Anda di halaman 1dari 31

Emulsi dan Peranannya

dalam Kehidupan
Oleh :

Agung Setiawan
Arini Fastabikuni Khairan
Dila Nurfitriani
Fahmi Juwono
Maya Ulfah
Ratu Wulansari Fajriyah

Kelas : XI IPA-1
Definisi
Emulsi merupakan jenis koloid
dengan fase terdispersinya berupa
fase cair dengan medium
pendispersinya bisa berupa zat
padat, cair, ataupun gas.
Komponen Emulsi

Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat didalam emulsi


Komponen Tambahan
Komponen tambahan yang sering
ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.




Bahan Pengemulsi
Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam
tanpa proses yang rumit.

Digolongkan menjadi 3, antara lain:
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
2. Emulgator alam dari hewan
3. Emulgator alam dari tanah mineral

Jenis Emulsi


Berdasarkan medium pendispersinya
emulsi dibedakan menjadi :
Emulsi gas (aerosol cair )

Emulsi cair

Emulsi padat




Tipe Emulsi


1.Emulsi A/M yaitu butiran butiran air
terdispersi dalam minyak
Ciri-ciri :
- Di dalam misel terdapat fase air
- Minyak sebagai pengemulsi
- Air sebagai yang teremulsi
2.Emulsi M/A yaitu butiran butiran minyak
terdispersi dalam air
Ciri-ciri :
- Di dalam misel terdapat fase lipid
- Air sebagai pengemulsi
- Minyak yang teremulsi




Emulsi A/M
Emulsi M/A
Mekanisme Secara Kimia dan Fisika
Mekanisme secara kimia

Mekanisme secara kimia dapat dijelaskan
pada emulsi air dan minyak. Air dan minyak
dapat bercampur membentuk emulsi cair
apabila suatu pengemulsi ditambahkan, karena
kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam
minyak dan dispersi minyak dalam air,
sehingga emulgator yang digunakan harus
dapat larut dalam air maupun minyak.
Mekanisme Secara Fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk
karena adanya pemasukan tenaga
misalnya dengan cara pengadukan.
Dengan adanya pengadukan maka fase
terdispersinya akan tersebar merata ke
dalam medium pendispersinya.

Teori dan Persamaan
Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan
dengan teori klasik (Maxwell)










Dalam sistem koloid akan terjadi peningkatan dielektrika,
salah satu model untuk menentukan konstanta dieletrika tipe
emulsi adalah:
Tipe M/A




Tipe A/M


Dimana dan s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi
dan statis.T waktu tenggang dan luas pendistribusian, serta
adalah komponen polarisasi.

Stabilitas Emulsi
Stabilitas emulsi adalah sifat emulsi
tanpa adanya koalesen dari fase intern,
kriming dan terjaganya rupa yang baik,
bau, warna dan sifat-sifat fisis yang
lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
emulsi adalah sebagai berikut :

1) Perbedaan berat jenis antara kedua fase,
2) Kohesi fase terdispersi,
3) Persentase padatan didalam emulsi.
4) Temperatur luar yang ekstrim,
5) Ukuran butiran fase terdispersi,
6) Viskositas fase kontinyu.
7) Muatan fase terdispersi,
8) Distribusi ukuran butiran fase terdispersi.
9) Tegangan interfasial antara kedua fase
Analisa Sifat Fisik Emulsi

1. Stabilitas relatif emulsi

Dasar teori stabilitas emulsi adalah keseimbangan antara gaya
tolak dan gaya tarik menarik yang bekerja dalam sistem.

Kestabilan koloid ini disebabkan karena adanya gerak emulsi.
Meskipun telah sampai ke dasar wadah, partikel koloid dapat naik
kembali dan terus bergerak dalam mediumnya. Penyebab lainnya
karena umumnya partikel koloid mengadsorpsi ion.

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami creaming, koaleser
dan eracking.

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami creaming,
koaleser dan eracking.

Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua
lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers
lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-
lahan akan terdispersi kembali,

Koaleser dan eracking (breaking) yaitu pecahnya
emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan
butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat
terjadi karena peristiwa kimia, seperti penambahan
alkohol, perubahan pH, serta peristiwa fisika. Seperti
pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan
2. Ukuran partikel

Ukuran dari partikel ini tergantung dari tipe dan
konsentrasi dari pengemulsi, perlakuan mekanik seperti
penggunaan koloid mill, homogenizer, cara dan waktu
penyimpanan produk.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat
gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan suspensi zat padat
3. Viskositas

Viskositas emulsi dipengaruhi oleh
perubahan komposisi adanya hubungan
linear antara viskositas emulsi dan
viskositas fase kontinyu, makin besar
volume fase dalam, makin besar pula
viskositas nyatanya.
Pengujian Tipe Emulsi
Test Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa
suatu emulsi akan bercampur dengan
yang menjadi fase luarnya. Misalnya
suatu emulsi tipe O/W, maka emulsi ini
akan mudah diencerkan dengan
penabahan air. Begitu pula sebaliknya
dengan tipe W/O.



Test Kelarutan Pewarna
Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse
pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase
luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna
yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada
emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut
minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi
tipe W/O.

Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-
tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase
internal dan fase eksternal
Test Konduktivitas Elektrik
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair
mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat
menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu
system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut
tipe O/W, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe W/O.


Test Fluorosensi
Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar
sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar
ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh
daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah W/O, jika emulsi
tipe O/W, maka fluorosensi hanya berupa noda.

Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
a. Metode gom kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1.
Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak
dengan jumlah volume air dan jumlah emulgator.
Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian emulgator.


b. Metode gom basah
Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air

c. Metode botol

Disebut pula metode Forbes. Metode ini digunakan
untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-
minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini
merupakan variasi dari metode gom kering atau
metode gom basah.
Penerapan Emulsi dalam Kehidupan
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari

Salah satu contoh penerapan emulsi dalam
kehidupan sehari-hari adalah penggunaan
detergen untuk mencuci pakaian, dimana
detergen merupakan suatu emulgator yang akan
menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan
air.
Penerapan dalam Bidang Industri

Dalam bidang industri salah satu sistem
emulsi yang digunakan adalah industri saus
salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan
minyak. Sistem koloid ini dikenal dengan nama
mayonnaise . Selain itu emulsi juga digunakan
dalam pembuatan susu, keju, lateks, dan
margarine.

Contoh Produk Hasil Emulsi
1. Mayonnaise
2. Keju




3. Susu
4. Margarine

Anda mungkin juga menyukai