BLOK NEUROPSIKIATRI
OLEH: KELOMPOK 2
Ummul Zahra Fadlilah (09402111004)
Ikwan Ardiansah (09402111008)
Dwi Indri Safitri (09402111012)
Nabila Fauziyah A (09402111016)
Emardianto Saputra (09402111020)
Nindi Tari (09402111025)
Nindya Imaniar Ilham (09402111029)
Siti Masita Mutha’aliyah (09402111033)
Sundari Ummu Kulsum (09402111037)
Putri Khumairah Indah M. S (09402111041)
Muhammad Edward Iskandariah (09402111045)
Mutiara Arum (09402111049)
Syahnaz Maghfirah B. Abdal (09402111053)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
PRAKTIKUM 1
Alat yang digunakan dalam pengukuran lingkar lengan atas adalah olecranon
Untuk Pria:
Untuk Wanita:
Skenario 1
Ny. S, dirawat karena penurunan kesadaran akibat Stroke Hemoragik. Dari pemeriksaan
antropometri didapatkan LLA 30 cm, TLK 30 mm
Skenario 2.
Tn. K, 35 tahun datang ke poliklinik ortopedi setelah sebelumnya dirawat seminggu yang lalu
akibat terjatuh dari pohon. Saat ini beliau belum dapat berdiri karena di kaki kirinya
terpasang gips. Dari pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 27 cm, TLK 17 mm
Tentukan:
Disfagia atau Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan
adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus.
Keluhan ini akan bermanifestasi bila terdapat gangguan gerakan-gerakan pada otot menelan
dan gangguan transportasi makanan dari mulut ke lambung. Beberapa keluhan lain yang dapat
menyertai keluhan sulit menelan adalah nyeri waktu menelan (odinofagia), rasa terbakar di
leher hingga dada, rasa mual dan muntah. Penyebab disfagia umum lainnya adalah kanker
kepala dan leher, kehilangan gigi, xerostomia, dan kelemahan otot laring.
Disfagia atau gangguan menelan terjadi 45%-55% pada kasus stroke akut, komplikasi
yang dapat terjadi adalah resiko aspirasi. Resiko pneumonia akan fatal akibatnya jika
penanganan disfagia yang tidak adekuat atau pemberian makanan tidak memperhitungkan
adanya resiko disfagia. Semua pasien stroke harus diperlakukan sebagai pasien dengan
gangguan menelan sampai terbukti tidak ada. Menilai kemampuan menelan penderita, untuk
menentukan apakah dapat diberikan makanan per oral atau dengan NGT (nasogastric tube).
Disfagia dapat diketahui dari tanda-tanda berikut :
1. Hipersalivasi
2. Batuk ketika sedang makan
3. Tidak dapat menyedot minuman
4. Makanan tetap berada di mulut
5. Gag refleks yang negative
6. Infeksi kronik pada saluran napas atas
Kemungkinan gangguan menelan harus diperhitungkan pada semua kasus stroke mulai
kasus yang ringan sampai dengan kesadaran menurun, kelumpuhan berat dan ataksia truncal,
disfasia hemineglek dan hemianopia, usia tua, kegelisahan, paresis diafragma, kontrol batuk
yang jelas terganggu, suara serak, bicara berat, adanya infeksi paru, dan sensasi faring yang
berkurang
Skenario 1.
Seorang pria berusia 59 tahun dirawat di rumah sakit sejak 3 hari yang lalu dengan diagnosis
laringitis TB. Selama dirawat di rumah sakit pasien selalu tersedak ketika diberikan makan
oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan asupan makan pasien menjadi menurun. Setelah
dilakukan pemeriksaan antropometri, diketahui berat badan saat ini adalah 55 kg dan tinggi
badan pasien adalah 170 cm, serta lingkar lengan atas pasien adalah 20 cm. Dan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital adalah Tekanan darah 130/60 mmHg, Nadi 88x per menit,
frekuensi napas 22x per menit dan suhu badan 37,5 ◦ C.
Skenario 2.
Wanita 40 tahun di rawat di IRD rumah sakit sejak 20 jam yang lalu dengan kelemahan tungkai
di sisi kanan. Dari hasil pengukuran lingkar lengan atas pasien adalah 18,4 cm dan tebal lipatan
kulit dari hasil penghitungan adalah 12,0 mm. Dari hasil anamnesis, suami pasien menyatakan
istrinya tersebut tidak dapat menyedot minuman dan apabila makan, makanan tersebut tetap
berada dalam mulutnya. Pasien juga sering mengalami batuk disertai lendir berwarna
kehijauan.
Tentukan :
Tujuan Pemberian diet rendah garam adalah Membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
23
Persentase Na dalam NaCl = x 100% = 39,6% = ± 40%
58
Wahyu 29 tahun di diagnosis hipertensi dengan Tekanan darah 139/85 mmHg. Dokter
memberikan terapi diet dengan memberikan diet rendah garam III. Pemberian 1/3 sdt garam
dapur diperbolehkan untuk diet ini. Tentukan kadar Natrium dalam pemberian diet tersebut :
23
Skenario 1
Ny. T berusia 40 tahun didiagnosis hipertensi dengan tekanan darah 150/90 mmHg.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diketahui tinggi badan 160 cm dan berat badan
60 kg. Pasien rutin minum obat antihipertensi.
Setiap orang mempunyai kebutuhan zat gizi yang berbeda. Perempuan membutuhkan
energi yang sedikit lebih kecil dibanding dengan energi yang dibutuhkan oleh laki-laki. Begitu
juga dengan, seorang kuli bangunan tentu saja membutuhkan energi yang jauh lebih banyak
dibanding dengan mahasiswa atau seorang pegawai kantoran.
Menu makanan yang tepat yaitu yang memenuhi zat gizi sesuai yang dibutuhkan setiap
individu. Perlu diperhatikan bahwa, jumlah kalori yang sama belum tentu memiliki nilai gizi
yang sama. Sebagai contoh 1700 kkal bisa saja terdiri dari karbohidrat 1200 kkal, 300 kkal
lemak, dan sisanya protein dan mikronutrien lainnya. Tetapi, 1700 kkal juga bisa terdiri dari
1000 kkal karbohidrat, 500 kkal lemak, dan sisanya portein juga mikronutrien yang lain.
Menu makanan tepat terdiri dari zat gizi yanga adekuat. Karbohidrat 50-60% dari energi
total harian, protein sebanyak 15-20% dari energi total dengan 2/3 dari total protein adalah
protein nabati dan 1/3 sisanya adalah protein hewani, dan lemak 20-30% dari energi total.
Untuk menyusun menu yang tepat dan seimbang dibutuhkan beberapa langkah yaitu:
1. Menghitung IMT
2. Menghitung BEE
3. Menentukan Jenis aktivitas
4. Menghitung Kebutuhan Energi total harian
5. Menghitung Kebutuhan Karbohidrat
6. Menghitung Kebutuhan Lemak
7. Menghitung Kebutuhan Protein
Langkah 1, 2, dan 3 untuk menentukan kebutuhan energi total harian seseorang. Sedangkan
langkah-langkah yang selanjutnya digunakan untuk menyusun menu orang tersebut. Seperti
penjabaran sebelumnya, Karbohidrat, protein, dan lemak memiliki porsinya tersendiri. Nilai
karbohidrat yang tinggi dikarenakan karbohidrat adalah sumber energi utama yang digunakan.
Perlu diperhatikan, menyusun menu yang tepat dan seimbang dibuat kedalam tiga kali makanan
utama dan dua kali makanan selingan. Sehingga, energi total harian yang dibutuhkan oleh
seseorang nantinya akan dibagi sesuai porsinya masing- masing ke dalam jumlah lima kali
makan. Setiap jenis menu makanan yang disajikan tiap kali seseorang makan, juga akan
dihitung sehingga diharapkan menu yang dibuat benar-benar bisa memenuhi kebutuhan zat gizi
orang tersebut.Penentuan kebutuhan energi basal dapat menggunakan rumus Haris Benedict
dalam penentuan Kebutuhan Energi Basal (KEB) atau Basal Energy Expenditure dengan rumus
sebagai berikut :
BB = berat badan
TB = tinggi badan
U = usia
Tn. H, 52 tahun, baru keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu, setelah dirawat karena NHS
selama dua pekan. Saat ini pasien dapat makan dan minum lewat oral dengan baik. Berat
badan saat ini adalah 62 kg dan tinggi badan 162 cm. Tekanan darah 120/60 mmHg.
= 2,6244
=23,6 (normal)
Jadi ,karbohidrat 321 g ,protein hewani 71,3 g,protein nabati 35,7 g dan lemak
47,6 g
• Membagi jam makan yang Terdiri dari 3 kali makan berat dan 2 kali snack
1. Makan pagi 20%
Karbohidrat : 20% × 321 = 64,2 g
Protein hewani : 20% × 71,3=14,26 g
Protein nabati :20% × 35,7 = 7,14 g
Lemak : 20% × 47,6=9,52 g
Jadi menu makanannya adalah nasi 150 g (karbohidrat ±60 𝑔) , ikan belida 100g
(14,7protein hewani ± 𝑔) ) ,tempe gembus yogya 100 g (protein nabati 6,8 g) dan
lemak 9,52 g minyak zaitun ( lemak ±9,52 𝑔), sayur buncis ,buah semangka
2. Makan siang 30 %
Karbohidrat :30% × 321 =96,3 g
Protein hewani: 30% × 71,3=21,39g
Protein nabati :30% × 35,7 =10,71 g
Lemak : 30% × 47,6=14,28g
Jadi menu makanannya adalah nasi 200 g (karbohidrat ± 80 𝑔) , sup kentang 100 g
dan wortel (karbohidrat ±13,9 𝑔) ,ikan bandeng 100 (protein hewani ±20𝑔), tempe
gembus P3G (protein hewani 11 g) minyak zaitun 14,28 g (lemak ±14,28 𝑔), buah
semangka
3. Makam sore 25 %
Karbohirat : 25% × 321 = 80,25 g
Protein hewani: 25% × 71,3 =17,8 g
Protein nabati : 25% × 35,7 = 8,9 g
Lemak : 25% × 47,6= 11,9 g
Jadi menu makanannya adalah nasi 200 g (karbohidrat ±80𝑔), ikan beunteur 100
gram ( protein ±17 𝑔), tempe kacang belimbing 50 g (protein ±8,5𝑔 ) , minyak
zaitun 11, 9 (lemak ±11,9𝑔), sayur bayam , buah semangka
5. Snack sore 15 %
Karbohidrat : 15%× 321 = 48,14 g
Protein hewani : 15%×71,3 =10,6 g
Protein nabati :15% × 35,7=5,4 g
Lemak : 15%× 47,6 =7,14 g
Jadi menu makanannya jagung 150 g (karbohidrat 45 g ), telur puyuh 100 (protein 10
g) , tempe gembus P3G 100 g (protein 5 g),minyak zaitun 7 ,14 g (lemak 7,14 g)
PRAKTIKUM 5
Nutrisi Enteral adalah pemberian makanan dengan melalui pipa ke dalam traktus
gastrointestinal ketika intake makanan yang inadekuat. Pemberian makanan secara enteral
harus diberikan dalam konsistensi yang sesuai. Konsistensi makanan yang dibolehkan adalah
makanan cair dan makanan saring.
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih dalam
suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah yang bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada keadaan penyakit atau
jenis operasi yang dijalani. Tujuan diet dengan makanan ini adalah memberikan makanan
dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya
sedikit meninggalkan sisa serta mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus. Syarat
untuk diet ini adalah
Makanan cair penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau semicair pada suhu
ruangan dengan kandungan minimal dan tidak tembus pandang bila diletakkan dalam wadah
bening. Tujuan diet dengan konsistensi makanan ini adalah memberikan makanan dalam
bentuk cair dan setengah cair dalam memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan kerja saluran
cerna. Syarat diet adalah 1) tidak merangsang saluran cerna 2) bila diberikan lebih dari 3 hari
harus dapat memenuhi kebutuhan energi diet protein 3) kandungan energi minimal 1kkal/ml 4)
sebaiknya osmolaritas <400 mosmL
Makanan Cair Kental, adaah makanan yang mempunyai konsistensi kental atau
semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses menguyah dan mudah ditelan.
Menurut keadaan penyakit, makanan cair kental diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan makanan cair penuh ke makanan saring. Tujuan diet
makanan cair kental adalah memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses menguyah
dan mencegah terjadinya aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi. Indikasi pemberian makanan
cair kental adalah diberikan kepada pasien yang tidak mampu menguyah dan menelan, serta
untuk mencegah aspirasi (cairan masuk ke dalam saluran napas) seperti pada penyakit yang
disertai peradangan, ulkus peptikum atau gangguan struktural atau motorikpada rongga mulut.
Makanan cair kental dapat mempertahankan cairan tubuh. Syarat diet makanan cair kental
adalah
1. Rute Nasogastric
2. Rute Nasoduodenal
3. Rute Nasojejunal
1. Ekonomis
2. Memacu sekresi hormon pencernaan
3. Mencegah atrofi villi
4. Menghambat pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri
5. Tanpa resiko sepsis kateter dan flebitis.
Skenario
Seorang wanita 55 tahun dirawat di rumah sakit sejak 2 hari yang lalu karena cedera kepala
sedang. Hasil pemeriksaan fisis : GCS : E3M5V2. Tekanan darah : 145/85 mmHg. RR : 22
kali/menit. HR : 95 kali/menit. Suhu : 37,7°C. Dari pemeriksaan antropometri didapatkan
lingkar lengan atas 27 cm dan panjang badan 155 cm. Berat badan taksiran berdasarkan LLA
: 52 kg.