Anda di halaman 1dari 33

M A H S A K I T &

E D IT A S I R U
AKR N A N
A R P E L AYA
STAND
M A SI A N
KEFAR
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
• Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang standar
pelayanan dan Akreditasi RS

Indikator CPMK
 Mahasiswa mampu menguraikan standar akreditasi RS berdasarkan
KARS
 Mahasiswa mampu menguraikan standar pelayanan kefarmasian dalam
organisasi rumah sakit
 Mahasiswa mampu menguraikan standar pelayanan kefarmasian
berdasarkan KARS
Dasar Hukum

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
 Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit
 Surat Edaran Nomor: 461/SE/KARS/V/2020 entang
Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit Di Era Pandemi
Covid 19
Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan


sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya
disebut Akreditasi adalah pengakuan terhadap
mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah
memenuhi standar Akreditasi.
Definisi-definisi

• adalah pedoman yang berisi tingkat


Standar Akreditasi
pencapaian yang harus dipenuhi oleh rumah
sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien.

• adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang
Rumah Sakit menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
TUJUAN
a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara
berkelanjutan dan melindungi keselamatan pasien
Rumah Sakit
b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber
daya manusia di Rumah Sakit, dan Rumah Sakit sebagai
institusi.
c. meningkatkan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola
klinis; dand. mendukung program pemerintah di bidang
kesehatan
1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit


2. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
3. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

(SNARS) Edisi 1.1 terdiri dari 16 Bab :


4. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
5. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
6. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
7. Asesmen Pasien (AP)
8. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
10. Program Nasional
 Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
 Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
 Menurukan Angka Kesakitan TB
 Pelayanan Geriatri
 Penyelanggaraan Pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)
11. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
12. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
13. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
14. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
15. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
16. Integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan di rumah sakit (IPKP)
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/06/materi_driwanar_kars120620.pdf
Standar SKP.3

Maksud dan Tujuan ELEMEN PENILAIAN


Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas: 1. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan,
obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan penataan, penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu
(error) dapat menimbulkan kematian atau kecacatan diwaspadai. (R)
seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;
Obat high alert harus disimpan di instalasi 2. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang
farmasi/unit/depo. telah dibuat. (D,W)
Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar lokasi tersebut, 3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu
disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di diwaspadai yang disusun berdasar atas data spesifik
bawah tanggung jawab apoteker sesuai dengan regulasi. (D,O,W)
  4. Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan
obat yang perlu diwaspadai termasuk obat NORUM
diatur di tempat aman. (D,O,W)
Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik 1. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama melaksanakan proses mencegah kekurang hati-hatian
(sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dalam mengelola elektrolit konsentrat. (R)
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan
mirip (NORUM);
Elektrolit konsentrat seperti KCl ≥ 2 mEq/ml, KPO4 ≥ 3 2. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit
mmol/ml, NaCl ≥ 0,9% dan MgSO4 ≥ 20% atau ≥ 40% kerja/instalasi farmasi atau depo farmasi. (D,O,W)
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Standar PMKP 9.2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan analisis data KTD dan
mengambil langkah tindaklanjut.

Analisis dilakukan untuk semua hal berikut ini:


a) semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi
b) semua kejadian serius akibat efek samping obat
c) semua kesalahan pengobatan yang signifikan
d) semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis
pascaoperasi;
e) efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau
mendalam dan pemakaian anestesi;
f) kejadian-kejadian lain; misalnya - infeksi yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan atau wabah penyakit menular; dan - pasien
jiwa yang melarikan diri dari ruang perawatan keluar lingkungan
rumah sakit yang tidak meninggal/tidak cedera serius. (khusus
untuk RS
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

Standar TKRS 7.1

Direktur Rumah Sakit mencari dan menggunakan data,


informasi tentang rantai distribusi obat, serta perbekalan
farmasi yang aman untuk melindungi pasien dan staf dari
produk yang berasal dari pasar gelap, palsu, terkontaminasi,
atau cacat

Standar TKRS 9

Satu atau lebih individu yang kompeten ditetapkan sebagai


kepala unit di setiap pelayanan di rumah sakit sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAHAN BERBAHAYA
Standar MFK 5

Rumah sakit memiliki regulasi inventarisasi, penanganan,


penyimpanan dan penggunaan, serta pengendalian/pengawasan
bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta
limbahnya dengan katagori sebagai berikut:
1) infeksius;
2) patologis dan anatomi;
3) farmasi;
4) bahan kimia;
5) logam berat;
6) kontainer bertekanan;
7) benda tajam;
8) genotoksik/sitotoksik;
9) radioaktif.
Standar Pelayanan
Kefarmasian
di Rumah Sakit
• pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Standar Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
Pelayanan • pelayanan Farmasi Klinik

• Monitoring
Pengendalian • Evaluasi
Mutu
Ketentuan Umum dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian
• Harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
• Dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu ( sesuai Bagian
Keenam Kefarmasian (Pasal 15 ,UU no 40 thn 2009 tentang Rumah sakit)
• Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
• Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat dibentuk satelit farmasi
sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
• Setiap Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit (Apoteker dan TTK) yang menyelenggarakan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
• Setiap pemilik RS, direktur / pimpinan RS dan pemangku kepentingan terkait di bidang
Pelayanan Kefarmasian di RS harus mendukung penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di
RS
GAMBARAN UMUM
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk:


a. Menjamin mutu, manfaat, keamanan dan khasiat sediaan
farmasi dan alat kesehatan
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).
d. Menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat yang lebih aman (medication safety)
e. Menurunkan angka kesalahan penggunaan obat
PENGORGANISASIAN
Standar PKPO.1.

Pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan


penggunaan obat di rumah sakit harus sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan dan diorganisir
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
SELEKSI DAN PENGADAAN

Standar PKPO 2
Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan formularium dan
digunakan untuk permintaan obat serta instruksi pengobatan

Obat dalam formularium senantiasa tersedia dalam stok di rumah sakit atau
sumber di dalam atau di luar rumah sakit

Rumah sakit menetapkan proses pengadaan sediaan farmasi, alat


kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan berkhasiat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mendapatkan obat bila


sewaktu-waktu obat tidak tersedia.
PENYIMPANAN
Standar PKPO 3
Rumah sakit menetapkan tata laksana pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, serta aman

Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, seta obat narkotika dan psikotropika
yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Rumah sakit mengatur tata kelola penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik,
benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Rumah sakit menetapkan pengaturan penyimpanan dan pengawasan penggunaan obat


tertentu.

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi yang tersimpan
di dalam maupun di luar unit farmasi tersedia, tersimpan aman, dan dimonitor

Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak digunakan karena rusak, mutu
substandar, atau kadaluwarsa.
PERESEPAN DAN PENYALINAN

Standar PKPO 4

Ada regulasi peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan.

Regulasi ditetapkan untuk menentukan pengertian dan syarat kelengkapan


resep atau pemesanan

Rumah sakit menetapkan individu yang kompeten yang diberi kewenangan


untuk menulis resep/permintaan obat atau instruksi pengobatan

Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di rekam medis pasien


PERSIAPAN DAN PENYERAHAN

Standar PKPO 5

Obat disiapkan dan diserahkan di dalam


lingkungan aman dan bersih

Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur


semua resep/permintaan obat dan instruksi
pengobatan obat ditelaah ketepatannya.
PEMBERIAN (ADMINISTRATION) OBAT

Standar PKPO 6

Rumah sakit menetapkan staf klinis yang kompeten dan


berwenang untuk memberikan obat.

Proses pemberian obat termasuk proses verifikasi apakah obat


yang akan diberikan telah sesuai resep/permintaan obat.

Ada regulasi tentang obat yang dibawa oleh pasien ke rumah


sakit untuk digunakan
sendiri
Contoh Formulir
Pemberian Obat
Formulir Obat
yang dibawa
pasien dari luar RS
Formulir
Edukasi Obat
dibawa pulang
Etiket UDD
PEMANTAUAN (MONITOR)

Standar PKPO 7 Efek obat dan efek samping obat terhadap pasien
dipantau

Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses


pelaporan serta tindakan terhadap kesalahan
penggunaan obat (medication error) serta upaya
menurunkan angkanya.
KESIMPULAN
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu
kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut
dapat diimplementasikan.

Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan
menjadi tuan rumah di negara sendiri.

Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus


mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko

Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan Sistem Informasi Rumah Sakit
secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini
akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai