Anda di halaman 1dari 11

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DI BIDANG KESEHATAN
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Begitu pentingnya,
sehingga sering dikatakan bahwa kesehatan bukan segala-galanya, tetapi tanpa
kesehatan segala-galanya tidak bermakna. Setelah lebih dari 60 tahun merdeka,
kondisi kesehatan di Indonesia belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Dalam
Laporan Kesehatan Dunia (World Health Report) yang diterbitkan WHO pada tahun
2001, derajat kesehatan masyarakat Indonesia dilaporkan jauh tertinggal dari negara-
negara Asia lainnya, seperti Thayland, Malaysia, Brunei Darussalam, India, China,
bahkan masih jauh di bawah negara miskin seperti Srilanka. Dengan menggunakan
indikator “umur harapan hidup”, WHO meletakkan derajat kesehatan Indonesia pada
peringkat 103 dari 109 negara.

Gagasan hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia terus berkembang
baik dalam hukum nasional maupun hukum intenasional. Dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan dinyatakan, “Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal”.
Sementara itu dalam Hukum Internasional telah dikembangkan berbagai instrumen
Hak Asasi Manusia, antara lain Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights) yang ditetapkan pada tahun 1966. Dalam Pasal 12 ayat (1) Kovenan tersebut
dinyatakan bahwa: “setiap orang mempunyai hak untuk menikmati standar tertinggi
yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental”.
Pemerintah memiliki peranan untuk melaksanakan fungsi pelayanan
dan pengaturan warga negara, termasuk pelayanan kesehatan. Untuk
mengimplementasikan fungsi tersebut pemerintah melakukan aktivitas
pelayanan, pengaturan, pembinaan, koordinasi dan pembangunan dalam
berbagai bidang. Pelayanan disediakan pada berbagai lembaga institusi
pemerintah dengan aparat sebagai pemberi pelayanan secara langsung kepada
masyarakat.

Salah satu hak pasien yang utama adalah hak untuk menentukan
nasibnya sendiri (the right to self determination), yang merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Hak menentukan nasibnya sendiri berarti hak memilih
dokter, perawat dan sarana kesehatannya dan hak untuk menerima, menolak
atau menghentikan pengobatan atau perawatan atas dirinya, tentu saja setelah
menerima informasi yang lengkap mengenai keadaan kesehatan atau
penyakitnya.
PENGERTIAN HAK ATAS KESEHATAN

Sejak kesehatan diakui sebagai salah satu hak asasi manusia, dalam penerapannya
terdapat berbagai pengertian. Hal tersebut tidak terlepas dari pengertian ”kesehatan”.
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam Pasal 4 Undang-undang itu ditegaskan
bahwa “setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal”, sedangkan Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan bahwa
“setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Dalam kepustakaan kesehatan, terdapat berbagai istilah yang digunakan untuk
menyebut hak asasi manusia di bidang kesehatan, seperti “hak asasi atas kesehatan”
(Human Right to Health), atau “hak atas kesehatan”(Right to Health), atau “hak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal” (The Right to Attainable Standard To
Health). Hukum berkepentingan bukan pada istilah, melainkan pada makna yang
terkandung dalam istilah tersebut.
KESEHATAN SEBAGAI KEWAJIBAN ASASI

Dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, terdapat


ketentuan yang menyatakan bahwa, ”Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya.” Ketentuan tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah memelihata dan
meningkat-kan derajat kesehatan sebagai suatu hak asasi manusia juga sekaligus
merupakan kewajiban asasi manusia?.
Rumusan “berkewajiban untuk ikut serta” sama dengan “wajib ikut serta”, seperti
yang terdapat dalam Pasal 30 UUD 45, atau apakah ikut serta yang dimaksud sama
dengan “peran serta”, seperti yang dimaksud dalam Pasal 71 Undang-undang tersebut.
Pasal 71 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan, bahwa
“Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan beserta sumber dayanya.” Adapun yang dimaksud dengan upaya kesehatan
adalah pemeliharaan, pening-katan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuh-an penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Jadi kewajiban
ikut serta tersebut tidak sama dengan “peran serta” karena “ikut serta” hanya berkenaan
dengan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Demikian pula apabila hendak dikategorikan sebagai kewajiban asasi manusia,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hak kesehatan yang sekaligus kewajiban, yaitu:
• pemeliharaan kesehatan
• peningkatan derajat kesehatan.
2. Hak kesehatan, yaitu:
• pencegaan penyakit
• penyembuhan
• pemulihan kesehatan.

Beberapa ahli hukum berpendapat adanya “kewajiban asasi manusia” di


samping “hak asasi manusia”. Muladi misalnya, memandang pengaturan hak asasi
manusia dalam UUD 45 masih terdapat kekurangan yang cukup memprihatinkan
karena “tanggung jawab asasi manusia” (Human Responsibility) tidak dirumuskan
dalam UUD 1945. Masih dalam kerangka kewajiban asasi ini, kiranya dapat dikaji
hasil; InterAction Council, yakni suatu lembaga yang anggota-anggotanya adalah
mantan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan yang diakui PBB, yang secara cerdas
telah merumuskan apa yang dinamakan sebagai ‘Universal Declaration of Human
Responsibilities’. Di sini tercakup apa yang dinamakan Asas-asas Fundamental
dari Tanggungjawab Asasi Manusia yaitu: Non Violence, Justice and Solidarity,
Truthfulness and Tolerance dan Mutual Respect and Partnership.
PELAKSANAAN HAM DI BIDANG
KESEHATAN

Pemerintah sangat bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan, serta menjamin


standar mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian sangat jelaslah bahwa dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan pemerintah sangat peduli dengan adanya ketentuan-
ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
maka hak-hak pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan tersebut dapat terlindungi.
Dalam pelayanan kesehatan terdapat aturan yang telah dibuat dan mendapat izin dari
pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu :
1. Pasal 30 ayat (1) : Fasilitas Pelayanan Kesehatan, menurut jenis pelanyanannya terdiri
Pelayanan Kesehatan Perseorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
2. Pasal 30 ayat (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagamana dimaksud pada ayat (1)
meliputi : Pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan
pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
3. Pasal 30 ayat (3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah dan swasta.
4. Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
5. Pasal 28 B ayat (1) : Setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
6. Pasal 28 B ayat (2) : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
7. Pasal 28 H ayat (1) : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
8. Pasal 28 H ayat (3) : Setiap orang berhak atas jaminan social yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
Kewajiban Pemerintah dalam Merealisasikan Hak Atas Kesehatan sebagai HAM

Pemerintah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan


penyelenggaraan upaya kesehatan dan masyarakat dapat berperan serta. Dalam rangka pengawasan
pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan dan/atau sarana
kesehatan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan UU No. 36 Tahun 2009. Kewajiban-
kewajiban hukum pemerintah tersebut masih kurang jelas ruang lingkupnya.
Solusi yang ditawarkan oleh teori hukum dalam situasi vage normen yaitu interpretasi. Salah satu
metode interpretasi untuk menjelaskan kewajiban-kewajiban pemerintah yakni interpretasi sistematis
yaitu interpretasi dengan jalan mengaitkan, kewajiban-kewajiban tersebut dengan ketentuan-ketentuan
yang ada dalam berbagai produk aturan hukum positif atau peraturan perundang-undangan yang relevan
sehingga kemudian menjadi jelas apa sesungguhnya ruang lingkup kewajiban pemerintah mengatur,
membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam teori hukum administrasi,
kewajiban-kewajiban tersebut merupakan bagian interen dari tugas mengatur pemerintah dalam rangka
melindungi rakyat/warga negara, secara khusus di sini melindungi dari bahaya yang dapat
merugikan/mengancam kesehatannya.
Dengan tidak mengurangi prinsip non-diskriminasi dalam rangka perlindungan dan penghormatan
HAM, Pasal 41 dan 42 UU No. 39 Tahun 1999 memberikan pengaturan tentang perlakuan khusus bagi
kelompokkelompok rentan antara lain: penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil dan
anak-anak. Ketentuan ini disemangati oleh suatu pemikiran bahwa pengaturan tentang perlakuan khusus
adalah untuk memastikan bahwa kelompok-kelompok rentan dalam masyarakat tidak didiskriminasikan
dalam menikmati haknya memperoleh layanan dan perlindungan kesehatan. Sedasar dengan itu, dalam
UU No. 39 Tahun 1999 juga terdapat ketentuan tentang perlindungan terhadap hak kesehatan reproduksi
Dengan tidak mengurangi prinsip non-diskriminasi dalam rangka
perlindungan dan penghormatan HAM, Pasal 41 dan 42 UU No. 39 Tahun 1999
memberikan pengaturan tentang perlakuan khusus bagi kelompokkelompok
rentan antara lain: penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil
dan anak-anak. Ketentuan ini disemangati oleh suatu pemikiran bahwa
pengaturan tentang perlakuan khusus adalah untuk memastikan bahwa
kelompok-kelompok rentan dalam masyarakat tidak didiskriminasikan dalam
menikmati haknya memperoleh layanan dan perlindungan kesehatan. Sedasar
dengan itu, dalam UU No. 39 Tahun 1999 juga terdapat ketentuan tentang
perlindungan terhadap hak kesehatan reproduksi bagi wanita (Pasal 49) dan
hak-hak kesehatan anak (Pasal 62).
Hukum hak asasi manusia internasional mengacu pada taraf kesehatan
tertinggi yang dapat dicapai sebagai sasaran atas jaminan hak-hak kesehatan. 11
Hak-hak sosial sebagai induk/genus dari hak atas kesehatan diatur secara
khusus dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) dan
International Covenant on Economic, social and Culture Rights (ICESCR).
Hak Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Ditinjau Dari HAM

Masyarakat sebagai pasien berhak memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai
standar pelayanan yang ada, dimana rumah sakit adalah penyelenggara pelayanan publik. Hak-
hak masyarakat seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik.
Rumah sakit mempunyai misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugasnya
adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna, dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu,
Untuk memenuhi kebutuhan itu rumah sakit umum perlu mempunyai fungsi pelayanan medis,
penunjang medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, rujukan, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika manajerial yang
tinggi pula. Manajer di rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu fungsi klinis dan fungsi
manajerial. Fungsi klinis adalah menjamin mutu (mutu pelayanan) dengan baik. Produk
pelayanan harus dapat memuaskan pasien dan juga dokter yang meminta tindakan itu dilakukan
pada pasiennya. Untuk itu diperlukan adanya kualitas teknis pemeriksaan dan pengobatan yang
baik. Kunci keberhasilan suatu pelayanan yang baik adalah dengan melakukan secara baik,
secara terus-menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai