PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Untuk dapat mengetahui dan mendeskripsikan tentang penyakit gangguan
depresi mulai dari definisi, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinis, diagnosi,
perjalanan penyakit hingga penanganan, dan prognosis dari penyakit gangguan
suasana perasaan depresi.
1.3 Manfaat
Refrat ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada mahasiswa
kedokteran tentang penyakit gangguan suasana perasaan depresi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Tidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan dibanding
daerah perkotaan.1
4
serangan pertama depresi didahului oleh stress, tetapi angka ini
akan jatuh menjadi hanya 50% pada serangan berikutnya. Pasien
depresi diketahui juga lebih sering pada anak yang kehilangan
orang tua di masa kanak-kanak dibandingkan dengan populasi
lainnya.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang
dicintai, pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta,
sakit terminal, sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan
pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor
biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang
membuat gangguan depresif muncul.1
5
2.3.5 Teori Kognitif
Depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik
yang membuat seseorang mempunyai kecenderungan menjadi
depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari
depresi mencakup (1) Pandangan terhadap diri sendiri berupa
persepsi negative terhadap dirinya (2) tentang lingkungan yakni
kecenderungan menganggap dunia bermusuhan terhadapnya (3)
tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan kegagalan.1
6
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh
diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
7
3. Penurunan /peningkatan berat badan atau perubahan selera
makan yang signifikan ketika tidak melakukan diet.
4. Insomnia atay hypersomnia hamper setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hamper setiap hari
6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hamper setiap hari
7. Merasa tidak berharga.
8. Penurunan kemampuan berpikir atau berkosentrasi, sulit
menentukan pilihan, hamper setiap hari.
9. Pikiran tentang kematian yang berulang, pikiran tentang bunuh
diri yang berulang, baik tanpa rencana yang jelas dalam bunuh
diri.
B. Gejala menyebabkan kesedihan signifikan atau gangguan dalam
pekerjaan, hubungan sosial, ataupun bidang lain yang penting dalam
hidup.
C. Episode ini tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-
obatan
D. Kemunculan episode ini tidak diterangkan lebih baik dengan
schizophrenia, gangguan delusi, atau psychotic disorder.
E. Tidak ada sejarah hypomanic atau manic episode.
Menurut PPDGJ III diagnosis episode depresi didasarkan pada
pedoman berikut:
1. Selama paling sedikit 2 minggu dan hamper setiap hari
mengalami suasana perasaan (mood) yang depresi, kehilangan
minat, kegembiraan dan berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.
2. Keadaan tersebut paling sedikit terjadi 2 minggu dan hamper
setiap hari dialami. Biasanya keadaan tersebut akan disertai
gejala-gejala sebagai berikut: konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistik. Gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu
8
makan berkurang. Periode berlangsungnya gejala lebih pendek
dari 2 minggu dapat dibenarkan jika gejala tersebut luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat.
3. Gejala-gejala tersebut menyebabkan hambatan psikososial
seperti cacat fungsi pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan
sehari-hari.
Menurut International Clasification of Desease (ICD-10) gejala-
gejala depresi terdiri dari5:
1. Gejala Utama:
i. Perasaan (afek) yang depresif (perasaan kesedihan
yang psikopatologis
ii. Hilangnya minat dan kegembiraan
iii. Berkurangnya energi, mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas.
2. Gejala lainnya:
i. Konsentrasi dan perhatian berkurang
ii. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
iii. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
iv. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis
v. Gagasan/perbuatan membahayakan diri/bunuh diri
vi. Tidur terganggu
vii. Nafsu makan berkurang
9
2. Depresi Sedang:
i. Minimal harus ada 2 atau 3 gejala utama
ii. Ditambah minimal 3 dari gejala lainnya
iii. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2
minggu
iv. Menghadapi kesulitan nyata meneruskan kegiatan sosial
dan pekerjaan
3. Depresi Berat
i. Semua gejala utama depresi harus ada
ii. Ditambah minimal 4 gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya haris berintensitas berat
iii. Bila ada gejala penting, misalnya agitasi (kecemasan
berat yang disertai kegelisahan motoric) dan retardasi
psikomotor (aktivitas psikis, motoric ataupun keduanya
yang melambat)
iv. Episode depresi harus berlangsung minimal 2 minggu
tetapi jika gejalanya amat berat dan beronset sangat
cepat, maka dibenarkan untuk menegakan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
v. Penderita tidak mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga, kecuali pada taraf
sangat terbatas.
Di samping kriteria yang ditentukan secara operasional, DSM-IV
juga menggunakan sistem klasifikasi multiaksial untuk menangkap
informasi penting lainnya, yaitu:
1. Aksis I : Gangguan-gangguan klinis yang digambarkan di atas.
2. Aksis II : Gangguan-gangguan kepribadian atau retardasi mental
3. Aksis III : Gangguan-gangguan fisik yang berhubungan dengan
gangguan mental
4. Aksis IV : Daftar masalah psikososial dan lingkungan, bisaanya
10
selama setahun sebelumnya, tetapi tidak selalu demikian, seperti
tidak punya pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban
penelantaran anak dan lain-lain.
5. Aksis V: GAF Scale
11
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya
menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali
apabila retardasi merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan
perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri
merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.
Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada
episode dpresif berat.6
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode
depresif ringan dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya
empat gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas
berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi)
menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu utnuk
melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian,
penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat
dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.6
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin
penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode
depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya,
harus digunakan subkategori dari gangguan depresif berulang.6
12
berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju
pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).6
Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari
skizofrenia katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik
lainnya. Kategori ini hendaknya hanya digunakan untuk episode
depresif berat tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode
selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan depresif berulang.6
13
sangat bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih
tua dibanding dengangangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata
lima puluhan. Episode masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12
bulan (rata-rata lamanya sekitar 6 bulan) akan tetapi frekuensinya
lebih jarang. Pemulihan keadaaan biasanya sempurna di antara
episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang
akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini,
kategori ini harus tetap digunakan). Episode masing-masing dalam
berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh sters; dalam berbagai budaya, baik episode
tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih banyak pada wanita
daripada pria.6
Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan
depresif berulang mengalami episode depresif sebagai penderitaan,
tidak mustahil baginya akan mengalami episode manik. Jika ternyata
terjadi episode manik, maka diagnosisnya harus diubahmenjadi
gangguan afektif bipolar.6
14
rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien
kedepan juga harus diperhatikan. Walaupun, penatalaksanaan
farmakoterapi dan psikoterapi harus dipikirkan pada pasien, peristiwa
kehidupan yang penuh ketegangan dapat meningkatkan angka
kekambuhan. Selanjutnya melalui terapi harus dapat menurunkan
banyaknya stressor berat dalam penatalaksanaan gangguan mood harus
diserahkan ke psikiater. Remisi penuh akan dialami pasien dalam waktu 4
bulan dengan pengobatan yang adekuat.1
2.9.1 Rawat Inap
Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah adanya kebutuhan
untuk prosedur diagnostic, resiko bunuh diri, dan melakukan
pembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara
menyeluruh untuk asupan makanan dan tempat perlindungan.
Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan terhadap
pasien juga merupakan indikasi rawat inap.1
2.9.2 Farmakoterapi
Antidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam
efek farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk
pengamatan bahwa pasien individual mungkin berespons terhadap
antidepresan lainnya. Variasi tersebut juga merupakan dasar untuk
membedakan efek samping yang terlihat pada antidepresan.2
Pembedaan yang paling dasar diantara antidepresan adalah
pada proses farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan
yang memiliki efek farmakodinamika jangka pendek utamanya
pada tempat ambilan kembali (reuptake sites) atau pada tingkat
inhibisi enzim monoamine oksidasi. bekerja untuk menormalkan
neurotransmitter yang abnormal di otak khususnya epinefrin dan
norepinefrin. Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini
sesuai dengan etiologi dari depresi yang kemungkinan diakibatkan
dari abnormalitas dari sistem neurotransmitter di otak (NIMH,
2002). Obat antidepresan yang akan dibahas adalah antidepresi
15
generasi pertama (Trisiklik dan MAOIs), antidepresi golongan
kedua (SSRIs) dan antidepresi golongan ketiga (SRNIs).7
a. Trisiklik
Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum
digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk gangguan
depresif berat.2Golongan trisiklik ini dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin
sekunder (nortriptyline, desipramine) dan tetrasiklik tersier
(imipramine, amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat tersebut,
yang paling sering digunakan adalah tetrasiklik amin sekunder
karena mempunyai efek samping yang lebih minimal. Obat
golongan tetrasiklik sering dipilih karena tingkat kepuasan
klinisi dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar
golongan dari obat ini tersedia dalam formulasi generic.2
Golongan obat trisiklik bekerja dengan menghambat
reuptake neurotransmitter di otak. Secara biokimia, obat amin
sekunder diduga bekerja sebagai penghambat reuptake
norepinefrin, sedangkan amin tersier menghambat reuptake
serotonin pada sinaps neuron.hal ini mempunyai implikasi
bahwa depresi akibat kekurangan norepinefrin lebih responsive
terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat kekurangan
serotonin akan lebih responsive terhadap amin tersier.8
Contoh golongan obat trisiklik adalah Amitriptilin,
imipramine, clomipramine, dan tianeptine.
16
tubuh. Selain karena dapat menyebabkan krisis hipertensif
akibat interaksi dengan tiramin yang berasal dari makanan-
makanan tertentu seperti keju, anggur dan acar, MAOIs juga
dapat menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450
yang akhirnya akan mengganggu metabolisme obat di hati.2
17
Gambar 1. Pilihan obat-obatan antidepresan pada lini pertama
18
2.9.4 Psikoterapi
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam
pengobatan depresif berat adalah terapi kognitif, terapi
interpersonal dan terapi perilaku.2 NIMH (2002) telah menemukan
predictor respons terhadap berbagai pengobatan sebagai berikut ini :
(1) disfungsi sosial yang rendah menyatakan respons yang baik
terhadap terapi interpersonal, (2) disfungsi kognitif yang rendah
menyatakan respons yang baik terhadap terapi kognitif-perilaku
dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang tinggi mengarahkan
respons yang baik terhadap farmakoterapi, (4) keparahan depresi
yang tinggi menyatakan respons yang baik terhadap terapi
interpersonal dan farmakoterapi.
Pada awalnya, terapi ini dikembangkan oleh Aaron Beck
yang memusatkan pada distorsi kognitif yang didalilkan ada pada
gangguan depresi berat. Tujuan terapi ini untuk menghilangkan
episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu
pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.2
Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman,
memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang
sedang dialami sekarang, dengan menggunakan dua anggapan:
pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan memiliki
akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah
interpersonal sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan
atau memperberat gejala depresif sekarang.2
19
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang
panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif
yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan, sementara sebagian
besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan
antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya
gejala.2
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama
gangguan depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam
tahun pertama. Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi
indikator prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan
depresif berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi
keluarga yang stabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam
waktu singkat di rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih
dari satu kali perawatan di rumah sakit adalah indikator prognostik yang
baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta gangguan
distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan,
dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.2
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang.
Suatu mood depresif ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kegembiraan
serta kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Penegakan diagnosis dapat menggunakan konsep
gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk kepada DSM-IV dan
konsep disability berasal dari The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioral Disorders.
Terapi yang diberikan yaitu Farmakologi dan psikoterapi.Dukungan dari
orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam
penyembuhan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22