Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM X

EMULSIFIKASI

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan
dalam pembuatan emulsi.
2. Membuat meulsi dengan menggunakan eulgator golongan surfaktan.
3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.
4. Menentukan HLB Butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan
emulsi.

DASAR TEORI
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak
bercampur, dimana satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola
dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat
pengemulsi. Baik fase terdispers atau fase kontinu bisa berkisar dalam
konsistensi dari suatu cairan mobil sampai suatu massa setengah padat
(semisolid). Jadi sitem emulsi berkisar dari cairan (lotio) yang mempunyai
viskositas relatif rendah sampai salep atau krim, yang merupakan
semisolid. Diameter partikel dari fase terdispers umumnya berkisar 0,1 –
10 mm, walaupun partikel sekecil 0,01 mm dan sebesar 100 mm bukan
tidak biasa dalam beberapa sediaan.
Tidak ada teori emulsifikasi yang umum, karena emulsi dapat dibuat
dengan menggunakan beberapa tipe zat pengemulsi yang masing-masing
berbeda bergantung pada cara kerjanya dengan prinsip yang berbeda
untuk mencapai suatu produk yang stabil. Zat pengemulsi bisa dibagi
menjadi 3 golongan sebagai berikut : :
1. Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada
antarmuka minyak/air membentuk lapisan monomolekular dan
mengurangi tegangan antarmuka.
2. Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekular
sekitar tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam suatu emulsi
o/w.
3. Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorpsi pada
batas antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan
membentuk suatu lapisan partikel di sekitar bola-bola terdispersi.
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 : Emulsi yang mempunyai
fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”.
Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar
minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi „a/m”.
Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak
dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat
dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase
ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent).
Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi
dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah
padat).
1) Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari
emulsi adalah inversi fase, yang dapat membantu atau merusak
dalam teknologi emulsi, inversi fase meliputi perubahan tipe emulsi
dari o/w menjadi w/o atau sebaliknya. Begitu terjadi inversi fase
setelah pembuatan, secara logis hal ini dapat dipertimbangkan
sebagai suatu pertanda dari ketidakstabilan.
Dari pertimbangan-pertimbangan ini, ketidakstabilan dari emulsi
farmasi bisa digolongkang sebagai berikut:
2) Flokulasi dan creaming.
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok
globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming
adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan dengan
konsentrasi paling pekat akan berada di sebelah atas atau bawah
tergantung dari bobot jenis.
3) Penggabungan (Koalesen) dan pemecahan (Deemulsifikasi)
Creaming harus dilihat secara terpisah dari pemisahan, karena
creaming merupakan suatu proses bolak-balik, sedangkan
pemecahan merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa
didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat terbentuk kembali
suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi yang membentuk
krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi
oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi
pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali
bola-bola tersebut dalam suatu bentuk emulsi yang stabil, karena
lapisan partikel-partikel tersebut telah dirusak dan minyak
cenderung untuk bergabung. Telah dilakukan suatu usaha yang
dapat dipertimbangkan untuk mempelajari ketidakstabilan
pemecahan.
4) Kestabilan Emulsi
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti
minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka
keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah
dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka
dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga
kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem
dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der
Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan
lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan
menstabilkan dispersi koloid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
a. Tegangan antar muka rendah
b. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
c. Tolakkan listrik double layer
d. Relatifitas phase pendispersi kecil
e. Viskositas tinggi

ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN :


ALAT : gelas kimia, gelas ukur, cawan porselin, pengaduk elektrik,
termometer, penangas.
BAHAN : air suling, Tween, spam, parafin.

PROSEDUR KERJA
R/ parafin cair 20 %
Tween 80
Span 80
Air add 100 gram
Dibuat HLB butuh 11 (4%), HLB 12 (5%), dan HLB 13 (6%)
1. Hitung berat tween dan span berdasarkan HLB butuh
2. Timbang tween 80 dalam gelas kimia dan span 80 dalam cawan
porselin sesuai dengan perhitungan untuk membuat emulsi dengan
HLB butuh 11, 12 dan 13.
3. Masukkan air suling ke dalam gelas kimia yang berisi Tween 80 yang
telah ditimbang dengan HLB butuh 11 lalu panaskan pada penangas
air sampai mencapai suhu 60oC (dinyatakan sebagai fase air)
4. Timbangan parafin cair sesuai perhitungan dan masukkan ke dalam
cawan porselin yang berisi span, kemudiaan panaskan hingga 60 oC
diatas penangas air (dinyatakan sebagai fase minyak).
5. Setelah kedua fase mencapai suhu 60o C pemanasan dihentikan, lalu
kedua fase dicampurkan dengan menuang fase minyak kedalam fase
air lalu diaduk dengan mixer secara intermitten shaking
(berselang) selama 1 menit dan istirahat 20 detik, hingga 5 kali.
6. Masukkan hasil ke dalam gelas ukur
7. Cara yang sama dilakukkan untuk HLB butuh 12 dan HLB butuh 13
8. Pengamatan dilakukkan selama 5 hari.
CATATAN :

Anda mungkin juga menyukai