NPM: 09402111012
Jaminan pengakuan hak atas kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari beberapa instrumen
sebagai berikut :
a. Instrumen Internasional
4. Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD)
. 5. Pasal 11, 12 dan 14 Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women
(Women’s Convention)
. 6. Pasal 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (Torture Convention, or CAT
b. Instrumen Nasional
. 4. UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
hubungan antara HAM dan Kesehatan merupakan akibat tidak terpenuhi atau gagalnya pemerintah
dalam memenuhi kewajibannya. Sementara itu, lingkaran atas erat kaitannya dengan hak atas
kesehatan yang terlanggar oleh praktik-praktik kekerasan, yang menjadi bagian dari pelanggaran hak
sipil dan politik. Untuk lingkaran kiri bawah menggambarkan hubungan antara HAM dan Kesehatan yang
Sementara itu juga terdapat beberapa aspek yang tidak dapat diarahkan secara sendiri dalam hubungan
antara Negara dan Individu. Secara khusus, kesehatan yang baik tidaklah dapat dijamin oleh Negara, dan
tidak juga Negara menyediakan perlindungan terhadap setiap kemungkinan penyebab penyakit
manusia. Oleh karena itu, faktor genetik, kerentanan individu terhadap penyakit dan adopsi gaya hidup
yang tidak sehat atau beresiko, mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kesehatan
seseorang. Sehingga, Hak Atas Kesehatan harus dipahami sebagai hak atas pemenuhan berbagai
fasilitas, pelayanan dan kondisi-kondisi yang penting bagi terealisasinya standar kesehatan yang
Hak atas Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 25 yang menyebutkan bahwa setiap orang
berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri dan
keluarganya. Melihat pentingnya hal tersebut, Komnas HAM melalui bagian Pengkajian dan
Hak atas Kesetahan dinyatakan pula di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28H. “Di
dalam kontitusi kita pasal 28 H no. 3 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Inilah
yang menjadi dasar mengapa hak atas kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia”
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mengatur tanggung jawab negara baik
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang harus dijalankan, meliputi:
a. Merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat;
b. Ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya;
c. Ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya;
e. Memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan
; f. Ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau;
g. Pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya
kesehatan perorangan
Berdasarkan kerangka hukum UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sumber daya di
bidang kesehatan yang harus disediakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah adalah anggaran,
tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan fasilitas pelayanan dan
teknologi kesehatan. Pemerintah daerah berpartisipasi dalam penyediaan layanan kesehatan yang
dilakukan melalui penyediaan tenaga kesehatan, rumah sakit daerah, puskesmas, dll. Pemerintah
membiayai penyediaan layanan tersebut melalui anggaran daerah (APBD). Untuk dapat mengakses
layanan kesehatan tersebut, pada umumnya masyarakat dikenakan pungutan retribusi jasa layanan
kesehatan.
Konsepsi tanggungjawab negara dalam pemenuhan hak atas kesehatan merupakan hak hukum positif
karena itu pemerintah wajib sebagai personifikasi negara untuk memenuhi hak kesehatan warga negara.
Pengabaian hak atas kesehatan masyarakat berupa pengingkaran terhadap perlindungan dan
penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang layak merupakan pelanggaran terhadap konstitusi.
Kesehatan adalah hak fundamental setiap manusia, karena itu setiap individu, keluarga, dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. Pemerintah bertanggung jawab mengatur
dan melindungi hak atas kesehatan masyarakat secara optimal. Tanggung jawab pemerintah dalam
pemenuhan hak atas kesehatan diwujudkan dalam bentuk penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan
yang layak, serta mudah diakses oleh masyarakat.