Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM GIZI KLINIK

BLOK NEUROPSIKIATRI

OLEH: KELOMPOK 2
Ummul Zahra Fadlilah (09402111004)
Ikwan Ardiansah (09402111008)
Dwi Indri Safitri (09402111012)
Nabila Fauziyah A (09402111016)
Emardianto Saputra (09402111020)
Nindi Tari (09402111025)
Nindya Imaniar Ilham (09402111029)
Siti Masita Mutha’aliyah (09402111033)
Sundari Ummu Kulsum (09402111037)
Putri Khumairah Indah M. S (09402111041)
Muhammad Edward Iskandariah (09402111045)
Mutiara Arum (09402111049)
Syahnaz Maghfirah B. Abdal (09402111053)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
PRAKTIKUM 1

PENILAIAN STATUS GIZI CARA ANTROPOMETRIK LINGKAR LENGAN ATAS


(LILA) DAN TEBAL LIPATAN KULIT PADA ORANG DEWASA

A. Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)


Cara Pengukuran lingkar lengan atas
1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon
2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon
3. Tentukan titik tengah
4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar lengan
5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar
6. Cara pembacaan skala yang benar

Syarat-syarat Pengukuran lingkar lengan Atas:

1. Lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif


2. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutupi kain atau pakaian
3. Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang
4. Alat ukur dalam keadaan baik (tidak kusut atau sudah dilipat- lipat permukaannya
tidak rata

Alat yang digunakan dalam pengukuran lingkar lengan atas adalah olecranon

Penilaian status gizi berdasarkan hasil pengukuran :

1. Hasil ukur LLA <23,5 cm = UNDERWEIGHT


2. Hasil ukur 23,5-32,0 cm = NORMAL
3. Hasil ukur LLA >32,0 cm = OBESITAS

B. Status Gizi Berdasarkan Tebal Lipatan Kulit (TLK)


Alat yang digunakan dalam pengukuran Tebal Lipatan Kulit adalah Skinfold Caliper.
Tempat yang paling sering digunakan dalam pengukuran status gizi ini adalah pada
biceps.
1. Lipatan kulit triceps: di daerah otot triceps pada titik tengah bagian posterior
lengan atas
2. Lipatan otot biceps: diukur sebagai lipatan vertikal pada titik tengah bagian
anterior lengan atas di daerah otot biceps
3. Lipatan kulit subscapular: lipatan vertikal dicubit tepat di bawah dan di sebelah
sudut hingga lateral inferior skapula dengan bahu dan lengan dalam keaadan rileks
4. Lipatan kulit suprailiaka: pada garis mid-aksilaris tepat di bawah krista iliaka yang
dicubit secara miring (serong)

Cara pengukuran tebal lipatan kulit:

1. Tentukan lokasi pengukuran yang akan diukur


2. Biarkan bagian yang akan diukur dalam kondisi rileks
3. Cubit lipatan kulit dengan menggunakan jari-jari dan ibu jari tangan serta otot
dibawahnya diperhatikan agar tidak terukur
4. Letakkan caliper pada daerah yang telah ditentukan tadi
5. Baca hasil pengukuran dalam caliper dengan satuan mm

Interpretasi dari hasil pengukuran dapat dilihat sebagai berikut:

Untuk Pria:

• < 12 mm dikategorikan UNDERNUTRITION


• > 20 mm dikategorikan OVERNUTRITION

Untuk Wanita:

• < 16.5 mm dikategorikan UNDERNUTRITION


• > 25 mm dikategorikan OVERNUTRITION

Skenario 1

Ny. S, dirawat karena penurunan kesadaran akibat Stroke Hemoragik. Dari pemeriksaan
antropometri didapatkan LLA 30 cm, TLK 30 mm
Skenario 2.

Tn. K, 35 tahun datang ke poliklinik ortopedi setelah sebelumnya dirawat seminggu yang lalu
akibat terjatuh dari pohon. Saat ini beliau belum dapat berdiri karena di kaki kirinya
terpasang gips. Dari pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 27 cm, TLK 17 mm

Tentukan:

1. Status Gizi dari hasil pengukuran TLK dan LLA


2. Alat yang digunakan untuk menentukan status gizi
• Pengukuran lingkar lengan atas kami menggunakan pita LLA sedangkan untuk
tebal lipatan kulit tidak kami lakukan karena alat Skinfold Caliper tidak
tersedia.

Isilah kolom dibawah ini

Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas

No Nama Mahasiswa Umur LLA Ukur Interpretasi

1 Emardianto Saputra 21 tahun 31,8 Normal

2 M. Edward Iskandariah 21 tahun 27 Normal

3 Ikwan Ardiansa 21 tahun 27 Normal


PRAKTIKUM 2

PENENTUAN KONDISI DISFAGIA PADA PASIEN NEUROPSIKIATRI

Disfagia atau Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan
adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus.
Keluhan ini akan bermanifestasi bila terdapat gangguan gerakan-gerakan pada otot menelan
dan gangguan transportasi makanan dari mulut ke lambung. Beberapa keluhan lain yang dapat
menyertai keluhan sulit menelan adalah nyeri waktu menelan (odinofagia), rasa terbakar di
leher hingga dada, rasa mual dan muntah. Penyebab disfagia umum lainnya adalah kanker
kepala dan leher, kehilangan gigi, xerostomia, dan kelemahan otot laring.

Untuk mengobati disfagia secara efektif, masalahnya harus diidentifikasi sebagai


penyumbatan mekanis atau gangguan neuromuskular, dan biasanya didiagnosis oleh ahli
patologi pidato. Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi menjadi dua bagian : Disfagia
mekanik, sumbatan rongga esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan, atau penekanan
dari luar. Sedangkan Disfagia motorik/neuromuskular, adanya kelainan pada system saraf yang
berperan dalam proses menelan. Disfagia motorik biasanya disebabkan oleh Gangguan
neuromuskular: seperti pada penyakit sistem saraf pusat seperti stroke, penyakit Parkinson,
saraf kranial palsy, atau bulbar palsy (misalnya, multiple sclerosis, penyakit motor neuron),
amyotrophic lateral sclerosis. Gangguan kontraktil seperti myasthenia gravis, oculopharyngeal
distrofi otot, dan lain-lain.

Disfagia atau gangguan menelan terjadi 45%-55% pada kasus stroke akut, komplikasi
yang dapat terjadi adalah resiko aspirasi. Resiko pneumonia akan fatal akibatnya jika
penanganan disfagia yang tidak adekuat atau pemberian makanan tidak memperhitungkan
adanya resiko disfagia. Semua pasien stroke harus diperlakukan sebagai pasien dengan
gangguan menelan sampai terbukti tidak ada. Menilai kemampuan menelan penderita, untuk
menentukan apakah dapat diberikan makanan per oral atau dengan NGT (nasogastric tube).
Disfagia dapat diketahui dari tanda-tanda berikut :

1. Hipersalivasi
2. Batuk ketika sedang makan
3. Tidak dapat menyedot minuman
4. Makanan tetap berada di mulut
5. Gag refleks yang negative
6. Infeksi kronik pada saluran napas atas
Kemungkinan gangguan menelan harus diperhitungkan pada semua kasus stroke mulai
kasus yang ringan sampai dengan kesadaran menurun, kelumpuhan berat dan ataksia truncal,
disfasia hemineglek dan hemianopia, usia tua, kegelisahan, paresis diafragma, kontrol batuk
yang jelas terganggu, suara serak, bicara berat, adanya infeksi paru, dan sensasi faring yang
berkurang

Skenario 1.

Seorang pria berusia 59 tahun dirawat di rumah sakit sejak 3 hari yang lalu dengan diagnosis
laringitis TB. Selama dirawat di rumah sakit pasien selalu tersedak ketika diberikan makan
oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan asupan makan pasien menjadi menurun. Setelah
dilakukan pemeriksaan antropometri, diketahui berat badan saat ini adalah 55 kg dan tinggi
badan pasien adalah 170 cm, serta lingkar lengan atas pasien adalah 20 cm. Dan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital adalah Tekanan darah 130/60 mmHg, Nadi 88x per menit,
frekuensi napas 22x per menit dan suhu badan 37,5 ◦ C.

Skenario 2.

Wanita 40 tahun di rawat di IRD rumah sakit sejak 20 jam yang lalu dengan kelemahan tungkai
di sisi kanan. Dari hasil pengukuran lingkar lengan atas pasien adalah 18,4 cm dan tebal lipatan
kulit dari hasil penghitungan adalah 12,0 mm. Dari hasil anamnesis, suami pasien menyatakan
istrinya tersebut tidak dapat menyedot minuman dan apabila makan, makanan tersebut tetap
berada dalam mulutnya. Pasien juga sering mengalami batuk disertai lendir berwarna
kehijauan.

Tentukan :

1. Tanda-tanda disfagia pada kondisi tersebut


• Skenario 1: Tersedak ketika daberikan makanan (disfagia mekanik)
• Skenario 2: tidak dapat menyedot minuman dan ketika makan, makanan
tertahan atau tetap berada didalam mulut (disfagia motorik)
2. Jelaskan mengapa kondisi tersebut dikategorikan disfagia
• Skenario 1: dikarenakan terjadi sumbatan pada rongga esofagus oleh adanya
massa, peradangan, penyempitan atau penekanan dari luar
• Skenario 2: dikarenakan terdapat kelainan pada system saraf yang berperan
dalam proses menelan makanan
PRAKTIKUM 3

DIET RENDAH GARAM

Tujuan Pemberian diet rendah garam adalah Membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Syarat pemberian diet rendah garam adalah :

1. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin


2. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
3. Jumlah Natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau
hipertensi.

Jenis Diet Rendah Garam

1. Diet Rendah Garam I


a. Jumlah Natrium : 200-400 mg
b. Pada Pasien yang mengalami Edema Berat, Asites Berat dan Hipertensi Berat
c. Tidak diperbolehkan penambahan garam dapur
2. Diet Rendah Garam II
a. Jumlah Natrium : 600-800 mg
b. Pada pasien dengan edema tidak terlalu berat, dan hipertensi tidak terlalu berat
c. Diperbolehkan penambahan ¼ sdt garam dapur
3. Diet Rendah Garam III
a. Jumlah Natrium 1000-1200 mg
b. Pasien dengan Hipertensi Ringan dan Edema Ringan
c. Diperbolehkan penambahan 1/3 sdt garam dapur

Penghitungan Kadar Natrium

NaCl: Na+ + Cl- (Na = 23 dan Cl=35) massa NaCl = 58

23
Persentase Na dalam NaCl = x 100% = 39,6% = ± 40%
58

Konversi mg -> mEq atau mEq -> mg :

mg x valensi = mEq x massa atom


Contoh Penghitungan Kadar Natrium.

Wahyu 29 tahun di diagnosis hipertensi dengan Tekanan darah 139/85 mmHg. Dokter
memberikan terapi diet dengan memberikan diet rendah garam III. Pemberian 1/3 sdt garam
dapur diperbolehkan untuk diet ini. Tentukan kadar Natrium dalam pemberian diet tersebut :

1 sdt = 5 g = 5000 mg NaCl

1/3 sdt = 1/3 x 5000 = 1666,6 mg NaCl

1666,6 x 40% = 666,6 mg Na

666,6 mg x 1 = 28,98 mEq Na

23

Skenario 1

Ny. T berusia 40 tahun didiagnosis hipertensi dengan tekanan darah 150/90 mmHg.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diketahui tinggi badan 160 cm dan berat badan
60 kg. Pasien rutin minum obat antihipertensi.

a. Berapa jumlah Na yang dapat direncanakan dalam diet pasien?


• Diet rendah garam yang disarankan adalah diet rendah garam II dengan
natrium sebanyak 600-800mg dan garam dapur sebanyak ¼ sdt.
b. Dengan menggunakan bahan makanan dari lampiran tabel, buatlah contoh menu
sehari yang mengandung jumlah Na yang sesuai dengan poin a di atas.
• Nasi + cumi-cumi +bayam
• Nasi + telu ayam ras + bayam + pisang ambon
• Bihun goreng instan + teluar + bayam merah
c. Berdasarkan lampiran tabel, tuliskan 5 bahan makanan yang diberikan dalam jumlah
terbatas dan 5 bahan makanan yang dapat diberikan dalam jumlah bebas pada pasien
tersebut
• Makanan terbatas: labu kuning, ati ayam segar, ikan bader, ikan bambangan
segar dan ikan bawal segar
• Makanan bebas: pisang ambon, bengkuang, Nangka masak pohon, langsat dan
ubi jalar
Skenario 2

Hitunglah jumlah Na dalam bahan yang ada di atas meja.

• 1 sdt = 5 g = 5000 mg NaCl


1/4 sdt = 1/4 x 5000 = 1.250 mg NaCl
1.250 x 40% = 500 mg Na
500 x 1 = 27,73 mEq Na
23
PRAKTIKUM 4

MENYUSUN MENU DIET

Setiap orang mempunyai kebutuhan zat gizi yang berbeda. Perempuan membutuhkan
energi yang sedikit lebih kecil dibanding dengan energi yang dibutuhkan oleh laki-laki. Begitu
juga dengan, seorang kuli bangunan tentu saja membutuhkan energi yang jauh lebih banyak
dibanding dengan mahasiswa atau seorang pegawai kantoran.

Menu makanan yang tepat yaitu yang memenuhi zat gizi sesuai yang dibutuhkan setiap
individu. Perlu diperhatikan bahwa, jumlah kalori yang sama belum tentu memiliki nilai gizi
yang sama. Sebagai contoh 1700 kkal bisa saja terdiri dari karbohidrat 1200 kkal, 300 kkal
lemak, dan sisanya protein dan mikronutrien lainnya. Tetapi, 1700 kkal juga bisa terdiri dari
1000 kkal karbohidrat, 500 kkal lemak, dan sisanya portein juga mikronutrien yang lain.

Menu makanan tepat terdiri dari zat gizi yanga adekuat. Karbohidrat 50-60% dari energi
total harian, protein sebanyak 15-20% dari energi total dengan 2/3 dari total protein adalah
protein nabati dan 1/3 sisanya adalah protein hewani, dan lemak 20-30% dari energi total.
Untuk menyusun menu yang tepat dan seimbang dibutuhkan beberapa langkah yaitu:

1. Menghitung IMT
2. Menghitung BEE
3. Menentukan Jenis aktivitas
4. Menghitung Kebutuhan Energi total harian
5. Menghitung Kebutuhan Karbohidrat
6. Menghitung Kebutuhan Lemak
7. Menghitung Kebutuhan Protein

Langkah 1, 2, dan 3 untuk menentukan kebutuhan energi total harian seseorang. Sedangkan
langkah-langkah yang selanjutnya digunakan untuk menyusun menu orang tersebut. Seperti
penjabaran sebelumnya, Karbohidrat, protein, dan lemak memiliki porsinya tersendiri. Nilai
karbohidrat yang tinggi dikarenakan karbohidrat adalah sumber energi utama yang digunakan.
Perlu diperhatikan, menyusun menu yang tepat dan seimbang dibuat kedalam tiga kali makanan
utama dan dua kali makanan selingan. Sehingga, energi total harian yang dibutuhkan oleh
seseorang nantinya akan dibagi sesuai porsinya masing- masing ke dalam jumlah lima kali
makan. Setiap jenis menu makanan yang disajikan tiap kali seseorang makan, juga akan
dihitung sehingga diharapkan menu yang dibuat benar-benar bisa memenuhi kebutuhan zat gizi
orang tersebut.Penentuan kebutuhan energi basal dapat menggunakan rumus Haris Benedict
dalam penentuan Kebutuhan Energi Basal (KEB) atau Basal Energy Expenditure dengan rumus
sebagai berikut :

Laki-laki : KEB = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

Perempuan : KEB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

BB = berat badan

TB = tinggi badan

U = usia

Setelah menentukan BEE dengan Rumus Harris Benedict, selanjutnya penghitungan


Kebutuhan Energi Total (KET) per hari atau Total Daily Expenditure) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

KET = KEB x Faktor Aktifitas x Faktor Stres

Faktor aktifitas : Faktor Stres :


- Rawat inap = 1,2 - Operasi ringan = 1,2
- Rawat jalan = 1,3 - Operasi ringan – sedang = 1,15-1,35
- Normal = 1,5-1,75
- Aktivitas berat = 2,0 - Operasi besar= 1,44
- Sepsis= 1,6-1,9
-Luka bakar berat= 2,1-2,5
Skenario

Tn. H, 52 tahun, baru keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu, setelah dirawat karena NHS
selama dua pekan. Saat ini pasien dapat makan dan minum lewat oral dengan baik. Berat
badan saat ini adalah 62 kg dan tinggi badan 162 cm. Tekanan darah 120/60 mmHg.

a. Hitunglah kebutuhan harian pasien sesuai langkah menyusun menu.


b. Susunlah menu makan pasien sesuai dengan hasil perhitungan di atas yang terdiri atas
3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan dengan menggunakan bahan
makanan berikut : nasi, jagung, kentang, ikan, telur ayam, tempe, kacang hijau,
wortel, buncis, bayam, semangka, alpukat, yogurt non fat, minyak zaitun (lihat Daftar
Bahan Makanan Penukar)
Jawab :
a. Dik :BB :62 Kg
TB :162 cm
U : 52 Tahun
Dit :-KET :..?
Penyel :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


IMT= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 (𝑚2 )
62
=1,62×1,62

= 2,6244
=23,6 (normal)

Laki-laki : KEB = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

KEB =66 + (13,7 x 52) + (5 x 162) – (6,8 x 52)


=66 + 849,4 + 810 - 353,6
=1.371,8 (1.372) kkal

KET = KEB x Faktor Aktifitas x Faktor Stres


= 1.372 × 1,3 × 1,2
=2.140,32 (2.140) kkal
Jadi, kebutuhan harial pasien adalah 2.140 kkal
b. Menyusun menu makan pasien
• Komposisi karbohidrat, protein dan lemak :
1.284 𝑘𝑘𝑎𝑙
1. Karbohidrat : 60 % × 2.140 = =321 g
4
428 𝑘𝑘𝑎𝑙
2. Protein :20% × 2.140 = =107 g
4
2
Protein hewani :3 ×107 = 71,3 g
1
Protein nabati :3 × 107 =35,7 g
428 𝑘𝑘𝑎𝑙
3. Lemak :20% × 2.140 = = 47,6 g
9

Jadi ,karbohidrat 321 g ,protein hewani 71,3 g,protein nabati 35,7 g dan lemak
47,6 g

• Membagi jam makan yang Terdiri dari 3 kali makan berat dan 2 kali snack
1. Makan pagi 20%
Karbohidrat : 20% × 321 = 64,2 g
Protein hewani : 20% × 71,3=14,26 g
Protein nabati :20% × 35,7 = 7,14 g
Lemak : 20% × 47,6=9,52 g
Jadi menu makanannya adalah nasi 150 g (karbohidrat ±60 𝑔) , ikan belida 100g
(14,7protein hewani ± 𝑔) ) ,tempe gembus yogya 100 g (protein nabati 6,8 g) dan
lemak 9,52 g minyak zaitun ( lemak ±9,52 𝑔), sayur buncis ,buah semangka

2. Makan siang 30 %
Karbohidrat :30% × 321 =96,3 g
Protein hewani: 30% × 71,3=21,39g
Protein nabati :30% × 35,7 =10,71 g
Lemak : 30% × 47,6=14,28g
Jadi menu makanannya adalah nasi 200 g (karbohidrat ± 80 𝑔) , sup kentang 100 g
dan wortel (karbohidrat ±13,9 𝑔) ,ikan bandeng 100 (protein hewani ±20𝑔), tempe
gembus P3G (protein hewani 11 g) minyak zaitun 14,28 g (lemak ±14,28 𝑔), buah
semangka

3. Makam sore 25 %
Karbohirat : 25% × 321 = 80,25 g
Protein hewani: 25% × 71,3 =17,8 g
Protein nabati : 25% × 35,7 = 8,9 g
Lemak : 25% × 47,6= 11,9 g
Jadi menu makanannya adalah nasi 200 g (karbohidrat ±80𝑔), ikan beunteur 100
gram ( protein ±17 𝑔), tempe kacang belimbing 50 g (protein ±8,5𝑔 ) , minyak
zaitun 11, 9 (lemak ±11,9𝑔), sayur bayam , buah semangka

4. Snack pagi 10%


Karbohidrat : 10% × 321 =32,1 g
Protein hewani: 10% × 71,3 =7,13 g
Protein nabati :10% × 35,7 = 3,57 g
Lemak : 10% × 47,6 =4,76 g
Jadi menu makanannya adalah jagung 100 g (protein ±30,3 𝑔), telur puyuh 70 gram (
protein ±7,5𝑔), tempe bongkrek 100 g (protein 3,5 g )susu kedelai 200 g
(lemak±5 𝑔)

5. Snack sore 15 %
Karbohidrat : 15%× 321 = 48,14 g
Protein hewani : 15%×71,3 =10,6 g
Protein nabati :15% × 35,7=5,4 g
Lemak : 15%× 47,6 =7,14 g
Jadi menu makanannya jagung 150 g (karbohidrat 45 g ), telur puyuh 100 (protein 10
g) , tempe gembus P3G 100 g (protein 5 g),minyak zaitun 7 ,14 g (lemak 7,14 g)
PRAKTIKUM 5

PEMBERIAN MAKANAN LEWAT PIPA / NUTRISI ENTERAL

Nutrisi Enteral adalah pemberian makanan dengan melalui pipa ke dalam traktus
gastrointestinal ketika intake makanan yang inadekuat. Pemberian makanan secara enteral
harus diberikan dalam konsistensi yang sesuai. Konsistensi makanan yang dibolehkan adalah
makanan cair dan makanan saring.

Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih dalam
suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah yang bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada keadaan penyakit atau
jenis operasi yang dijalani. Tujuan diet dengan makanan ini adalah memberikan makanan
dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya
sedikit meninggalkan sisa serta mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus. Syarat
untuk diet ini adalah

1) Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap,


2) Sangat rendah sisa
3) Diberikan hanya selama 1-2 hari
4) diberikan dalam porsi kecil dan sering. Indikasi pemberian makanan cair jernih
adalah pada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, keadaan mual dan
muntah dan sebagai makanan tahap awal pasca perdarahan saluran cerna
5) Makanan ini memiliki kandungan gizi yang sangat rendah karena hanya terdiri dari
karbohidrat saja. Contoh makanan ini adalah: teh, sari buah, sirup, air gula, kaldu
jernih serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang mengandung maltodekstrin.

Makanan cair penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau semicair pada suhu
ruangan dengan kandungan minimal dan tidak tembus pandang bila diletakkan dalam wadah
bening. Tujuan diet dengan konsistensi makanan ini adalah memberikan makanan dalam
bentuk cair dan setengah cair dalam memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan kerja saluran
cerna. Syarat diet adalah 1) tidak merangsang saluran cerna 2) bila diberikan lebih dari 3 hari
harus dapat memenuhi kebutuhan energi diet protein 3) kandungan energi minimal 1kkal/ml 4)
sebaiknya osmolaritas <400 mosmL

Makanan Cair Kental, adaah makanan yang mempunyai konsistensi kental atau
semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses menguyah dan mudah ditelan.
Menurut keadaan penyakit, makanan cair kental diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan makanan cair penuh ke makanan saring. Tujuan diet
makanan cair kental adalah memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses menguyah
dan mencegah terjadinya aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi. Indikasi pemberian makanan
cair kental adalah diberikan kepada pasien yang tidak mampu menguyah dan menelan, serta
untuk mencegah aspirasi (cairan masuk ke dalam saluran napas) seperti pada penyakit yang
disertai peradangan, ulkus peptikum atau gangguan struktural atau motorikpada rongga mulut.
Makanan cair kental dapat mempertahankan cairan tubuh. Syarat diet makanan cair kental
adalah

1) mudah ditelan dan tidak merangsang saluran cerna


2) cukup energi dan protein
3) diberikan bertahap menuju ke makanan lunak
4) porsi deiberikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam)

Indikasi pemberian Nutrisi Enteral (Makanan Lewat Pipa) adalah :

1. Gangguan penyerapan zat gizi contohnya pada penyakit Neurologik, HIV/AIDS


2. Ketidakmampuan mengomsumsi nutrisi cukup peroral contohnya Hiperemesis
gravidarum, Anorexia pada COPD
3. Gangguan pencernaan, metabolisme dan penyerapan contoh pada Chron Disease,
Severe gastroparesis
4. Pertumbuhan sel abnormal (Kanker)

Pemberian Nutrisi enteral/Makanan lewat pipa dapat diberikan secara :

1. Rute Nasogastric
2. Rute Nasoduodenal
3. Rute Nasojejunal

Syarat Pemberian Nutrisi Enteral :

1. Jumlah protein bervariasi 6-25% dari total kilokalori. (Casein, lactaalbumin)


2. Kandungan karbohidrat 30-85% total kilokalori
3. Kandungan lemak 15-55% total kalori
4. 85% cairan dalam 1 kkal/ml

Keuntungan Nutrisi Enteral :

1. Ekonomis
2. Memacu sekresi hormon pencernaan
3. Mencegah atrofi villi
4. Menghambat pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri
5. Tanpa resiko sepsis kateter dan flebitis.

Pembagian Makanan Lewat Pipa adalah sebagai berikut :

1. Makanan lewat Pipa I : 1500 kkal


2. Makanan Lewat Pipa II : 1700 kkal
3. Makanan Lewat Pipa III : 2000 kkal

Skenario

Seorang wanita 55 tahun dirawat di rumah sakit sejak 2 hari yang lalu karena cedera kepala
sedang. Hasil pemeriksaan fisis : GCS : E3M5V2. Tekanan darah : 145/85 mmHg. RR : 22
kali/menit. HR : 95 kali/menit. Suhu : 37,7°C. Dari pemeriksaan antropometri didapatkan
lingkar lengan atas 27 cm dan panjang badan 155 cm. Berat badan taksiran berdasarkan LLA
: 52 kg.

1. Tentukan kebutuhan harian dari pasien tersebut


52 𝑘𝑔
• IMT pasien: 1,55 𝑐𝑚 : 21,6 (Normal)

Kebutuhan harian pasien sebanyak 1700 kkal/hari


- Karbohidrat (60%) : 60% x 1700 kkal: 1020/4: 255gr
- Lemak (20%) : 20% x 1700 kkal: 340/9: 37,7 gr
- Protein (20%) :20% x 1700 kkal: 340/4: 85g

Makan pagi (20%)

- Karbohidrat : 20% x 255gr : 51gr


- Protein : 20% x 37,7 gr : 17 gr
- Lemak : 20% x 340gr : 7,54 gr

Makan siang (30%)

- Karbohidrat : 30% x 255gr : 76,5 gr


- Protein : 30% x 37,7 gr : 23,5 gr
- Lemak : 30% x 340gr : 11,31 gr

Makan malam (25%)

- Karbohidrat : 25% x 255gr : 63,75 gr


- Protein : 25% x 37,7 gr : 21, 75 gr
- Lemak : 25% x 340gr : 9, 425 gr
-
2. Jelaskan rute dan jenis diet yang diberikan pada pasien.
• Rute yang diberikan adalah nasogastric
• Jenis diet yang diberikan pada pasien adalah Makanan Cair Kental, karena
indikasi pemberian makanan cair kental untuk pasien yang tidak mampu
mengunyah dan menelan, pada skenario GCS untuk Verbal (respon verbal)
pasien skornya 2 dimana pada skoring gcs 2 pasien sudah masuk dalam
kategori tidak mampu berbicara lagi dengan jelas dan hanya mengerang

Anda mungkin juga menyukai