Anda di halaman 1dari 57

EMULSI

Tim Dosen
Teknologi Sediaan Farmasi 1
(Semi Solid)
PENDAHULUAN
• Emulsi : (sistem dispersi) fase
terdispersi berupa globul cairan
berukuran kecil yang terdistribusi
dalam fase pendispersi
• (Makro)emulsi : 1– 20µm (rata-
rata 5 µm)
• Mikroemulsi & Nanoemulsi :
0.001 to 0.1 µm

Kale & Deore, 2017


TIPE EMULSI
❑ Berdasarkan fase ❑ Bentuk fisik
➢ M/A ➢ Cair; losion emulsi, linimen
➢ A/M ➢ Semisolid; krim, ointment
➢ M/A/M emulsi
➢ A/M/A ❑ Penampilan
➢ Jernih ➔ mikroemulsi
❑ Cara pemberian
➢ Keruh/opaque ➔
➢ oral
makroemulsi
➢ topikal
➢ parenteral
❑ Alamiah
➢ Emulsa vera
➢ Emulsa spuria
Tipe Emulsi
Khusus
Emulsi Ganda
• w/o/w
– Dibuat emulsi w/o
– Ditambahkan ke fase air sehingga
terbentuk o/w
FASE LUAR DAN
DALAM
• Fase dalam
– closepacked monodisperse
– closepacked non
monodisperse

– Non
Non closepacked
closepacked - non monodisperse Leal-Calderon, 2012

❑monodisperse
Closepacked : susunan fase dalam rapat
❑ Monodispers : ukuran partikel dalam homogen
❑ m/a closepacked monodispers: fase dalam 74%
❑m/a closepacked non monodispers : fase
dalam>74% bagian
❑ Hal ini tak terjadi pada emulsi a/m
PROPERTIES
• Keuntungan
– Bentuk oral ➔ rasa minyak dapat dieliminir
– Topikal ➔ mengurangi lengket dikulit (M/A)
– Efek kerja ➔ dapat dgn pelepasan perlahan
• Kekurangan
– Ketidakstabilan fisik (Creaming; Coalescense; Inversi fase),
kimia, mikrobiologi
– Pengerjaan ➔ teknik khusus
• Faktor penting
– Penurunan tegangan permukaan ➔emulgator
– Proses pencampuran ➔ suhu, waktu, kecepatan
pengadukan
Jenis Sediaan
❑ Specialized ❑ Macroemulsion
Pharmaceutical emulsions ➢ Parenteral Emulsion
➢ Flurocarbon Emulsion
➢ Macroemulsions ➢ Radiopaque Emulsion
➢ Multiple emulsions ➢ Water-in-Oil Emulsion
➢ Microemulsions ➢ Oral Emulsion
❑ Multiple emulsion
➢ Vesicles
➢ Stability of Multiple
❑ Sistem penghantaran Emulsion
sediaan ➢ Drug Release
➢ controlled release ❑ Microemulsion
➢ targeting of drugs to ❑ Vesicles
specific sites ➢ Methods of Liposome
Preparation
➢ Liposomes of Drug
Carriers
GOLONGAN
EMULGATOR
A. Berdasarkan sifat dan mekanisme
✓ Bahan alami
❖Karbohidrat (PGA, tragakan, CMC, HPMC, Pectin) ➔ o/w
emulsion
❖ Protein (Gelatin, Egg Yolk, Caesin) ➔ o/w emulsion
❖ Turunan Alkohol “BM tinggi” (o/w emulsion : Stearyl & Cetyl
alcohol, Glyceryl mono stearate; w/o emulsion : Kolesterol)
✓ Zat padat terbagi halus (Bentonit, veegum)➔ o/w emulsion
✓ Surfaktan/wetting agent
A. Berdasarkan pembentukan film antar permukaan
✓ film monomolekuler; surfaktan
✓ film multi molekuler;aksia, tragakan, CMC
✓ film padatan antar permukaan; bentonit, veegum
B. True emulsifiers dan ‘Quasi emulsifier’
C. Berdasarkan nilai HLB
TRUE & QUASI
EMULGATOR
❖ True emulsifier (emulgator sejati)
➢ mekanisme kerja : mendispersikan fase dalam
➢ Contoh : akasia, surfaktan
❖ Quasi emulsifier (emulgator semu)
➢ mekanisme kerja : meningkatkan viskositas
➢ Contoh : tragakan, derivat selulosa (CMC, HPMC,
tylose)
SURFAKTAN
zat yang dpt menurunkan tegangan antar
permukaan dlm konsentrasi tertentu

Tujuan Penggunaan Surfaktan :


❖ Mempertinggi kelarutan efektif obat
❖ Meningkatkan efisiensi terapi
➢ Kontrol pelepasan obat
✓Facilitate control of drug
uptake
➢ Minimalisasi degradasi obat
➢ Kontribusi mengurangi toksisitas
obat
➢ New biopharmaceuticals:
genomics and proteomics
PENGGOLONGAN
SURFAKTAN
❑ ANIONIK : ❑ NON IONIK
➢ sabun : TEA stearat ❖ Gugus hidrofil (H) dan lipofil (L)
(monovalen), Ca Palmitat ➢ Hidrofil : glikol (PEG), gliserol,
(polivalen) sorbitol, POE sorbitol
➢ ester as.sulfat; Na lauryl ➢ Lipofil : asam lemak (C > 10);
sulfat laurat (10), miristat (12),
➢ alkil sulfonat; Na dioktil palmitat (14), stearat (16),oleat
sulfosuksinat (monosaturated)
❑ KATIONIK ➔ Benzalkonium ❖ Konsep HLB
khlorida ❖ Efek struktur
❑ AMFOTER ➔ miranol ❖ Stabilitas rantai polyoxyethylene
➢ SPAN = sorbitol mono laurat
➢ TWEEN = POE Sorbitol
monolaurat
HLB
Griffin Scale

• Angka yang menunjukkan


perbandingan antara gugus
lipofil dan hidrofil
• >HLB, semakin hidrofil
• HLB Campuran u/ jenis
emulsi yang diinginkan

❑ EMULSIFIKASI
Tahap : bakal fase dalam didispersikan menjadi globul-globul kecil
❑ STABILISASI
Tahap : globul-globul kecil yang telah terbentuk dipertahankan dalam bentuk
tersebut
TEORI
EMULSIFIKASI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
✓ Adhesi – kohesi –tegangan muka
✓ Interfacial Tension : Tegangan muka yang terdapat pada
bidang batas antara 2 cairan yang tidak dapat campur
(Tegangan antar muka)

✓ Semakin tinggi interfacial tension, kedua


cairan tersebut semakin susah bercampur
✓ Emulgator, menurunkan/menghilangkan
nilai interfacial tension sehingga kedua
zat akan mudah bercampur
TEORI
EMULSIFIKASI
2. Teori Pasak pada permukaan (Oriented Wedge)

✓ Setiap molekul
emulgator dibagi 2
kelompok : Hidrofilik
dan lipofilik
✓ Masing2 kelompok
bergabung dengan zat
cair yang disukai
sehingga terbentuk
keseimbangan fase
TEORI
EMULSIFIKASI
3. Teori Interparsial Film
➢ Emulgator akan diserap pada batas Teori Bancroft :
antara air dan minyak sehigga
terbentuk lapisan film yang ❑ Fase yang dapat
membungkus partikel fase dispers melarutkan
emulgator ➔
➢ pada antar permukaan ➔ terbentuk
merupakan fase
lapisan sedemikian kuat ➔ emulsi
yang terbentuk semakin stabil luar
➢ pembentukan lapisan tergantung
kelompok emulgator
TEORI
EMULSIFIKASI
4. Teori Electric Double Layer

• Tiap-tiap partikel dispers diselimuti oleh muatan


listrik yang berlawanan sehingga antar partikel
dispers tidak dapat bergabung krn adanya
kesamaan muatan listrik
KETIDAKSTABILAN
EMULSI
1. Creaming
➢ Terpisahnya emulsi
menjadi 2 bagian
➢ akibat perbedaan
konsentrasi fase
dalam
➢ Bersifat reversible
Piacentini, 2016

V = kecepatan creaming
d = diameter partikel
ρ2-ρ1 = selisih bobot jenis fase
Hukum Stoke’s : dalam dan fase luar
V = d2 (ρ2-ρ1) / 18η g g =kec,gravitasi
η = viskositas
KETIDAKSTABILAN
EMULSI
2. Koalesen & Cracking
➢ Pecah/rusaknya lapisan film fase dispers sehingga
butiran zat dispers akan menyatu
➢ Jika berlanjut ➔ emulsi mengalami cracking/breaking
(pemisahan total menjadi lapisan air/minyak)
➢ Bersifat irreversible
➢ Dipengaruhi oleh :
✓Peristiwa kimia : alkohol, pH, CaO/CaCl 2 eksikatus
✓Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan
KETIDAKSTABILAN
EMULSI
3. Inversi Fase
❖ Perubahan tipe emulsi w/o
menjadi o/w atau sebaliknya
❖ irrversible
➢ Volume relatif fase
internal dan eksternal
emulsi adalah penting.
Perazzo et al, 2015
➢ Meningkatkan konsentrasi internal Meningkatkan viskositas
hingga batas titik tertentu
➢ Viskositas akan berkurang setelah titik itu.
➢ Pada titik ini emulsi telah mengalami inversi yaitu berubah dari
o/w ke a w/o, atau sebaliknya.
➢ Dalam prakteknya, emulsi dapat dibuat tanpa inversi sebanyak
sekitar 75% dari volume. produk menjadi fase internal.
EMULSI
2
Tim Dosen
Teknologi Sediaan Farmasi 1
(Semi Solid)
KETIDAKSTABILAN EMULSI
4. Flocculation
➢ dua atau lebih droplet
saling menempel tanpa
kehilangan identitas
➢ Fase dalam tetap sebagai
fase dalam, Fase luar
tetap sebagai fase luar Piacentini, 2016

➢ Bersifat reversible
KETIDAKSTABILAN EMULSI

5. Sedimentasi
Creaming
➢ Terpisahnya emulsi menjadi 2
bagian
➢ akibat perbedaan konsentrasi
bobot jenis fase dalam dan
gravitasi
➢ Bersifat reversible
Sedimen
KETIDAKSTABILAN EMULSI
6. Ostwald Ripening
droplet bertabrakan dengan yang lain dan
membentuk droplet yang lebih besar dan yang
lebih kecil
Droplet berukuran kecil cenderung menjadi
makin kecil
Irreversible
EMULSI

Jenis Emulsi Secara umum :


1) Emulsi Losion
2) Linimen
3) Krem
4) Ointments
5) Vitamin drops
FORMULASI EMULSI
1. Preformulasi
2. Tipe emulsi
3. Emulgator
4. Eksipien
5. Proses pengerjaan
6. IPC (In Process Control)
7. Evaluasi
8. Kemasan
PREFORMULASI

❑ Fase minyak :
❑ minyak, lemak, minyak menguap, zat
larut lemak (vitamin, zat nutrisi),
antioksidan
❑ Fase air :
❑ bahan obat larut air, pengawet
(kadar,kelarutan) eksipien lain (warna,
rasa)
❑ Emulgator
PREPARASI EMULSI
➢ METODEPREPARASI
➢ KOMPONEN PENYUSUN
➢ PERALATAN
➢ JUMLAH/VOLUME PRODUKSI
➢ SKALA LAB ➔ METODEKERING (MORTIR
PORSELIN/HAND HOMOGENIZER
➢ SKALABESAR➔ LARGEHOMOGENIZER, HIGH SPEED
IMPELLER
❑ Mortir kasar cenderung lebih dipilih
❑ Memudahkan penggilingan
❑ Pengurangan ukuran globul

METODE Continental or DryGum


Method
Englishor WetGum
Method
PREPARASI Emulgator (akasia) + Emulgator + Air ➔
minyak MUCILAGO
(1) Continental or Dry + Air + Minyak
GumMethod (sds) (sds)
(4:2:1 Method) EMULSI AWAL EMULSI AWAL
(2)English or Wet kurang stabil ✓ Lebih stabil
✓ Pembuatan Lebih cepat
Gum Method Pembuatan Lebih lama

[Ansel. page 409] ❑ Eksipien lain yang tidak larut/tidak bercampur


ditambahkan ke dalam fase luar (setelah emulsi
✓ 4 parts (volumes) of oil awal terbentuk)
❑ Bahan padat (Pengawet, penstabil, dll) dilarutkan
✓ 2 parts of water
dalam sejumlah air secukupnya ➔ ditambahkan
✓ 1 part of gum
dalam bentuk larutan
❑ Minyak menguap/ bahan berminyak denganviskositas
rendah
❑ Tidak bisa untuk minyak DENGAN viskositastinggi
❑ Emulsifikasi spontan
❑ Dilakukann langsung dalam botol
METODE ❑ Prinsip = dry gummethod
❑ Dapat diterapkan pada pembuatan emulsitanpa
PREPARASI emulsifier (in situ)
❑ Prinsip ➔ salah satu bahan dapat berfungsi sebagai
emulgator
(3) Metode Botol
❑ Contoh : olive oil + lime water emulsion
atau Botol Forbes
Emulgator (akasia) +
minyak
✓ 2/4 parts (volumes) + Air
of oil (Semua sekaligus)
✓ 2 parts of water
EMULSI AWAL
✓ 1 part of gum

diencerkan sampai volume yang sesuai


dengan air atau cairan lainnya
METODEPREPARASILAIN
Beaker Method
Auxiliary Methods ❑ pengemulsi sintetis atau non-
❑ Mixer atau blender listrik gum;

❑ Homogenizer tangan ❑ Semua komponen yang larut


dalam minyak dilarutkan dalam
❑ Ukuran tetesan yang fase berminyak dalam satu
tersebar hingga sekitar 5 gelas kimia
mikron atau kurang ❑ semua komponen yang larut
dalam air dilarutkan dalam air
dalam gelas terpisah
❑ Komponen berminyak dilebur
dan kedua fase dipanaskan
hingga sekitar 70 ° C di atas
penangas air
❑ Fase internal kemudian
ditambahkan ke fase eksternal
dengan pengadukan sampai
produk mencapai ruangan
SIFAT-SIFAT EMULSI
dipengaruhi oleh

a. Distribusi ukuran tetesan


- Makin besar ukuran globul, dorongan tjdnya
koalesen makin besar
- Ukuran tetesan lebih halus, meningkatkan
stabilitas, dan absorbsi
- Distribusi dipengaruhi karakteristik
emulgator, manufacturing
SIFAT-SIFAT EMULSI
dipengaruhi oleh

b. Emulsi a/m lebih kental dari emulsi m/a


- konsistensi emulsi m /a meningkat d engan
penambahan gom dan pengental lain
- sifat alir plastik/pseudoplastik

c. Teknik emulsifikasi
- aplikasi energi mekanik yang dihasilkan
dengan bermacam teknik agitasi
- Peralatan : mixer (manual/mekanik)
- emulgator
STABILITAS EMULSI

KETIDAKSTABILAN KIMIA

➢ Oksidasi; tengik
➢ Hidrolisis; depolimerisasi
➢ Mikroba; penguraian
➢ Efek kimia yg timbul akibat interaksi bahan
aktif-eksipien-eksipien; merubah formulasi
STABILITAS EMULSI

• Stabilisasi secara elektrostatik


– Muatan p d permukaan tetesan emulsi, meningkat
akibat ionisasi bag hidrofilik surfaktan yg diadsorbsi
dan menghasilkan lapisan ganda elektrik
– Tabrakan antar tetesan akibat gerak Brown, gravitasi,
dan
• Stabilisasi sterik
– Stabilisasi polimer
• Stabilisasi oleh partikel padat
– Partikel padat halus dpt menstabilkan emulsi jk dibasahi pd
kedua
fase, membtk lap. antar muka; barier mencegah koalesen
STABILITAS EMULSI

• Stabilisasi dgn campuran pengemulsi


– Penggunaan emulgator campuran; emulsi lbh stabil secara fisik
– Emulgator ; surfaktan non inonik dgn HLB tinggi dan rendah
• Kompleksasi antar muka
– Emulsa encer m/a dgn campuran lemak-surfaktan ionik,
stabilitas lbh besar; menghasilkan pembentukan komplek
molekuler antarmuka tetesan minyak-air
– Lapisan menghasilkan halangan mekanik dan elektrik ➔
menyebabkan koalesen
– Peningkatan stabilitas thd koalesen terkait peningkatan
viskositas antarmuka, elastisitas, tipe rheologi
STABILITAS EMULSI

• Pertimbangan rheologi
– Mengurangi mobilitas partikel/globul minyak
dlm fase
kontiniu air; memperlambat creaming,
flokulasi, koalesen
– Sifat rheologi penting dlm proses stabilisasi
emulsi krn
dpt menghalangi mobilitas partikel&dpt
diadsorpsi serta menghalangi tumbukan
sterik/mekanik
• Oswalt ripening
❑Evaluasi stabilitas emulsi
➢ Emulsi Encer
➢ pemisahan fase
➢ analisa ukuan globul,
➢ muatan partikel/potensial zeta
➢ Penentuan sifat alir

❑Emulsi multi fase


➢ peningkatan konsistensi
➢ kerusakan struktur selama penyimpanan
EVALUASI TIPE
EMULSI

1. Pengenceran fase
2. Tes zat warna
3. Kertas saring / CoCl2
4. Fluorescensi
5. Konduktivitas
EVALUASI TIPE
EMULSI
• Meramalkan tipe emulsi :
1) jenis emulgator;- larut dalam air (M/A)
- larut dlm minyak (A/M)
- HLB (8-16 → M/A), 3-8 → A/M
2) proporsi masing-masing fase
- fase lebih banyak cenderung mjd fase luar (M/A)
- A/M lebih mudah mengalami inversi fase
cont.- air-mineral oil- sorbiton monooleat (air<40% mjd A/M)
- kadar air 20-30% terbtk emulsa A/M jika fs air di(+)kan dlm
fs minyak
- campuran 2 fase jk dicampur cenderung M/A (air>10%)
3) Viskositas
Viskositas fase yang lebih tinggi, cenderung mjd fase luar
EVALUASI TIPE
EMULSI
Tes Observasi Keterangan
1. Pengenceran Encerkan dgn fase luar Hanya utk emulsi cair
2. Zat warna Larut air, memberi warna pd Terganggu bila emulg.
emulsa M/A dan sebaliknya Ionik
(mikroskop)
3. Fluoresecensi M = terfluors. dgn UV Tdk selalu berhasil (unt.
M/A = totol M yg tdk berfluoresensi)
A/M = menyeluruh
4. CoCl2/kertas sar Kert.saring jenuh CoCl2, Bila emulsa tdk stabil; el
ing keringkan → biru (A/M) ektrolit →breaking→
pink (M/A) gagal
5. Konduktivitas M/A → aliran listrik (+) Terganggu bila emulg
dan sebaliknya ator non ionik dan seb
aliknya
EMULSI

Jenis Emulsi dan Alat Deteksi:


1) Uji Pengenceran:
- emulsi o/w dapat diencerkan dengan air.
- emulsi w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2) 2) Uji Konduktivitas:
Air fase kontinu > Minyak fase kontinu
EMULSIONS

3) Uji Kelarutan Warna


-zat warna yang larut dalam air akan
larut dalam fase air.
-pewarna larut minyak akan larut
dalam fase minyak.
EVALUASI LAIN

• ESTETIKA
• PENETAPAN KADAR
• SIFAT ALIR
• BOBOT JENIS
• UKURAN PARTIKEL
• PIT (PHASE INVERSION TEMPERATURE)
Hubungan antara penyerapan dan
distribusi obat dalam emulsi O/W
Skema hubungan antara penyerapan dan distribusi obat dalam emulsi o/w.
O, M, F : obat dalam tetesan minyak, misel dan fase air
panah berkepala dua : persaingan antar negara
Metode dua tahap perumusan
emulsi ganda W/O/W
Stabilitas
beberapa emulsi
Proses pemecahan yang
mungkin terjadi dalam
beberapa emulsi. (W/o/w)

a : penggabungan beberapa
tetes dengan tetes minyak
lainnya
b, c, d, e : pengeluaran tetesan
internal tunggal
f, g : ekslusi lebih banyak
dari satu tetesan internal
h, j : penggabungan tetesan
internal sebelum
dikeluarkan (i, k)
l, m, n : penyusutan internal
droplet karena difusi air
Kemungkinan interaksi A,
B, dan C antara fase
dalam beberapa emulsi.
(S: surfactant film )
Diagram fase skema yang menunjukkan wilayah
mikroemulsi dalam kesetimbangan dengan fase minyak dan
air berlebih.
Diagram fase skema yang menunjukkan keseimbangan antara misel
air-dalam-minyak dan fase air dan kosurfaktan berlebih
Struktur asosiasi
amfifil seperti
surfaktan dan
lipid dalam air.
(a) Amfil rantai ganda dan rantai tunggal.
(b) Bolaamphiphiles dan agregat berat molekulnya yang tinggi.
FORMULA

R/ Menthol 0.04 gram


Stearic acid 2.4 gram
Cetyl alcohol 1.2 gram
Woolfat 0.8 gram
Liq. Petrolatum 4.0 ml
Triaethanolamin 1.2 ml
Aqua dest 32 ml
R/ Hydrous wool fat 20.0 gram
Stearic acid 2.0 gram
Light liquid petrolatum10.0 ml
Triaethanolamin 0.8 ml
Rose Water qs ad 100.0 ml
R/ Cetyl alkohol 5%
Arlacel 165 5%
Sorbitol solution 5%
Water 85%

R/ Castor oil 42,0 ml


Span 80 6.3 ml
Tween 80 (0,67% sol) 38.7 ml

Anda mungkin juga menyukai