiper intensitasnya dibandingkan dengan otot
pada T1-weighted image dan meningkat secara
heterogen pada T2-weighted image. (16)
Pada lesi tumor yang terletak intraosseus
dan tanpa disertai adanya kelainan korteks akan
terlihat pada T1-weighted image adanya lesi
hipointens berbatas tegas sedangkan pada T2-
weighted image menunjukan adanya
peningkatan intensitas signal yang homogen
(hiperintens). (17) Bila lesi telah meluas disertai
kelainan korteks berupa bulging serta penipisan
T2
korteks dan adanya area nekrosis dan
perdarahan di dalam lesi tumor, maka pada T1-
weighted image tampak lesi tumor dengan
intensitas heterogen (isohipo intens hingga
hiperintens) serta terlihat pula perluasan tumor
ke daerah metafisis dan subartikular, pada T2-
weighted image tampak adanya intensitas lesi Gambar 8. Sagittal T1-weighted dari MRI
yang meningkat heterogen. (16) terlihat sebuah giant cell tumor dengan
Bila telah terdapat perluasan lesi tumor ke intensitas signal rendah. Sagittal T2-weighted
jaringan lunak akan tampak pada T1-weighted dari MRI terlihat giant cell tumor dengan
image lesi dengan intensitas heterogen (dengan intensitas signal menengah tinggi

100
Universa Medicina Vol.25 No.2

Pada pemberian kontras akan tampak adanya hipervaskularisasi dan aktivitas reaksi
penyangatan lesi tumor, kecuali pada daerah dari osteoblastik. Tak terlihat adanya korelasi
yang telah mengalami nekrosis maupun yang signifikan antara intensitas uptake 99 M
perdarahan. Signal intensitas perdarahan pada Tc - M D P d e n g a n s t a d i u m t u m o r k a r e n a
TGC tinggi/hiper baik pada T1 maupun T2 menunjukan intensitas uptake radiofarmaka
weighted image. Daerah dengan signal yang sama. (17) Peningkatan uptake radiofarmaka
intensitas rendah dapat pula disebabkan adanya pada TGC sering memberikan gambaran
nekrosis dan hemosiderin yang dapat dilihat doughnut di mana terdapat peningkatan uptake
baik di T1 ma upun T2 w e i g h t e d i m a g e. di perifer dari lesi dan lebih rendah di daerah
Hemosiderin didapatkan pada lebih dari 63% sentral. (19) Peningkatan uptake di daerah perifer
kasus giant cell tumor yang mungkin ada akibat biasanya berhubungan dengan reaksi
ekstravasasi sel darah merah bersama dengan osteoblastik pembentukan tulang baru pada
sel fagosit dari sel tumor. (17) tulang yang terkena tumor dan tidak
Daerah kistik umumnya terlihat sebagai terdapatnya osifikasi pada jaringan tumor
daerah yang signal intesitasnya rendah pada T1 sendiri. (15) Bila terdapat fraktur patologis pada
weighted image dan tinggi pada T2-weighted TGC dengan tipe agresif maka akan terlihat
image. Gambaran fluid-fluid level dapat peningkatan uptake radiofarmaka, namun bila
terlihat. Oedema peritumoral jarang didapat sudah terjadi nekrosis avaskular misalnya pada
bila tidak ada fraktur. (3,16) Dengan MRI dapat TGC di daerah proksimal femur dan terjadi
ditemukan TGC pada lower spine yang dapat fraktur patologis di daerah kolum femur maka
overlap dengan tumor lainnya seperti peningkatan uptake radiofarmaka akan lebih
aneurysmal bone cyst. MRI sangat sensitif sedikit luasnya/ukurannya daripada anatomi
untuk mendeteksi kelainan jaringan lunak, l e s i t u m o r y a n g s e s u n g g u h n y a . (1 7) B o n e
penyebaran intra-artikular, dan kelainan scanning biasanya diperlukan pada pasien yang
sumsum tulang. MRI merupakan cara yang dicurigai TGC multisentrik namun tidak
terbaik untuk melihat subartikular dan digunakan untuk memperlihatkan ekstensi lesi
perluasan tumor pada intraartikular. (16,17) Untuk tumor ke ekstraosseus. (3,15)
diagnostik, MRI akurasinya sangat tinggi
terutama bila digabungkan dengan gambaran Angiografi
foto polos. (3) Pada angiografi terlihat neovaskularisasi
pada 80% kasus TGC, bersamaan dengan
Kedokteran Nuklir kapiler yang tampak meningkat dan
Pada pemeriksaan skintigrafi yang nonhomogen. (3) Pada angiografi akan terlihat
b i a s a n y a m e n g g u n a k a n t e c h n e t i u m- 9 9 m adanya gambaran hipervaskularisasi dari arteri
methylene diphosponate terdapat peningkatan dan vena serta terlihat densitas lesi tumor yang
uptake radiofarmaka pada fase perfusi dan kemerahan akibat banyaknya pembuluh darah
blood pool serta terlihat lebih tinggi pada late yang berukuran kecil/berukuran kapiler dalam
fase dengan peningkatan uptake yang lebih tumor. (15) Pada fase arteri dan vena akan terlihat
banyak di daerah perifer sedangkan di daerah displacement arteri dan vena akibat
sentral fotopeni/lebih sedikit uptake pendorongan oleh massa tumor. Tampak adanya
radiofarmaka (doughnut sign).(15) area hipervaskular baik pada fase arteri maupun
Uptake/ambilan pada TGC biasanya difus vena, sedangkan pada fase parenkim terlihat
pada seluruh fase dan berhubungan dengan adanya area tumor densitas blush (Gambar 9). (3)

101
David, Arifin Giant cell tumor tulang

Tindakan bedah terhadap TGC dapat berupa: (6)


(i) stadium I : kuretase di mana setelah tindakan
kuret dapat disusul dengan pengisian rongga
tumor dengan bone graft dan atau dengan bone
cement; (ii) stadium II : reseksi, tindakan ini
dilakukan pada tulang yang expendable seperti
tulang distal ulna, proksimal fibula; (iii)
stadium III : reseksi yang disusul dengan
tindakan rekonstruksi dapat dilakukan dengan
cara: (18)
a. a t r o d e s i s s e n d i , b i a s a n y a d i l a k u k a n
terhadap sendi lutut untuk tumor yang
berlokasi di distal femur/proksimal tibia
Gambar 9. TGC pada femur distal pria 35 dan disebut sebagai tindakan juvara
tahun. Angiogram mengisi daerah tumor (*) b. penggantian dengan protese, dilakukan
menggambarkan hypervaskularitas dari lesi terhadap tumor di proksimal femur, di
dan lesi yang eksentrik pada medial condilus mana setelah reseksi dipasang protese
Austin Moore
Pada area di mana terdapat kista, nekrosis c. penggantian dengan autograft proksimal
maupun perdarahan terlihat sebagai area yang fibula, dilakukan terhadap tumor di distal
nonblushing. 15 Angiografi tidak dilakukan radius atau proksimal humerus
untuk menegakan diagnosis TGC namun dapat d. sentralisasi ulna, dilakukan terhadap lesi
digunakan untuk melihat perluasan dari tumor di distal radius, bila tidak dilakukan
baik secara intraosseus dan ekstraosseus yang penggantian dengan proksimal fibula.
digunakan untuk rencana pembedahan. Pengobatan standar TGC adalah kuretase
Embolisasi preoperasi dapat dilakukan sebagai dan bone graft atau bone cement, di mana
tindakan tambahan dalam pembedahan untuk angka rekurensi dilaporkan sampai mencapai
meringankan pendarahan dan awal untuk 50% atau lebih bila reseksi intra lesi tidak
reseksi pada tumor yang vaskularisasinya dilakukan dengan baik. (6) Terapi menggunakan
meningkat. Pembedahan biasanya dilakukan ajuvan pada TGC di daerah sakrum seperti
segera setelah embolisasi dan sebelum phenol, hidrogen peroksidase maupun nitrogen
terbentuknya pembuluh darah kolateral. Arteri cair harus digunakan dengan hati-hati untuk
yang memperdarahi tumor juga dapat meminimalkan trauma pada nerve root di
diembolisasi pada pasien yang akan melakukan sakrum, sehingga diperlukan pengawasan
pembedahan, tujuannya untuk meringankan terhadap nerve root dalam pengerjaannya. (6,19)
rasa nyeri postoperasi. (3,15) Embolisasi preoperatif harus dipertimbangkan
karena tumor ini hipervaskular. Embolisasi
PENGOBATAN dapat merupakan terapi paliatif dan atau
menyembuhkan pada kasus di mana tidak dapat
Intervensi pembedahan adalah terapi dilakukan reseksi. (20,21)
primer dari TGC, tindakan pembedahan Amputasi dilakukan terhadap TGC dengan
tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking) stadium 3 yang lanjut, di mana secara teknis
dan lokasi lesi tumor. sulit untuk mendapatkan daerah yang bebas

102
Universa Medicina Vol.25 No.2

tumor, sehingga satusatunya tindakan yang ke arah keganasan terjadi pada 35 kasus dari
dapat menjamin jaringan bebas tumor adalah 568 kasus pada penelitian di Mayo klinik.
amputasi. (22) Rekurensi pasca tindakan paling Tumor/lesi TGC dengan stroma yang malignan
banyak disebabkan oleh kuretase dan dapat lebih mengarah keganasan dan 5% pasien TGC
mencapai hingga 85%. (22) Untuk dapat menekan ditemukan adanya metastase ke paru.(3,11)
angka rekurensi paska kuret maka dianjurkan
tindakan kauterisasi thermal dengan KESIMPULAN
menggunakan fenol 5%, alkohol 7090%, bone
cement ataupun dengan nitrogen cair dengan TGC tulang merupakan tumor tulang
tujuan untuk membersihkan dinding rongga primer yang bersifat jinak tetapi secara lokal
tunor dari selsel tumor yang mungkin masih dapat bersifat agresif dan destruktif.
tertinggal. Dengan cara ini, maka angka Penyebabnya belum dapat ditentukan. Tumor
rekurensi paska tindakan kuret dapat ditekan ini sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
hingga mencapai 20%. Rekurensi paling sering dengan usia 20-40 tahun, karena biasanya
terjadi dalam jangka waktu 2-3 tahun paska tumor ini terjadi tulang yang sudah matur.
tindakan/pembedahan. (6,23,24) Terapi radiasi Enam puluh persen dari tumor ini terjadi pada
paska tindakan bedah dilakukan pada penderita tulang panjang, dan hampir seluruhnya terletak
TGC yang berlokasi di tulang vertebra dan pada ujung tulang di persendian. Umumnya
pelvis. Tindakan radiasi dapat mengakibatkan tumor ini terjadi pada proksimal tibia, distal
terjadinya degenerasi maligna di kemudian hari. femur, distal radius, dan proksimal humerus.
Angka kejadian degenerasi maligna berkisar Berbagai modalitas pencitraan akan sangat
antara 1030% dengan interval antara radiasi membantu untuk diagnosis TGC dan
dan terjadinya proses keganasan lebih dari 10 membedakannya dari tumor jinak tulang
tahun. (6,25) lainnya. Dengan foto polos TGC sudah dapat
dikenali karena mempunyai gambaran yang
PROGNOSIS sangat khas. MRI digunakan untuk deteksi
perubahan pada jaringan lunak, perluasan ke
Pemeriksaan lanjutan (follow up) TGC intra-artikular dan adanya perubahan sumsum
dalam jangka waktu lama sangat diperlukan tulang. Dengan MRI, ketepatan diagnostiknya
untuk memantau keberhasilan terapi, karena sangat baik, terutama bila diinterpertasikan
proses ke arah keganasan dapat terjadi setelah bersama dengan foto polos. CT Scan dipakai
40 tahun perawatan primer tumor. (6) Angka pada bentuk tulang yang kompleks, seperti
rekurensi tergantung pada stadium tumor dan vertebra atau tulang pelvis, di mana gambaran
jenis tindakan yang dilakukan. Makin tinggi lesi tidak dapat terlihat jelas pada foto polos.
s t a d i u m t u m o r, m a k i n t i n g g i a n g k a CT Scan juga sangat berguna untuk rencana
rekurensinya. Didapatkan angka rekurensi pada tindakan operasi. Ketepatan diagnosis dari CT
stadium I sebesar 42%, stadium II 67%, Scan sangat tinggi bila dipakai sebagai
sedangkan pada stadium III besarnya 90%. (6) tambahan foto polos. Intervensi pembedahan
Timbulnya rekurensi dari TGC, biasanya merupakan terapi primer dari TGC, dan
terjadi 2-3 tahun setelah terapi. Namun, tindakan pembedahan yang dilakukan
rekurensi dapat terlihat paling lama dalam tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking)
jangka waktu 7 tahun. (23) Perubahan sekunder serta lokasi lesi tumor.

103
David, Arifin Giant cell tumor tulang

Daftar Pustaka 14. Campanacci M, Baldini N, Boriani S, Sundanese


A. Giant-cell tumor of bone. J Bone Joint Surg
1. Greenspan A. Orthopedic imaging: a practical Am 1987; 69: 106-14.
approach second edition. Philadelphia: Lippincott 15. Breitenseher M, Dominikus M, Schritzer M.
Diagnostic imaging of giant cell tumours.
Williams & Wilkins; 2004.
Radiologie 2001; 41: 568-76.
2. Fletcher CDM, Unni KK, Mertens F. WHO
16. Aoki J, Tanikawa H, Ishii K, Seo GS, Karakida O,
classification of tumours: pathology and genetics
Ichikawa T, et al. MR findings indicative of
of tumours of soft tissue and bone. Lyon: IARC
hemosiderin in giant-cell tumor of bone. Am J
Press; 2002.
Radiol 1996; 166: 145-8.
3. Goh LA. Giant cell tumor. Last updated June 6,
17. Vahlensieck M, Genant HK, Reiser M. MRI of the
2002; Available at: http://www.emedicine.com.
musculoskeletal system. New York: Thieme
Accessed on July 25, 2006.
Stuttgart; 2000.
4. Sung HW, Kuo DP, Shu WP, Chai YP, Liu CC, Li
18. Bini SA, Gill K, Johnston JO. Giant cell tumor of
SM. Giant cell tumor of bone: analysis of two
bone: curettage and cement reconstruction. Clin
hundred and eight cases in Chinese patients. J Bone
Orthop 1995; 321: 245-50.
Joint Surg Am 1982; 64: 755-61.
19. Wilkins RM. Treatment of benign bone tumors in
5. Pardiwala DN, Vyas S, Puri A, Agarwal MG. Giant
orthopaedic knowledge update: musculoskeletal
cell tumor of bone in Indonesia. J Radiol Imaging
tumors. Rosemont: Am Acad Orthopaed Surgeons
2001; 11: 119-26.
2002. p. 77-85.
6. Hutagalung EU. Giant cell tumor of bone. J Bedah
20. Kumita SM, Leong PC, Yip K. Vascularized bone
Indones 2001; XXIX: 116.
grafts in the treatment of juxta-articular giant cell
7. Johnston JO. Giant cell tumor of bone in
tumors of the bone. J Reconstr Microsurg 1998;
orthopaedic knowledge update: musculoskeletal
14: 185-90.
tumors. Rosemont: Am Acad Orthopaed Surgeons;
21. Gitelis S, Mallin AB, Piasecki P, Turner F.
2002. p. 113-8.
Intralesional excision compared with en bloc
8. Hutagalung EU, Gumay S, Budyatmoko B. resection for giant cell tumors of bone. J Bone Joint
Neoplasma tulang diagnosis dan terapi. Jakarta: Surg Am 1993; 75: 1648-55.
PT Galaxy Puspa Mega; 2005. p. 41, 84. 22. Labs K, Perka C, Schmidt GR. Treatment of stages
9. American Joint Committee on Cancer: Cancer 2 and 3 giant cell tumor. Arch Orthop Traum Surg
Staging Manuel Fifth Edition, Philadelphia: 2001; 121: 83-6.
Lippincott Raven Publishers; 1997. 23. Remedios D, Saiffudin A, Pringle J. Radiological
10. Sadat-Ali M. Metachronous multicentric giant cell and clinical recurence of giant cell tumor of bone
tumor: a case report. Indian J Cancer 1997; 34: after the use of cement. J Bone Joint Surg Br 1997;
169-76. 79: 577-82.
11. Lewis VO. Giant cell tumor. Available at: http:// 24. Blackley HR, Wunder JS, Davis AM, White LM,
www.emedicine.com. Accessed on July 25, 2006. Kandel R, Bell RS. Treatment of giant cell tumors
12. Masui F, Ushigome S, Fujii K. Giant cell tumor of of long bones with curettage and bone grafting. J
bone: a clinico-pathologic study of prognostic Bone Joint Surg Am 1999; 81: 811-20.
factors. Pathol Int 1998; 48: 723-9. 25. Suit H, Spiro I. Radiation treatment of benign
13. Enneking WF. Musculoskeletal tumor surgery. Vol mesenchymal disease. Semin Radiat Oncol 1999;
1. New York: Churchill Livingstone; 1983. 9: 171-8.

104

Anda mungkin juga menyukai