Anda di halaman 1dari 3

DD DEPRESI

Definisi

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur,
kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004.
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan
yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada
umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan.

(Sumber : Jurnal Kedokteran Universitas Diponegoro)

Epidemiologi

Gangguan depresi berat paling sering terjadi dengan pravelensi seumur hidup sekitar
15%. Penderita perempuan dapat mencapai 25%, sekitar 10% di perawatan primer
dan 15% di perawatan rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan pravelensi sekitar
2% dan usia remaja 5%.
Jenis kelamin. Perempuan dua kali lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormone, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan
perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.
Usia. Rata-rata usia sekitar 40 tahunan. Hamper 50% awitan diantara usia 20-50 tahun.
Gangguan depresi berat dapat timbul pada asa anak-anak atau lanjut usia. Data terkini
menunjukan gangguan depresi berat diusia kurang dan 20 tahun mungkin berhubungan
dengan meningkatnya pengguna alkohol dan penyalagunaan zat dalam kelompok usia
tersebut.
Status perkawinan. Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah. Perempuan yang tidak
menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan
yang menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.
Faktor sosioekonomi dan budaya . tidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan
gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan disbanding daerah
perkotaan.

(Sumber : Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi Ketiga
Hal. 260)

Etiologi

1. Faktor organobiologik
Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik seperti 5-
hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanilic acid (HVA), dan 3-metboxy-
4hydroxyphenyl-glycol (MHPG)- didalam darah, urin dan cairan serebrospinal (CSF)
pasien dengan gangguan mood.
- Amin Biogenik : Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotrasmitters yang paling
terlibat patofisiologi gangguan mood.
- Naropinefrin : penurunan regulasi reseptor beta adregenik dan respons klinis
antidepresi mungkin berperan langsung sistem naroadregenik panik depresi.
- Dopamin : aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penurunan subtype
baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presipnatik dan
pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dan gangguan mood.
- Serotonin : aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin bertanggung jawab
untuk control regulasi efek, agresi, tidur dan nafsu makan. Pada beberapa penelitian
jumla serotonin yang berkurang di celah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk
terjadinta depresi.
2. Faktor genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur
penurunan sangat kompleks. Sulit untuk mengabaikan efek psikososial dan juga faktor
nongenetik kemungkinan berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood,
setidaknya pada beberapa orang.
3. Faktor psikosoial
Peristiwa kehidupan yang membuat seorang merasa tertekan (stres) dapat mencetuskan
terjadinya depresi. Episode pertama ini lebih ringan dibandingkan episode berikutnya.
Ada teori yang mengemukakan adanya stres sebelum episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Hal ini menyebabkan perubahan berbagai
neurotrasmiter dan sistem sinyal interneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan
penurunan sinaps
4. Faktor kepribadian
Semua orang apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi sesuai dengan
situasinya. orang dengan gangguan kepribadian obsesi-komplusi, histrionic dan ambang
berisiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingan dengan gangguan kepribadian
paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko
mengalami gangguan depresi berat.

(Sumber : Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi Ketiga
Hal. 260-262)

Faktor risko

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi


Banyak hal yang bisa menjadi faktor risiko timbulnya depresi, yaitu :
1. Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; dan 50%
dari pasien memiliki onset anatara usia 20-50 tahun.
2. Jenis kelamin
Pada pengamatan yang hampir uiversal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat
prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan
laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kesehatan maternal.
3. Pendidikan
Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dengan depresi pada usia dewasa-tua.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kesehatan fisik yang baik. Penelitian di Inggris
menyebutkan bahwa lansia yang hanya menamatkan pendidikan dasar mempunyai risiko
terhadap depresi 2,2 kali lebih besar.
4. Status pernikahan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang tercerai atau berpisah.

(Sumber : Jurnal Kedokteran Univesitas Diponegoro)

Anda mungkin juga menyukai