Oleh:
Andriani Kairuniza
11.2018.052
Pembimbing:
dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ
PENDAHULUAN
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas
sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh
seseorang yang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau
jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan
mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan
demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan
mudah dihalau.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang
umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita
depresi. Jumlah itu terdiri dari 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hamya
sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup,
sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresif yang efektif. Ironisnya, mereka yang
menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari
45 tahun. Pada makalah ini saya akan membahas mengenai gangguan depresi dan tatalaksana
yang dapat diberikan.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan
sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama
beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi penderita depresi di Indonesia diperkirakan 2,5 - 9 juta dari 210 juta jiwa
penduduk. Pada saat setelah pubertas risiko untuk depresi meningkat 2- 4 kali lipat, dengan
20% insiden pada usia 18 tahun. Perbandingan gender saat anak-anak 1:1, dengan
peningkatan risiko depresi pada wanita setelah pubertas, sehingga perbandingan pria dan
wanita menjadi 1:2. Hal ini berhubungan dengan tingkat kecemasan pada wanita tinggi,
perubahan estradiol dan testosteron saat pubertas, atau persoalan sosial budaya yang
berhubungan dengan perkembangan kedewasaan pada wanita.
Depresi sering terjadi pada wanita dengan usia 25-44 tahun, dan puncaknya pada
masa hamil. Faktor sosial seperti stres dari masalah keluarga dan pekerjaan. Hal ini
disebabkan karena harapan hidup pada wanita lebih tinggi, kematian pasangan mungkin juga
menyebabkan angka yang tinggi untuk wanita tua mengalami depresi.
Penilaian gejala depresi seperti perasaan sedih atau kekecewaan yang kuat dan terus
menerus yang mempengaruhi aktivitas normal, menunjukan prevalensi seumur hidup
sebanyak 9-20%. Pada kriteria lain yang digunakan pada depresi berat, prevalensi depresi 3%
untuk pria dan 4-9% untuk wanita. Risiko seumur hidup 8-12% untuk pria dan 20-28% untuk
wanita. Sekitar 12-20% pada orang yang mengalami episode akut berkembang menjadi
sindrom depresi kronis, dan diatas 15% pasien yang mengalami depresi lebih dari 1 bulan
dapat melakukan bunuh diri.3
2.3 Etiologi4,5
Depresi disebabkan oleh kombinasi banyak faktor. Adapun faktor biologis, faktor
bawaan atau keturunan, faktor psikososial, dan faktor lingkungan, yang menjadi satu
kesatuan mengakibatkan depresi.
1) Faktor biologis
2) Faktor psikososial
3) Faktor kepribadian
4) Faktor psikodinamik
1. gangguan pada hubungan bayi dan ibu selama fase oral (10- 18 bulan awal
kehidupan) sehinga bisa terjadi depresi;
2. depresi dapat dihubungkan dengan kehilangan objek secara nyata atau
imajinasi;
3. Introjeksi dari kehilangan objek adalah mekanisme pertahanan dari stress yang
berhubungan dengan kehilangan objek tersebut
4. karena kehilangan objek berkenaan dengan campuran cinta dan benci,
perasaan marah berlangsung didalam hati.
5) Faktor genetic
Dari faktor bawaan atau keturunan menerangkan apabila salah seorang kembar
menderita depresi, maka kemungkinan saudara kembarnya menderita pula sebesar 70
%. Kemungkinan menderita depresi sebesar 15 % pada anak, orang tua, dan kakak-
adik dari penderita depresi. Apabila anak yang orangtuanya pernah menderita depresi,
sejak lahir diadopsi oleh keluarga yang tidak pernah menderita depresi, ternyata
kemungkinan untuk menderita depresi 3 kali lebih besar dibandingkan anak - anak
kandung keluarga yang mengadopsi.
Banyak hal yang bisa menjadi faktor risiko timbulnya depresi, yaitu :
1) Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; dan 50%
dari pasien memiliki onset anatara usia 20-50 tahun.
2) Jenis kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat
prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kesehatan
maternal.
3) Pendidikan
Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dengan depresi pada usia dewasa-tua.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kesehatan fisik yang baik. Penelitian di Inggris
menyebutkan bahwa lansia yang hanya menamatkan pendidikan dasar mempunyai
risiko terhadap depresi 2,2 kali lebih besar.
4) Status pernikahan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang tercerai atau berpisah.
2.5 Tanda dan Gejala4
Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala utama dari
depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan,
dicampakkan, atau merasa tidak berharga. Emosi yang ada pada mood depresi memiliki
kualitas yang berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.
Pikiran untuk bunuh diri dapat timbul pada pasien depresi. Didapatkan meraka yang
dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai umut hidup lebih panjang
dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi juga terkadang tidak menyadari ia
mengalami depresi dan tidak mengeluh adanya gangguan mood meskipun meraka terlihat
menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnnya menarik bagi mereka.
Gejala lainnya adalah penurunan energi. Mereka biasanya akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas, hendaya disekolah maupun pekerjaan, dan hilangnya motivasi untuk
melakukan kegiatan baru. Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur, khususnya
terjaga dini hari (terminalinsomnia) dan sering terbangun malam hari karena memikirkan
masalah yang dihadapi. Terdapat juga keluhan peningkatan atau penurunan nafsu makan
demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan.
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen pasien
depresi. Gejala lain termasuk haid yang tidak normal dan menurunnya minat serta aktivitas
seksual.
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah sebagai berikut :
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan psimistik
5) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1)
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan
dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-).
Pedoman Diagnostik
Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis
khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis utama
sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety
and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan
penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan pada gejala
kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama banyaknya dengan
penyakit kronis (Tabel 6), tetapi lebih umum diabetes, penyakit tiroid, dan gangguan
neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).
Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus dapat
dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD. Bukti dari riwayat, pemeriksaan
fisik, atau temuan laboratorium digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu
pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang
secara fisoilogis akan menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi
karena pengaruh obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat
tersebut, gejala putus obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Alcohol
Amfetamin
Anxiolitik
Kokain
Zat-zat halusinogen
Hipnotik
Inhalant
Opioid
Phencycline
Sedatif
4) Gangguan Bipolar
Bicara
Adanya pengurangan jumlah dan volume suara, merespon pertanyaan dengan satu-
satu kata dan memperlihatkan perlambatan menjawab pertanyaan.
Gejala kunci adalah depresi, walaupun sekitar 50 persen pasien menyangkal perasaan
depresi dan tidak tampak depresi. Anggota keluarga dan teman kerja sering membawa
pasien untuk terapi karena terlihat menarik diri dari lingkungan sosial dan
pengurangan aktifitas secara umum.
Pikiran
Pandangan negatif terhadap dunia dan dirinya sendiri. Isi pikir biasanya meliputi rasa
kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10 persen pasien
dapat menunjukkan gejala gangguan pikiran, dengan isi pikirnya adalah hambatan dan
kemiskinan.
Persepsi
Pada gangguan depresi berat dengan gejala psikotik memiliki delusi atau halusinasi.
Bahkan tanpa delusi atau halusinasi, beberapa dokter menyebut psychotic depression,
untuk kemunduran keseluruhan, membisu (mute), tidak mandi dan kotor.
Orientasi
Kebanyakan pasien depresi tidak mengalami gangguan orientasi, baik orang, tempat
maupun waktu, meskipun beberapa dari mereka tidak mempunyai tenaga atau minat
untuk menjawab pertanyaan tentang subjek tersebut selama wawancara.
Memori
Control impuls
Sekitar 10 sampai 15 persen melakkan bunuh diri dan sekitar dua pertiganya
mempunyai ide untuk bunuh diri. Pasien dengan ciri psikotik biasanya
mempertimbangkan untuk membunuh orang sebagai manifestasi delusi, walaupun
banyak pasien depresi kurang tenaga atau motivasi untuk mengikuti suara hati untuk
melakukan kejahatan.
2.10 Penatalaksanaan4,8
Penatalaksanaan pada gangguan mood harus diarahakan pada beberapa tujuan, yaitu :
Indikasi untuk rawat inap adalah kebutuhan untuk prosedur diagnostik, risiko
bunuh diri dan melakukan pembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara
menyeluruh untuk asupan makanan dan tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang
dan hilangnya sistem dukungan terhadap pasien juga menjadi indikasi dilakukan
rawat inap. Pasien dengan gangguan mood sering menolak untuk menjalani rawat
inap atas dasar keinginan sendiri. Pasien tidak dapat membuat keputusan karena
lambat berpikir, berpikir negatif, dan tidak mempunyai harapan.
Farmakoterapi
Tujuan utama terapi yaitu mengakhiri episode saat ini dan mencegah
timbulnya episode penyakit di masa yang akan datang. Untuk itu dibagi menjadi 3
fase, yaitu terapi fase akut, terapi fase lanjutan, dan terapi fase rumatan.
Dimulai dari keputusan untuk terapi dan berakhir dengan remisi. Skala
penentuan beratnya depresi (HAM-D dan MADRS) dapat membantu
menentukan beratnya penyakit dan perbaikan gejala.
Target pengobatan pada fase akut tercapainya respon atau remisi (lebih baik).
Lama terapi pada fase akut 2 sampai 6 minggu. Indikasi yang pasti untuk
perawatan di rumah sakit adalah :
1. Prosedur diagnostic
2. Risiko bunuh diri atau pembunuhan
3. Kemunduran yang parah dalam kemampuan memenuhi kebutuhan
makan dan perlindungan
4. Cepatnya perburukan gejala
5. Hilangnya sistem dukungan yang biasa didapatnya
Tujuan pengobatan pada fase ini adalah tercapainya remisi dan mencegah
relaps. Remisi yaitu bila HAM-D ≤ 7 atau MADRS ≤ 8, bertahan paling
sedikit 3 minggu. Dosis obat sama dengan fase akut.
Salah satu kekhawatiran yang paling serius pada antidepresan adalah dapat
mengakibatkan kematian jika dikonsumsi dengan dosis berlebih. SSRI merupakan
obat pilihan karena efektif, mudah digunakan, dan relatif kurang efek sampingnya,
meskipun pada dosis tinggi. Obat baru golongan SNRI juga sudah sering digunakan
oleh psikiater. Obat trisiklik dan tetrasiklik adalah antidepresan yang paling
mematikan; SSRI, bupropion, trazodon, nefazodon, mirtazapine, venlafaksin, dan
MAOI lebih aman, walaupun obat-obat ini juga bisa bersifat letal jika dikonsumsi
dengan dosis berlebih yang dikombinasikan dengan alkohol ataupun obat lain. Efek
samping lain yang mungkin terjadi pada penggunaan antidepresan antara lain :
Terapi keluarga
Terapi keluarga sebenarnya tidak umum digunakan sebagai terapi primer dari
gangguan depresi terutama depresi berat. Namun berdasarkan bukti klinis didapatkan
terapi keluarga dapat membantu pasien untuk mengurangi dan menghadapi stress dan
untuk mengurangi adanya kekambuhan.
Indikasi dari terapi ini yaitu untuk gangguan yang membahayakan perkawinan
atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh
situasi keluarga. Terapi ini menguji peran pasien pada seluruh keluarga, juga menguji
peran dari keluarga untuk menangani gejala pasien.
Terapi lainnya
2.11 Prognosis4
Pada gangguan depresif kemungkinan prognosis akan baik apabila episodenya ringan,
tidak ada gejala psikotik, waktu rawat inap singkat, psikososial baik, fungsi keluarga stabil
dan lima tahun sebelum sakit secara umum fungsi sosial baik. Namun prognosis akan buruk
apabila gangguan termasuk depresi berat yang bersamaan dengan distimik, adanya
penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, dan memiliki riwayat adanya
episode depresi sebelumnya. Gangguan depresi berat sendiri bukan merupakan gangguan
depresi yang ringan karena cenderung untuk kronis dan kambuh.
BAB III
KESIMPULAN
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas
sosial dalam sehari-hari. Depresi disebabkan oleh kombinasi banyak faktor. Adapun faktor
biologis, faktor bawaan atau keturunan, faktor psikososial, dan faktor lingkungan, yang
menjadi satu kesatuan mengakibatkan depresi. Menurut PPDGJ-III, depresi diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu depresi derajat ringan, sedang dan berat dimana memiliki gejala dan
tatalaksana yang berbeda tergantung tingkatannya. Tatalaksana yang utama diberikan pada
pasien ini adalah psikoterapi yang apabila memiliki derajat yang parah bisa dikombinasikan
dengan farmakoterapi berupa antidepresan. Secara umum, semakin sering pasien mengalami
episode depresi dan memiliki gejala dari gangguan depresi berat maka semakin buruk pula
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Reddy M.S. Depression: The Disorder and the Burden. Indian Journal of
Psychological Medicine,2010; 32(1)
3. Mayasari, Tri and Wistya NN. Overview of Depression. E-Jurnal Med Udayana.
2013; 2(11):1938–57
4. FKUI. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.2017; 259-83
5. Sadock, Kaplan. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2016;189-96.
6. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2013; 64-5.