M.Si., Apt Emulsi EMULSI Merup. Suatu sistem yg tdk stabil secara termodinamika yg mengandung paling sedikit dua fase cair yg tdk bercampur, dmn satu diantaranya didispersikan sbg bola- bola dalam fase cair yg lain.
(Penstabil : Zat Pengemulsi)
• Ukuran partikel terdispersi 0,1 – 100 mm • Partikel terdispersi diameter kurang dari ¼ panjang gelombang cahaya tampak sehingga transparan pada mata KOMPONEN EMULSI • Fase dalam (internal) • Fase luar ( eksternal) • Emulsifiying agent (emulgator) Pengawetan Emulsi Sifat bahan yg digunakan dalam emulsi mudah di tumbuhi mikroba, perlu penambahan zat preservative/pengawet. Syarat pengawet yang digunakan adalah : - Toksisitas rendah - Stabil (panas dlm penyimpanan) - Dapat bercampur dg bahan lain - Efektive sbg antimikroba - Bersifat sbg antioksidan Sifat Rheologi Emulsi • Rheologi emulsi tergantung pada konsentrasi • Viskositas emulsi dipengaruhi o/ zat pengemulsi. • Perubahan rheologi akan mempengaruhi kestabilan emulsi • Perub. Viskositas mempengaruhi pengendapan dan terjadinya bentuk cream Faktor yg mempengaruhi sifat alir emulsi
1. Fase internal : fraksi volume, interaksi
partikel ( flokulasi, koalesensi), ukuran partikel, viskositas fase internal, jenis kimia. 2. Fase ekstern : adanya bahan pengental, bahan elektrolit, pH 3. Emulgator : konsentrasi, sifat kimia, ketebalan dan sifat rheologi Keuntungan Sediaan Emulsi • Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi. • Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal. Keuntungan Sediaan Emulsi • Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada dibandingkan dengan sediaan lain. • Rasa dan bau yg tidak menyenangkan bisa tertutupi • Cream minyak dalam air dapat cepat dioleskan diatas kulit dicampur dengan eksudat air dan bisa dihilangkan dg pencucian Kerugian Sediaan Emulsi • Pembuatan yg kurang benar bisa mengganggu bioavalabilitas obat Tujuan Pembuatan Emulsi • Meningkatkan kelarutan • Meningkatkan stabilitas • Memperbaiki penampilan • Menutupi rasa tidak enak METODE PEMBUATAN EMULSI • Metode Gom Kering • Metode Gom Basah • Metode botol • Metode Penyabunan In Situ (Sabun Kalsium, Sabun lunak, pengemulsi sintetik) METODE GOM KERING • Atau metode continental/metode 4:2:1 dibuat dg jumlah komposisi myk ½, Air 1/2., emulgator ¼. gom di dispersikan kedalam minyak
+ kan air, audk dg cepat corpus emulsi
METODE GOM BASAH • Atau metode Inggris, dg pembuatan mucilago dg perbandingan 4:2:1 (minyak:air:emulgator) • Emulgator mucilago + air + minyak aduk dg cepat METODE BOTOL • Metode Forbes, digunakan untuk bahan yg mudah menguap dan minyak2 dg kekentalan rendah. • Merup variasi M.Gom basah + kering, dikocok dg kuat + fase luar • Emulgator ¼ dari jumlah minyak + air sesuai jumlah minyak, kocok + sisa fase luar M. Penyabunan In Situ ( Sabun Kalsium)
• Emulsi tipe a/m (minyak sayur dan
air jeruk) dalam jumlah yg sama dikocok kuat, + kan emulgator ( kalsium oleat) M. Penyabunan In Situ ( Sabun Lunak) • Basis dilarutkan dalam fase air + asam lemak dlm fase minyak • Bahan dilelehkan dg dibagi dlm 2 beker gelas panaskan sampai temperatur sama fase eksternal + kan ke fase internal, aduk M Penyabunan In Situ (pengemulsi sintetik) • Menggunakan sabun lunak, emulgator + pada fase yg mudah melarut • Perbandingan emulgator 2-5% • Menggunakan alat homogenizer Faktor Penting Emulsifikasi • Polidispersi pengadukan fase terdispersi • Energi antarmuka 2 fase yg tdk bercampur ketidakstabilan stabilitator antarmuka • Bahan peningkat viskositas dpt mengurangi kecepatan penggabungan globul terdispersi • Dibentuk 2 fase stabilitasi dg fase emulgator (multi emulsi o/w/o, w/o/w) • Energi bebas permukaan koalescen (penggabungan globul) Sistem Emulsi Khusus Tipe emulsi: a. Tipe o/w b. Tipe w/o c. Tipe emulsi ganda w/o/w d. Tipe emulsi ganda o/w/o PERISTIWA KETIDAKSTABILAN EMULSI • Flokulasi dan Creaming • Penggabungan dan Pemecahan • Lain2 ( peristiwa kimia fisika, inversi) Flokulasi dan Creaming Terjadi karena penggabungan partikel yg disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan. Flokulasi ad. peristiwa terbentuknya kelompok- kelompok globul yang posisinya tidak beraturan didalam emulsi. Creaming ad. peristiwa terjadinya lapisan- lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda didalam emulsi. Penggabungan dan Pemecahan/ Koalesense dan Demulsifikasi • Peristiwa ini terjadi tidak semata- mata disebabkan oleh energi bebas permukaan, tetapi juga disebabkan oleh ketidaksempurnaan pelapisan globul dan tidak dapat diperbaiki melalui pengocokan. • Peristiwa kimia : Pe+ an alkohol, Perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 • Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pengadukan • Inversi : berubahnya tipe emulsi secara tiba2 mjd tipe lain dan bersifat irreversible PENENTUAN TIPE EMULSI • Uji pengenceran : metode ini berdasarkan bahwa suatu emulsi m/a dapat di encerkan dengan air dan emulsi a/m dengan minyak • Uji konduktivitas (Uji Hantar Listrik) untuk melihat fase pendispersi adalah air • Uji kelarutan warna : pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi. Sementara zat warna larut minyak akan larut dalam fase minyak. Ex. Biru metilen PENENTUAN TIPE EMULSI • Tes fluoresensi : emulsi a/m dalam lampu flouresensi di bwh mikroskop menunjukkan flourosensi, jika m/a flouresensi berbintik. • Metode kertas saring/CoCl2 ; kertas saring dijenuhkan dg CoCl2 dan dikeringkan. Warna biru merah muda (emulsi tipe m/a) FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI STABILITAS EMULSI • Tegangan antarmuka rendah • Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka • Tolakkan listrik double layer • Relatifitas phase pendispersi kecil • Viskositas tinggi EMULGATOR DIKELOMPOKKAN MJD:
1. Anionik : sabun alkali, Na- lauril sulfat
2. Kationik : seny amonium kuarterner 3. Nonionik : tween dan Span 4. Amfoter : protein, lesitin, kasein, FARMASI FISIK ‘n DESIGN PRODUK OBAT PENDAHULUAN • Obat sediaan padat mengalami tahap pelepasan (disintegrasi deagregasi disolusi)
• Disolusi obat merupakan tahap awal pada
proses absorbsi obat • Laju disolusi menyatakan jumlah senyawa obat terlarut persatuan waktu pada kondisi antar muka cair/padat, suhu, komposisi pelarut • Absorbsi bahan obat tergantung pada pelepasan senyawa dr sediaan, disolusi senyawa obat in vivo, permeabilitas senyawa obat mll GIT DISOLUSI OBAT • ad suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat KONSEP DISOLUSI • Disolusi mengacu pada proses ketika fase padat (tablet/serbuk) masuk ke dalam fase larutan (air.) • Ketika obat melarut, partikel padat memisah dan molekul bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan tersebut • Disolusi obat merup. proses ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke dalam fase larutan menghasilkan larutan • Tablet disintegrasi granul deagregasi partikel halus disolusi obat dalam larutan absorbsi obat dalam darah/jaringan Penentuan kecepatan proses disolusi melibatkan: • Zat aktif • Karakteristik fisik sediaan • Proses pembasahan sediaan • Kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan • Proses pengembangan • Proses disintegrasi • Degradasi sediaa FAKTOR2 YG MEMPENGARUHI DISOLUSI
• Suhu (tinggi memperbesar kelarutan)
• Viskositas • pH (basa lemah mudah larut pd suasana basa, asam lemah mudah larut pd suasana asam) • Ukuran partikel • Polimorfisme (ex. kristal metastabil lbh mdh larut dr pd bentuk stabilnya) • Sifat permukaan zat FAKTOR YG MEMPENGARUHI LAJU DISOLUSI • Sifat fisikokimia obat (ex.kelarutan) • Formulasi (pemilihan eksipien) • Prosesing (metode pembuatan, waktu pencampuran eksipien, tekanan kompresi) • Kemasan dan cara penyimpanan (kandungan kelembapan granul, sensitivitas eksipen thd kelembapan) • Alat disolusi dan parameter pengujian • Media disolusi Faktor Formulasi • Bahan tambahan pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat • Bahan tambahan mempengaruhi tegangan muka antara medium n bahan obat. • Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob (magnesium stearat) menaikkan tegangan antar muka obat dg medium disolusi. • Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk kompleks dg bahan obat (kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin) jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh terhadap jumlah obat yang diabsorpsi SIFAT FISIKA KIMIA OBAT • Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. • Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. • Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. • Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. SIFAT FISIKA KIMIA OBAT • Obat berbentuk garam lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa bebas. • Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. • Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal (Shargel dan Yu, 1999). DESIGN PRODUK FARMASI • Pengembangan formula • Rancangan bentuk sediaan • Rute pemberian obat • Biofarmasetika • Pertimbangan penting dalam merancang sediaan farmasi Istilah Formulasi Obat • Zat aktif : seny. Yg memiliki efek farmakologi di dlm organisme (alami, sintetik, tanaman, hewan, hormon, mineral)
• Eksipien : membantu zat aktif mengawetkan
dan mengatur aksinya, tdk menimbukan efek samping, tdk mengurangi aksi obat) KEBUTUHAN UNTUK BENTUK SEDIAAN • Melindungi zat aktif dari pengaruh yg merusak ( ex. Oksigen/kelembapan) • Melindungi zat aktif thd pengaruh asam lambung (obat PO : salut enterik) • Menutupi rasa pahit, asin, bau, (kapsul, tablet salut,sirup + perasa) • Sediaan cair dari zat yg tdk larut/tdk stabil dlm pembawa KEBUTUHAN UNTUK BENTUK SEDIAAN • Obat topical melengkapi kerja obat yg optimum dr tempat pemberian • Penempatan obat yg pas dalam lubang badan • Penempatan obat secara langsung ke dalam aliran darah/jaringan tubuh (parenteral) • Memberikan kerja obat yg optimum mll inhalasi Aplikasi Sediaan/SPO • Oral tablet, kapsul, larutan, sirup, eliksir, suspensi, gel, puyer/bubuk/serbuk • Sublingual tablet, trokhisi • Parenteral larutan, suspensi, mikroemulsi/nanoemulsi • Epikutan/transdermal salep, krim, pasta, plester, bubuk/sernbuk, aerosol, lotion, pacth transdermal, gel Aplikasi Sediaan/SPO • Konjungtival salep, krim • Intraokular larutan, suspensi • Intranasal larutan, semprot, inhalasi, salep • Intrarespiratori aerosol • Rektal larutan, salep, suppo • Vagina larutan, salep, emulsi, tablet, ovula • Uretral larutan, suppo Pertimbangan Terapeutik dlm Rancangan Bentuk Sediaan • Umur pasien • Cara pemberian obat • Dosis obat • Komponen formulasi yg akan digunakan • Interaksi antar senyawa • Sifat fisikokimia (kelarutan, kecepatan disolusi, koefisien partisi antara barier lipid dan air, stabilitas/penguraian)