Anda di halaman 1dari 27

Tren Terbaru dalam Manajemen Penyakit

Refluks Gastroesofageal : Sebuah Ulasan

Sylvester Chucks Nwokediuko

Unit Gastroenterologi,Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pendidikan


Universitas Nigeria Ituku/Ozalla, PMB, Enugu 01129, Nigeria

Diterima: 28 April 2012;Disetujui 28 Mei 2012

Disadur oleh
M Buyung Muslimin
132011101103
Pendahuluan
Gastroesophageal reflux disease (GERD)
adalah sebuah penyakit kronis umum yang
terjadi di banyak negara
Selain beban ekonomi dan akibat pada
kulitas hidup yang ditimbulkan faktor
predisposisi terjadinya metaplasia (Barrets
esophagus), low-grade dysplasia, high-
grade dysplasia, dan adenocarcinoma
Definisi
Definisi The Montreal (2006) suatu
kondisi yang terjadi ketika refluks dari isi
lambung menyebakan terjadinya gejala
dan/atau komplikasi
Berdasarkan definisi tersebut, GERD dapat
diklasifikasikan menjadi 2 sindrom:
sindrom esofageal dan ekstraesofageal.
Heartburn dan regurgitation merupakan
gejala karateristik dari GERD
Sindrom Esofageal
Sindrom dengan gejala
i. Sindrom refluks tipikal
ii. Nyeri dada refluks
Sindrom dengan kerusakan esofageal
i. Esofagitis refluks
ii. Striktura refluks
iii. Barrets esofagus
iv. Adenocrcinoma esofageal
Sindrom ekstraesofageal
Asosiasi yang sudah tegak
i. Sindrom batuk refluks
ii. Sindrom laringitis refluks
iii. Sindrom asma refluks
iv. Sindrompengikisan gigi refluks
Asosiasi yang diusulkan
i. Faringitis
ii. Sinusitis
iii. Fibrosis paru idiopatik
iv. Otitis media rekuren
Epidemologi
Western 10% sampai 20% per
minggu penduduk yang
mengalaminya
Di Asia secara umum masih
rendah (2,3% oleh Wong et al dan
6,2% oleh Chen et al)
Nigeria 26,3%
Klasifikasi
Temuan pada endoskopi terdapat
kerusakan mukosa (esofagitis erosif
dan Barrets esofagus) dan tanpa
kerusakan mukosa (NERD)
Pasien yang memiliki non erosive
reflux disease (NERD) telah dibagi
menjadi 3 tipe berdasarkan hasil dari
evaluasi pH dalam 24 jam:
Lanjutan...
Tipe 1: pasien yang menunjukan waktu
paparan asam yang abnormal dengan cara
yang sama seperti esofagitis erosif
Tipe 2: pasien dengan waktu paparan
asam yang normal, namun terdapat gejala
dan kejadian refluks yang secara signifikan
berhubungan, diduga karena
hipersensitivitas terhadap asam juga,
dapat disebut sebagai hipersensitivitas
esofagus
Lanjutan...
Tipe 3: pasien dengan gejala refluks secara
umum, namun memiliki kadar ph yang
normal dan tidak terdapat hubungan
antara gejala dan paparan asam. Dapat
dibagi menjadi 2 subkelompok yaitu yang
bersepon dengan terapi PPI dan yang tidak
berespon; serta subkelompok yang
menunjukan gejala heartburn
(berdasarkan Rome III guideline)
Faktor Resiko
Usia
Pria > wanita
obesitas 2,5 kali lebih beresiko
Rokok,soda,alkohol,cafeine
Insidensi hiatus hernia
Antikolinergik, benzodiazepin,
penghambat kanal kalsium, dopamin,
nikotin, nitrat, teofilin, estrogen,
progesteron, glukagon,
Patofisiologi
Refluks adalah sebuah peristiwa fisiologis
yang normal dan disebabkan oleh
peristiwa relaksasi sementara dari sfingter
esofagus bawah (LES).
Pada pasien dengan GERD relaksasi
sementara ini terjadi lebih sering dari
normal
Kerusakan dari LES dapat menyebabkan
terjadinya GERD termasuk hipotensi dari
LES yang kronis dan efek dari hiatus hernia
Diagnosis
Tidak ada gold standard dalam menegakan
diagnosis dari GERD
The Society of American Gastrointestinal
Endoscopic Surgeons (SAGES) menetapkan
bahwa diagnosis GERD dapat ditegakan apabila
ada satu dari kondisi seperti: keruskan mukosa
dilihat dari endoskopi pada pasien yang
memiliki gejala umum, ditemukan Barrets
esofagus pada biopsi, striktura peptikum yang
tidak ada keganasan,pH-meter yang positif
Lanjutan...
Diagnosis Klinis
Radiologi
Endoskopi
Histologi
Uji Inhibitor Pompa Proton (PPI)
Manometri
Ambulatory pH Monitoring
Tatalaksana
1. Modifikasi Gaya Hidup / Diet dianggap terapi lini
pertama
Mengurangi berat badan
Menghindari alkohol,coklat,jus jeruk,makanan yang
terbuat dari tomat,peppermint, dan bawang.
Mengurangi intak makanan berlebihan dan yang
mengandung lemak
Menghindari asap rokok
Elevasi kepala di tempat tidur sekitar 20-30
Hindari berbaring atau tidur terlentang sampai 3 jam
setelah makan
Tatalaksana
2. Antasida
3. Terapi penekan asam
Antagonist receptor H2 menurunkan skresi
asam lambung namun tidak efektif pada
esofagitis
PPI lebih ampuh untuk esofagitis,namun
kekambuhan gejala masih sekitar 20-30%
bahaya penggunaan jangka panjang
Pemberian PPI untung mendiagnosis diberikan selama 8
minggu,untuk pemberian jangka panjang diberikan dengan
dosis rendah
Terapi terbaru
Agonis gamma aminobutyric acid (GABA)
tipe B reseptor (GABAB) dan modulator
glutamat metabolik 1 (mG1uR5) sebagai
obat yang mungkin memiliki kemampuan
untuk memodifikasi TLESR
Potassium-competitive acid blockers (P-
CAB) adalah kelompok obat penekan asam
yang menghambat H + K + -ATPase gaster
(pompa proton) secara reversibel dan
secara ireversibel
Lanjutan...
Agonis reseptor 5-hydroxytryptamine
tipe 4 (5-HT4) meningkatkan
kontraktilitas otot polos lambung.
Reseptor ini merupakan target terapi
baru yang mungkin potensial untuk
menghilangkan/meredakan gejala
GERD
Bedah
Selama 50 tahun terakhir, operasi untuk GERD
telah berevolusi dari prosedur laparoskopi secara
terbuka dan baru-baru ini menjadi prosedur baru
dengan insisi minimal yang disebut transoral
incisionless fundoplication
1. Terapi medikamentosa yang gagal (tidak mampu
mengontrol atau mengurangi gejala, terjadi regurgitasi
berat yang tidak terkontrol dengan obat penekan asam,
atau muncul efek samping obat).
2. Pasien yang memilih operasi meskipun terapi
medikamentosa yang diberikan telah berhasil (karena
pertimbangan kualitas hidup, kebutuhan seumur hidup
untuk asupan obat-obatan, biaya pengobatan dan lain-
lain)
3. Komplikasi GERD (Barrett's esophagus, striktur peptik).
4. Munculnya gejala di luar esofagus (asma, suara serak,
batuk, nyeri dada, dan aspirasi) . Adanya penyakti
penyerta seperti esofagus Barrett dianggap sebagai
indikasi yang jelas untuk operasi antireflux .
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai