Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

GIANT CELL TUMR OF BONE

M BUYUNG MUSLIMIN
132011101103

SMF Bedah RSD dr. Soebandi Jember


Fakultas Kedokteran Universitas Jember
2017

1
Pendahuluan

Giant Cell Tumor atau oesteoclastoma adalah tumor


yang relatif jarang, ditandai dengan adanya sel giant
multinuklear. Jenis tumor ini biasanya dianggap
sebagai tumor jinak.
Sering terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun
Sering terjadi pada tulang panjang, tibia proksimal,
distal femur, radius distal, dan humerus bagian
proksimal
2
Anatomi

3
Epidemiologi

Tumor ini mewakili sekitar 20% dari tumor jinak tulang


primer.
Kebanyakan dijumpai pada usia 20-40 tahun jarang
ditemukan pada anak-anak.
Insiden di Amerika Serikat dan Eropa, GCT mewakili
sekitar 5% dari seluruh tumor primer tulang dan 21% dari
semua tumor jinak tulang.
Di cina, GCT ditemukan 20% merupakan tumor tulang
primer.
Wanita lebih sering menderita GCT dibandingkan dengan
laki-laki.
7
Etiologi dan Patogenesis
GCT masih merupakan salah satu tumor tulang yang tidak jelas dan
memerlukan pengamatan yang mendalam
GCT merupakan proses neoplastik sejati yang berasal dari sel-sel
mesenkimal sumsum tulang yang tidak berdiferensiasi.
Pada GCT ditemukan sel-sel stromal mesenkimal yang berinti
tunggal dan sel-sel raksasa berinti banyak; keduanya bisa dibedakan
menggunakan mikroskop cahaya.
Sel-sel raksasa tersebut berasal dari sel-sel stromal, baik melalui fusi
ataupun, yang lebih kecil kemungkinannya, pembelahan amitotik atau
pembelahan inti sel stromal tanpa diikuti pembelahan sitoplasma.

8
Etiologi dan Patogenesis

8
Klasifikasi
Enneking mengklasifikasikan GCT sesuai klinis-radiologi-
hstoPA:
1. Stage 1: Inaktif/laten:
Klinis, tidak memberikan keluhan, ditemukan secara kebetulan,
bersifat menetap/tidak ada proses pertumbuhan
Radiologis, lesi berbatas tegas tanpa kelainan korteks tulang
Histopatologi, didapat gambaran sitologi yang jinak, rasio sel
terhadap matriks rendah
9
Klasifikasi
2. Stage 2: Aktif:
Klinis, didapatkan keluhan, ada proses pertumbuhan
Radiologis: lesi berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada
gambaran septa di dalam tumor. Didapatkan adanya bulging
korteks tulang
Histopatologis, gambaran sitologi jinak, rasio sel terhadap
matriks berimbang.

9
Klasifikasi
Stage 3: Agresif
Klinis, ada keluhan dengan tumor yang tumbuh cepat
Radiologis, didapatkan dekstruksi korteks tulang dan tumbuh ke
arah jaringan lunak secara cepat,didapati reaksi periosteal segitiga
codman,kemungkian ada fraktur patologis
Histopatologis,gambaran sitologi jinak dengan rasio sel yang
tinggi, bisa didapat nukleus yang hiperkromatik, kadang didapat
proses mitosis 9
Gejala Klinis

Nyeri kalau sudah ada penekanan


Bengkak
Ganguan gerak sendi
Masa
Fraktur Pathologis
Gangguan Neuro (spine / sacrum)
Tidak sengaja

10
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologis dari TGC tulang pada foto polos menurut Campanacci
mempunyai gambaran yang sangat khas, yaitu:
stadium I: lesi osteolitik berbatas tegas tanpa deformasi korteks tulang dan
dapat disertai reaksi sklerotik di sekitar lesi;
stadium II: lesi osteolitik berbatas tegas disertai gambaran septa/trabekulasi
di dalam tumor yang terlihat membagi lesi tumor dalam beberapa kompartemen
disertai deformitas korteks tulang berupa bulging/ ekspansif dan penipisan/erosi
korteks serta terlihat perluasan lesi tumor ke subartikular dan ke metafisis
stadium III: telah didapatkan adanya erosi dan destruksi korteks tulang
disertai perluasan tumor ke metafisis, subartikular dan keluar dari tulang masuk
ke jaringan lunak secara cepat yang terlihat sebagai soft tissue mass (massa
jaringan lunak). Dapat terlihat reaksi periosteal berupa segitiga Codman bila
terdapat fraktur patologis 12
Diagnosis Banding

Fibrogenic/Telangiectatic Osteosarcoma
Chondroblastoma
ABC (Aneurysma Bone Cyst
Chondromyxoid fibroma (jarang)
Mets / Myeloma

12
Tatalaksana
Intervensi pembedahan adalah terapi primer dari GCT.Tindakan
bedah yang dilakukan sesuai dengan stadiumnya:
stadium 1 : kuretase di mana setelah tindakan kuret dapat
disusul dengan pengisian rongga tumor dengan bone graft
dan atau dengan bone cement.
stadium 2 : reseksi, tindakan ini dilakukan pada tulang yang
expendable seperti tulang distal ulna, proksimal
fibula;dilakukan kuretase pada tulang yang tidk expendable
stadium 3 : reseksi yang disusul dengan tindakan
rekonstruksi

15
Kuretase
Rekonstruksi
Pulse Lavage + H2O2
Prognosis

Prognosisnya baik. Angka rekurensi tergantung pada stadium


tumor dan jenis tindakan yang dilakukan. Makin tinggi stadium
tumor, makin tinggi angka rekurensinya. Didapatkan angka
rekurensi pada stadium I sebesar 42%, stadium II 67%,
sedangkan pada stadium III besarnya 90%. Timbulnya
rekurensi dari TGC,biasanya terjadi 2-3 tahun setelah terapi.
Namun, rekurensi dapat terlihat paling lama dalam jangka
waktu 7 tahun.

16
LAPORAN KASUS

17
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ahmad Mawandi
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Patrang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Rekam Medis: 175799
Tgl. Masuk RS : 25 Juli 2017
Tgl. Keluar RS : 31 Juli 2017
Tgl. Pemeriksaan : 25-31 Juli 2017
22
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di paha kaki kanan dan terasa nyeri
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengatakan pernah terjatuh satu tahun yang lalu kemudian dipijat.
Lalu seminggu kemudian muncul benjolan dan terasa nyeri,pasien
mengatakan benjolan semakin membesar dan mengganggu pergerakan
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal terdapat keluarga yang menderita penyakit serupa dan
penyakit kanker

23
PEMERIKSAAN FISIK

IStatus Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran/GCS : Compos Mentis / E4V5M6
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 36,4C

24
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA/LEHER
Kepala : Normocephali, Jejas (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik-/-
Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
Telinga : Otorrhea -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
THORAX
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan dan kiri
simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus kordis
teraba pada ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Sonor di lapangan paru
Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
25
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
Inspeksi : Flat, DC (-) DS (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.

EXTREMITAS
Akral hangat (+) , edema (-) pada kedua ekstremitas atas dan bawah

26
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
Status Lokalis Regio Femur Dextra
L: Massa (+) di 1/3 distal femur Deformitas (+)
F: Massa dengan konsitensi padat keras,permukaan rata,batas
jelas,fixed,ukuran 10x10 cm, nyeri tekan (+)
M: ROM terbatas

27
DIAGNOSIS KERJA
Suspect Giant Cell Tumor 1/3
distal Femur Dextra
PLANNING
Planning Diagnostik:
HistoPA,Foto X-Ray
Planning terapi: Pro Wide
Eksisi

28
LAPORAN OPERASI

29
- Tanggal operasi : 26 Juli 2017 Penyempitan lapangan operasi dengan doek steril
- Diagnosa pre op : S. Giant Cell Tumor Dextra - Pendapatan pada operasi
Benign Tumor Regio Femur Dextra
- Diagnosa post op: Giant Cell Tumor Dextra
Ukuran 4x3cm
- Tindakan operasi: Wide Eksisi+Void Spacer dengan Bone Graft Uraian Operasi
- Anestesi : GA Wide eksisi tumor femur dextra

- Macam operasi : Bersih Void spacer dengan bone cement


Jaringan eksisi di cek HistoPA
- Posisi pasien : Supine

- Persiapan op : inform consent, antibiosis profilaksis dengan ceftriaxone 2 gr Terapi post operasi:
- Desinfeksi : povidine iodine 10% Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Injeksi Ranitidin 2x50 mg
- Insisi kulit dan pembukaan lapangan operasi
Injeksi Ketorolac 3x30mg
30
27 Juli 2017
S) Nyeri pada luka post-op Follow-up
Post op H1
O) KU: cukup TD:120/60 RR : 16x/m
Kes : alert N : 88x/m Tax: 35,6
K/L: a/i/c/d-/-/-/-
Tho: C/ S1S2tunggal e/g/m-/-/-P/ Ves+/+ Rh-/-
Wh-/- Abd: flat, BU+normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem

St.Lokali Femur Dextra


L: Bandage (+) Rembesan (-) Drain (+) Produksi serous minimal
F: Nyeri (+) CRT < 2 detik
M: ROM terbatas

A) Giant Cell Tumor femur Dextra+Post Excisi+Bone Cement H1


P) Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Injeksi Ranitidin 2x50 mg
Injeksi Ketorolac 3x30mg
Foto X-Ray Femur Dextra
31
Follow Up
28/07/2017 Follow-up
S) Nyeri Luka operasi Post op H2
O) KU: cukup TD:110/70 RR : 20x/m
Kes : alert N : 86x/m Tax: 36,3
K/L: a/i/c/d-/-/-/-
Tho: C/ S1S2tunggal e/g/m-/-/-P/ Ves+/+ Rh-/-
Wh-/- Abd: flat, BU+normal, timpani, soepel
Ext :akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem

St.Lokali Femur Dextra


L: Bandage (+) Rembesan (-) Drain (+) Produksi serous minimal
F: Nyeri (+) CRT < 2 detik
M: ROM terbatas

A) Giant Cell Tumor femur Dextra+Post Excisi+Bone Cement H2


P) Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Injeksi Ranitidin 2x50 mg
Injeksi Ketorolac 3x30mg
Aff drain+Rencana KRS besok
32
PROGNOSIS
Ad Vitam: Ad bonam
Ad Sanationam: Dubia ad bonam
Ad Functionam: Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. R G Forsyth, G De Boeck, S Bekaert, dkk. Telomere Biology in Giant Cell Tumour of Bone. in : J Pathol 2008;
214. Hal. 555563.

2. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2005. Hal 76-81

3. Lewis V O. Giant Cell Tumor. April, 2009

4. Schajowicz F. Histological typing of bone tumours. Berlin: Springer-Verlag. 1993: 20-2.


5. Scanlon, V. C., Tina S. Essentials of Anatomy and Physiologi: Fifth Edition. F.A Davis Company. New York. 2007.
Hal: 106-107.

6. Hutagalung EU. Giant cell tumor of bone. J Bedah.Indonesa 2001; XXIX: 116.
7. Hutagalung EU, Gumay S, Budyatmoko B. Neoplasma tulang diagnosis dan terapi. Jakarta: PT Galaxy Puspa
Mega; 2005. Hal 41, 84.

34
TERIMA KASIH

35

Anda mungkin juga menyukai