Tim Dosen
Teknologi Sediaan Farmasi 1
(Semi Solid)
PENDAHULUAN
• Emulsi : (sistem dispersi) fase
terdispersi berupa globul cairan
berukuran kecil yang terdistribusi
dalam fase pendispersi
• (Makro)emulsi : 1– 20µm (rata-
rata 5 µm)
• Mikroemulsi & Nanoemulsi :
0.001 to 0.1 µm
❑monodisperse
Closepacked : susunan fase dalam rapat
❑ Monodispers : ukuran partikel dalam homogen
❑ m/a closepacked monodispers: fase dalam 74%
❑m/a closepacked non monodispers : fase
dalam>74% bagian
❑ Hal ini tak terjadi pada emulsi a/m
PROPERTIES
• Keuntungan
– Bentuk oral ➔ rasa minyak dapat dieliminir
– Topikal ➔ mengurangi lengket dikulit (M/A)
– Efek kerja ➔ dapat dgn pelepasan perlahan
• Kekurangan
– Ketidakstabilan fisik (Creaming; Coalescense; Inversi fase),
kimia, mikrobiologi
– Pengerjaan ➔ teknik khusus
• Faktor penting
– Penurunan tegangan permukaan ➔emulgator
– Proses pencampuran ➔ suhu, waktu, kecepatan
pengadukan
Jenis Sediaan
❑ Specialized ❑ Macroemulsion
Pharmaceutical emulsions ➢ Parenteral Emulsion
➢ Flurocarbon Emulsion
➢ Macroemulsions ➢ Radiopaque Emulsion
➢ Multiple emulsions ➢ Water-in-Oil Emulsion
➢ Microemulsions ➢ Oral Emulsion
❑ Multiple emulsion
➢ Vesicles
➢ Stability of Multiple
❑ Sistem penghantaran Emulsion
sediaan ➢ Drug Release
➢ controlled release ❑ Microemulsion
➢ targeting of drugs to ❑ Vesicles
specific sites ➢ Methods of Liposome
Preparation
➢ Liposomes of Drug
Carriers
GOLONGAN
EMULGATOR
A. Berdasarkan sifat dan mekanisme
✓ Bahan alami
❖Karbohidrat (PGA, tragakan, CMC, HPMC, Pectin) ➔ o/w
emulsion
❖ Protein (Gelatin, Egg Yolk, Caesin) ➔ o/w emulsion
❖ Turunan Alkohol “BM tinggi” (o/w emulsion : Stearyl & Cetyl
alcohol, Glyceryl mono stearate; w/o emulsion : Kolesterol)
✓ Zat padat terbagi halus (Bentonit, veegum)➔ o/w emulsion
✓ Surfaktan/wetting agent
A. Berdasarkan pembentukan film antar permukaan
✓ film monomolekuler; surfaktan
✓ film multi molekuler;aksia, tragakan, CMC
✓ film padatan antar permukaan; bentonit, veegum
B. True emulsifiers dan ‘Quasi emulsifier’
C. Berdasarkan nilai HLB
TRUE & QUASI
EMULGATOR
❖ True emulsifier (emulgator sejati)
➢ mekanisme kerja : mendispersikan fase dalam
➢ Contoh : akasia, surfaktan
❖ Quasi emulsifier (emulgator semu)
➢ mekanisme kerja : meningkatkan viskositas
➢ Contoh : tragakan, derivat selulosa (CMC, HPMC,
tylose)
SURFAKTAN
zat yang dpt menurunkan tegangan antar
permukaan dlm konsentrasi tertentu
❑ EMULSIFIKASI
Tahap : bakal fase dalam didispersikan menjadi globul-globul kecil
❑ STABILISASI
Tahap : globul-globul kecil yang telah terbentuk dipertahankan dalam bentuk
tersebut
TEORI
EMULSIFIKASI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
✓ Adhesi – kohesi –tegangan muka
✓ Interfacial Tension : Tegangan muka yang terdapat pada
bidang batas antara 2 cairan yang tidak dapat campur
(Tegangan antar muka)
✓ Setiap molekul
emulgator dibagi 2
kelompok : Hidrofilik
dan lipofilik
✓ Masing2 kelompok
bergabung dengan zat
cair yang disukai
sehingga terbentuk
keseimbangan fase
TEORI
EMULSIFIKASI
3. Teori Interparsial Film
➢ Emulgator akan diserap pada batas Teori Bancroft :
antara air dan minyak sehigga
terbentuk lapisan film yang ❑ Fase yang dapat
membungkus partikel fase dispers melarutkan
emulgator ➔
➢ pada antar permukaan ➔ terbentuk
merupakan fase
lapisan sedemikian kuat ➔ emulsi
yang terbentuk semakin stabil luar
➢ pembentukan lapisan tergantung
kelompok emulgator
TEORI
EMULSIFIKASI
4. Teori Electric Double Layer
V = kecepatan creaming
d = diameter partikel
ρ2-ρ1 = selisih bobot jenis fase
Hukum Stoke’s : dalam dan fase luar
V = d2 (ρ2-ρ1) / 18η g g =kec,gravitasi
η = viskositas
KETIDAKSTABILAN
EMULSI
2. Koalesen & Cracking
➢ Pecah/rusaknya lapisan film fase dispers sehingga
butiran zat dispers akan menyatu
➢ Jika berlanjut ➔ emulsi mengalami cracking/breaking
(pemisahan total menjadi lapisan air/minyak)
➢ Bersifat irreversible
➢ Dipengaruhi oleh :
✓Peristiwa kimia : alkohol, pH, CaO/CaCl 2 eksikatus
✓Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan
KETIDAKSTABILAN
EMULSI
3. Inversi Fase
❖ Perubahan tipe emulsi w/o
menjadi o/w atau sebaliknya
❖ irrversible
➢ Volume relatif fase
internal dan eksternal
emulsi adalah penting.
Perazzo et al, 2015
➢ Meningkatkan konsentrasi internal Meningkatkan viskositas
hingga batas titik tertentu
➢ Viskositas akan berkurang setelah titik itu.
➢ Pada titik ini emulsi telah mengalami inversi yaitu berubah dari
o/w ke a w/o, atau sebaliknya.
➢ Dalam prakteknya, emulsi dapat dibuat tanpa inversi sebanyak
sekitar 75% dari volume. produk menjadi fase internal.
EMULSI
2
Tim Dosen
Teknologi Sediaan Farmasi 1
(Semi Solid)
KETIDAKSTABILAN EMULSI
4. Flocculation
➢ dua atau lebih droplet
saling menempel tanpa
kehilangan identitas
➢ Fase dalam tetap sebagai
fase dalam, Fase luar
tetap sebagai fase luar Piacentini, 2016
➢ Bersifat reversible
KETIDAKSTABILAN EMULSI
5. Sedimentasi
Creaming
➢ Terpisahnya emulsi menjadi 2
bagian
➢ akibat perbedaan konsentrasi
bobot jenis fase dalam dan
gravitasi
➢ Bersifat reversible
Sedimen
KETIDAKSTABILAN EMULSI
6. Ostwald Ripening
droplet bertabrakan dengan yang lain dan
membentuk droplet yang lebih besar dan yang
lebih kecil
Droplet berukuran kecil cenderung menjadi
makin kecil
Irreversible
EMULSI
❑ Fase minyak :
❑ minyak, lemak, minyak menguap, zat
larut lemak (vitamin, zat nutrisi),
antioksidan
❑ Fase air :
❑ bahan obat larut air, pengawet
(kadar,kelarutan) eksipien lain (warna,
rasa)
❑ Emulgator
PREPARASI EMULSI
➢ METODEPREPARASI
➢ KOMPONEN PENYUSUN
➢ PERALATAN
➢ JUMLAH/VOLUME PRODUKSI
➢ SKALA LAB ➔ METODEKERING (MORTIR
PORSELIN/HAND HOMOGENIZER
➢ SKALABESAR➔ LARGEHOMOGENIZER, HIGH SPEED
IMPELLER
❑ Mortir kasar cenderung lebih dipilih
❑ Memudahkan penggilingan
❑ Pengurangan ukuran globul
c. Teknik emulsifikasi
- aplikasi energi mekanik yang dihasilkan
dengan bermacam teknik agitasi
- Peralatan : mixer (manual/mekanik)
- emulgator
STABILITAS EMULSI
KETIDAKSTABILAN KIMIA
➢ Oksidasi; tengik
➢ Hidrolisis; depolimerisasi
➢ Mikroba; penguraian
➢ Efek kimia yg timbul akibat interaksi bahan
aktif-eksipien-eksipien; merubah formulasi
STABILITAS EMULSI
• Pertimbangan rheologi
– Mengurangi mobilitas partikel/globul minyak
dlm fase
kontiniu air; memperlambat creaming,
flokulasi, koalesen
– Sifat rheologi penting dlm proses stabilisasi
emulsi krn
dpt menghalangi mobilitas partikel&dpt
diadsorpsi serta menghalangi tumbukan
sterik/mekanik
• Oswalt ripening
❑Evaluasi stabilitas emulsi
➢ Emulsi Encer
➢ pemisahan fase
➢ analisa ukuan globul,
➢ muatan partikel/potensial zeta
➢ Penentuan sifat alir
1. Pengenceran fase
2. Tes zat warna
3. Kertas saring / CoCl2
4. Fluorescensi
5. Konduktivitas
EVALUASI TIPE
EMULSI
• Meramalkan tipe emulsi :
1) jenis emulgator;- larut dalam air (M/A)
- larut dlm minyak (A/M)
- HLB (8-16 → M/A), 3-8 → A/M
2) proporsi masing-masing fase
- fase lebih banyak cenderung mjd fase luar (M/A)
- A/M lebih mudah mengalami inversi fase
cont.- air-mineral oil- sorbiton monooleat (air<40% mjd A/M)
- kadar air 20-30% terbtk emulsa A/M jika fs air di(+)kan dlm
fs minyak
- campuran 2 fase jk dicampur cenderung M/A (air>10%)
3) Viskositas
Viskositas fase yang lebih tinggi, cenderung mjd fase luar
EVALUASI TIPE
EMULSI
Tes Observasi Keterangan
1. Pengenceran Encerkan dgn fase luar Hanya utk emulsi cair
2. Zat warna Larut air, memberi warna pd Terganggu bila emulg.
emulsa M/A dan sebaliknya Ionik
(mikroskop)
3. Fluoresecensi M = terfluors. dgn UV Tdk selalu berhasil (unt.
M/A = totol M yg tdk berfluoresensi)
A/M = menyeluruh
4. CoCl2/kertas sar Kert.saring jenuh CoCl2, Bila emulsa tdk stabil; el
ing keringkan → biru (A/M) ektrolit →breaking→
pink (M/A) gagal
5. Konduktivitas M/A → aliran listrik (+) Terganggu bila emulg
dan sebaliknya ator non ionik dan seb
aliknya
EMULSI
• ESTETIKA
• PENETAPAN KADAR
• SIFAT ALIR
• BOBOT JENIS
• UKURAN PARTIKEL
• PIT (PHASE INVERSION TEMPERATURE)
Hubungan antara penyerapan dan
distribusi obat dalam emulsi O/W
Skema hubungan antara penyerapan dan distribusi obat dalam emulsi o/w.
O, M, F : obat dalam tetesan minyak, misel dan fase air
panah berkepala dua : persaingan antar negara
Metode dua tahap perumusan
emulsi ganda W/O/W
Stabilitas
beberapa emulsi
Proses pemecahan yang
mungkin terjadi dalam
beberapa emulsi. (W/o/w)
a : penggabungan beberapa
tetes dengan tetes minyak
lainnya
b, c, d, e : pengeluaran tetesan
internal tunggal
f, g : ekslusi lebih banyak
dari satu tetesan internal
h, j : penggabungan tetesan
internal sebelum
dikeluarkan (i, k)
l, m, n : penyusutan internal
droplet karena difusi air
Kemungkinan interaksi A,
B, dan C antara fase
dalam beberapa emulsi.
(S: surfactant film )
Diagram fase skema yang menunjukkan wilayah
mikroemulsi dalam kesetimbangan dengan fase minyak dan
air berlebih.
Diagram fase skema yang menunjukkan keseimbangan antara misel
air-dalam-minyak dan fase air dan kosurfaktan berlebih
Struktur asosiasi
amfifil seperti
surfaktan dan
lipid dalam air.
(a) Amfil rantai ganda dan rantai tunggal.
(b) Bolaamphiphiles dan agregat berat molekulnya yang tinggi.
FORMULA