Anda di halaman 1dari 61

RECTA OLIVIA UMBORO, M.SC., APT.

TEHKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID, 2017


FARMASI,UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
UMBOROOLIVIA@GMAIL.COM

EMULSI
ApERsEpsI
Pendahuluan
 Emulsi

MILK
ELmugeo

Farmasi Perancis:
Emulsi Vera:
Emulsi spuria
Biji2an
Tragacanth
Air Olium Anisi, olivarum
Protein (E) Kuning telur
Definisi
 Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok.
 Sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2
fase cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian
besar dari emulsi konvensional dalam farmasi
memiliki ukuran partikel terdispersi dalam diameter
dari 0,1 sampai 100 mm.
 Suatu campuran yang tidak stabil secara
termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang
tidak saling bercampur.
 Sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling
bercampur. Salah satunya tersuspensi
dengan bantuan emulgatorkeseluruh partikel
lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0.2 – 50 m.
 Sistem yang tidak stabil secara termodinamika
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak
bercampur satu diantaranya terdispersi sebagai
globul-globul (fase pendispersi) dalam fase cair
lainnya (fase kontinyu) distabilkan dengan adanya
bahan pengemulsi/emulgator.
 Sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan
dalam sistem dispersi, yang satu terdispersi sangat
halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
dimantapkan dengan zat pengemulsi.
 Suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri
daribulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi
ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.
 sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak
bercampur, satu diantaranya terdispersi secara
seragam sebagai globul.
 Suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua
fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah
satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-
100 mm, yang distabilkan dengan
emulgator/surfaktan yang cocok.
Alasan Penggunaan Emulsi
• Untuk membuat formulasi tunggal yang
komponen penyusunnya tidak dapat
bercampur,misal : pembuatan lotion atau
cream
• Untuk mengontrol flavour
• Untuk mengatur kondisi fisik produk, seperti
tekstur dan tingkat kekentalannya
• Untuk menekan biaya produksi
• Mengurangi resiko penggunaan bahan
beracun,misalnya sebagai bahan
pencampur insektisida digunakan air
Komponen Emulsi

Komponen
Emulsi

Dasar Tambahan
Komponen Dasar
1.Fase Dispers or Fase Internal or Fase Diskontinyu:
Zat cair yang terbagi menjadi butiran kecil
kedalam zat cair lain.
2.Fase Kontinyu or Fase Eksternal or Fase Luar:
zat cair yang berfungsi sebagai bahan
pendukung dari emulsi.
3.Emulgator
zat penstabil emulsi.
Komponen Tambahan
 Corigen Saporis
ex. Saccharosa, sirop simplek
 Corigen Odoris
ex.ol.rosarum,ol methae
 Corigen Coloris
Ex.caramel
 Preservativ
ex. Metil dan propil Paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol
 Antioksidant
Ex. Asam askorbat, asam sitrat, propil gallat dan
asam gallat.
Tipe Emulsi
Tipe A/M or W/O: Tipe M/A or O/W:
 Air sbg fase  Minyak sbg f.internal
internal.  Air sbg f.eksternal
 Minyaksbg fase  Air >31-41%
eksternal.
 Dapat diencerkan
 Air 10-25%. dengan air.
 Diencerkan dengan  Dicuci dengan air
minyak.
 Bersifat Polar
 Larut dalam minyak.
 Sulit dicuci dengan
air
minyak minyak

air air

Emulsi Temporer
Cara Membedakan:
1.Pengenceran Tetesan (Dilusi)
O/W (Air);W/O(Minyak)
2.Kelarutan Pewarna
O/W(Metilen Blue/Amaranth);W/O (SudanIII)
3.Creaming Test (arah pembentukan krim)
Pemisahan Emulsi
4.Konduktifitas
Elektroda dicelup kedalam cairan emulsi
5.Metode Penyerapan
Digunakan kertas filter yang berdasarkan sifat kapilaritas
air yang lebih tinggi daripada minyak, misal CoCl2
6. Test Fluorosensi
Menggunakan lampu Uv
Macam Emulsi
 Oral
 Topikal
 Injeksi
Sifat Fisik Emulsi
 Penampakan:
Dipengaruhi oleh ukuran pertikel emulsi
dan perbedaan indeks bias antara fase
terdispersidan medium terdispersi. Pada
prinsipnya emulsi yang tampak jernih
hanya mungkin terbentuk bila indeks bias
kedua fasenya sama atau ukuran partikel
terdispersinya lebih kecil dari panjang
gelombang cahaya sehingga terjadi
refraksi.
 Viskositas
Semakin tinggi viskositas dan persentase
medium disperse, maka makin tinggi
viskositas emulsi. Demikian juga semakin
kecil ukuran partikel suatu emulsi, maka
semakin tinggi viskositasnya dan makian
tinggi konsentrasi emulsifier/stabilizer
yang digunakan.
Faktor2 yang mempengaruhi viskositas:
 viskositas medium dispersi

 Persentase volume medium dispersi

 Ukuran partikel fase terdispersi dan jenis serta

konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan


 Dispersibilitas dan Daya Emulsi:
Ditentukan oleh medium dispersinya. Bila
medium dispersinya air, maka emulsinya
dapat diencerkan dengan air.
Medium dispersinya lemak, maka
emulsinya dapat dilarutkan dengan
minyak.
 Ukuran Partkel Emulsi
Tergantung pada peralatan mekanis dan
total energy yang diperlukan pada waktu
pembuatannya.
Perbedaan vikositas antara fase
terdispersi dan medium disperse.
Tipe dan konsentrasi emulsifier yang
digunakan serta lama penyimpanan.
Teori Terjadinya Emulsi
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface
Tension).
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented
Wedge).
3. Teori Interparsial Film.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik
ganda)
Pembentukan emulsi
oil in water water in oil
emulsion emulsion

Diagram

Simbol oil/water o/w Water/oil w/o


terasa greasy, dapat
penghantar listrik,
terencerkan dengan
Karakteristik dapat terencerkan
minyak atau pelarut
dengan air
(solven)
Contoh susu margarine
Teori Tegangan Permukaan (Surface
Tension)
 Terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
 Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin
susah untuk bercampur.
 Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-
senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan
penambahan senyawa organik tertentu antara lain
sabun.
 Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan
emulgator akan menurunkan dan menghilangkan
tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.
Tegangan antarmuka

Dalam bentuk Antarmuka cair- Ketika terbentuk


curah cair emulsi
Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented
Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi
dua kelompok yakni :
 Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari
emulgator yang suka pada air.
 Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka
pada minyak.
Teori Interparsial Film
 Emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers.
 Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha
antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
 Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi,
syarat emulgator yang dipakai adalah :
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.

 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan


partikel fase dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan
dapat menutup semua permukaan partikel dengan
segera.
 Protein dan gum membentuk film di
permukan butiran teremulsi yang
mencegah terjadinya coalescence
Teori Electric Double Layer (lapisan
listrik ganda)
 Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang
langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
bermuatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya.
 Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak
dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap
usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan
penggabungan menjadi satu molekul besar.
 Susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel
minyak mempunyai susunan yang sama.
 Antara sesama partikel akan tolak menolak dan
stabilitas emulsi akan bertambah.
Interaksi ionik

Interaksi netto antara partikel yang


terdispersi adalah jumlah dari:
gaya tarik van der Waals
dan
gaya tolak elektrostatik

Bila gara tarik > gaya tolak  tidak stabil

Bila gara tarik < gaya tolak  stabil


Muatan Listrik Terjadi:
 Ionisasi dari molekul pada permukaan

partikel.
 Absorpsi ion oleh partikel dari cairan

disekitarnya.
 Gesekan partikel dengan cairan
disekitarnya.
Cara Pembuatan
 Metode Gom Kering atau Metode
continental
 Metode Gom Basah atau Metode Inggris
 Metode Botol atau Metode Botol Forbes
 Metode Penyabunan In situ
Metode Gom Kering atau Metode Continental

 Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang


akan dipakai berupa cairan atau harus
dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti
kuning telur dan metilselulosa.
 Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu
dibuat mucilago yang kental dengan sedikit
air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit
dengan pengadukan yang kuat.
 Ditambahkan sisa air dan minyak secara
bergantian sambil diaduk sampai volume
yang diinginkan.
Metode Gom Basah atau Metode Inggris

 Teknik ini merupakan suatu metode


kontinental pada pemakaian zat pengemulsi
berupa gom kering.
 Cara ini diawali dengan membuat korpus
emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak,
2 bagian air dan 1 bagian gom.
 Digerus sampai terbentuk suatu korpus
emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan
yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.
Metode Botol atau Metode Botol Forbes

 Digunakan untuk minyak menguap dan zat-


zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah (kurang kental).
 Serbuk gom dimasukkan kedalam botol
kering, ditambahkan 2 bagian air, botol
ditutup, kemudian campuran tersebut
dikocok dengan kuat.
 Tambahkan sedikit demi sedikit sambil
dikocok.
Metode Penyabunan In situ

 Sabun Kalsium
 Sabun Lunak
 Pengemulsi Sintetik
Destabilisasi Emulsi
 Sistem emulsi dapat di-destabilisasi
melalui mekanisme berikut:
Creaming
Flocculation
Coalescence
Ostwald Ripening
Creaming
 Selama penyimpanan, adanya perbedaan densitas
antara minyak dan air, terdapat kecenderungan
fase minyak untuk terkonsentrasi di atas sistem
emulsi
Creaming
 Bila ada perbedaan densitas,
maka dua fase dalam emulsi
cenderung akan memisah
 Minyak lebih kecil densitasnya
(~ 0.8) dibandingkan dengan
air (1.0 )
 Buoyancy force (Hukum
Archimedes)
 Friction force (Hukum Stokes)
 Gerakan dari droplet <1
mm/hari, tidak terjadi
creaming
Polydisperse vs Monodisperse
Flocculation
 Proses dimana dua atau lebih droplet
saling menempel tanpa kehilangan
identitas
Coalescence
 Proses ketika dua atau lebih droplet
bergabung dan membentuk droplet
yang lebih besar
Ostwald Ripening
 Terjadi pada emulsi dimana droplet
bertabrakan dengan yang lain dan
membentuk droplet yang lebih besar dan
yang lebih kecil
 Droplet berukuran kecil cenderung menjadi
makin kecil
Penyimpanan
Emulsi
 Brownian Movement

 Terjadi tabrakan antar partikel (jutaan

tabrakan tiap detiknya)


 Terjadi interaksi antar ingredien

 Partikel terkenai gaya gravitasi sepanjang

waktu
Sedimentasi bahan padatan dan creaming

Creaming

Sediment
Nasib Partikel dalam emulsi:
 Globula lemak: flocculation and creaming
 Bahan padatan (mis : garam mineral):
Sedimentasi
 Ineteraksi makromolekul
Bagaimana cara memperoleh kondisi emulsi
yang stabil ?

 Perlu tahu ukuran dan densitas partikel (misal:


globula lemak, garam mineral and partikel
coklat) dalam emulsi
 Gunakan kondisi homogenisasi yang optimum
untuk memperoleh ukuran partikel terkecil
(akan dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis
protein pengemulsinya and surfaktan dengan
berat molekul rendah, jika digunakan)
 Gunakan kombinasi hidrokoloid (stabilizer)
yang sesuai untuk memodifikasi viskositas
emulsi
Stabilizer
 Emulsi bisa distabilkan dengan meningkatkan viskositas
fase kontinyu
 Gelatin dan gum mampu meningkatkan viskositas fase air
sehingga bisa menstabilkan emulsi o/w
 Stabilizer juga mengikat air dan mengurangi aktivitasnya
pada fase kontinyu, sehingga interfacial tension menurun
dan menghasilkan emulsi yang stabil
Emulsifiers atau Surfactants

komponen yang berada di


permukaan antara dua cairan tak
bercampur, dapat menurunkan
tegangan permukaan antar fase dan
memfasilitasi pembentukan sebuah
emulsi.
Emulsifiers

 Molekul aktif permukaan


 Terdiri dari bagian suka-air hidrofilik
dan suka-minyak lipofilik
 Menurunkan tegangan permukaan
 Orientate at oil/water or air/water
interface
 Berinteraksi dengan ingredients lain
(seperti pati, protein)
Emulsifier
Surface active agent

HDROFILIK (suIka- LIPOFILIK (suka-minyak)


air)

Fat/Oils, Fatty Acids


Asam Organik Polyols

Lemak sapi
Asetat Gliserol Lemak babi
Laktat Poligliserol Kelapa sawit
Sitrat Propylene glycol
Kedelai
Tartarat Sorbitol
Bunga matahari
Sukrosa Lain-lain
Pemilihan Emulsifier

 Sistem HLB (hydrophilic-lipophilic


balance)
 HLB : 1 s/d 50
 HLB > 10 berarti lebih hydrophilic
 HLB < 10 berarti lebih lipophilic
 HLB 4 s/d 6 sesuai untuk emulsi w/o
 HLB 8 s/d 18 sesuai untuk emulsi o/w
Pemilihan Emulsifier

 Sistem PIT (phase


inversion temperature)
 Bila suhu meningkat
maka gaya hidrofobik
menjadi makin kuat
 Emulsifier yang mudah
larut dalam air pada suhu
rendah bisa menjadi lebih
larut dalam minyak bila
suhu dinaikkan
 Nilai PIT berkorelasi
dengan HLB dan
stabilitas emulsi
Contoh Emulsifier

 Molekul kecil
 Mono dan digliserida
 Sucrose esters
 Sorbitan esters
 Polysorbates (Tween)
 Stearoyl lactylates
 Lecithin
 Molekul besar
 Protein (bovine serum albumin, laktoglobulin,
ovalbumin)
Sorbitan ester

 Yang diijinkan untuk


makanan hanyalah
sorbitan monostearate
 Diperoleh dari reaksi
sorbitol dan asam
stearat
 Dikenal dengan nama
komesial SPAN 60
 HLB 4,7
Sucrose esters
 Mono-, di-, dan tri- ester sukrosa dan asam lemak
 Biasanya memiliki HLB 7 s/d 13
 Mono-ester HLB > 16 untuk emulsi o/w
 Di-ester sesuai untuk emulsi w/o
 Tri-ester HLB ~ 1
Mono- dan Digliserida
 Sangat lipophilic, HLB 1 s/d 10
 Diperoleh dari transesterifikasi gliserol dan
triasilgliserida
 Digunakan pada produk bakery, frozen desserts,
icings, topping, dan peanut butter
Lecithin

 Amphipilic emulsifier
 Campuran phospholipid
 Diperoleh secara
komersial dari kedelai
 Bisa dimodifikasi untuk
mendapatkan kisaran
HLB yang lebar
 Digunakan pada bakery,
chocolate, confectionery
products
EMULSI YANG BAIK
 Stabil Dalam penyimpanan
 Tidak mudah terbentuk agregat
 Dengan pengocokan dapatkembali membentuk
emulsi
EVALUASI EMULSI
 Organoleptis
 Volume Terpindahkan
 Penentuan viskositaas
 Daya hantar listrik
 Metode pengenceran
 Metode percobaan cincin
 Metode warna
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai